Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asma Bronkiale merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit
asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah
menunjukkan bahwa prevalensinya terus menerus meningkat, khususnya pada anak-anak.
Masalah epidemiologi mortalitas dan morbiditas penyakit asma masih cenderung tinggi,
menurut world health organization (WHO) yang bekerja sama dengan organisasi asma di
dunia yaitu Global Astma Network (GAN) memprediksikan saat ini jumlah pasien asma di
dunia mencapai 334 juta orang, diperkirakan angka ini akan terus mengalami peningkatan
sebanyak 400 juta orang pada tahun 2025 dan terdapat 250 ribu kematian akibat asma
termasuk anak-anak (GAN, 2014).
Asma bronkiale merupakan penyakit yang memiliki karakteristik dengan sesak napas
dan wheezing, dimana keparahan dan frekuensi dari tiap orang berbeda. Kondisi ini akibat
kelainan inflamasi dari jalan napas di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas saraf pada
jalan napas sehingga mudah teriritasi.Pada saat serangan, alur jalan napas membengkak
karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udara yang masuk ke paru-paru
(WHO, 2011).
Penyakit asma di Indonesia termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab
kesakitan dan kematian. Angka kejadian asma tertinggi dari hasil survey Riskesdas di tahun
2013 mencapai 4.5% dengan penderita terbanyak adalah perempuan yaitu 4.6 % dan laki-laki
sebanyak 4.4% (Kemenkes RI, 2014).
Penyakit asma bronkiale tidak bisa disembuhkan, akan tetapi dengan penanganan
yang tepat asma dapat terkontrol sehingga kualitas hidup penderita dapat terjaga. Gejala
klinis asma bronkiale yang khas adalah sesak napas yang berulang dan suara mengi
(wheezing) akan tetapi gejala ini bervariasi pada setiap individu berdasarkan tingkat
keparahan dan frekuensi kekambuhannya (WHO, 2016). Adapun, gejala khas yang lain yaitu
adanya batuk produktif yang memburuk terutama pada malam hari atau menjelang pagi, dan
dada terasa tertekan. Dikatakan asma, jika penderita pernah mengalami sesak napas yang
terjadi bila terpapar langsung oleh satu atau lebih dari kondisi seperti alergi (makanan), udara
dingin, stres, flu, kelelahan, alergi obat dan alergi hirupan seperti : debu, asap rokok
(Riskesdas, 2013).

1
Asma bronkiale disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, secara intrinsik asma
bisa disebabkan oleh infeksi (virus influensa, pneumoni mycoplasmal), fisik (cuaca dingin,
perubahan temperatur), iritan seperti zat kimia, polusi udara (asap rokok, parfum), faktor
emosional (takut, cemas dan tegang) juga aktivitas yang berlebihan. Secara
ekstrinsik/imunologik asma bisa disebabkan oleh reaksi antigen-antibodi dan inhalasi alergen
(debu, serbuk, bulu binatang) (Danusantoso, 2011).
Stadium dini gejala yang muncul pada asma bronkiale antara lain: batuk berdahak
dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul, belum ada wheezing, belum ada kelainan
bentuk thorak, sesak napas, penurunan tekanan parsial O 2. Pada stadium lanjut, tanda dan
gejala yang muncul pada asma bronkiale adalah: batuk, ronchi, napas berat, dan dada seakan
tertekan, dahak lengket, suara napas melemah dan bahkan tak terdengar (silent chest), bentuk
thorak barel chest, sianosis, rontgent paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler
kanan dan kiri, hipokapnea, alkalosis bahkan asidosis respiratorik (Danusantoso, 2011).
Gejala pada asma dapat dikurangi dengan pemberian obat melalui nebulizer, selain itu
juga dapat diberikan latihan pernafasan seperti segmental breathing dan diaphragmatic
breathing. Nebulizer adalah suatu alat modern yang berfungsi menghantarkan aerosol ke
paru-paru bertujuan untuk mengirimkan suatu obat pernafasan (Martin & Finlay, 2015).
Berdasarkan pada latar belakang di atas, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang
penyakit asma bronkiale dan terapi nebulizer untuk meningkatkan keefektifan pola napas
pada penderita asma, maka dalam penyusunan laporan ini penulis mengambil judul Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah pada Tn.B dengan Asma Bronkiale di ruang penyakit dalam
laki-laki RSUD. Palembang Bari.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan,maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Apa definisi dari Asma Bronkiale ?
2. Apa etiologi dari Asma Bronkiale ?
3. Bagaimana klasifikasi dari Asma Bronkiale ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Asma Bronkiale ?
5. Apa saja manifestasi klinis dari Asma Bronkiale ?
6. Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada penderita Asma Bronkiale ?

2
7. Apa saja komplikasi dari Asma Bronkiale ?
8. Bagaimana Pengaruh terapi nebulizer terhadap penderita Asma Bronkiale?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu :
1.3.1 Tujuan Umum :
Dalam penulisan makalah ini mahasiswa mampu memahami dan dapat melaksanakkan
penanganan keperawatan medical bedah pada Tn. B yang menderita penyakit asma dengan
melakukan pemberian nebulizer sesuai dengan SOP serta mendaoatkan pengalaman yang
nyata dalam penanganan keperawatan secara langsung diruang zaal Penyakit Dalam Laki-
Lakidi RSUD. Palembang Bari.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari asma bronkiale
b. Untuk mengetahui dan memahami etiologidari asma bronkiale
c. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari asma bronkiale
d. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi dari asma bronkiale
e. Untuk mengetahui dan memahami apa saja manifestasi klinis dari asma bronkiale
f. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan yang tepat pada penderita asma
bronkiale
g. Untuk mengetahui dan memahami apa saja komplikasi dari asma bronkiale
h. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh terapi nebulizer terhadap penderita asma
bronkiale

1.4 Waktu Pelaksanaan


Keterampilan praktik klinik keperawatan medikal bedah dengan pemberian nebulizer pada
Tn.B dengan asma bronkiale yang dilakukan pada hari kamis,17 Oktober 2019

1.5 Tempat pelaksanaan


Keterampilan Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah dengan pemberian nebulizer pada
Tn.B dengan asma dilakukan diruang zaal penyakit dalam laki-laki RSUD. Palembang Bari.

3
1.6 Metode Penelitian
Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka serta hasil pemeriksaan dan
hasil laboratorium di RSUD. Palembang Bari.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil  RSUD Palembang BARI


2.1.1 Selayang Pandang
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur  penunjang
pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu – satunya rumah
sakit milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
terletak di jalan panca usaha No.1 Kelurahan 5 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan berdiri
diatas tanah seluas 4,5 H.
Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak
tahun 2001, dibuat jalan alternatif dari jalan Jakabaring menuju  RSUD Palembang BARI
dari jalan poros Jakabaring.

2.1.2 Visi, Misi, Motto dan Tujuan


Visi
Menjadi rumah sakit unggul, amanah, dan terpercaya di Indonesia.
Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada keselamatan dan
ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan profesionalisme yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan pelatihan di
Indonesia.
Motto
Kesembuhan dan kepuasaan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
Tujuan
1. Mengoptimalkan pelayanan yang efektif dan efisien sesuai standar mutu.
2. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan
masyarakat.
3. Menciptakan pelayanan kesehatan dan berkualitas dan mampu bersaing di era pasar
bebas.
4. Meningkatkan kemampuan SDM yang berkompeten dibidangnya.
5. Menyelenggarakan manajemen pengelolaan rumah sakit yang kondusif dan
profesional.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang berorientasi pada perkembangan
teknologi.

5
7. Meningkatkan kesehatan pegawai untuk memberikan manfaat yang signifikan kepada
rumah sakit.
8. Memperluas kerjasama dibidang pendidikan pelatihan dan penelitian.
9. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang handal dan berkompeten
dibidangnya.

2.1.3 Sejarah
2.1.3.1 Sejarah Berdirinya
1. Pada tahun 1986 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan
gedung  poliklinik / Puskesmas Panca Usaha.
2. Seiring dengan perkembangan sarana dan prasarana, pada tanggal 19 Juni
1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes nomor
1326/Menkes/XI/1997, dan tanggal 10 November  1997 ditetapkan menjadi
Rumah Sakit Umum Daerah kelas C.
3. Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Dasar kepada RSUD Palembang BARI, tanggal 7
November 2003.
4. Kepmenkes RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 tentang Pemberian Status
Akreditasi Penuh Tingkat Lanjut kepada RSUD Palembang BARI, tanggal 5
November 2008.
5. Telah ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan
keputusan Walikota Palembang No.915  B Tahun 2008 tentang Penetapan
RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang merupakan  pola
pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.
6. Kemudian dengan SK Depkes Nomor 241/Menkes/SK/IV/2009, tanggal 2
April 2009 ditetapkan menjadi Runah Sakit Umum Daerah Kelas B.
7. KAKS – SERT / 363/5/2012 tentang Status Akreditasi Lulus Tingkat Lengka
kepada RSUD Palembang BARI tanggal 25 Januari 2012.
2.1.3.2 Sejarah Pemegang Jabatan Direktur
1. Tahun 1986 s.d 1994 : dr. Jane Lidya Yitahelu sebagai Kepala Poliklinik
Panca Usaha.
2. Tanggal 1 Juli 1995 s.d Juni 2000 : dr. Eddy Zarkaty Monasir, Sp.OG sebagai
Direktur  RSUD Palembang BARI.
3. Bulan Juli 2000 s.d November  2000 : Pelaksana Tugas dr. H. Dachlan Abbas,
Sp.B.
4. Bulan Desember 2000 s.d Februari 2001 : Pelaksana Tugas dr. M. Faisal
Saleh, Sp.PD.

6
5. Tanggal 14 November 2000 s.d Januari 2012 : dr. Hj. Indah Puspita.H.A.Mars
sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.
6. Bulan Januari 2012 s.d sekarang : dr. Hj. Makiani, SH, M.M,. MARS sebagai
direktur RSUD Palembang BARI.
2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan
2.1.4.1 Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat 24 jam
2. Farmasi / Apotik 24 jam
3. Rawat Jalan / Poliklinik
4. Rawat Inap
5. Bedah Sentral
6. Rehabilitasi Medik
7. Radiologi 24 jam
8. Laboratorium Klinik 24 jam
9. Patologi Anatomi
10. Bank Darah
11. Hemodialisa
12. Medical Check Up
13. ECG / EEG
14. USG 4 dimensi
15. Endoscopy
16. Kamar jenazah
17. CT Scan 64 slices
2.1.4.2 Pelayanan Rawat Jalan
1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
2. Poliklinik Spesialis Bedah
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Saraf
8. Poliklinik Kulit Dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Jiwa
10. Poliklinik Rehabilitasi Medik
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Spesialis Gigi
13. Poliklinik Spesialis Psikologi

7
14. Poliklinik Spesialis Terpadu
15. Poliklinik PKBRS
2.1.4.3 Fasilitas Kendaraan Operasional
1. Ambulance 118
2. Ambulance Bangsal
3. Ambulance Siaga Bencana
4. Ambulance Trauma Center
5. Mobil jenazah
2.1.4.4 Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VIP dan VVIP
2. Perawatan Kelas I, II dan III
3. Perawatan Penyakit Dalam Perempuan
4. Perawatan Penyakit Dalam Laki - laki
5. PerawatanAnak
6. Perawatan Bedah
7. Perawatan ICU
8. Perawatan Kebidanan
9. Perawatan Neonatus/Nicu/Picu
10. Perawatan ICCU
2.1.4.5 Pelayanan Penunjang
1. Instalasi Laboraturium Klinik
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah Sentral
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Central Sterilized Suplay Departemen (CSSD)
8. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
9. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
10. Bank Darah
11. Kasir
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitasi Medi

8
2.2 Konsep Asma Bronkhial

2.2.1 Definisi Asma Bronkhial

Asma bronkhial adalah suatu penyakit nafas dengan ciri meningkatnya respon
bronkhus dan trakea terhadap terhadap berbagai rangsangan (Muttaqin, 2008). Asma
bronkhial adalah suatu bentuk peradangan (inflamasi) kronik pada saluran nafas yang
menyebabkan hyperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan
adanya gejala episodik yang berulang yang berupa sesak nafas, batu, mengi dan rasa sesak di
dada terutama dirasakan pada waktu malam yang bersifat reversible baik atau tanpa
pengobatan (Depkes, 2009). Asma bronkhial adalah suatu peradangan akibat reaksi
hypersensitive mukosa bronkus terhadap bahan allergen yang mengakibatkan pembengkakan
pada mukosa bronkus (Riyadi & Sukirman, 2013). Asma bronkhial adalah hiperreaksi
bronkus akibat rangsangan dari luar berupa allergen yang merupakan faktor dari lingkungan,
radang saluran pernapasan dan bronkokontriksi menyebabkan saluran pernapasan menyempit
dan sesak nafas/ sukar bernafas yang diikuti dengan suara “wheezing” (bunyi yang meniup
sewaktu mengeluarkan udara/ nafas), (Putri, dkk 2013). Asmabronkhial adalah salah satu
penyakit noncommunicable (penyakit yang tidak menular) utama kronis saluran pernafasan
yang hiperreaktif dan menyempit akibat berbagai rangsangan yang ditandai
adanyaserangansesak napas dan mengi dengan tingkat keparahan dan frekwensi tiap orang
berbeda (WHO, 2016).

2.2.2 Etiologi

Muttaqin (2008) mengungkapkan etiologi dari penyakit asma bronkhial belum diketahui
secara pasti namun ada beberapa faktor pencetus yang menimbulkan asma bronkhial terjadi:
1. Alergen
Allergen adalah zat- zat tertentu yang dihirup maupun dimakan yang dapatmenimbulkan
serangan asma bronkhial misalnya seperti debu rumah, tengau, spora jamur, bulu binatang,
beberapa makanan laut dan sebagainya.
2. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan terutama yang disebabkan oleh virus. Virus yang biasa menjadi
penyebab kambuhnya asmabronkhial adalah virus influenza.
3. Olahraga/ jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asmabronkhial bila melakukan

9
olahraga atau aktivitas yang berlebih. Lari cepat dan bersepeda merupakan jenis aktivitas
yang mudah menimbulkan serangan asmabronkhial terjadi.
4. Obat-obatan
Beberapa penderita asma bronkhial sensitive atau alergi dengan obattertentu seperti penisilin,
salisilat, beta blocker, kodein, dan sebagainya
5. Polusi Udara
Penderita asma bronkhial sangat sensitive terhadap udara yang berdebu, asap pabrik/
kendaraan, asap rokok, asap yang mengandung hasil pembakaran dan oksida fotokemikal,
serta bau yangtajam.
2.2.3 Pathofisiologi Asma Bronkhial

Asma bronkhial timbul akibat mengalami atopi daripemaparan allergen membentuk


IgE menyerang sel- sel mast dalamparu yang menyebabkan pelepasan sel- sel mast seperti
histamin dan prostaglandin.Terjadi hiperreaktif bronchus karena allergen (inhalan dan
kontaktan), polusi, asapserta bau tajam.Berdasarkan hal tersebut asmabronkhial merupakan
penyakit bronkhospasme yang reversible yang secara pathofishiologi disebut sebagai suatu
hiperreaksi bronkus dan secara patologi sebagai suatu peradangan saluran pernafasan. Mukosa
dan dinding bronkus pada klien asma bronkhial akan terjadi edema menyebabkan terjadinya
penyempitan pada bronkus dan percabangannya, sehingga akan menimbulkan sesak, nafas
berbunyi ( wheezing), dan batuk yang produktif (Muttaqin,2008).
Asma nonalergnik (asma instrintik) terjadi bukan karena allergen tetapi akibat faktor
pencetus seperti insfeksi saluran pernafasan atas, olahraga, atau kegiatan jasmani yang berat,
dan tekanan jiwa atau stress psikologis. Adanya gangguan saraf otonom terutama gangguan
saraf simpatis, yaitu blockade adrenergic beta dan hiperreaktivitas adrenergik alfa. Aktivitas
adrenergik alfa diduga meningkat sehingga mengakibkan bronkhokontraksi dan menimbulkan
sesak nafas (Muttaqin, 2008).

10
2.2.4 Pathways

Allergen masuk

Ditangkap makrofag

Allergen dipresentasikan ke sel Th

Sel Th memberi signal ke sel B dengan


cara melepaskan interlukin 2

Membentuk IgE

IgE diikat mastosit (di jaringan) &


basophil (sirkulasi)

2x/lebih
1x rentan asma

Penururnan kadar cAMP

Degranulasi sel

Melepaskan mediator kimia

Peningkatan sekresi Kontraksi otot polos Peningkatan permeabilitas


kelenjar mukosa kapiler
Bronkospasme

Peningkatan mukosa mukus Edema mukosa

Penyempitan saluran paru

Pengisian bronki dengan Penyempitan saluran paru


mukus
Sesak nafas
Pola Nafas Tidak
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Efektif Gangguan Pertukaran
Gas

Gangguan Pola Tidur Keletihan Intoleransi


Aktivitas

11
2.2.5 Manifestasi Klinis Melepaskan mediator kimia

Mumpuni (2013) mengungkapkan tanda gejala ada sembilan yang mudah


dikenali oleh
Peningkatan setiap
sekresi orang:
kelenjar Kontraksi otot polos Peningkatan permeabilitas
mukosa kapiler
1) Kesulitan bernafas dan sering terlihat terengah- engah apabila melakukan aktivitas yang
sedikitberat.
2) Sering batuk, baik disertai dahak atau tidak. Batuk adalah tanda adanyaketidakberesan
dari systempernafasan. Edema mukosa
3) Mengi pada suara nafas penderita Penyempitan
asma saluran paru
yang terusmenerus.
4) Dada
Pengisian bronki merasa sesak
dengan mukus Penyempitan
karena adanya penyempitan saluran saluran
pernafasan paru adanya
akibat
Sesak nafas
suaturangsangan tertentu. Akibatnya untuk memompa oksigen keseluruh tubuh harus
Pola Nafas Tidak Efektif
Bersihan ekstra keras
Jalan Nafas (memaksa)
Tidak Efektif sehingga dada menjadisesak.
Gangguan Pertukaran Gas
5) Perasaan selalu lesu dan lelah akibat dari kurangnya pasokan oksigen ke seluruhtubuh.
6) Tidak mampu menjalankan aktivitas fisik yang lebiih berat karena mengalami
masalahpernafasan.
7) Susah tidur akibat dada sesak danbatuk
8) Paru- paru tidak berfungsi secaranormal.
9) Lebih sensitif terhadapalergi.

2.2.6 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari asma bronkhial menurut Mansjoer (2008)meliputi:
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan dimana adanya udara dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.
2. Pneumomediastenum
Pneumomediastenum atau disebut emfisema mediastinum adalah suatu kondisi
dimana adanya udara pada mediastinum. Kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik
atau situasi lain yang mengarah keudara luar dari paru- paru, saluran udara atau usus ke
dalam rongga dada.
3. Atelectasis

Atelectasis adalah pengerutan atau seluruh paru- paru akibat penyumbatan saluran
udara atau akibat dari pernafasan yang sangat dangkal.
4. Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan dari jamur yaitu


12
Aspergillus sp.

5. Gagal nafas
Gagal napas diakibatkan karena pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam
paru- paru yang tidak dapat mengontrol konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel- sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru- paru adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam saluran
pernafasan yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.

2.2.7 Pemeriksaan Diagnotik

Pemeriksaan diagnotik asma bronkhial meliputi:


1. Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
golongan adrenergik. Menunjukkan diagnotik asma jika adanya peningkatan pada nilai
FEV dan FVC sebanyak lebih dari 20%.
2. Tes Provokasi Bronkhus
Tes ini dilakukan pada Spirometri internal. Penurunan FEV sebesar 20% atau
bahkan lebih setelah tes provoksi dan denyut jantung 80- 90% dari maksimum dianggap
bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10% atau lebih.
3. Pemeriksan Kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menunjukkan adanya antibody IgE
hypersensitive yang spesifik dalam tubuh.
4. Pemeriksaan Laboratorium

a. Analisa Gas Darah (AGD/Astrup)


Hanya dilakukan pada serangan asma berat karena terjadi hipoksemia, hiperksemia,
dan asidosis respiratorik.
b. Sputum
Adanya badan kreola adalah salah satu karakteristik untuk serangan asmabronkhial
yang berat, karena hanya reaksi yang hebat yang akan menyebabkan transudasi dari
edema mukosa, sehingga terlepas sekelompok sel- sel epitel dariperlekatannya.
c. Sel Eosinofil
Sel eosinofil pada klien asma dapat mencapai 1000- 1500/mm 2 dengan nilai sel
eosinofil normal adalah 100-200/mm2

13
d. Pemeriksaan Darah Rutin dankimia.
Menunjukkan asma bronkhial jika jumlah sel eosinofil yang lebih dari 15.000/mm 2
terjadi karena adanya insfeksi. Serta nilai SGOT dan SGPT meningkat disebabkan hati
akibat hipoksia atau hyperkapnea.
e. Pemeriksaan Radiologi
Hasil pemeriksaan radiologi biasanya normal tetapi ini merupakan prosedur yang
harus dilakukan dalam pemeriksaan diagnostik dengan tujuan tidak adanya
kemungkinan adanya penyakit patologi di paru serta komplikasi asmabronkhial.
(Muttaqin, 2008)

2.2.8 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksaan medis pada klien asma bronkhial meliputi:
1. PengobatanNonfarmakologi
a. Penyuluhan. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan klien
tentang penyakit asma sehingga klien dapat menghindari faktor pencetus dari
asmabronkhial, menggunakan obat secara benar dan berkonsulati dengan
timkesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus. Klien dibantu dalam mengidentifikasi faktor pencetus
serangan asmabronkhial.
c. Fisioterapi, digunakan untuk mempermudah pengeluaran mucus yang dapat
dilakukan dengan cara postural drainase, perkusi, dan fibrasidada.(Muttaqin, 2008)
2. Pengobatan Farmakologi
a. Agonis beta: metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya aerosol, bekerja
sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan
pertama dan kedua 10menit.
b. Metilxantin,dosis dewasa diberikan125-200 mg 4x sehari.Golongan metilxantin
adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan jika golongan beta agonis tidak
memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilxantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis
4x semprot tiap hari.

14
Pemberian steroid dalam jangka waktu yang lama akan memberikan efek
samping, maka klien yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi secara
ketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan obat
pencegah asma bronkhial khususnya untuk anak- anak. Dosis Iprutropioum
bromide diberikan 1- 2 kapsul 4 x sehari.

2.3 Konsep Gangguan Pertukaran Gas


2.3.1 Definisi

Kelebihan atau deficit oksigenisasi dan/ atau eliminasi karbondioksida pada membrane
alveolar- kapiler (Nanda 2015- 2017)
2.3.2 Batasan karakteristik

1. Diaforesis
2. Dyspnea
3. Gangguanpenglihatan
4. Gas darah arteriabnormal
5. Gelisah
6. Hiperkapnia
7. Hipoksemia
8. Iritabilitas
9. Konfusi
10. Nafas cupinghidung
11. Penurunankarbondioksida
12. pHarteriabnormal
13. Pola pernapasan abnormal (mis., kecepatan, irama,kedalaman)
14. Sakit kepala saat bangun
15. Sianosis
16. Somnolen
17. Takikardia

Warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman) (Nanda 2015- 2017)

15
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan

1. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Perubahan membrane alveolar- kapiler
(Nanda 2015-2017)
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)

2.4.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien asma meliputi:
1. Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai nama, umur, dan jenis
kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin diperlukan pada klien dengan
asmabronkhial.
2. Keluhan utama
Klien asma bronkhial akan mengluhkan sesak napas, bernapas terasa berat pada dada, dan
adanya kesulitan untuk bernapas.
3. Riwayat Penyakit SaatIni
Klien dengan riwayat serangan asma bronkhial datang mencari pertolongan dengan keluhan
sesak nafas yang hebat dan mendadak, dan berusaha untuk bernapas panjang kemudian diikuti
dengansuaratambahan mengi (wheezing), kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan
perubahan tekanan darah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu meliputi penyakit yang
berhubungan dengan system pernapasan seperti infeksi saluran pernapasan atas, sakit
tenggorokan, sinusitis, amandel, dan polip hidung.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada klien dengan asma bronkhial juga dikaji adanya riwayat penyakit yang sama pada
anggota keluarga klien.
6. Pengkajian Psiko-sosio-kultural
Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang berdampak pada asuhan kesehatan
dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga serta faktor gangguan emosional yang bisa
menjadi pencetus terjadinya seranganasmabronkhial.
7. Pola Resepsi da Tata Laksana Hidup Sehat
Gejala asma bronkhial dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup normal sehingga klien
dengan asma bronkhial harus mengubah gaya hidupnya agar serangan asma bronkhial tidak
16
muncul.
8. Pola Hubungan dan Peran
Gejala asma bronkhial dapat membatasi klien untuk menjalani kehidupannya secara normal
sehingga klien harus menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien.
9. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri klien sehingga dapat
meningkatkan kemungkinan serangan asmabronkhial yang berulang.
10. Pola Penanggulangan dan Stress
Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asma
bronkhial sehingga diperlukan pengkajian penyebab dari asmabronkhial.
11. Pola Sensorik dan Kognitif
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri klien yang akan
mempengaruhi jumlah stressor sehingga kemungkinan serangan asma bronkhial berulang pun
akan semakin tinggi.
12. Pola Tata Nilai danKepercayaan
Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya dapat meningkatkan
kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi penanggulangan stress yang konstruktif.
13. Pemeriksaan FisikHead toToe
a. Keadaan umum: tampak lemah
b. Tanda- tandavital
(Tekanan Darah menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu
meningkat, distress pernafasan sianosis)
c. TB/BB
Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan Kulit (Tampak pucat, sianosis,
biasanya turgorjelek)
d. Kepala
Sakit kepala
e. Mata (tidak ada yang begituspesifik)
f. Hidung
Nafas cuping hidung, sianosis
g. Mulut
Pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering, bibir kuning, dan pucat

17
h. Telinga
Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik pada kasus ini
i. Leher
Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid
j. Jantung
Pada kasus komplikasi ke endokardititis, terjadi bunyi tumbuhan
k. Paru-paru
Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup), wheezing (+), sesak
istirahat dan bertambah saat beraktivitas.
l. Punggung
Tidak ada spesifik
m. Abdomen
Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya tidak ada
n. Genetalia
Tidak ada gangguan
o. Ektremitas
Kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujung jari dan kaki
p. Neurologis
Terdapat kelemahan otot, tanda reflex spesifik tidak ada
14. PemeriksaanPenunjang
a) Spirometri, pengukuran fungsiparu.
b) Tes provokasi bronkhus, dilakukan pada spirometriinternal
c) Pemeriksaan laboratorium meliputi analisa gas darah, sputum, sel eosinofil,
pemeriksaan darah rutin dankimia.
d) Pemeriksaan radiologi.

2.4.2 DiagnosaKeperawatan
Muttaqin (2008) mengungkapkan diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinik
tentang respon individu, keluarga, dan masyarakat tentang kesehatan aktual atau potensial,
dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga, menurunkan,
membatasi, mencegah, dan merubah status kesehatan klien.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan produksi
mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
18
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
3. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
4. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus.
5. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
7. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
8. Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.
9. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pemasangan infus.
10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan

2.4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses
keperawatan dimana perawat menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi pasien yang
ditentukan. Selama tahap intervensi keperawatan, dibuat prioritas dengan kolaborasi klien dan
keluarga, konsultasi tim kesehatan lain, telah literature, modifikasi asuhan keperawatan dan
cacat informasi yang relavan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan
penatalaksanaan klinik (Muttaqin, 2008).

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan NIC :
nafas tidak efektif tindakan keperawatan Airway Management
berhubungan selama 3 x 24 jam,   - Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dengan tachipnea, pasien mampu : atau jaw thrust bila perlu
peningkatan v  Respiratory status :      - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
produksi mukus, Ventilation ventilasi
kekentalan sekresi
v  Respiratory status :      - Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
dan Airway patency jalan nafas buatan
bronchospasme. v  Aspiration Control,       - Pasang mayo bila perlu
Dengan kriteria      - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
hasil :       - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
      - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

19
v  Mendemonstrasikan tambahan
batuk efektif dan     - Lakukan suction pada mayo
suara nafas yang      - Berikan bronkodilator bila perlu
bersih, tidak ada      - Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
sianosis dan dyspneu      - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
(mampu keseimbangan.
mengeluarkan       - Monitor respirasi dan status O2
sputum, mampu
bernafas dengan
mudah, tidak ada
pursed lips)
v  Menunjukkan jalan
nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
dalam rentang
normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
v  Mampu
mengidentifikasikan
dan mencegah factor
yang dapat
menghambat jalan
nafas

2 Gangguan Setelah dilakukan NIC :


pertukaran gas tindakan keperawatan Airway Management
berhubungan selama 3 x 24 jam,     - Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
dengan perubahan pasien mampu : atau jaw thrust bila perlu
membran kapiler v 
– Respiratory Status :      - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
alveolar Gas exchange ventilasi
v  Respiratory Status :       - Identifikasi pasien perlunya pemasangan
ventilation alat jalan nafas buatan

20
v  Vital Sign Status      - Pasang mayo bila perlu
Dengan kriteria      - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
hasil :       - Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
v  Mendemonstrasikan       - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
peningkatan ventilasi tambahan
dan oksigenasi yang      - Lakukan suction pada mayo
adekuat       - Berikan bronkodilator bial perlu
v  Memelihara      - Berikan pelembab udara
kebersihan paru paru      - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
dan bebas dari tanda keseimbangan.
tanda distress      - Monitor respirasi dan status O2
pernafasan Respiratory Monitoring
v  Mendemonstrasikan      - Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
batuk efektif dan usaha respirasi
suara nafas yang       - Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan,
bersih, tidak ada penggunaan otot tambahan, retraksi otot
sianosis dan dyspneu supraclavicular dan intercostal
(mampu        - Monitor suara nafas, seperti dengkur
mengeluarkan        - Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
sputum, mampu kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot
bernafas dengan       - Catat lokasi trakea
mudah, tidak ada       - Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
pursed lips) paradoksis)
v  Tanda tanda vital       - Auskultasi suara nafas, catat area
dalam rentang normal penurunan / tidak adanya ventilasi dan suara
tambahan
       - Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
       - Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya

3 Intoleransi Setelah dilakukan NIC :

21
aktivitas tindakan keperawatan Activity Therapy
berhubungan selama 3 x 24 jam, - Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
dengan batuk pasien mampu : Medik dalammerencanakan progran terapi
persisten dan
v  Energy conservation yang tepat.
ketidakseimbanganv  Activity tolerance - Bantu klien untuk mengidentifikasi
antara suplai
v  Self Care : ADLs aktivitas yang mampu dilakukan
oksigen dengan Dengan Kriteria Hasil -  Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
kebutuhan tubuh. : yang sesuai dengan kemampuan fisik,
v  Berpartisipasi dalam psikologi dan social
aktivitas fisik tanpa - Bantu untuk mengidentifikasi dan
disertai peningkatan mendapatkan sumber yang diperlukan
tekanan darah, nadi untuk aktivitas yang diinginkan
dan RR - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
v  Mampu melakukan aktivitas seperti kursi roda, krek
aktivitas sehari hari - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
(ADLs) secara yang disukai
mandiri - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
-  Sediakan penguatan positif bagi yang aktif
beraktivitas
- Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emoi, social dan
spiritual
4 Pola Nafas tidak Setelah dilakukan NIC :
efektif tindakan keperawatan Airway Management
berhubungan selama 3 x 24 jam, - Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dengan pasien mampu : atau jaw thrust bila perlu
penyempitan v Respiratory status : - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
bronkus Ventilation ventilasi
v  Respiratory status : - Identifikasi pasien perlunya pemasangan

22
Airway patency alat jalan nafas buatan
v  Vital sign Status - Pasang mayo bila perlu
Dengan Kriteria Hasil - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
: - Keluarkan sekret dengan batuk atau
v Mendemonstrasikan suction
batuk efektif dan - Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
suara nafas yang tambahan
bersih, tidak ada - Lakukan suction pada mayo
sianosis dan dyspneu - Berikan bronkodilator bila perlu
(mampu - Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
mengeluarkan Lembab
sputum, mampu - Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
bernafas dengan keseimbangan.
mudah, tidak ada - Monitor respirasi dan status O2
pursed lips)
v Menunjukkan jalan Terapi Oksigen
nafas yang paten - Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
(klien tidak merasa - Pertahankan jalan nafas yang paten
tercekik, irama nafas, - Atur peralatan oksigenasi
frekuensi pernafasan - Monitor aliran oksigen
dalam rentang - Pertahankan posisi pasien
normal, tidak ada - Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
suara nafas abnormal) - Monitor adanya kecemasan pasien
v Tanda Tanda vital terhadap oksigenasi
dalam rentang normal
(tekanan darah, nadi, Vital sign Monitoring
pernafasan)
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring, duduk,
atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,

23
dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan vital
sign

5 Nyeri akut; ulu hati Setelah dilakukan NIC :


berhubungan tindakan keperawatan Pain Management
dengan proses selama 3 x 24 jam, - Lakukan pengkajian nyeri secara
penyakit. pasien mampu : komprehensif termasuk lokasi,
v  Pain Level, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
v  Pain control, dan faktor presipitasi
v  Comfort level - Observasi reaksi nonverbal dari
Dengan Kriteria Hasil ketidaknyamanan
: - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
v  Mampu mengontrol untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
nyeri (tahu penyebab -  Kaji kultur yang mempengaruhi respon
nyeri, mampu nyeri
menggunakan tehnik - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
nonfarmakologi - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
untuk mengurangi lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
nyeri, mencari masa lampau
bantuan) - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
v  Melaporkan bahwa dan menemukan dukungan
nyeri berkurang - Kontrol lingkungan yang dapat
dengan menggunakan mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

24
manajemen nyeri pencahayaan dan kebisingan
v  Mampu mengenali - Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri (skala, - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
intensitas, frekuensi (farmakologi, non farmakologi dan inter
dan tanda nyeri) personal)
v  Menyatakan rasa - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyaman setelah nyeri menentukan intervensi
berkurang - Ajarkan tentang teknik non farmakologi
v  Tanda vital dalam - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
rentang normal - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri

Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
- Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
- Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara teratur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat waktu terutama
25
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
6 Defisit perawatan Setelah dilakukan NIC :
diri berhubungan tindakan keperawatan Self Care assistane : ADLs
dengan kelemahan selama 3 x 24 jam,
§  - Monitor kemempuan klien untuk perawatan
fisik pasien mampu : diri yang mandiri.
v  Self care : Activity of
§  - Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
Daily Living (ADLs) untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias,
Dengan Kriteria Hasil toileting dan makan.
: §  - Sediakan bantuan sampai klien mampu secara
v  Klien terbebas dari bau utuh untuk melakukan self-care.
badan §  - Dorong klien untuk melakukan aktivitas
v  Menyatakan sehari-hari yang normal sesuai kemampuan
kenyamanan terhadap yang dimiliki.
kemampuan untuk
§  - Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi
melakukan ADLs beri bantuan ketika klien tidak mampu
v  Dapat melakukan melakukannya.
ADLS dengan
§  - Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong
bantuan kemandirian, untuk memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak mampu untuk
melakukannya.
§  - Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
§  - Pertimbangkan usia klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

7 Cemas Setelah dilakukan NIC :


berhubungan tindakan keperawatan Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
dengan kesulitan selama 3 x 24 jam,    - Gunakan pendekatan yang menenangkan
bernafas dan rasa pasien mampu :     - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
takut sufokasi. v  Anxiety control pelaku pasien
v  Coping     - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
v  Impulse control dirasakan selama prosedur

26
Dengan Kriteria Hasil    - Pahami prespektif pasien terhadap situasi
: stres
v  Klien mampu    - Temani pasien untuk memberikan keamanan
mengidentifikasi dan dan mengurangi takut
mengungkapkan      - Berikan informasi faktual mengenai
gejala cemas diagnosis, tindakan prognosis
v  Mengidentifikasi,    - Dorong keluarga untuk menemani anak
mengungkapkan dan   - Lakukan back / neck rub
menunjukkan tehnik    - Dengarkan dengan penuh perhatian
untuk mengontol    - Identifikasi tingkat kecemasan
cemas     - Bantu pasien mengenal situasi yang
v  Vital sign dalam batas menimbulkan kecemasan
normal     - Dorong pasien untuk mengungkapkan
v  Postur tubuh, ekspresi perasaan, ketakutan, persepsi
wajah, bahasa tubuh    - Instruksikan pasien menggunakan teknik
dan tingkat aktivitas relaksasi
menunjukkan     - Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
berkurangnya
kecemasan

8 Kurang Setelah dilakukan NIC :


pengetahuan tindakan keperawatan - Teaching : disease Process
berhubungan selama 3 x 24 jam, - Berikan penilaian tentang tingkat
dengan faktor- pasien mampu : pengetahuan pasien tentang proses
faktor pencetus
v  Kowlwdge : disease penyakit yang spesifik
asma. process - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
v  Kowledge : health bagaimana hal ini berhubungan dengan
Behavior anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
Dengan Kriteria Hasil tepat.
: - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
v  Pasien dan keluarga muncul pada penyakit, dengan cara yang
menyatakan tepat
pemahaman tentang - Gambarkan proses penyakit, dengan cara
penyakit, kondisi, yang tepat

27
prognosis dan - Identifikasi kemungkinan penyebab,
program pengobatan dengan cara yang tepat
v  Pasien dan keluarga - Sediakan informasi pada pasien tentang
mampu kondisi, dengan cara yang tepat
melaksanakan - Hindari harapan yang kosong
prosedur yang - Sediakan bagi keluarga atau pasien
dijelaskan secara informasi tentang kemajuan pasien dengan
benar cara yang tepat
v  Pasien dan keluarga - Diskusikan perubahan gaya hidup yang
mampu menjelaskan mungkin diperlukan untuk mencegah
kembali apa yang komplikasi di masa yang akan datang dan
dijelaskan atau proses pengontrolan penyakit
perawat/tim - Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
kesehatan lainnya - Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion dengan cara
yang tepat atau diindikasikan
- Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
- Rujuk pasien pada grup atau agensi di
komunitas lokal, dengan cara yang tepat
- Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan cara yang
tepat

9 Resiko infeksi Setelah dilakukan NIC :


dengan faktor tindakan keperawatan Infection Control (Kontrol infeksi)
resiko prosedur selama 3 x 24 jam,   - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
invasif pemasangan pasien mampu : lain
infus. v  Immune Status    - Pertahankan teknik isolasi
v  Risk control    - Batasi pengunjung bila perlu
Dengan Kriteria Hasil    - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
: tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
v  Klien bebas dari tanda meninggalkan pasien

28
dan gejala infeksi     - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
v  Menunjukkan tangan
kemampuan untuk    - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
mencegah timbulnya tindakan kperawtan
infeksi    - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
v  Jumlah leukosit dalam pelindung
batas normal     - Pertahankan lingkungan aseptik selama
v  Menunjukkan perilaku pemasangan alat
hidup sehat    - Ganti letak IV perifer dan line central dan
dressing sesuai dengan petunjuk umum
     - Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
    - Tingkatkan intake nutrisi
    - Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
- Partahankan teknik aseptic pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
29
- Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
10 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan Nutrition Management
kebutuhan tubuh selama 3 x 24 jam, - Kaji adanya alergi makanan
berhubungan pasien mampu : - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
dengan faktor
v  Nutritional Status : menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
psikologis dan food and Fluid Intake dibutuhkan pasien.
biologis yang
v  Nutritional Status : - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
mengurangi nutrient Intake intake Fe
pemasukan v  Weight control - Anjurkan pasien untuk meningkatkan
makanan Dengan Kriteria Hasil protein dan vitamin C
: - Berikan substansi gula
v  Adanya peningkatan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
berat badan sesuai tinggi serat untuk mencegah konstipasi
dengan tujuan - Berikan makanan yang terpilih ( sudah
v  Berat badan ideal dikonsultasikan dengan ahli gizi)
sesuai dengan tinggi - Ajarkan pasien bagaimana membuat
badan catatan makanan harian
v  Mampu - Monitor jumlah nutrisi dan kandungan
mengidentifikasi kalori
kebutuhan nutrisi - Berikan informasi tentang kebutuhan
v  Tidk ada tanda tanda nutrisi
malnutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk
v  Menunjukkan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
peningkatan fungsi Nutrition Monitoring
pengecapan dari - BB pasien dalam batas normal
menelan - Monitor adanya penurunan berat badan
v  Tidak terjadi - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang

30
penurunan berat biasa dilakukan
badan yang berarti - Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb,
dan kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

2.5 KONSEP PEMBERIAN NEBULIZER

Pengertian Nebulizer
Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan
menjadiaerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan
atau gelombang ultrasonik.
Mengenai nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui
inhalasi / pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat lainnya namun
mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui mulut / oral. Sebagai
contoh :yang biasa nya penyembuhan flu selama 1 minggu, dengan terapi nebulizer sembuh
dalam 3 hari.Cara kerja terapi penguapan adalah obat-obat tersebut dilarutkan dalam bentuk

31
cairan yang diisikan ke nebulizer. Nebulizer mengubah partikel menjadi uap yang di hirup
sehingga langsung menuju paru-paru.Mampu menghancurkan dahak / slem / plegm.
Tujuan pemberian Nebulizer
Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme
berkurang/ menghilang.
Cara Bekerja Nebulizer
Cara bekerja Nebulizer adalah dengan penguapan.Jadi obat-obatannya diracik (berupa
cairan), dimasukan ketabungnya lalu dengan bantuan listrik menghasilkan uap yang dihirup
dengan masker khusus.Tidak ada bau apa-apa, jadi rasanya seperti bernapas biasa.terapi
penguapan sekitar 5-10 menit, 3-4 kali sehari ( seperti jadwal pemberian obat ). Dapat dipakai
sejak bayi 0 bulan, anak-anak (toddler/kids) hingga dewasa.
Pengobatan lewat Nebulizer ini lebih efektif dari obat-obatan minum, karena langsung
dihirup masuk ke paru-paru, sehingga dosis yang dibutuhkan pun lebih kecil, otomatis juga
lebih aman.Biasanya dipakai untuk anak asma atau yang memang sering batuk pilek berat
karena allergi maupun flu.
 Alat Nebulizer berguna untuk yang punya masalah dengan saluran pernafasan, seperti :

 Batuk, untuk mengeluarkan lendir (plegm / slem) di paru-paru / dada, mengencerkan


dahak
 Pilek / Hidung Tersumbat, melancarkan saluran pernafasan dengan terapi inhalasi
inijuga  
ampuh, penggunaanya sama dengan obat oral 3x sehari, campuran (obat) uapnya
biasanya juga obat-obatan yang memang untuk melancarkan jalan nafas
 Asma dan Sinusitis, bunyi tarikan nafasnya sangat kuat dan sesak nafas
 Alergy yang menyebabkan batu-batuk, pilek, dan yang menjurus ke serangan asma /
sinusitis

Obat-obatan untuk Nebulizer

 Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas
 Nacl : mengencerkan dahak  
 Bisolvon cair : mengencerkan dahak
 Atroven : melonggarkan saluran napas   
 Berotex : melonggarkan saluran napas
 Inflamid :untuk anti radang  

32
 Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas
 Meptin : melonggarkan saluran napas.  

Kombinasi yang dianjurkan


 Bisolvon-Berotec-Nacl
 Pulmicort-Nacl
 Combivent-Nacl
 Atroven-Bisolvon-Nacl

Indikasi dan Kontraindikasi Nebulizer


Indikasi Nebulizer
 Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan
saluran pernapasan.

Kontraindikasi Nebulizer
 Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung

Macam-macam Nebulizer
 Nebulizer Mini
   Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens
   pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikelmikroskopik
        dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas.
 Nebulizer Jet-Aerosol 

menggunakan gas bawah tekanan


 Nebulizer Ultrasonik  
menggunakan getaran frekuensi-tinggi untuk memecah air atau obat menjadi
       tetesan atau partikel halus.
Tahap Persiapan 
 Persiapan Pasien:
 Memberi salam dan memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan
 Menjelaskan langkah/prosedur yang akan dilakukan
 Menanyakan persetujuan pasien untuk diberikan tindakan
 Meminta pengunjung/keluarga meninggalkan ruangan

33
Persiapan Lingkungan:
 Menutup pintu dan memasang sampiran
Persiapan Alat:
 Set nebulizer 
 Obat bronkodilator
 Bengkok 1 buah
 Spuit 5cc
 Aqades
 Tissue

Tahap Pelaksanaan
 Mencuci tangan dan memakai handscoon
 Mengatur pasien dalam posisi duduk atau semifowler
 Mendekatkan peralatan yang berisi set nebulizer ke bed pasien
 Mengisi nebulizer dengan aquadesesuai takaran
 Memasukkan obat sesuai dosis
 Memasang masker pada pasien
 Menghidupkan nebulizer dan meminta pasien nafas dalam sampai obat habis 
 Matikan nebulizer.
 Bersihkan mulut dan hidung dengan tissue
 Bereskan alat
 Buka handscoon dan mencuci tangan

Tahap Terminasi
 Evaluasi perasaan pasien 
 Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya
 Dokumentasi prosedur dan hasil obserasi

34
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas Klien

Nama (inisial) : Tn. B


Tgl MRS : 08 Oktober 2019
TTL,umur : Palembang, 04 Mei 1960 (59 tahun)
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
Jenis Kelamin : Perempuan √ Laki-laki
Alamat : Kertapati, 7 Ulu, Palembang

35
Status Perkawinan : √ Kawin Janda Duda Belum Kawin
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SD √ SMP SMA PT
Pekerjaan : PNS ABRI/POLRI √ Lainnya : Buruh

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi segera (orang tua/wali/suami/istri/dll)


Nama : Maimunah
Pendidikan : SD √ SMP SMA PT
Pekerjaan : PNS ABRI/POLRI Pensiunan
Wiraswasta Tani Buruh √ Lainnya : IRT
Alamat : Kertapati, 7 Ulu, Palembang

Status Kesehatan saat ini


1. Alasan kunjungan/ : Px datang dengan keluhan sesak nafas di disertai suara nafas
Keluhan Utama mengi/wheezing (+)
2. Faktor pencetus : Saat aktivitas berat

3. Lamanya Keluhan : Sejak 7 hari yang lalu

Jelaskan : Klien mengatakan sesak nafas


MK : Ketidakefektifan pola nafas

4. Timbulnya keluhan : √ Bertahap Mendadak


5. Faktor yang memperberat : Saat beraktivitas berat, terpapar polusi udara
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

Sendiri :-
Orang lain : Dirujuk ke RS
7. Diagnosa Medis : Asma Bronkiale

8. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg

36
Denyut Nadi : 114 x/menit
Pernapasan : 38 x/menit
Suhu Tubuh : 36,2 °C
II. Riwayat Kesehatan yang lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

Kanak-kanak :-

Kecelakaan :-

Pernah dirawat : Penyakit : Tidak pernah waktu/lama : -

Operasi :-

2. Alergi :-
3. Imunisasi :-
4. Kebiasaan : Merokok Kopi Alkohol

Lainnya

5. Obat-obatan

Sendiri : Jenis : - , lamanya : -

Orang lain : Jenis : - , lamanya : -

6. Pola Nutrisi

Frekuensi makan : 3 x/hari


Berat Badan (BB) : 60 kg
Tinggi Badan (TB) : 170 cm
Jenis Makanan : MB (makan biasa)

37
Nafsu makan : √ Baik
Sedang, alasan; mual/muntah/sariawan
Kurang, alasan; mual/muntah/sariawan
Perubahan BB 3 bulan terakhir : √ Tetap
Bertambah kg
Berkurang kg
7. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar
Frekuensi : 1 x/hari pengg.pencahar : Ya √ Tidak
Waktu : √ Pagi Sore Malam
Warna : Kuning Hitam Abu-Abu √ Normal
Konsistensi : Keras √ Lunak Lembek Cair

b. Buang Air Kecil

Frekuensi : 5 x/hari
Warna : √ Kuning/jernih Coklat Coklat Tua Putih
Merah lain-lain, sebutkan ....
8. Pola tidur dan istirahat
a. Waktu tidur (jam) : 23.00 WIB
b. Lama tidur (jam) : ± 2-3 Jam
c. Kebiasaan pengantar tidur :-
d. Kesulitan dalam hal tidur : √ Menjelang tidur

√ Sering/mudah terbangun
√ Merasa tidak puas setelah bangun tidur
Jelaskan : Klien mengatakan sering terbangun saat malam hari akibat sesak
nafasnya, klien mengatakan menjadi sulit tidur jika sesak nafas. Klien
mengatakan frekuensi tidurnya hanya 2-3 jam sehari
MK : Gangguan Pola Tidur

38
9. Pola aktivitas dan latihan
a. Kegiatan dalam pekerjaan : Buruh
b. Olahraga :-
c. Kegiatan dalam waktu luang : Jenis, sebutkan: Mengobrol Frekuensi :-
d. Kesulitan/keluhan dalam hal : Pergerakan tubuh
Bersolek
Berhajat
√ Sesak napas setelah mengadakan aktifitas
√ Mudah merasa kelelahan

10. Pola Bekerja


a. Jenis pekerjaan : PNS ABRI/POLRI Pensiunan
Wiraswata Tani √ Buruh
b. Jumlah jam kerja : 7-8 jam/24jam
c. Jadwal kerja : √ Reguler Shift
d. Lain- lain, sebutkan :-
IV. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki : Perempuan : Pasien

X : Meninggal : Keturunan : Menikah

39
V. Riwayat Lingkungan
1. Kebersihan : Cukup baik
2. Bahaya : Bahaya yang mengancam di tempat bekerja
3. Polusi : Ada, polusi di tempat bekerja

VI. Aspek Psikososial


1. Pola pikir dan persepsi
a. Alat bantu yang digunakan: Kacamata
Alat bantu pendengaran
b. Kesulitan yang dialami: Sering pusing
Menurunny sensitifitas terhadap sakit
Menurunnya sensitifitas terhadap panas/
dingin
Membaca/ menulis

2. Persepsi Diri
a. Hal yang sangat dipikirkan saat ini : Pasien mengatakan ingin sembuh dari
sakitnya dan bisa beraktivitas seperti
biasanya
b. Harapan setelah menjalani perawatan : Keluarga dan pasien berharap kesembuhan
c. Perubahan yang dirasa setelah sakit : Setelah sakit px merasa dirinya sulit untuk
melakukan aktifitas seperti biasanya
3. Suasana hati : Cukup Baik
Rentang perhatian: Kelelahan beraktivitas berat
4. Hubungan/ komunikasi Bahasa utama: Palembang
Bahasa daerah: Palembang
a. Bicara : √ Jelas √ Relevan

√ Mampu mengekspresikan
√ Mampu mengerti orang lain
b. Tempat tinggal: √ Sendiri
Bersama orang lain, yaitu
c. Kehidupan keluarga: Adat istiadat yang dianut: tidak ada
Pembuatan keputusan dalam keluarga: Musyawarah keluarga
40
Pola komunikasi: Komunikasi dua arah
Keuangan : √ Memadai Kurang
d. Kesulitan dalam keluarga: Hubungan orang tua
Hubungan sanak saudara
Hubungan perkawinan
5. Kebiasaan seksual
a. Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi:
Fertilitas Libido Ereksi
Menstruasi Kehamilan AlatKontrasepsi
b. Pemahaman terhadap fungsi seksual: Baik

6. Pertahanan koping
a. Pengambilan keputusan: √ Sendiri
Dibantu orang lain, sebutkan :

b. Yang disukai tentang diri sendiri: -


c. Yang ingin dirubah dari kehidupan: Pekerjaannya
d. Yang dilakukan jika stress: √ Pemecahan masalah
Makan
Tidur
Makan obat
Cari pertolongan
Lain- lain (misal: marah, diam, dll)
Sebutkan :
e. Yang dilakukan perawat agar anda nyaman dan aman: Berikan sikap dan
perhatian yang baik terhadap pasien maupun keluarga, berikan lingkungan yang
nyaman, berikan perawatan yang baik.

7. Sistem Nilai- Kepercayaan


a. Siapa atau apa sumber kekuatan: Tuhan, Istri dan Anak-anaknya
b. Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan: √ Ya
Tidak

41
c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi),
sebutkan : Shalat 5 waktu (Jarang selama sakit)
d. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di RumahSakit,
sebutkan : Berdzikir

VII. PengkajianFisik
1. Kepala : Bentuk : Normochepal
Keluhan yang berhubungan: Pusing
Sakit kepala Lain- lain, sebutkan
2. Mata : Ukuran pupil : 3 mm √ Isokor Unisokor
Reaksi terhadap cahaya: Reflek cahaya langsung (+)
Akomodasi: (+)
Bentuk: Bulat reguler
Konjungtiva: Normal/tidak anemi
Fungsi penglihatan: Baik √ Kabur
Tidakjelas Dua bentuk Sakit
Tanda- tanda radang : Tidak ada
Pemeriksaan mata terakhir: -
Operasi: Tidak ada
Kacamata: Tidak ada
Lensa kontak: Tidak ada
3. Hidung: Reaksi alergi : Tidak ada
Cara mengatasinya: -
Pernah mengalami flu: Pernah
Bagaimana frekuensi per tahun: 2-3 kali/tahun
Perdarahan: Tidak ada
4. Mulut dan gigi : Gigi: Normal lengkap
Kesulitan/ gg berbicara: Tidak ada

Kesulitan menelan: Tidak ada


Pemeriksaan gigi terakhir: Tidak ada
5. Pernapasan: Suara napas: √ Wheezing Ronchi basah
Ronchi kering Lain- lain, sebutkan: Bebas
Frekuensi: 38 x/menit
42
Pola napas: Tachipneu
Batuk : √ Ya Tidak
Dispnea : √ Ya Tidak
Sputum : Putih , Nyeri: Ya √ Tidak
Kemampuan melakukan aktifitas:
Batuk darah: Ya √ Tidak
Sianosis : Tidak ada

Jelaskan : Klien mengatakan jika batuk terdapat dahak berwarna putih kental
MK : Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas

6. Kardiovaskuler dan Sirkulasi: Nadi perifer: 114 x/menit


Capillary Refill(CR): < 2
Distensi vena jugularis: Normal
Suara jantung: Normal
Suara jantung tambahan: -
Irama jantung (monitor): Normal
Nyeri: -
Perubahan warna (kulit, kuku, bibir, dll): Tidak
Sianosis : -
Keadaan ekstrimitas: Akral teraba hangat
7. Nutrisi : Jenis diet: BB (Bubur Biasa)
Napsu makan: √ Baik Kurang
Rasa mual: Ya √ Tidak
Muntah: Ya √ Tidak
Intake: cairan, jenis : RL gtt 20x/menit
8. Eliminasi
Buang Air Besar: Penggunaan laxantif: Ya √ Tidak
Colostomy: -
Ileostomy: -
Konstipasi: -
Diare: -
Buang Air Kecil: Inkontinensia : Ya √ Tidak
Infeksi : Tidak ada
43
Hamaturia : Ya √ Tidak
Kateter : Ya, sebutkan: √ Tidak
Urin – Output : 500 cc

9. Reproduksi : Kehamilan : -
Buah dada : Normal
Perdarahan :-
Pemeriksaan pap smear terakhir : -
Hasil : -
Keputihan : -
Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) : -
Prostat : -
10. Persarafan : Tingkat Kesadaran : CM GSC: 15, E : 4, M : 6, V : 5
Orientasi : Baik
Riwayat epilepsi / kejang / parkison :
Ya √ Tidak
Refleks : Langsung (+)
Kekuatan menggenggam : Baik
Pergerakan ekstrimitas : Sedang

11. Pernapasan : Nyeri : Tidak


Kekakuan : -
Pola latihan gerak : Sedang
12. Kulit : Warna : Normal
Integritas : Baik
Turgor : Baik

VIII. Data Laboratorium


Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.0 g/dL 14-16
Eritrosit 4.42 10*6/uL 4.5-5.5
Leukosit 14.8 10*3/uL 5-10

44
Trombosit 579 10*3/uL 150-400
Hematokrit 38 % 40-48
Hitung Jenis
-Basofil 0 % 0-1
-Eosinofil 2 % 1-3
-Batang 3 % 2-6
-Segmen 44 % 50-70
-Limfosit 48 % 20-40
-Monosit 3 % 2-8
KIMIA DARAH
Glukosa Darah Sewaktu 382 mg/dL <180
Ureum 39 mg/dL 20-40
Kreatinine 1.1 mg/dL 0,9-1,3
CPK 123 U/L <190
CK-MB 35 mg/mL <25

IX. Pengobatan
Tanggal Obat Dosis
IVFD RL gtt 20x/menit
Ceftriaxone 2 x 1 gr
08 Oktober 2019 Ambroxol 3x1
Nebu combivent 3x1C
Dexamethasone 3 x 1 vial

X. Pemeriksaan Penunjang Lainnya


1. Data Laboratorium
2. Perekaman EKG

XI. Persepsi Klien terhadap Penyakitnya

45
Pasien mengatakan penyakitnya ini membuatnya cemas, ia sedikit mengalami
kesulitan dalam beraktifitas karena sesak nafas yang dirasakannya.

XII. Kesan Perawat Terhadap Klien


Pasien terlihat kooperatif dalam merespon pertanyaan yang diajukan perawat,
perawat senang mengunjungi pasien.

ANALISA DATA
NAMA PASIEN : Tn. B UMUR : 59 Tahun

RUANGAN : PDL (Lk) NO.RM : 57.58.44

NO
DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
.
1. DS : Respon imun : Ketidakefektifan Pola
- Klien mengatakan sesak nafas makrofag, IL-4, Nafas
DO : Limfosit T dan B
- Klien tampak sesak ↓
- Klien tampak memegangi dada Antibodi IgE
- Klien tampak sulit bernafas abdnormal

46
- TTV : ↓
TD : 110/70 mmHg IgE melekat pada sel
RR : 38 x/menit mast (interstitial paru)
N : 114 x/menit ↓
S : 36, 2 °C Pencetus alergi
bereaksi dengan IgE

Sel mast
mengeluarkan
berbagai macam zat
(histamin, bradikinin
dan anafilatoksin)

Sekresi mucus
meningkat

Edema mucus

Penurunan ekspansi
paru

Obstruksi jalan nafas

Peningkatan kerja
napas

Bunyi wheezing

Ketidakefektifan pola
nafas
2. DS : Pajanan alergen Ketidakefektifan
- Klien mengatakan klien sesak (debu,kabut asap. Bersihan Jalan Nafas
napas Cuaca dingin, dll)
- Klien mengatakan jika batuk ↓

47
terdapat dahak berwarna putih kental Respon imun :
DO : makrofag, IL-4,
- Klien tampak sesak nafas Limfosit T dan B
- Terdengar bunyi wheezing (+) ↓
- Terdapat Batuk (+) Antibodi IgE
- Terdapat sputum putih kental saat abdnormal
batuk ↓
- TTV : IgE melekat pada sel
TD : 110/70 mmHg mast (interstitial paru)
RR : 38 x/menit ↓
N : 114 x/menit Pencetus alergi
S : 36,2 °C bereaksi dengan IgE

Sel mast
mengeluarkan
berbagai macam zat
(histamin, bradikinin
dan anafilatoksin)

Sekresi mucus
meningkat

Edema mucus

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

3. DS : Pajanan alergen Gangguan Pola Tidur


- Klien mengatakan sesak nafas (debu,kabut asap.
- Klien mengatakan sering terbangun Cuaca dingin, dll)
di malam hari akibat sesak nafasnya ↓
- Klien mengatakan menjadi sulit Respon imun :
tidur jika sesak nafas. makrofag, IL-4,
- Klien mengatakan frekuensi Limfosit T dan B

48
tidurnya hanya 2-3 jam sehari ↓
Antibodi IgE
DO : abdnormal
- KU sedang ↓
- Ada lingkaran gelap disekitar mata IgE melekat pada sel
- klien tampak lemas mast (interstitial paru)
- Klien tampak gelisah ↓
- klien tampak sesak nafas Pencetus alergi
- TTV : bereaksi dengan IgE
TD : 110/70 mmHg ↓
RR : 38 x/menit Sel mast
N : 114 x/menit mengeluarkan
S : 36,2 °C berbagai macam zat
(histamin, bradikinin
dan anafilatoksin)

Kontraksi otot polos

Bronkospasme

Obstruksi saluran
pernapasan

Hiperaktivitas
pernapasan

Peningkatan
kebutuhan O2

Hiperventilasi

Sesak Nafas

Gangguan pola tidur
49
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Gangguan pola tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru, peningkatan kerja nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme, peningkatan produksi sekret
3. Gangguan pola tidur b.d sesak nafas

RENCANA KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn. B UMUR : 59 Tahun

RUANGAN : PDL (Lk) NO.RM : 57.58.44

PERENCANAAN
DX
TUJUAN/ RASIONAL
NO. TGL KEPE- RENCANA
RAWATAN KRITERIA
TINDAKAN
HASIL
1. 8 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji frekuensi, 1. Kecepatan biasanya
Okto-
pola nafas b.d tindakan kedalaman pernafasan meningkatkan dyspna
ber
2019 penurunan keperawatan 2x24 dan ekspansi dada dan terjadi peningkatan
ekspansi paru, jam diharapkan serta catat upaya kerja nasa, kedalaman
peningkatan kerja pola nafas pernafaan termasuk pernafasan bervariasi
nafas ditandai kembali efektif penggunaan otot bantu tergantung derajat gagal
dengan : dengan kriteria atau pelebaran nasal nafas

50
DS : hasil : 2. Auskultasi bunyi 2. Ronchi dan mengi
- Klien -Frekuensi irama nafas dan catat bunyi menyertai obstruksi
mengatakan sesak dan kedalaman nafas adventisius jalan nafas/kegagalan
nafas pernafasan dalam seperti krekels, mengi, pernafasan
DO : batas normal gesekan pleura 3. Membantu ekspansi
- Klien tampak - Tidak ada atau 3. Beri posisi semi paru
sesak Retraksi dinding fowler 4. Membantu ventilasi
- Klien tampak dada berkurang 4. Bantu pasien dalam dan ketidaknyamanan
memegangi dada - Tidak terdapat nafas dalam upaya bernafas
- Klien tampak atau dyspnea 5. Berikan terapi 5. Memaksimalkan
sulit bernafas berkurang oksigen sesuai order persediaan oksigen
- TTV : 6. Kolaborasi dengan untuk pertukaran gas
TD : 110/70 dokter untuk terapi 6. Mempercepat proses
mmHg sesuai order penyembuhan
RR : 38 x/menit
N : 114 x/menit
S : 36, 2 °C
2. 8 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Kaji auskultasi 1. Beberapa derajat
Okto-
bersihan jalan tindakan bunyi nafas, cacat spasme bronkus terjadi
ber
2019 nafas b.d keperawatan 2x24 adanya bunyi nafas dengan obstruksi jalan
bronkospasme, jam diharapkan misalnya mengi, nafas dan dapat/tidak
peningkatan bersihan jalan krekels, ronchi, dll dimanifestasi-kan
produksi secret nafas kembali 2. Monitor TTV adanya bunyi nafas
ditandai dengan : efektif dengan 3. Kaji/pantau adventisius misalnya:
DS : kriteria hasil : frekuensi pernafasan, penyebaran, krekels
- Klien Bunyi nafas catat radio basah (bronkitir), bunyi
mengatakan klien normal atau inspirasi/ekspirasi nafas redup dengan
sesak napas bersih, TTV 4. Catat adanya ekspirasi mengi
- Klien dalam batas derajat dyspnea (emfisema) atau tidak
mengatakan jika normal, batuk misalnya keluhan adanya bunyi nafas
batuk terdapat berkurang, “lapar udara”, gelisah, (asma berat)
dahak berwarna ekspansi paru ansietas, distress 2. Untuk mengetahui
putih kental mengembang pernafasan, kondisi pasien
DO : penggunaan otot bantu 3. Tachipnea biasanya

51
- Klien tampak 5. Kaji pasien untuk ada pada beberapa
sesak nafas posisi yang nyaman derajat dan dapat
- Terdengar misalnya semi fowler/ ditemukan pada
bunyi wheezing meninggikan kepala penerimaan atau selama
(+) tempat tidur stress/adanya proses
- Terdapat Batuk 6. Pertahankan polusi infeksi akut.
(+) lingkungan minumum 4. Pernapasan dapat
- Terdapat dahak misalnya: debu, asap melambat dan frekuensi
putih kental saat dan bulu bantal yang ekspirasi memanjang
batuk berhubungan dengan dibanding inspirasi
- TTV : kondisi individu 5. Disfungsi pernapasan
TD : 110/70 7. Dorong/bantu adalah variabel yang
mmHg latihan nafas tergantung pada tahap
RR : 38 x/menit abdomen/bibir proses kronis selain
N : 114 x/menit 8. Observasi proses akut yang
S : 36,2 °C karakteristik batuk menimbulkan
misalnya menetap, perawatan di rumah
batuk pendek, basah. sakit. Misalnya infeksi,
Bantu tindakan untuk reaksi alergi
memperbaiki 6. Peninggian kepala
keefektifan upaya tempat tidur
batuk mempermudah fungsi
9. Tingkatkan pernafasan dengan
masukan cairan antara menggunakan gravitasi.
sebagai pengganti Sokongan tangan/kaki
makanan dengan meja/bantal dll
10. Berikan tindakan membantu menurunkan
nebulizer sesuai kelemahn otot dan
program terapi dapat sebagai alat
11. Kolaborasi dengan ekspansi dada
tim medis lain, dokter 7. Pencentus tipe reaksi
dalam pemberian alergi pernafasan yang
Cefrtiaxone, dapat mentriger episode
Ambroxol, akut
52
Dexamethasone 8. Batuk dapat menetap
tetapi tidak efektif,
khususnya bila pasien
lansia, sakit akut atau
kelemahan. Batuk
paling efektif pada
posisi duduk
tinggi/kepala di bawah
setelah perkursi dada.
9. Hidrasi membantu
menurunkan kekentalan
sekret. Mempermudah
pengeluaran,
penggunaan cairan
hangat dapat
menurunkan spasme
bronkus. Cairan selama
makan dapat
meningkatkan distensi
gaster dan tekanan pada
diafragma
10. Pemberian
nebulizer pada
penderita dengan
keluhan sesak serta
berdahak mampu
mengurangi sesak nafas
dan mengencerkan
dahak
11. Kolaborasi dengan
tim medis/dokter dalam
peningkatan proses
kesembuhan
3. 8 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Jelaskan pentingnya 1. Mengetahui

53
Okto- tidur b.d sesak tindakan tidur yang adekuat pentingnya tidur untuk
ber
nafas ditandai keperawatan 1x24 2. Fasilitas untuk pemulihan
2019
dengan : jam gangguan mempertahankan kesehatannya
DS : pola tidur teratasi aktivitas sebelum tidur 2. Pasien akan mudah
- Klien dengan kriteria (membaca) tidur setelah melakukan
mengatakan sesak hasil : 3. Beri posisi yang aktivitas
nafas - Jumlah tidur nyaman, semifowler 3. Posisi semifowler
- Klien dalam batas 4. Ciptakan digunakan agar
mengatakan normal lingkungan yang sirkulasi udara saat
sering terbangun -Pola tidur, nyaman tidur dapat berjalan
di malam hari kualitas dalam lancar
akibat sesak batas normal 4. Lingkungan yang
nafasnya - Perasaan fresh nyaman dapat
- Klien sesudah tidur mengurangi beban
mengatakan - Mampu pikiran pasien dan cepat
menjadi sulit tidur mengidentifikasik tidur
jika sesak nafas. an hal-hal yang
- Klien meningkatkan
mengatakan tidur
frekuensi tidurnya
hanya 2-3 jam
sehari
Ditandai dengan:
DO :
- KU sedang
- Ada lingkaran
gelap disekitar
mata
- klien tampak
lemas
- Klien tampak
gelisah
- klien tampak
sesak nafas
54
- TTV :
TD : 110/70
mmHg
RR : 38 x/menit
N : 114 x/menit
S : 36,2 °C

IMPLEMENTASI

Paraf &
Tgl/
No. Dx Implementasi Evaluasi Nama
Jam Jelas
08 Ketidakefektifan pola 1. Mengkaji frekuensi, S :
Oktober
nafas b.d penurunan kedalaman pernafasan dan - Klien mengatakan
2019/
09.45 ekspansi paru, ekspansi dada serta catat sesak nafas
WIB
peningkatan kerja nafas upaya pernafaan termasuk berkurang
ditandai dengan : penggunaan otot bantu O :
DS : atau pelebaran nasal - KU sedang,
- Klien mengatakan sesak 2. Mengauskultasi bunyi - Klien tampak
nafas nafas dan catat bunyi nyaman dengan
DO : nafas adventisius seperti posisi semifowler
- Klien tampak sesak krekels, mengi, gesekan - Sesak nafas klien
- Klien tampak pleura tampak berkurang
memegangi dada 3. Memberi posisi semi - TTV
- Klien tampak sulit fowler TD : 110/80
bernafas 4. Membantu pasien mmHg
- TTV : dalam nafas dalam RR : 28 x/menit
TD : 110/70 mmHg 5. Memberikan terapi N : 100 x/menit

55
RR : 38 x/menit oksigen sesuai order S : 36,2 °C
N : 114 x/menit 6. Berkolaborasi dengan A :
S : 36, 2 °C dokter untuk terapi sesuai Ketidakefektifan
order pola nafas teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
- Kaji frekuensi,
kedalaman
pernafasan, bunyi
- Posisi semi
fowler
- Terapi oksigen
sesuai order
8 Ketidakefektifan 1. Mengkaji auskultasi S:
Oktober
bersihan jalan nafas b.d bunyi nafas, cacat adanya - Klien mengatakan
2019/
13.05 bronkospasme, bunyi nafas misalnya sesak nafas
peningkatan produksi mengi, krekels, ronchi, dll berkurang
secret ditandai dengan : 2. Memonitor TTV - Klien mengatakan
DS : 3. Mengkaji/pantau jika batuk dahak
- Klien mengatakan klien frekuensi pernafasan, berkurang
sesak napas catat radio O:
- Klien mengatakan jika inspirasi/ekspirasi - Klien tampak
batuk terdapat dahak 4. Mencatat adanya nyaman dengan
berwarna putih kental derajat dyspnea misalnya posisi semifowler
DO : keluhan “lapar udara”, - Tampak sesak
- Klien tampak sesak gelisah, ansietas, distress nafas berkurang
nafas pernafasan, penggunaan - Tampak batuk
- Terdengar bunyi otot bantu berkurang
wheezing (+) 5. Mengkaji pasien untuk - Tampak dahak
- Terdapat Batuk (+) posisi yang nyaman berkurang setelah
- Terdapat sputum putih misalnya semi fowler/ pemasangan
kental saat batuk meninggikan kepala nebulizer
- TTV : tempat tidur - Tampak bunyi

56
TD : 110/70 mmHg 6. Mempertahankan nafas klien
RR : 38 x/menit polusi lingkungan berkurang
N : 114 x/menit minumum misalnya: - TTV :
S : 36,2 °C debu, asap dan bulu bantal TD : 110/80 mmHg
yang berhubungan dengan RR : 28 x/menit
kondisi individu N : 100 x/menit
7. Mengobservasi S : 36,2 °C
karakteristik batuk A:
misalnya menetap, batuk Ketidakefektifan
pendek, basah. Bantu bersihan jalan nafas
tindakan untuk teratasi sebagian
memperbaiki keefektifan P : Lanjutkan
upaya batuk intervensi
8. Berikan tindakan -Observasi bunyi
Nebulizer sesuai program nafas. Frekuensi
terapi - Posisi semi
9. Kolaborasi dengan tim fowler
medis lain, dokter dalam - Pemberian
pemberian Cefrtiaxone, nebulizer
Ambroxol, - Monitor TTV
Dexamethasone

8 Okto- Gangguan pola tidur b.d 1. Menjelaskan S :


ber
sesak nafas ditandai pentingnya tidur yang - Klien mengatakan
2019/
15.20 dengan : adekuat sudah bisa tidur
WIB
DS : 2. Memfasilitasi untuk dengan frekuensi 4-
- Klien mengatakan sesak mempertahankan aktivitas 5 jam sehari
nafas sebelum tidur (membaca) - Klien mengatakan
- Klien mengatakan 3. Memberi posisi yang tidurnya nyenyak
sering terbangun di nyaman, semifowler O :
malam hari akibat sesak 4. Menciptakan - KU baik,
nafasnya lingkungan yang nyaman - Klien tampak bisa
- Klien mengatakan tertidur
menjadi sulit tidur jika - TTV

57
sesak nafas. TD : 110/80
- Klien mengatakan mmHg
frekuensi tidurnya hanya RR : 28 x/menit
2-3 jam sehari N : 98 x/menit
Ditandai dengan : S : 36,2 °C
DO : A : Gangguan pola
- KU sedang tidur teratasi
- Ada lingkaran gelap P : Pertahankan
disekitar mata intervensi
- klien tampak lemas
- Klien tampak gelisah
- klien tampak sesak nafas
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
RR : 38 x/menit
N : 114 x/menit
S : 36,2 °C

58
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam makalah ini akan dibahas masalah keperawatan kepada pasien dengan asuhan
keperawatan pada Tn. B dengan Asma bronkiale. Asuhan keperawatan tersebut diterapkan
sesuai dengan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
A. Pengkajian
` Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Menggali informasi dari
pasien ruangan (autoanamnesa) dan informasi dari keluarga pasien (alloanamnesa) serta
dengan data-data rekam medic pasien yang selalu digunakan dalam aspek atau tindakan yang
pernah dilakukan terhadap pasien.
Dari data pengkajian yang dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2019 didapatkan bahwa
tanda-tanda vital pasien Tn B : TD 110/70 mmHg, Nadi 114x/menit, T 36,2ºC, RR 32 dengan
keluhan keluhan sesak nafas di disertai suara nafas dan suara nafas mengi/ wheezing ,
diagnose dokter yaitu penyakit asma bronkiale.
Dari pemeriksaan laboratorium dan endoscopy, didapatkan hasil:
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal pemeriksaan: 09 Oktober 2019
No Hematologi dan
Hasil Nilai Rujukan
. Kimia darah
1. Hemoglobin 13.0 14-16 g/dL
2. Eritrosit 4.42 4.5-5.5 10*6/uL
3. Leukosit 14.8 5,0-10,0 10*3/uL

59
4. Trombosit 579 150,0-400,0 10*3/uL
5. Hematokrit 38 40-48%
6. Hitungjenis
-Basofil 0 0,0-1,0 %
-Eosinofil 2 1,0-3,0 %
-Batang 3 2,0-6,0 %
-Segmen 44 50,0-70,0 %
-Limfosit 48 20,0-40,0 %
-Monosit 3 2,0-8,0 %
7. Glukosa darah sewaktu 382 <180,0 mg/dL
8. Ureum 39,0 20,0-40,0 mg/dL
9. Creatinine 1.1 0.9-1,3 mg/dL
10. CPK 123 <190 U/L
11. CK MB 35 <25

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifkasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (a. Carpenito,
2000)
Setiap pasien memiliki keluhan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Namun sebagian besar mengalami kejadian yang sama. Untuk keluhan yang berbeda akan
menimbulkan diagnose keperawatan yang berbeda pula. Berikut adalah diagnose
keperawatan pada pasien dengan penyakit Asma bronkiale, pada pasien kelolaan ini
didapatkan diagnose keperawatan sebagai berikut:
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru, peningkatan kerja nafas
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme, peningkatan produksi sekret
3. Gangguan pola tidur b.d sesak nafas

C. Intervensi Keperawatan
Pada rencana keperawatan lebih menekankan untuk mengatasi diagnosa yang muncul
lebih dominan. Perawat lebih mengutamakan tindakan kolaborasi daripada tindakan
mandiri dengan tujuan dapat mencapai keberhasilan dalam hal perawatan pasien dengan
diagnose penyakit Asma Bronkiale. Pada pasien kelolaan lebih diutamakan untuk
mengatasi keluhan sesak. Untuk mengatasi sesak maka dilakukan intervensi dengan
masalah keperawatan Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru,
peningkatan kerja nafas. Untuk mengatasi gangguan Asma Bronkiale di lakukan dengan

60
pemberian obat combivent dengan bantuan alat nebulizer . Serta pada tindakan ini
diberikan cairan RL dengan gtt 20x/m, Dexamethasone, Ceftriaaxone, Ambroxol.
D. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilaksanakan kelompok sesuai dengan rencana keperawatan
yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan, kami membuat rencana keperawatan dan
setiap kali berinteraksi dengan klien kami mengevaluasi kemampuan klien sesuai criteria
hasil dan indicator yang telah kami buat. Tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai
shift dinas yang ada (pagi,siang, dan malam). Tindakan keperawatan dilakukan dalam
waktu tiga hari dan intervensi dihentikan karena klien sudah diperbolehkan pulang.
D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian tujuan dan
kriteria hasil. Evaluasi keperawatan dilakukan setiap selesai melakukan tindakan dan
dilakukan evaluasi ulang ke pasien sebelum dilakukan pertukaran shift. Evaluasi yang
kami lakukan sesuai dengan teoritis yakni berdasarkan analisa SOAP (subjektif, objektif,
analisis, planning). Planning diberhentikan karena pasien diperbolehkan pulang.
Pendokumentasian yang kami lakukan dengan melakukan pencatatan setiap respon
perkembangan pasien mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi hasil tindakan. Dalam diagnosa
keperawatan Ketidakefektifan pola nafas, tampak klien mengalami perubahan yaitu sesak
napas berkurang, . Walaupun masalah belum teratasi dan klien masih mengalami sesak
napas, , tetapi pada hari ke 3 pengkajian tampak pola napas sudah efektif.

61
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab pembahasan, maka penulis dapat menarik kesimpulan:
1. Data pengkajian di peroleh langsung berdasarkan hasil anamnesa dengan pasien dan
keluarga pada tanggal
2. Sesuai data yang diperoleh ketika pengkajian, diagnosa keperawatan yang muncul pada
Tn “B” dengan Asma Bronkiale dengan Tindakan Pemberian Nebulizer adalah :
a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru, peningkatan kerja nafas
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d bronkospasme, peningkatan produksi sekret
c. Gangguan pola tidur b.d sesak nafas
3. Dalam melakukan imlementasi selama tiga hari, target yang ingin dicapai telah dicapai
4. Keberhasilan tidaknya proses keperawatan itu salah satunya disebabkan karena adanya
kerjasama, baik itu antara tim kesehatan, hal pelayanan kesehatan maupun kerjasama
antara perawat atau petugas kesehatan lainnya dengan pasien itu sendiri.
4.2 Saran
1. Bagi RSUD Palembang BARI
Diharapkan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan melalui
intervensi yang dapat diterapkan dan memberikan edukasi kepada klien dengan
penyakit Asma Bronkiale.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Palembang
Diharapkan bagi institusi pendidikan untuk menambah referensi secara teoritis yang
berkaitan dengan Asuhan Keperawatan Asma Bronkiale.
3. Bagi Pasien
Diharapkan klien dengan adanya informasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan dapat
mengerti dan mau melakukan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan

62

Anda mungkin juga menyukai