PENDAHULUAN
mengi, sesak nafas, dada terasa berat, dan batuk terutama terjadi pada malam
hari (Padila,2013).
mengalami peningkataan dari 2,6% ditahun 2007 menjadi 5,1% pada tahun
Mojokerto ditemukan dari hasil rawat inap selama satu tahun terakhir dengan
1
2
Bersihan Jalan Nafas. Hasil wawancara dan observasi dari 3 responden, dari
inflamasi akut dan kronik. Pada asma di tandai oleh inflamasi dinding jalan
penyempitan jalan nafas. Hal ini dapat mengakibatkan rasa sesak, nafas
Hipersekresi lendir adalah suatu ciri patologis yang terlihat pada asma
selanjutnya bisa berada dalan kondisi status asmatikus. Kondisi tersebut dapat
jalan nafas yang dialami pasien Asma Bronkial antara lain : memberikan
(semi fowler), batuk secara efektif, istirahat yang cukup serta membatasi
dan gejala yang menyulitkan keluarga seperti sesak nafas di malam hari.
Untuk itu, penulis ingin mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang
sebagai study kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan klien
Kabupaten Mojokerto.
Kabupaten Mojokerto.
Kabupaten Mojokerto.
5
Kabupaten Mojokerto.
a. Bagi Perawat
selanjutnya
a. Bagi Peneliti
c. Bagi Institusi
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan tentang teori yang mendukung penelitian meliputi :
2.1.1 Pengertian
luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab
asma bisa datang secara tiba tiba. Jika tidak mendapatkan pertolongan
7
8
(Hardhi,2016).
yaitu :
akan segera diikat oleh mastosit yang ada di dalam jaringan dan
reseptor untuk IgE tetapi dengan afinitas yang lemah. Orang yang
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih
dengan alergen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada
dan lainnya baik yang berupa iritan maupun yang bukan iritan.
10
keadaan stres yang akan merangsang aksis HPA. Aksis HPA yang
infeksi saluran nafas akut, pada usia 5-6 tahun dapat terjadi
c) Asma kronik/persisten
usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadi obstruksi jalan nafas
penyakit :
a. Tahap I : Intermitten
singkat.
beberapa hari)
periode eksaserbasi
Variabilitas 20-30%
malam hari)
hari
Variabilitas >30%
kontrol :
2.1.3 Etiologi
1) Asma ekstrinsik/alergi
2) Asma instrinsik/idopatik
sinus/cabang trakeobroncial.
3) Asma campuran
1) Genetik
2) Alergen
polusi
17
obat - obatan
pernafasan.
4) Tekanan jiwa
setelah olah raga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan jarang
6) Obat obatan
7) Polusi udara
8) Lingkungan kerja
2.1.5 Stadium
1. Stadium I
2. Stadium II
dan berbusa pada stadium ini mulai terasa sesak nafas berusaha
epigastrium.
3. Stadium III
(Andra,2013).
2.1.6 Patofisiologi
bronkhi dengan mukus yang kental, selain itu otot-otot bronkhial dan
ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan
mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vegal
ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti
merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha
(Padila,2013).
22
Pathway
Antigen yang terikat IGE
Faktor pencetus : alergen pada permukaan sel mast
atau basofil
Mengeluarkan mediator
histamine, platelet,
bradikinin
Penyempitan/obstruksi
proksimal dan bronkus pd
tahap ekspirasi dan inspirasi
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
khas.
6. Takikardia
2.1.8 Penatalaksanaan
asma, pengobatannya
dua golongan :
b. Kromalin
bersama obat anti asma dan efeknya baru terlihat setelah satu
bulan.
c. Ketolifen
kesehatan.
klien.
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
cabang bronkus.
b. Pemeriksaan darah
2. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
akan bertambah.
bertambah.
paru.
paru.
3) Elektrokardiografi
4) Scanning paru
5) Spirometri
2.1.10 Pencegahan
berikut:
1. Menjaga Kesehatan
membatasi pasien.
pintu, jendela, dan tetap tinggal dalam rumah saat serbuk sari
(Wibisono,2010).
sering dan terjadi terutama pada anak kecil. Sulfit suatu bahan
asma yang ringan bisa menjadi berat jika tidak segera mendapat
1. Asma kardial
3. Bronkiektasis
4. Keganasan
5. Infeksi paru
7. Sembab laring
8. Tumor trakeo-bronkhial
2.1.13 Komplikasi
33
lazim pakai.
dan sering kali dengan perasaan letih atau bahasa latinnya paru –
paru basah.
karbondioksida.
2.2.1 Pengertian
cepat
e) Sianosis
h) Orthopneu
i) Dispneu
Mayor :
Minor :
35
(Carpenito,2007)
perokok pasif
napas.
dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia dini
serangan asma. Pekerjaan serta suku bangsa juga perlu dikaji untuk
mengetahui adanya pemaparan bahan alergen. Hal lain yang perlu dikaji
dari klien ini adalah tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomer rekam
1. Keluhan utama
terasa berat pada dada dan adanya keluhan sulit untuk bernafas
(Muttaqin,2014).
batuk yang berlebih dan ditandai mukus yang jernih dan berbusa.
kecil, tidak ada batuk, pernapasan menjadi dangkal dan tidak teratur,
(Muttaqin,2014).
riwayat penyakit asma atau penyakit alergi yang lain pada anggota
38
tidak (Muttaqin,2014).
(Muttaqin,2014).
3) Pola Eliminasi
Untuk kasus asma tidak ada gangguan pada pola eliminasi, tapi
walaupun begitu perlu juga dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi urin dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga
Semua klien asma timbul rasa sesak dan batuk sehingga hal ini dapat
mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien. Selain itu juga, pengkajian
5) Pola Aktivitas
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
klien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam
kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien
(Muttaqin,2014).
40
konsep diri klien dan akhirnya memengaruhi jumlah stressor yang dialami
Dampak pada klien asma yaitu, klien tidak bisa melakukan hubungan
seksual karena harus menjalani rawat inap dan keterbatasan aktivitas yang
dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status perkawinannya termasuk
pencetus serangan asma. Oleh karena itu perlu dikaji penyebab stres.
1. Keadaan Umum
klien.
B1 (Breathing)
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
B2 (Blood)
B3 (Brain)
koma
B4 (Bladder)
syok
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
lama klien tidur dan istirahat, serta berapa besar skibst kelelahan
yang dapat terwujud dari kerjasama antara perawat dan dokter untuk
kolaboratif.
tidak efektif.
Kriteria hasil :
kekentalan sekret
normal).
Intervensi
tempat tidur.
gravitasi.
bronkus.
mengeluarkan sekret.
46
rasio inspirasi/ekspirasi.
oksigenasi.
mukosa (Doengoes,2012).
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status
kesehatan saai ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang
mendatang.
2.3.6 Evaluasi
6. Wheezing (-)
METODE PENELITIAN
mempengaruhi validity suatu hasil, selain itu desain riset juga berguna
(Notoatmodjo,2012).
permasalahan memalui studi kasus yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal
disini dapat berarti satu orang, sekelompok penduduk yang terkena masalah.
Unit yang menjadi kasus tersebut secara mendalam dianalisis baik dari segi
(Notoatmodjo,2012)
49
50
membantu pasien kembali pada fungsi optimalnya dengan cepat, aman dan
1) Dispnea
5) Sianosis
6) Kesulitan bicara
7) Gelisah
8) Sputum berlebihan
51
3.3 Partisipasi
Study kasus ini adalah orang yang dijadikan subyek dilakukan study
kasus (Notoadmodjo, 2010). Subyek study kasus ini dilakukan pada 2 klien
sebagai berikut :
fungsi kesehatan.
3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data
Uji keabsahan data yaitu untuk menguji kualitas data informasi yang
data tama yaitu klien, perawat, keluarga yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti.
yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam bentuk opini pembahasan. Teknik
analisa data yang digunakan dalam study kasus ini diperoleh dari hasil
masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan
analisa data :
53
3.7.4 Simpulan
3) Confidentiality (kerahasiaan)
54
(Alimul,2008)
(Alimul,2008)