ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
pada saluran napas, adanya penebalan dinding pada saluran napas dan
peningkatan produksi mukus yang berlebihan pada saluran napas, akibatnya
timbul gejala-gejala seperti mengi, sesak napas, dada tertekan, dan batuk.
Peningkatan produksi mukus yang berlebih menyebabkan penumpukan sekret
di saluran napas akan menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
(GINA 2019).
Seorang penderita asma akan mengalami ketidakefektifan bersihan
jalan nafas yang artinya ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret.
Hal ini disebabkan karena penderita asma mengalami penumpukan sekret
pada jalan napas, sehingga terjadi penyumbatan dan oksigen tidak dapat
mencapai paru-paru secara maksimal. Untuk mengatasi tersebut maka akan
dilakukan intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien asma
bronkial.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan asma bronkial, perawat
memiliki tujuan untuk mengembalikan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Perawat dapat membantu pasien untuk melakukan fisioterapi dada yaitu
pemberian terapi inhalasi uap (nebulizer) yang bertujuan untuk melegakan
saluran napas yang menyempit. Dengan latar belakang di atas, dapat
disimpulkan bahwa ketidakefektifan bersihan jalan napas sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan dan melaporkan
pengelolaan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien
asma bronkial.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada klien asma bronkial
dengan fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
2. Tujuan Khusus
a. Menuliskan hasil pengkajian pada klien asma bronkial dengan fokus
studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
b. Menuliskan diagnosa keperawatan pada klien asma bronkial dengan
fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
c. Menuliskan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan pada
klien asma bronkial dengan fokus studi pengelolaan ketidakefektifan
bersihan jalan napas
d. Menuliskan tindakan keperawatan pada pasien asma bronkial dengan
fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas
e. Menuliskan evaluasi masalah keperawatan pada pasien asma bronkial
dengan fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
f. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaaan,
tindakan , dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
diagnosis pada pasien asma bronkial dengan fokus studi pengelolaan
ketidakefektifan bersihan jalan napas.
4
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman tentang
perawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien asma
bronkial, meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan
2. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang perawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien asma.
3. Bagi petugas kesehatan
Dapat memberi manfaat pengetahuan dan perawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien asma bronkial.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
5
6
3. Etiologi
Asma yang terjadi dalam keluarga menunjukan bahwa asma
merupakan faktor keturunan. Faktor resiko terjadinya asma berasal dari
paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup dan dapat
memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran napas, seperti :
c. Asap tembakau
d. Polusi udara
4. Manifestasi klinis
a. Asma bisanya menyerang pada malam hari atau dipagi hari .
b. Batuk (dengan atau tanpa lendir)
c. Dipsnea
d. Wheezing.
e. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
(Scholastica F.A, 2019).
5. Patofisiologi
Emosional,
Alergen
psikososial, stress
IgE abnormal
Hipoksemia
Intoleransi Bernapas
aktivitas melalui Batuk
Gangguan Gelisah tidak
pertukaran gas mulut
efektif
7. Komplikasi
a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality.
Edukasi tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi
juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan,
pembuat perencanaan bidang kesehatan.
b. Menilai dan memonitor gejala asma secara berkala
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi.
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
3) Daya ingat ( memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri
c. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
1) Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditunjukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Obat pengontrol diberikan untuk pengobatan dalam jangka waktu
panjang untuk mengontrol asma.
Macam-macam pengontrol :
a) ICS (Inhaled corticosteroid), digunakan sebagai terapi asma
misalnya : Beklometason 40-80 g/puff (dosis rendah),
Budesonide 0,25;0,5;1,0 mg/nebul, Fluticasone 44 atau 110
g/puff.
b) LTRA (Leukotrient Receptors Antagonist) digunakan untuk
mengontrol asma misalnya montelukast,zafirlukast dan
pranlukast.
Obat pelega berfungsi untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi
otot polos, memperbaiki atau menghambat brokokontriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi,rasa berat di dada dan
12
Bronkial.
1. Nebulizer
Nebulisasi adalah salah satu inhalasi dengan menggunakan alat
bernama nebulizer. Alat ini mengubah cairan menjadi droplet aerosol
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer
dapat berupa albuterol, ventolin, proventil, atau airet (Valentina, 2017).
Keuntungan menggunakan terapi nebulizer diantaranya medikasi
dapat diberikan langsung pada tempat atau sasaran aksinya seperti paru
oleh karena itu dosis yang diberikan rendah , dosis yang rendah dapat
menurunkan absorbsi sistemik dan efek samping sistemik, pengiriman
obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat.
Udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab yang dapat membantu
mengeluarkan sekresi bronchus (Valentina, 2017)
Asma Bronkial
1. Pengkajian
Menurut Padila (2017) meliputi :
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dyspnea
( sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain seperti batuk, wheezing, gelisah.
17
3. Rencana keperawatan
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan atau
hasil yang diharapkan.
Tujuan : Jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Pasien tidak batuk
b. Pasien tidak mengeluarkan sputum
c. Tidak ada wheezing
d. Frekuensi pernafasan dalam rentang normal
e. Mempunyai jalan napas yang paten
f. Pasien tidak gelisah
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi yang dilakukan
pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu :
a. Kaji keluhan pasien
Rasional : mengetahui keadaan pasien
b. Lakukan auskultasi bunyi nafas
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat/ tidak di manefastikan adanya bunyi nafas
adventisius (bunyi tambahan).
c. Memberikan terapi nebulisasi
Rasional : untuk mengencerkan sekret
d. Berikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional : untuk mencegah terjadinya hipoksia
e. Atur posisi pasien setengah duduk/semi fowler
Rasional : meningkatkan pengembangan paaru dan melonggarkan
posisi diafragma
f. Kolaborasi dengan tim medis
Rasional : untuk mempercepat penyembuhan pasien
19
4. Implementasi Keperawatan
Perawat melakukan tindakan sesuai rencana keperawatan yang
telah dibuat untuk menyelesaikan masalah pengelolaan ketidaefektifan
bersihan jalan napas pada pasien asma bronkial.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis, dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis dan membandingkan status
kesehatan klien dengan kriteria hasil yang di inginkan serta menilai derajat
pencapaian hasil klien.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontraindikasi masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif
yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena
dalam menemukan ide baru. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh
langkah- langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat
kesimpulan dan laporan. Pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan
proses keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting
yang dipilih yaitu Asuhan Keperawatan Pada Asma Bronkial dengan fokus
studi ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nursalam, 2017).
B. Subyek Penelitian
1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien dengan masalah asma
bronkial, klien berusia dewasa hingga lansia (25-55 tahun), klien/keluarga
bersedia sebagai responden.
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah keluarga klien tidak
mengizinkan klien dijadikan responden , dokter tidak mengizinkan klien
dijadikan responden, atau klien memiliki penyakit lain yang memerlukan
penanganan khusus seperti penyakit jantung atau paru-paru yang parah.
(Nursalam, 2017).
20
21
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas pada klien dengan asma bronkial di Ruang Dahlia RSUD dr.R
Soeprapto Cepu
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
Mei 2021. Pengkajian Tn.G dilakukan pada tanggal 27-29 April 2021.
A. Hasil
Pada bab ini akan membahas hasil dari studi kasus tentang asuhan
keperawatan pada asma bronkial dengan fokus studi pengelolaan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU.
Pengelolaan pada Tn.G dilakukan pada tanggal 27 April 2021 di ruang Dahlia
RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU. Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses
keperawatan yaitu meliputi pengkajian,diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
24
25
melalui nasal kanul, Infus Assering 20 tpm. Lalu pasien dipindah ke ruang
Dahlia untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Pengkajian riwayat keperawatan dahulu klien mengatakan belum
pernah dirawat dirumah sakit tetapi sebelumnya klien pernah mengalami
sakit seperti yang diderita saat ini.ketika klien merasa kecapekan . Klien
juga mengatakan kalau dia tidak ada alergi terhadap makanan atau obat.
Pengkajian riwayat keperawatan keluarga klien mengatakan
kalau keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
diabetes mellitus, hipertensi, pasien juga mengatakan dalam keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS maupun
TBC.
Pengkajian pola fungsional gordon, dalam pengkajian pola
aktivitas dan istirahat, Tn.G sebelum sakit kerja untuk memenuhi
tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan biasanya tidur 10 jam/hari
dan tidak ada gangguan saat tidur. Namun saat sakit pasien mengatakan
sudah tidak kerja karena setiap kecapekan pasien sesak napas dan tidurnya
tidak nyenyak dan sering terbangun di malam hari karena sesak napas dan
batuk, pasien hanya bisa tidur 3 jam/hari. Pola respirasi Tn.G batuk
berdahak. Sesak napas dan menggunakan alat bantu pernapasan berupa
nasal kanul oksigen 5 liter per menit.
Dalam pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum klien
tampak lemah. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital meliputi tekanan darah
120/80 mmHg, frekuensi nadi 103 x/menit, frekuensi pernapasan 32
x/menit, suhu 36,80C. Pada pemeriksaan fisik nampak pada mata klien
konjungtiva anemis, membrane mukosa sianosis, pada dada klien terlihat
sesak dalam bernafas, hidung ada secret ,terdengar suara tambahan
wheezing . Pada ekstermitas atas sebelah kiri terpasang infuse.
Sejak masuk IGD pada tanggal 26 April 2021 sampai 2 April 2021
klien mendapatkan terapi infus assering 20 tetesan per menit, terapi obat
melalui intravena injeksi omeprazole 1 ampule 20 mg , injeksi
26
ondansetron 3x4 mg, Injeksi Ceftriaxone 2x1 mg, Acetylcysteine 2x1 mg,
nasal canul 5 liter per menit, nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicort 1 mg
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG) pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan gula
darah. Hasil dari pemeriksaan elektrokardiografi menunjukan klien tidak
memiliki gangguan pada sistem kardiovaskular. Pemeriksaan labolatorium
pada tanggal 26 April 2021 didapatkan hasil Hemoglobin 15,7 g/dl,
Lekosit 7,08x103/l, trombosit 29,6x106/l, SGOT 26l, GDS 134 mg/dl,
HbSAg negative
2. Analisa Data
3. Diagnosa Keperawatan
4. Rencana Keperawatan
5. Implementasi Keperawatan
6. Catatan perkembangan
B. Pembahasan
Pada bab ini penulis membahas dan menganalisis hasil dari laporan
karya tulis ilmiah pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
Tn.G dengan Asma Bronkial dimulai pada tanggal 27-29 April di Ruang
Dahlia RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU. Pengelolaan ini mencakup lima
tahap proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
32
1. Pengkajian
a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi napas abnormal
d) Frekuensi napas berubah
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi keperawatan
Yang didapatkan dari data Tn.G pada tanggal 27 April 2021 klien
merasa sesak, adanya suara tambahan wheezing dan di tenggorokan terasa
banyak dahak yang sulit dikeluarkan, pasien diberikan terapi oksigen 5
liter per menit dengan hasil Respirasi 32x/menit. Pada hari kedua pada
tanggal 28 April 2021 klien mengatakan sesak nya sedikit berkurang dan
pasien mampu mengeluarkan dahak dengan hasil Respirasi 26x/menit
pasien masih diberikan terapi oksigen 5 liter per menit. Pada hari ketiga
pada tanggal 29 April 2021 klien mengatakan sudah tidak sesak dan sudah
tidak terpasang oksigen.
Menurut penulis tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
dan beberapa perencanaan pendukung di teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI
(2018) penghisapan sekret dengan menggunakan teknik nebulisasi hal ini
sesuai dengan keluhan yang dialami klien.
5. Evaluasi Keperawatan
(http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-
15 Desember 2020).
GINA (2019). Pocket Guide for Asthma Management and Preventation. (Online),
Panasea
Salemba Medika
Bandung : Alfabeta,CV.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
16 November 2020).
SOP INHALASI UAP (NEBULIZER)
.
.
STANDAR Tanggal Terbit Disetujui Oleh
OPERASIONAL
PROSEDUR
.
..
Pengertian Pemberian obat inhalasi nebulaiser adalah pemberian
inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan
nebulator. Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang
dilakukan secara hirupan dalam bentuk aerosol ke
dalam saluran napas. Terapi inhalasi masih menjadi
pilihan utama pemberian obat yang bekerja langsung
pada saluran napas terutama pada kasus asma dan
PPOK
Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar
2. Melonggarkan jalan napas
Petugas Perawat
1. Asma Bronkial
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Indikasi
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak
1. Set nebulizer
2. Obat Bronkodilator
Persiapan Alat 3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aqua bides
1. Memberikan salam
2. Meyebut/ menanyakan nama pasien
3. Mengenalkan diri dan instansi
Persiapan Pasien 4. Menjelaskan tujuan daan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
sebelum melakukan tindakan
6. Membawa dan meletakkan alat didekat pasien
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi pasien
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja atau troli
disamping kanan pasien yang berisi
nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades
sesuai takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi
dengan baik
6. Memasang obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta
pasien napas dalam sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan
tissue
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan
GLUSARIUM
Brankidin : Zat kimia yang diproduksi oleh sel- sel di dalam
peradangan
berkontraksi
sebagaimana mestinya.
benda asing
alergen tertentu
Obstruksi : Sumbatan
pada jaringan
a. Rumah :-
b. HP : 085713383507
c. E-mail : Ummif13@gmail.com
8. Riwayat Pendidikan
Ummi Fatimah
NIM P1337420418013