Anda di halaman 1dari 48

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asma Bronkial merupakan suatu kelainan berupa peradangan saluran


napas yang menyebabkan hipereaktifitas bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang berakibat adanya penyempitan jalan napas sehingga
menghasilkan lendir berlebih (Aulia,2017)
Asma merupakan penyakit yang dapat menyerang semua golongan.
Penyakit asma memang muncul sejak kanak-kanak yang disebabkan oleh
faktor keturunan, dan bisa muncul sebelum usia empat puluh. (Scholastica
F.A, 2019).
Pravalensi asma menurut World Health Organizzation (WHO) tahun
2016 sekitar 235 juta dengan angka kematian lebih dari 80% di negara-negara
berkembang.
Pravalensi asma bronkial di RSUD dr.R Soeprapto Cepu menurut
Rekam Medis pada tahun 2015 yaitu sebesar 213, sedangkan pada tahun 2016
sebesar 233 kasus. Dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan penderita
Asma Bronkial sebanyak 0,09% kasus di RSUD dr.R Soeprapto Cepu antara
Januari 2015 sampai dengan Desember 2015 dengan Januari 2016 sampai
dengan Desember 2016.
Dari data Profil Kesehatan Kabupaten Blora pada tahun 2017
menunjukan proporsi kasus asma bronkial yaitu mencapai 3024 penduduk.
Dari data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2018 jumlah
pravalensi asma bronkial berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah
45.186 dan perempuan berjumlah 45.975 penduduk.
Asma adalah hiper-responsif bronkus pada saluran pernapasan yang
mengakibatkan adanya penyempitan pada saluran napas (bronkospasme)
karena kontraksinya otot-otot polos pada saluran napas terjadi peradangan

1
2

pada saluran napas, adanya penebalan dinding pada saluran napas dan
peningkatan produksi mukus yang berlebihan pada saluran napas, akibatnya
timbul gejala-gejala seperti mengi, sesak napas, dada tertekan, dan batuk.
Peningkatan produksi mukus yang berlebih menyebabkan penumpukan sekret
di saluran napas akan menyebabkan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
(GINA 2019).
Seorang penderita asma akan mengalami ketidakefektifan bersihan
jalan nafas yang artinya ketidakmampuan pasien untuk membersihkan sekret.
Hal ini disebabkan karena penderita asma mengalami penumpukan sekret
pada jalan napas, sehingga terjadi penyumbatan dan oksigen tidak dapat
mencapai paru-paru secara maksimal. Untuk mengatasi tersebut maka akan
dilakukan intervensi keperawatan yang dilaksanakan pada pasien asma
bronkial.
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan asma bronkial, perawat
memiliki tujuan untuk mengembalikan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
Perawat dapat membantu pasien untuk melakukan fisioterapi dada yaitu
pemberian terapi inhalasi uap (nebulizer) yang bertujuan untuk melegakan
saluran napas yang menyempit. Dengan latar belakang di atas, dapat
disimpulkan bahwa ketidakefektifan bersihan jalan napas sangat
mempengaruhi kelangsungan hidup manusia.
Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan dan melaporkan
pengelolaan keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien
asma bronkial.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pengelolaan keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan napas pada asma bronkial?


3

C. Tujuan Penulis

1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan pada klien asma bronkial
dengan fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
2. Tujuan Khusus
a. Menuliskan hasil pengkajian pada klien asma bronkial dengan fokus
studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
b. Menuliskan diagnosa keperawatan pada klien asma bronkial dengan
fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
c. Menuliskan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan pada
klien asma bronkial dengan fokus studi pengelolaan ketidakefektifan
bersihan jalan napas
d. Menuliskan tindakan keperawatan pada pasien asma bronkial dengan
fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas
e. Menuliskan evaluasi masalah keperawatan pada pasien asma bronkial
dengan fokus studi pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas.
f. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaaan,
tindakan , dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
diagnosis pada pasien asma bronkial dengan fokus studi pengelolaan
ketidakefektifan bersihan jalan napas.
4

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis
Dapat memberikan manfaat pengetahuan dan pengalaman tentang
perawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien asma
bronkial, meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan
keperawatan
2. Bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang perawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien asma.
3. Bagi petugas kesehatan
Dapat memberi manfaat pengetahuan dan perawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas pada pasien asma bronkial.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Asma Bronkial

1. Definisi

Asma merupakan penyakit peradangan pada saluran napas yang


mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan
tertentu yang bersifat reversible yaitu dapat kembali seperti semula dengan
spontan maupun melalui pengobatan. (Amin & Hardhi, 2015).
Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang ditandai oleh
penyempitan jalan napas. Penyempitan jalan napas akan mengakibatkan
klien mengalami dipsnea, batuk dan mengi. (Scholastica F.A, 2019).
2. Klasifikasi
Beberapa faktor penyebab asma antara lain : jenis kelamin, umur pasien ,
status atopi, faktor keturunan, serta faktor lingkungan.
Asma bronkial dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Asma bronkial ekstrinsik (alergi)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor – faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu bianatang,
obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstriksik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena
itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di
atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
b. Asma bronkial intrinsik (idopatik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui seperti perubahan
iklim atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan, kegiatan fisik aktivitas berat,kecapaian dan emosi
(Scholastica F.A, 2019).

5
6

3. Etiologi
Asma yang terjadi dalam keluarga menunjukan bahwa asma
merupakan faktor keturunan. Faktor resiko terjadinya asma berasal dari
paparan lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup dan dapat
memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran napas, seperti :

a. Alergen dalam ruangan (misalnya debu rumah di tempat tidur, karpet


dan perabotan boneka, polusi dan bulu binatang peliharaan),

b. Alergen luar ruangan (seperti serbuk sari).

c. Asap tembakau

d. Polusi udara

Faktor lain yang menjadi pencetus paling sering menimbulkan asma


bronkial misalnya perubahan iklim, emosi dan kegiatan fisik antara lain :
aktivitas berat, kecapaian, tertawa terbahak bahak.(Scholastica.F.A, 2019).

4. Manifestasi klinis
a. Asma bisanya menyerang pada malam hari atau dipagi hari .
b. Batuk (dengan atau tanpa lendir)
c. Dipsnea
d. Wheezing.
e. Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
(Scholastica F.A, 2019).
5. Patofisiologi

Menurut Amin & Hardhi (2015) Asma merupakan obstruksi jalan


napas difus reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari
kontraksi otot otot yang mengelilingi bronkhi, yang menyempitkan jalan
napas, atau pembengkakan membrane yang melapisi bronkhi, atau
penghisab bronkhi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot otot
brankidin dan kelenjar mukosa membesar, sputum yang kental.
7

Beberapa individu dengan asma mengalami respon imun yang


buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE)
kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru, pemanjaan ulang terhadap
antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan
pelepasan produk sel sel mast (disebut mediator) seperti histamine,
brankidin dan prostaglandin serta anafiklasi dari substansi yang bereaksi
lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru memengaruhi otot
polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan bronkus spasme,
pembengkakan membrane mukosa dan pembentukan mukus yang sangat
banyak. Hal ini menyebabkan jalan napas menjadi bengkak,
edema,kemudian meningkatkan kontruksi otot polos. Obstruksi jalan
napas merupakan kondisi pernapasan yang tidak normal akibat
ketidakmampuan batuk efektif dapat disebabkan oleh sekresi kelenjar otot
bronkus meningkat dan kental. Hipersekresi saluran pernapasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama
udara akan mudah menempel di dinding saluran pernapasan. Hal ini akan
mengakibatkan sumbatan sehingga ada udara yang menjebak di saluran
pernapasan, karena itu individu akan berusaha lebih keras untuk
mengeluarkan udara tersebut. Sehingga terjadi sesak napas, kemudian
muncul bunyi abnormal, yang merupakan tanda dari ketidakefektifan
bersihan jalan napas.
Karena adanya edema jalan nafas, maka kontraksi oksigen dalam
darah menurun, terjadilah hipoksemia yang merupakan gangguan
pertukaran gas. Hal tersebut mengakibatkan suplai darah dan oksigen ke
jantung berkurang sehingga terjadi penurunan cardiac. Jika suplai darah
dan oksigen keseluruhan tubuh menurun maka tubuh akan menjadi lemah
dan merasa kelelahan.saat individu berusaha keras mengeluarkan udara
karena tersumbat, tekanan partial di alveoli menurun, kemudian
menyebabakan hiperkapnea, suplai oksigen ke jaringan menurun dan
terjadi penyempitan jalan napas. Karena jalan napas menyempit, kemudian
8

kerja otot pernapasan meningkat, maka menyebabkan ketidakefektifan


bersihan jalan napas.
9

6. Pathway Asma Bronkial


Ekstrinsik Intrinsik

Emosional,
Alergen
psikososial, stress

IgE abnormal

Sel mast di paru

Reaksi alergen dg antibodi

Pelepasan mediator dari sel mast


( histamine, brankidin, prostaglandin)

Bronkopasme Udema mukosa Hipersekresi mukosa

Wheezing Bronkus menyempit Penumpukan sekret


kental
Ketidaefektifan Ventilasi terganggu
Sekret tidak keluar
pola napas

Hipoksemia
Intoleransi Bernapas
aktivitas melalui Batuk
Gangguan Gelisah tidak
pertukaran gas mulut
efektif

Gangguan pola Cemas Keringnya Bersihan


tidur
mukosa jalan napas
tidak
Resiko infeksi efektif

Gambar 2.1 Pathway Asma Bronkial


Sumber : Amin & Hardhi (2015)
Keterangan Menjadi diagnosa keperawatan yang diambil
10

7. Komplikasi

a. Gagal napas : Ketidakmampuan saluran pernapasan untuk


mempertahankan oksigen dalam darah
b. Pneumonia : Radang paru yang disebabkan oleh bakteri
c. Hipoksemia : Kondisi saat kadar oksigen di dalam darah rendah
d. Emfisema : Penyakit kronis akibat kerusakan kantong udara atau
alveolus pada paru
e. Status astmaticus (serangan asma berat yang tidak merespon
pengobatan)
(Scholastica. F.A, 2019).
8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Spirometer : Untuk membantu dalam mendiagnosis penyakit paru-


paru pada pasien dengan gejala pernafasan.
b. Pemeriksaan sputum : Untuk mendeteksi adanya bakteri penyebab
infeksi saluran pernafasan, terutama infeksi paru-paru
c. Uji Kulit : Untuk menunjukkan adanya antibody IgE spesifik dalam
tubuh
d. Foto Dada : Untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi saluran
napas adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau
komplikasi asma
e. Pemeriksaan Eosinofil: Untuk membantu dalam membedakan asma
dari bronchitis kronik
f. Analisis Gas Darah : Pemeriksaan ini hanya dilakukan pada asma
yang berat (Amin & Hardhi, 2015).
9. Penatalaksanaan

Menurut Amin & Hardhi (2015) tujuan utama penatalaksanaan


asma adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar
penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma meliputi beberapa
komponen yaitu :
11

a. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortality.
Edukasi tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi
juga pihak lain yang membutuhkan seperti pemegang keputusan,
pembuat perencanaan bidang kesehatan.
b. Menilai dan memonitor gejala asma secara berkala
1) Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi.
2) Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
3) Daya ingat ( memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri
c. Identifikasi dan mengendalikan factor pencetus
d. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
1) Medikasi (obat-obatan)
Medikasi asma ditunjukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
Obat pengontrol diberikan untuk pengobatan dalam jangka waktu
panjang untuk mengontrol asma.
Macam-macam pengontrol :
a) ICS (Inhaled corticosteroid), digunakan sebagai terapi asma
misalnya : Beklometason 40-80 g/puff (dosis rendah),
Budesonide 0,25;0,5;1,0 mg/nebul, Fluticasone 44 atau 110
g/puff.
b) LTRA (Leukotrient Receptors Antagonist) digunakan untuk
mengontrol asma misalnya montelukast,zafirlukast dan
pranlukast.
Obat pelega berfungsi untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi
otot polos, memperbaiki atau menghambat brokokontriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi,rasa berat di dada dan
12

batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan


hiperesponsif jalan napas.
Macam-macam obat pelega :
a) Agonis beta : metaproterenol (alupent, metrapel). Bentuknya
aerosol, bekerja sangat cepat , diberikan sebanyak 3-4x
semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua 10
menit.
b) Metilxantin, dosis dewasa diberikan 125-200 mg 4 x sehari.
Golongan metilxantin adalah aminofilin dan teofilin. Obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil
yang memuaskan
c) Kortikosteroid. Jika agonis beta dan metilantin tidak
memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid.
Steroid dalam bentuk aerosol dengan dosis 4x semprot tiap
hari.
2) Penanganan asma mandiri
Hubungan penderita dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan
pengobatan asma jangka panjang sesuai kondisi penderita,
memungkinkan bagi penderita untuk mengontrol asma . bila
memungkinkan, ajaklah perawat , farmasi, tenaga fisioterapi
pernapasan dan lain-lain untuk memberikan edukasi dan
menunjang keberhasilan pengobatan penderita.
e. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting
diperhatikan oleh dokter yaitu :
1) Tindak lanjut (follow-up) teratur
2) Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan
13

f. Pola hidup sehat


1) Meningkatkan kebugaran fisis
Olahraga menghasilkan kebugaran fisis secara umum. Walaupun
terdapat salah satu bentuk asma yang timbul serangan sesudah
(exercise induced asma /EIA), akan tetapi tidak berarti penderita
EIA dilarang melakukan olahraga yang dianjurkan karena melatih
dan menguatkan otot-otot pernapasan khususny, selain manfaat lain
pada olahraga umumnya.
2) Berhenti atau tidak pernah merokok
Asap rokok merupakan oksidan, menimbulkan inflamasi dan
menyebabkan ketidakseimbangan protoase antiprotoase. Penderita
asma yang merokok akan mempercepat perburukan fungsi paru dan
mempunyai resiko mendapatkan bronchitis kronis atau emfisema
sebagaimana perokok lainnya dengan gambaran perburukan gejala
klinis. Oleh karena itu penderita asma dianjurkan untuk tidak
merokok. Penderita asma yang sudah merokok diperingatkan agar
menghentikan kebiasaan tersebut karena dapat memperberat
penyakitnya.
3) Lingkungan kerja
Bahan- bahan ditempat kerja dapat merupakan faktor pencetus
serangan asma,terutama pada penderita asma. Penderita asma
dianjurkan untuk bekerja pada lingkungan yang tidak mengandung
bahan-bahan yang dapat mencetuskan serangan asma. Apabila
serangan asma sering terjadi di tempat kerja perlu
dipertimbangakan untuk pindah pekerjaan. Lingkungan kerja
diusahakan bebas dari populasi udara dan asap rokok serta bahan-
bahan iritan lainya
(Amin & Hardhi, 2015).
14

B. Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

1. Definisi ketidakefektifaan bersihan jalan napas

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) menyatakan “Bersihan


Jalan napas tidak efektif mempunyai definisi ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan napas”
2. Etiologi ketidakefektifan bersihan jalan napas
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) penyebab dari masalah
keperawatan ketidakefetifan bersihan jalan napas antara lain:
a) Spasme jalan napas : Kontraksi pada jalan napas secara tiba-tiba yang
tidak disengaja
b) Hipersekresi jalan napas : Kelebihan pengeluaran zat yang dibutuhkan
pada jalan napas
c) Disfungsi neuromukuler : Kondisi medis yang ditandai dengan
ketidakmampuan sistem saraf dan otot untuk bekerja sebagaimana
mestinya
d) Benda asing dalam jalan napas : Benda yang berasal dari luar atau
dalam pada saluran napas
e) Sekresi yang tertahan : Zat yang dihasilkan berupa enzim yang masih
digunakan oleh tubuh akan sulit dikeluarkan
f) Hiperplasia dinding jalan napas : Meningkatnya jumlah sel pada
dinding jalan napas
g) Respon alergi : Reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda
tertentu
h) Batuk tidak efektif
i) Efek agen farmakologis : Efek samping yang diperkirakan dapat timbul
karena aksi farmokologi yang berlebihan misalnya penggunaan obat.
15

3. Batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan napas


Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) batasan karakteristik
bersihan jalan napas tidak efektif yaitu suara napas tambahan, perubahan
frekuensi napas, perubahan irama napas , sianosis, kesulitan bicara atau
mengeluarkan suara, dyspnea, sputum dalam jumlah berlebih , batuk yang
tidak efektif ,gelisah.
Batasan karakteristik untuk diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif
antara lain :
a) Mayor : Batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
wheezing , ronkhi kering
b) Minor : Gelisah, bunyi napas abnormal, frekuensi napas berubah,
dyspnea
4. Faktor-faktor yang berhubungan
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), faktor-faktor yang
berhubungan antara lain:
a) Lingkungan : perokok pasif , meghisap asap, merokok
b) Obstruksi jalan nafas : mukus dalam jumlah berlebihan
c) Fisiologis : infeksi

C. Pengelolaan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada Asma

Bronkial.

Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) pengelolaan


ketidakefektifan bersihan jalan napas antara lain dengan pemberian terapi
inhalasi uap (nebulizer). Tindakan keperawatan nebulizer yang bertujuan
untuk melegakan saluran napas yang menyempit.
16

1. Nebulizer
Nebulisasi adalah salah satu inhalasi dengan menggunakan alat
bernama nebulizer. Alat ini mengubah cairan menjadi droplet aerosol
sehingga dapat dihirup oleh pasien. Obat yang digunakan untuk nebulizer
dapat berupa albuterol, ventolin, proventil, atau airet (Valentina, 2017).
Keuntungan menggunakan terapi nebulizer diantaranya medikasi
dapat diberikan langsung pada tempat atau sasaran aksinya seperti paru
oleh karena itu dosis yang diberikan rendah , dosis yang rendah dapat
menurunkan absorbsi sistemik dan efek samping sistemik, pengiriman
obat melalui nebulizer ke paru sangat cepat, sehingga aksinya lebih cepat.
Udara yang dihirup melalui nebulizer telah lembab yang dapat membantu
mengeluarkan sekresi bronchus (Valentina, 2017)

D. Asuhan Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Pada

Asma Bronkial

1. Pengkajian
Menurut Padila (2017) meliputi :
a. Biodata
Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dyspnea
( sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan serangan asma datang mencari pertolongan terutama
dengan keluhan sesak napas yang hebat dan mendadak, kemudian
diikuti dengan gejala-gejala lain seperti batuk, wheezing, gelisah.
17

2) Riwayat Kesehatan dahulu


Penyakit yang pernah diderita pada masa dahulu seperti adanya
riwayat serangan asma dan alergen yang dicurigai sebagai pencetus
serangan asma.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Pada klien dengan serangan asma perlu dikaji tentang riwayat
penyakit asma atau penyakit alergi yang lain . Klien dengan asma
sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit turunan.
d. Pemeriksaan Fisik
Menurut Scholastica.F.A (2019) pada pemeriksaan yang dilakukan pada
pasien dengan asma bronkiale dapat ditemukan :
1) Inspeksi : klien terlihat gelisah, sesak napas, napas cepat dan sianosis
2) Palpasi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata (pada serangan
berat)
3) Perkusi : biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata
4) Auskultasi : ekspirasi memajang , mengi (wheezing), ronchi.
2. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mukus
dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mukus, eksudat dalam
alveoli dan bronkospasme
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan keletihan
otot pernapasan dan deformitas dinding dada.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon
dioksida
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigena (hipoksia) kelemahan.
(Amin & Hardhi, 2015).
18

3. Rencana keperawatan
Menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) rencana keperawatan adalah
panduan untuk perilaku yang diharapkan klien untuk mencapai tujuan atau
hasil yang diharapkan.
Tujuan : Jalan napas menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Pasien tidak batuk
b. Pasien tidak mengeluarkan sputum
c. Tidak ada wheezing
d. Frekuensi pernafasan dalam rentang normal
e. Mempunyai jalan napas yang paten
f. Pasien tidak gelisah
Menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) intervensi yang dilakukan
pada pasien dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu :
a. Kaji keluhan pasien
Rasional : mengetahui keadaan pasien
b. Lakukan auskultasi bunyi nafas
Rasional : beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat/ tidak di manefastikan adanya bunyi nafas
adventisius (bunyi tambahan).
c. Memberikan terapi nebulisasi
Rasional : untuk mengencerkan sekret
d. Berikan terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan
Rasional : untuk mencegah terjadinya hipoksia
e. Atur posisi pasien setengah duduk/semi fowler
Rasional : meningkatkan pengembangan paaru dan melonggarkan
posisi diafragma
f. Kolaborasi dengan tim medis
Rasional : untuk mempercepat penyembuhan pasien
19

4. Implementasi Keperawatan
Perawat melakukan tindakan sesuai rencana keperawatan yang
telah dibuat untuk menyelesaikan masalah pengelolaan ketidaefektifan
bersihan jalan napas pada pasien asma bronkial.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis, dalam
mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis dan membandingkan status
kesehatan klien dengan kriteria hasil yang di inginkan serta menilai derajat
pencapaian hasil klien.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan
O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan
A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan
apakah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
yang kontraindikasi masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi kasus ini adalah metode deskriptif
yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi atau fenomena
dalam menemukan ide baru. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh
langkah- langkah pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan, membuat
kesimpulan dan laporan. Pemaparan kasus dan menggunakan pendekatan
proses keperawatan dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting
yang dipilih yaitu Asuhan Keperawatan Pada Asma Bronkial dengan fokus
studi ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nursalam, 2017).
B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan responden (pasien) dengan masalah


keperawatan yaitu klien asma bronkial dengan fokus studi ketidakefektifan
bersihan jalan napas. Adapun kriteria subyek penelitian dibagi menjadi 2,
antara lain :

1. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien dengan masalah asma
bronkial, klien berusia dewasa hingga lansia (25-55 tahun), klien/keluarga
bersedia sebagai responden.
2. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah keluarga klien tidak
mengizinkan klien dijadikan responden , dokter tidak mengizinkan klien
dijadikan responden, atau klien memiliki penyakit lain yang memerlukan
penanganan khusus seperti penyakit jantung atau paru-paru yang parah.
(Nursalam, 2017).

20
21

C. Tempat dan Waktu

1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
nafas pada klien dengan asma bronkial di Ruang Dahlia RSUD dr.R
Soeprapto Cepu
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan
Mei 2021. Pengkajian Tn.G dilakukan pada tanggal 27-29 April 2021.

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017).
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) definisi operasional
variabel penelitian harus dirumuskan untuk menghindari kesehatan dalam
pengumpulan data. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya
adalah sebagai berikut :
1. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi antar perawat dengan klien
dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan
kemandirian klien dalam merawat dirinya
2. Pasien asma bronkial adalah perseorangan, keluarga, kelompok atau
masyarakat yang telah di diagnose oleh dokter, yang memerlukan jasa
pelayanan keperawatan.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan untuk
membersihkan sekret atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan jalan napas tetap.
E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yaitu dengan


berbagai cara meliputi :
22

1. Wawancara, penulis melakukan wawancara secara langsung kepada klien


dan keluarga klien mengenai keluhan yang dirasakan klien. Penulis
menanyakan mengenai riwayat kesehatan sekarang tentang sejak kapan
keluhan yang dialami klien muncul, kemudian penulis menanyakan
mengenai riwayat keperawatan dahulu apakah klien pernah mengalami
sakit seperti yang dialami pada saat ini sebelumnya. Riwayat kesehatan
keluarga, penulis menanyakan mengenai apakah ada anggota keluarga
yang dimiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan
asma.
2. Observasi, penulis melakukan pengamatan langsung pada keadaan klinis
klien dan hasil tindakan asuhan keperawatan dengan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas yang diberikan pada klien dengan asma bronkial.
Keadaan klinis yang diamati meliputi mata, kulit, jari dan kuku antara lain:
sianosis, clubbing finger,, mulut, bibir, dada, suara nafas, pola pernapasan.
3. Pemeriksaan fisik, penulis mengumpulkan data dengan cara melakukan
pemeriksaan terhadap mata meliputi konjungtiva pucat dan sianosis. Kulit
antara lain hipoksemia, penurunan turgor dan edema. Jari dan kuku antara
lain : sianosis dan clubbing finger. Mulut dan bibir meliputi: membrane
mukosa sianosis, bernapas dengan mulut, hidung. Dada meliputi : retraksi
otot bantu pernapasan, pergerakan tidak simetri dada kiri dan kanan, ,
suara napas normal (vesikuler, bronkovesikuler, bronkial), suara napas
tidak normal (crackles/rales, ronkhi, wheezing, pleura friction) bunyi
perkusi (resonan, hiperesonan, dullness). Pola pernapasan : normal, cepat
lambat.
4. Studi dokumentasi keperawatan, penulis menggunakan berbagai sumber
catatan medis serta hasil pemeriksaan penunjang untuk membahas tentang
asma bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas ( Lisa Suarni,
2017)
23

F. Teknik Analisis Data

Menurut Nursalam (2017) dalam penelitian ini, sesudah penulis


mengumpulkan data maka data tersebut selanjutnya akan dianalisa dengan
analisis depkriptif.
Analisa data yang dilakukan penulis yaitu dengan membandingakan
teori yang ada dengan proses keperawatan yang telah dilakukan penulis yaitu
kepada pasien asma bronkial dengan fokus studi ketidakefektifan bersihan
jalan napas. Analisa dimulai dengan mengumpulkan data dengan wawancara
dan observasi kepada pasien secara langsung. Selanjutnya penulis menentukan
prioritas masalah serta merumuskan menjadi diagnosa keperawatan dan
selanjutnya menyusun rencana keperawatan untuk mengatasi masalah.
Kemudian penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai tujuan dan kriteria
hasil yang telah dibuat.
G. Etika Penelitian

Etika penulisan bertujuan untuk menjaga kerahasian identitas


responden akan kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden.
Masalah etika yang perlu diterapkan pada penelitian antara lain yaitu sebagai
berikut : Informed Consend (lembar persetujuan menjadi responden).
Anonimity ( tanpa nama), dan Confidentialy atau (kerahasiaan). Kerahasiaan
mengenai rekam medis klien dijaman oleh penulis dan hanya data-data tertentu
yang akan dilaporkan sebagai hasil karya tulis ilmiah (Nursalam, 2017).
24
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada bab ini akan membahas hasil dari studi kasus tentang asuhan
keperawatan pada asma bronkial dengan fokus studi pengelolaan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU.
Pengelolaan pada Tn.G dilakukan pada tanggal 27 April 2021 di ruang Dahlia
RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU. Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses
keperawatan yaitu meliputi pengkajian,diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian

Pengkajian asuhan keperawatan pada Tn.G dilakukan pada tanggal


27 April 2021 pukul 13.00 WIB di Ruang Dahlia RSUD dr.R
SOEPRAPTO CEPU. Hasil pengkajian di dapatkan data klien Tn.G umur
35 tahun, suku bangsa Jawa/Indonesia, agama islam, klien beralamat di
Sitimulyo Cepu, pekerjan klien wiraswasta. Untuk identitas penanggung
jawab yaitu Ny.Y berumur 29 tahun,dan berhubungan dengan klien
sebagai adik kandung klien. Saat dilakukan pengkajian keluhan utama
yang dirasakan Tn.G yaitu sesak napas, batuk berdahak dan dahak sulit
dikeluarkan
Dalam pengkajian riwayat keperawatan sekarang didapatkan
data yaitu klien mengatakan sesak napas, batuk berdahak dan dahak sulit
dikeluarkan. Sehingga pada tanggal 26 April 2021 klien dibawa ke IGD
RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU. Setelah dilakukan pemeriksaan
diperoleh hasil tanda tanda vital sebagai berikut tekanan darah 120//80
mmHg, frekuensi nadi 103x/menit, frekuensi pernapasan 32x/menit, dan
suhu tubuh 36,80C . Kemudian pasien diberikan terapi oksigen 5 liter/menit

24
25

melalui nasal kanul, Infus Assering 20 tpm. Lalu pasien dipindah ke ruang
Dahlia untuk mendapat perawatan lebih lanjut.
Pengkajian riwayat keperawatan dahulu klien mengatakan belum
pernah dirawat dirumah sakit tetapi sebelumnya klien pernah mengalami
sakit seperti yang diderita saat ini.ketika klien merasa kecapekan . Klien
juga mengatakan kalau dia tidak ada alergi terhadap makanan atau obat.
Pengkajian riwayat keperawatan keluarga klien mengatakan
kalau keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti
diabetes mellitus, hipertensi, pasien juga mengatakan dalam keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit menular seperti HIV/AIDS maupun
TBC.
Pengkajian pola fungsional gordon, dalam pengkajian pola
aktivitas dan istirahat, Tn.G sebelum sakit kerja untuk memenuhi
tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan biasanya tidur 10 jam/hari
dan tidak ada gangguan saat tidur. Namun saat sakit pasien mengatakan
sudah tidak kerja karena setiap kecapekan pasien sesak napas dan tidurnya
tidak nyenyak dan sering terbangun di malam hari karena sesak napas dan
batuk, pasien hanya bisa tidur 3 jam/hari. Pola respirasi Tn.G batuk
berdahak. Sesak napas dan menggunakan alat bantu pernapasan berupa
nasal kanul oksigen 5 liter per menit.
Dalam pemeriksaan fisik didapatkan data keadaan umum klien
tampak lemah. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital meliputi tekanan darah
120/80 mmHg, frekuensi nadi 103 x/menit, frekuensi pernapasan 32
x/menit, suhu 36,80C. Pada pemeriksaan fisik nampak pada mata klien
konjungtiva anemis, membrane mukosa sianosis, pada dada klien terlihat
sesak dalam bernafas, hidung ada secret ,terdengar suara tambahan
wheezing . Pada ekstermitas atas sebelah kiri terpasang infuse.
Sejak masuk IGD pada tanggal 26 April 2021 sampai 2 April 2021
klien mendapatkan terapi infus assering 20 tetesan per menit, terapi obat
melalui intravena injeksi omeprazole 1 ampule 20 mg , injeksi
26

ondansetron 3x4 mg, Injeksi Ceftriaxone 2x1 mg, Acetylcysteine 2x1 mg,
nasal canul 5 liter per menit, nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicort 1 mg
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan meliputi pemeriksaan
elektrokardiografi (EKG) pemeriksaan labolatorium dan pemeriksaan gula
darah. Hasil dari pemeriksaan elektrokardiografi menunjukan klien tidak
memiliki gangguan pada sistem kardiovaskular. Pemeriksaan labolatorium
pada tanggal 26 April 2021 didapatkan hasil Hemoglobin 15,7 g/dl,
Lekosit 7,08x103/l, trombosit 29,6x106/l, SGOT 26l, GDS 134 mg/dl,
HbSAg negative

2. Analisa Data

Dari hasil pengkajian Tn.G pada tanggal 27 April 2021 berdasarkan


data subyektif yang dapat diambil klien mengatakan sesak napas, batuk
berdahak dan dahak sulit dikeluarkan dengan masalah ketidakefektifan
bersihan jalan napas yang disebabkan karena sputum berlebih. Selain data
subyektif terdapat pula data obyektif meliputi suara napas terdengar
wheezing dan produksi sputum berlebih dan terpasang selang oksigen 5
liter per menit . Didukung data obyektif klien dengan tekanan darah
120/80 mmHg, frekuensi nadi 103x/menit, frekuensi pernapasan
32x/menit, suhu 36,80C

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada Tn.G setelah


dilakukan pengkajian pada 27 April 2021 adalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan sputum berlebih. Masalah yang telah
diambil tersebut berdasarkan data subyektif yang didapatkan yaitu klien
klien mengatakan sesak napas, batuk berdahak dan dahak sulit
dikeluarkan. Selain data subyektif terdapat pula data obyektif meliputi
suara napas terdengar wheezing dan produksi sputum berlebih dan
terpasang selang oksigen 5 liter per menit . Didukung data obyektif klien
27

dengan tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 103x/menit, frekuensi


pernapasan 32x/menit, suhu 36,80C

4. Rencana Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah


ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sputum
berlebih diharapkan bersihan jalan napas kembali normal . Sesuai dengan
tujuan dan kriteria hasil tersebut maka penulis menyusun rencana
keperawatan sebagai berikut monitor tanda tanda vital, lakukan auskultasi
bunyi napas pasien, kaji pola pernapasan pasien ,berikan terapi oksigen 5
liter permenit , berikan posisi klien semi fowler, memberikan terapi
nebulisasi setiap 12 jam, dan kolaborasi dengan tim medis injeksi
omeprazole 1 ampule 20 mg , injeksi ondansetron 3x4 mg, Injeksi
Ceftriaxone 2x1mg, Acetylcysteine 2x1 mg, nasal canul 5 liter per menit,
nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicort 1 mg

5. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang penulis lakukan pada Tn.G


berdasarkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas pada tanggal 27
April 2021 implementasi hari pertama pukul 13.00 WIB yaitu memantau
vital sign respon klien (subjektif) kooperatif didapatkan hasil Tekanan
darah : 120/80 mmHg, Nadi : 103 x/menit, Respirasi : 32x/menit,
Suhu:36,80C Implementasi kedua pukul 13.10 yaitu mengkaji pola
pernapasan klien respon klien (subjektif) mengatakan sesak napas, batuk
dan respon (objektif) ada suara tambahan yaitu wheezing. Implementasi ke
tiga pukul 13.20 yaitu memberikan posisi semi fowler respon klien
(subjektif) kooperatif dan respon (objektif) klien tampak rileks.
Implementasi ke empat pukul 14.00 yaitu memberikan terapi nasal canul
respon klien (subjektif) bersedia dipasang respon (objektif) terapi oksigen
nasal canul 5 liter per menit. Implementasi ke lima pukul 15.00 yaitu
memberikan terapi nebulizer disertai ajarkan teknik relaksasi napas dalam
28

respon klien (subjektif) kooperatif respon (objektif) terapi nebulizer


ventolin dengan pulmicort untuk membantu mengeluarkan dahak ..
Implementasi selanjutnya pukul 15.30 yaitu memberikan terapi obat sesuai
dengan kolaborasi tim medis yaitu injeksi omeprazole 1 ampule 20 mg,
injeksi ondansetron 3x4 mg dan injeksi ceftriaxone 2x1 mg obat masuk
melalui intravena klien tidak menunjukan adanya alergi terhadap obat .
Implementasi selanjutnya pukul 17.00 memantau tanda tanda vital respon
klien (subjektif) kooperatif didapatkan hasil Tekanan darah : 125/80
mmHg, Nadi : 98x/menit, Respirasi : 28x/menit dan Suhu 37 0C.
Implementasi yang terakhir pukul 24.00 yaitu memberikan terapi obat
Acetylcysteine 2x1 mg sesuai dengan kolaborasi tim medis , klien tidak
menunjukan adanya alergi terhadap obat.

2) Implementasi hari ke dua tanggal 28 April 2021

Pelaksanaan keperawatan hari kedua dilakukan pada tanggal 28


April 2021 pukul 03.00 WIB yaitu memberikan terapi nebulizer respon
klien (subjektif) mengatakan bersedia dilakukan nebulisasi dan pasien
tampak sedikit lega setelah dilakukan tindakan nebulisasi. Implementasi
kedua pukul 05.00 yaitu memantau tanda tanda vital respon klien
(subjektif) kooperatif didapatkan hasil Tekanan darah :120/80 mmHg,
Nadi : 100x/menit, Respirasi : 26x/menit dan suhu 370C. implementasi
ke tiga pukul 07.45 yaitu mengubah posisi klien dengan semi fowler
pasien tampak nyaman dan rileks. Implementasi ke empat pukul 10.00
yaitu memberikan terapi obat Acetylcysteine 2x1 dan injeksi
omeprazole sesuai dengan kolaborasi tim medis, klien tidak
menunjukan adanya alergi terhadap obat. Implementasi ke lima pukul
13.00 yaitu memantau tanda tanda vital respon klien (subjektif)
kooperatif didapatkan hasil hasil Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi :
100x/menit, Respirasi : 26x/menit,, Suhu : 37 0C. Implementasi keenam
pukul 14.00 yaitu memberikan terapi nebulizer dan pasien diajarkan
29

untuk melatih napas dalam, pasien tampak mengeluarkan dahak.


Implementasi selanjutnya pukul 17.00 mengkaji pola pernapasan respon
klien masih sesak tetapi sedikit berkurang dari sebelumnya dan masih
trdengar suara tambahan wheezing di dapatkan hasil pemeriksaan
respirasi 26x/menit. Kemudian dilanjut implementasi pada pukul 17.20
yaitu memberikan terapi nassa canul 5 liter per menit respon klien
(subjektif) bersedia diberikan terapi nasal canul, respon (objektif) sesak
klien berkurang dan dilanjut implementasi mengubah posisi semi fowler
pasien tampak rileks. Implementasi yang terakhir pukul 20.00
memberikan terapi obat omeprazole 1 ampule, ceftriaxone 2x1 sesuai
dengan kolaborasi tim medis obat masuk melalui intavena dan klien
tidak menunjukan adanya alergi terhadap obat.

3) Implementasi hari ketiga tanggal 29 April 2021

Pelaksanaan keperawatan hari ketiga dilakukan pada tanggal


28 April 2021 pukul 02.00 memberikan terapi nebulizer respon klien
(subjektif) mengatakan bersedia dilakukan nebulisasi dan dilatih
terapi napas dalam,pasien tampak lega mengeluarkan dahak setelah
dilakukan tindakan nebulisasi. Implementasi kedua pukul 02.15
memantau tanda tanda vital respon klien (subjektif) tampak lega
didapatkan hasil respon klien (objektif) Tekanan darah : 120/80
mmHg , Nadi : 98x/menit, Respirasi : 24x/menit, Suhu : 37 0C.
Implementasi ketiga pukul 02.30 yaitu memberikan posisi semi
fowler respon klien (objektif) tampak nyaman . Implementasi
keempat pukul 08.00 yaitu mengkaji pola pernapasan respon klien
(objektif) sudah sedikit tenang. Implementasi kelima pukul 08.20
memberikan terapi nassa canul 5 liter per menit respon klien
(subjektif) bersedia diberikan terapi nasal canul, respon klien
(objektif) sesak klien berkurang . Implementasi selanjutnya pukul
13.00 memberikan terapi obat Omeprazole 1 ampule, Ceftriaxone
30

2x1 dan obat masuk melalui intravena klien tidak menunjukan


adanya alergi terhadap obat. Implementasi selanjutnya pukul 17.00
mengkaji pola pernapasan respon klien (objektif) sudah tidak sesak
dan klien mengatakan sudah tidak ada keluhan . Implementasi yang
terakhir memantau tanda tanda vital Tekanan darah : 120/80 mmHg,
Nadi : 100x/menit, Respirasi 22x/menit dan Suhu 370C.

6. Catatan perkembangan

Catatan perkembangan pada tanggal 27 April 2021 pukul 21.00


WIB didapatkan hasil data subjektif : pasien mengatakan sesak, batuk
disertai dahak sulit dikeluarkan. Data objektif : terdengar suara napas
tambahan wheezing, pasien tampak lemas, Tekanan darah pasien : 120/80
mmHg, Nadi : 103x/menit, Respirasi :32x/menit, Suhu : 36,8 0C. Analisa :
Masalah sesak belum teratasi. Planning : Lanjutkan intervensi : ukur tanda
tanda vital, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
omeprazole 1 amp 20 mg, Ondansetron 3x4 mg, Ceftriaxone 2x1 mg,
Acetylcysteine 2x1 mg , nebulizer ventolin 2,5 mg : pulmicort 1 mg,kaji
pola pernapasan klien, berikan terapi oksigen 5 liter/menit,berikan terapi
nebulisasi setiap 12 jam, berikan posisi semi fowler

Catatan perkembangan pada tanggal 28 April 2021 pukul 21.00


WIB didapatkan hasil data subjektif : pasien mengatakan sesak napas,
batuk dan daahaknya berkurang. Data objektif : Masih terdengar suara
napas tambahan wheezing, pasien tampak sedikit rileks, Tekanan darah
pasien : 110/80 mmHg, Nadi : 100x/menit, Respirasi :26x/menit, Suhu :
370C. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning : Lanjutkan
intervensi : ukur tanda tanda vital, kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat omeprazole 1 amp 20 mg, Ondansetron 3x4 mg,
Ceftriaxone 2x1 mg, Acetylcysteine 2x1 mg , nebulizer ventolin 2,5 mg :
pulmicort 1 mg,kaji pola pernapasan klien, berikan terapi oksigen 5
liter/menit,berikan terapi nebulisasi setiap 12 jam, berikan posisi semi
fowler.
31

Catatan perkembangan pada tanggal 29 April 2021 pukul 21.00


WIB didapatkan hasil data subjektif : pasien mengatakan sesak napas,
batuk dan daahaknya berkurang. Data objektif : Masih terdengar suara
napas tambahan wheezing, pasien tampak sedikit rileks, Tekanan darah
pasien : 110/80 mmHg, Nadi : 100x/menit, Respirasi :26x/menit, Suhu :
370C. Analisa : Masalah teratasi sebagian. Planning : Lanjutkan
intervensi : ukur tanda tanda vital, kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian obat omeprazole 1 amp 20 mg, Ondansetron 3x4 mg,
Ceftriaxone 2x1 mg, Acetylcysteine 2x1 mg , nebulizer ventolin 2,5 mg :
pulmicort 1 mg,kaji pola pernapasan klien, berikan terapi oksigen 5
liter/menit,berikan terapi nebulisasi setiap 12 jam, berikan posisi semi
fowler

7. Evaluasi Keperawatan Tanggal 29 April 2021

Evaluasi keperawatan setelah dilakukan selama 3x24 jam pada Tn.G


tanggal 29 April 2021 pukul 15.00 didapatkan data , S : pasien
mengatakan sudah tidak sesak , tidak batuk , dan dahaknya sudah bisa
keluar , O : tidak ada suara napas tambahan wheezing, tidak terpasang
selang oksigen, klien tampak tenang dan nyaman, klien dapat
mengeluarkan dahak secara efektif, Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi :
100x/menit, Respirasi : 22x/menit , Suhu 37%, SPO2 : 99%, A : Masalah
teratasi P : Hentikan intervensi

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis membahas dan menganalisis hasil dari laporan
karya tulis ilmiah pengelolaan ketidakefektifan bersihan jalan napas pada
Tn.G dengan Asma Bronkial dimulai pada tanggal 27-29 April di Ruang
Dahlia RSUD dr.R SOEPRAPTO CEPU. Pengelolaan ini mencakup lima
tahap proses asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan implementasi keperawatan dan
evaluasi keperawatan.
32

1. Pengkajian

Penulis akan membahas data dalam pengkajian meliputi data


yang ada pada tinjauan kasus dan tinjauan teori. Pada pengkajian ini
penulis menyadari adanya kekurangan baik dalam melakukan
pengkajian atau pendokumentasian.
Dalam pembahasan ini antara hasil pengkajian dan teori terjadi
kesesuaian menurut teori Scholastica F.A, 2019 Tn.G mengeluh
sesak,batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan.
Pada pengkajian pola aktivitas di dapatkan data pada klien Tn.G
setiap kecapekan akan kesulitan bernafas dan sesak napas, sehingga
mempengaruhi pola tidur pasien yang tiap malam terbangun karena
sesak napas menyerang. Hal ini sesuai dengan etiologi dari asma
bronkial menurut teori Scholastica.F.A (2015) yaitu faktor resiko
terjadinya asma berasal dari paparan lingkungan terhadap zat yang
dihirup bisa juga dari faktor kegiatan fisik dengan aktivitas berat yang
dapat menyebabkan kecapaian.
Pada pengkajian yang mempengaruhi pola tidur pasien yang tiap
malam terbangun karena sesak napas. Hal ini dibuktikan dari data
pathway menurut teori Amin & Hardhi (2015) bahwa asma bronkial
terbagi menjadi dua faktor ekstrinsik dan intrinsik . Faktor ekstrinsik
disebabkan adanya alergen sedangkan faktor instrinsik disebabkan
karena emosional, psikososial dan stress. Kedua faktor tersebut
membentuk antibodi yang dihasilkan IgE abnormal kemudian
menyerang sel mast di paru dan mengakibatkan pelepasan mediator dari
sel mast seperti histamine, brankidin dan prostaglandin, dari sel mast itu
mengakibatkan udema mukosa dan mengakibatkan bronkus menjadi
menyempit kemudian mengakibatkan ventilasi terganggu karena adanya
udema jalan napas, maka kontraksi oksigen dalam darah menurun
sehingga pasien mengalami sesak dan terjadilah hipoksemia dari
33

hipoksemia itu mengakibatkan pasien gelisah kemudian mengakibatkan


pasien mengalami gangguan pola tidur.
Alasan penulis menggunakan format pengkajian menurut teori
Scholastica F.A, (2019), karena di teori tersebut menjelaskan lebih
terperinci seperti pola fungsi pernapasan disitu diberikan tanda dan
gejala atau disebut juga dengan manifestasi klinis.
Pada teori Scholastica F.A, (2019) dijelaskan manifestasi klinis :
1. Asma biasanya menyerang pada malam hari atau dipagi hari
2. Batuk
3. Dipsnea
4. Wheezing
Pada pengkajian sistem pernapasan pasien didapatkan data Tn.G
didapatkan frekuensi pernapasan sesak diperoleh hasil RR : 32x/menit,
suara napas wheezing dan batuk. Hal ini sesuai dengan teori Scholastica
F.A (2019) bahwa salah satu tanda dan gejala dari asma bronkial adalah
sesak napas dan ada suara naapas tambahan wheezing .
Riwayat penyakit dahulu Tn.G diperoleh data yaitu klien
mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit tetapi sebelumnya
klien pernah mengalami sakit seperti yang di derita saat ini dengan
keluhan yang sama yaitu sesak napas. Ini sesuai dengan teori Amin &
Hardhi (2015) pengkajian yang mendukung Tn.G sudah rutin kontrol
dan minum obat setiap hari.
2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan


respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan rencana keperawatan secara pasti untuk menjaga
kesehatan klien.
Diagnosa yang muncul dalam masalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas yang penulis tegakan berdasarkan data yang telah ditemukan
saat pengkajian adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan
34

dengan sputum berlebih yang ditandai dengan data subyektif klien


mengatakan sesak napas, batuk berdahak dan dahak sulit dikeluarkan.
Sedangkan data obyektifnya yaitu pasien saat di auskultasi terdengar suara
napas tambahan wheezing, produksi sputum berlebih, terpasang selang
oksigen 5 liter per menit, Respirasi: 32x/menit, TD : 120/80 mmHg, Nadi :
103x/menit, Suhu : 36,80C, SpO2 : 92%
Diagnosa keperawatan pada Tn.G dibenarkan dalam teori Tim
Pokja SIKI DPP PPNI (2016) bahwa salah satu diagnose keperawatan
yang muncul pada asma bronkial adalah ketidakefektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan sputum berlebih :
a. Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau obstruksi
dari saluran pernapasan untuk mempertahankan kebersihan jalan napas
b. Penyebab
1) Spasme jalan napas
2) Benda asing dalam saluran pernapasan
3) Respon alergi
4) Sekresi yang tertahan
5) Batuk tidak afektif
c. Gejala dan Tanda Mayor
1) Subjektif
a) Tidak tersedia
2) Obyektif
a) Batuk tidak efektif
b) Tidak mampu batuk
c) Sputum berlebih
d) Wheezing
d. Gejala dan Tanda Minor
1) Subjektif
a) Dyspnea
b) Orthopnea
2) Obyektif
35

a) Gelisah
b) Sianosis
c) Bunyi napas abnormal
d) Frekuensi napas berubah
3. Rencana Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan yang telah dirumuskan pada Tn.G


untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan
napas dalam waktu 3x24 jam yaitu diharapkan bersihan jalan napas pasien
kembali efektif sesuai dengan teori Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019)
dengan kriteria hasil : pasien tidak batuk, pasien tidak sesak, ,pasien
mampu mengeluarkan secret, tidak ada suara napas tambahan, tanda tanda
vital dalam batas normal.
Rencana tindakan keperawatan untuk ketidakefektifan bersihan
jalan napas sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) yaitu
kaji pola pernapasan, dengan mengkaji pola pernapasan penulis dapat
mengetahui beberapa derajat spasme bronkus pada obsstruksi jalan napas
dapat dimanifestasikan adanya bunyi napas, selain itu juga ada wheezing
yang menyertai obstruksi jalan napas. Berikan terapi oksigen 5 liter per
menit, oksigen dapat membantu memaksimalkan bernapas. Berikan posisi
semi fowler,peninggian kepala mempermudah fungsi pernapasan, selain
ini dapat meningkatkan ekspirasi paru, mempermudah pernapasan dan
meningkatkan gerakan sekret untuk dikeluarkan. Monitor tanda tanda vital
pengukuran laju pernapasan bisa menunjukan apakah klien memiliki
pernapasan normal atau tidak. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian terapi obat untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien secara optimal. Lakukan tindakan nebulisasi 12 jam sekali,
pemberian inhalasi uap dengan obat menggunakan alat nebulizer dapat
merelaksasi jalan napas, mengencerkan dan mempermudah sekret
dikeluarkan.
36

4. Implementasi keperawatan

Tindakan keperawatan utama yaitu mengkaji pola pernapasan


untuk mengetahui kondisi pasien. Hal ini sesuai dengan teori Tim Pokja
SIKI DPP PPNI (2018)
Tindakan keperawatan selanjutnya yaitu memberikan terapi
oksigen 5 liter/menit yang berguna untuk memaksimalkan bernapas.
Respon Tn.G setelah diberikan oksigen 5 liter/ menit klien mengatakan
selama 3x24 jam sesak napas berkurang dan merasa lebih nyaman. Hal ini
sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
Tindakan keperawatan selanjutnya untuk mengurangi sesak napas
yang dialami oleh klien yaitu memberikan posisi semi fowler yang
bertujuan untuk meningkatkan pengembangan paru dan melonggarkan
diafragma. Hal ini sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018).
Saat dilakukan tindakan keperawatan pada klien Tn.G mengatakan sesak
napas berkurang dan merasa lebih nyaman dengan posisi semi fowler
karena mempermudah pernapasan.
Tindakan keperawatan selanjutnya untuk mengatasi sekret yang
berlebih pada Tn.G dilakukan nebulisasi disertai terapi relaksasi napas
dalam. Hal ini sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018).
Dengan pemberian inhalasi uap mengguanakan alat nebulizer dapat
merelaksasi jalan napas, mengencerkan dan mempermudah mobilisasi
sekret dan mempermudah sekret untuk dikeluarkan. Pada klien Tn.G
mengatakan lega setelah dilakukan tindakan nebulisasi
Tindakan keperawatan berikutnya adalah melakukan kolaborasi
diberikan terapi obat obatan dapat menurunkan kekentalan sekret.Hal ini
sesuai dengan teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Respon pasien
setelah diberikan terapi obat laju pernapasan berangsur angsur mengalami
penurunan serta sesak mulai berkurang dan sekret dapat dikeluarkan secara
efektif.
37

Yang didapatkan dari data Tn.G pada tanggal 27 April 2021 klien
merasa sesak, adanya suara tambahan wheezing dan di tenggorokan terasa
banyak dahak yang sulit dikeluarkan, pasien diberikan terapi oksigen 5
liter per menit dengan hasil Respirasi 32x/menit. Pada hari kedua pada
tanggal 28 April 2021 klien mengatakan sesak nya sedikit berkurang dan
pasien mampu mengeluarkan dahak dengan hasil Respirasi 26x/menit
pasien masih diberikan terapi oksigen 5 liter per menit. Pada hari ketiga
pada tanggal 29 April 2021 klien mengatakan sudah tidak sesak dan sudah
tidak terpasang oksigen.
Menurut penulis tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien
dan beberapa perencanaan pendukung di teori Tim Pokja SIKI DPP PPNI
(2018) penghisapan sekret dengan menggunakan teknik nebulisasi hal ini
sesuai dengan keluhan yang dialami klien.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode SOAP


(Subjective,Objective,Assesment, Planning). Evaluasi yang dilakukan oleh
penulis sesuai dengan teori Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Kriteria
hasil yang dicapai oleh Tn.G sudah sesuai dengan kriteria hasil yang
penulis harapakan yaitu tidak sesak, pasien mampu mengeluarkan sekret
secara efektif, irama pernapasan stabil, tanda tanda vital dalam batas
normal (Tekanan Darah : 120-90 mmHg, Suhu : 36,5-37,5, Nadi:80-100
x/menit, Respirasi ; 16-24 x/menit)

Kasus Tn.G mengatakan sudah tidak sesak napas, sudah tidak


batuk, dan dahaknya bisa keluar, didukung dengan sudah tidak ada suara
napas tambahan wheezing, tidak terpasang selang oksigen, klien dapat
mengeluarkan secret secara efektif, klien tampak nyaman dan tenang,
Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 100x/menit, Suhu: 370C,
Respirasi : 22x/menit. Sehingga masalah gangguan ketidakefektifan
bersihan jalan napas pada Tn.G teratasi sepenuhnya
DAFTAR PUSTAKA

Amin, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


dan Nanda Nic-Noc. Edisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Aulia (2017). Asma Bronkial FAQ. (Online),

(http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-penyakit-paru-

kronik-dan-gangguan-imunologi/asma-bronkial-faq, diakses pada tanggal

15 Desember 2020).

Dinkes Provinsi Jateng (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Blora.

Dinkes Provinsi Jateng (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Elysa (2015). Latihan Nebulisasi dan Nafas Dalam. (Online),

(http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate, diakses pada

tanggal 15 Desember 2020 ).

GINA (2019). Pocket Guide for Asthma Management and Preventation. (Online),

(http://www.ginaasthma.org), diakses pada tanggal 20 Januari 2021).

Lisa Suarni.dkk. (2017). Metodologi Keperawatan. Edisi I. Yogyakarta : Pustaka

Panasea

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi IV. Jakarta :

Salemba Medika

Padila. (2017).Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.


Scholastica.F.A. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Sistem Pernafasan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian kuantitatif,kualitatif dan R&D.

Bandung : Alfabeta,CV.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. ( 2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :

Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:

Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI.

Valentina, B. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi.

Yogyakarta : Deepublish (Grup Penerbit CV BUDI UTAMA).

World Health Organization (WHO). (2016). Asthma Fact Sheets. (Online),

(http://www.who.int/mediacentre/factshets/fs307/en/, diakses pada tanggal

16 November 2020).
SOP INHALASI UAP (NEBULIZER)

No. Dokumen No. Revisi Halaman

.
.
STANDAR Tanggal Terbit Disetujui Oleh
OPERASIONAL
PROSEDUR

.
..
Pengertian Pemberian obat inhalasi nebulaiser adalah pemberian
inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan
nebulator. Terapi inhalasi adalah pemberian obat yang
dilakukan secara hirupan dalam bentuk aerosol ke
dalam saluran napas. Terapi inhalasi masih menjadi
pilihan utama pemberian obat yang bekerja langsung
pada saluran napas terutama pada kasus asma dan
PPOK
Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah keluar
2. Melonggarkan jalan napas

Petugas Perawat
1. Asma Bronkial
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik
Indikasi
3. Sindroma Obstruksi Post TB
4. Mengeluarkan dahak

1. Set nebulizer
2. Obat Bronkodilator
Persiapan Alat 3. Bengkok 1 buah
4. Tissue
5. Spuit 5 cc
6. Aqua bides
1. Memberikan salam
2. Meyebut/ menanyakan nama pasien
3. Mengenalkan diri dan instansi
Persiapan Pasien 4. Menjelaskan tujuan daan prosedur tindakan
5. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien
sebelum melakukan tindakan
6. Membawa dan meletakkan alat didekat pasien

A. Tahap Pra Interaksi


1. Mengecek program terapi
Intruksi Kerja 2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam kepada pasien dan sapa
nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan/ kesiapan
pasien

C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi pasien
2. Mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Menempatkan meja atau troli
disamping kanan pasien yang berisi
nebulizer
4. Mengisi nebulizer dengan aquades
sesuai takaran
5. Memastikan alat dapat berfungsi
dengan baik
6. Memasang obat sesuai dosis
7. Memasang masker pada pasien
8. Menghidupkan nebulizer dan meminta
pasien napas dalam sampai obat habis
9. Bersihkan mulut dan hidung dengan
tissue
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan yang
dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan keperawatan

GLUSARIUM
Brankidin : Zat kimia yang diproduksi oleh sel- sel di dalam

tubuh dan menyebabkan rasa nyeri pada reaksi

peradangan

Bronkokontriksi : Suatu kondisi di mana otot polos dari bronkus

berkontraksi

Bronkus : Cabang batang tenggorokan yang terletak setelah

trakea sebelum paru-paru

Disfungsi neumoskuler :Kondisi medis yang ditandai dengan

ketidakmampuan sistem saraf untuk bekerja

sebagaimana mestinya.

Distal : Jauh dari saluran pernafasan

EIA :Suatu kelainan berupa terjadinya keadaan

hiperesponsif saluran nafas yang ditandai dengan

terjadinya spasme dan hipersekresi mukosa bronku

Hiperplasia : Peristiwa meningkatnya jumlah sel yang terjadi

pada organ tertentu.

Hipersentibilitas Bronkeolus : Peningkatan kepekaan sangat sensitive terhadap

benda asing

Histamine : Zat kimia yang diproduksi oleh sel-sel di dalam

tubuh ketika mengalami reaksi alergi atau infeksi


Ig.E (Imunoglobulin) : Antibody yang dihasilkan system imun dan

berperan dalam melawan zat yang dianggap sebagai

ancaman bagi tubuh seperti bakteri, virus atau

alergen tertentu

Intertestisial Paru : Jaringan paru antar sel

Obstruksi : Sumbatan

Prostaglandin : suatu senyawa yang memiliki fungsi seperti

hormon yang dibuat di area dimana terdapat cedera

pada jaringan

Sel Mast : Jaringan ikat yang mengandung banyak butiran

yang kaya akan histamine dan heparin.

Sel- sel goblet : Sel yang memproduksi lendir

Status Atopi : Manifestasi penyakit alergi

Tunica Muscularis : Lapisan otot

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Ummi Fatimah


2. NIM : P133742048013
3. Tanggal Lahir : 28 April 2000
4. Tempat Lahir : Pati
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah :
a. Jalan : Jalan Juwana- Tluwah
b. Kelurahan : Tluwah
c. Kecamatan : Juwana
d. Kab / kota : Pati
e. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telepon

a. Rumah :-
b. HP : 085713383507
c. E-mail : Ummif13@gmail.com
8. Riwayat Pendidikan

a. Pendidikan Diploma III Keperawatan Blora


b. Pendidikan SLTA di SMA NEGERI I BATANGAN lulus tahun 2018
c. Pendidikan SLTP di SMP NEGERI 4 JUWANA lulus tahun 2015
d. Pendidikan SD di SD NEGERI TLUWAH lulus tahun 2012

Blora, Desember 2021

Ummi Fatimah
NIM P1337420418013

Anda mungkin juga menyukai