MARTAFINA JAWAR
7120201804
CI LAHAN CI INSTITUSI
[ ] [ ]
2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada era moderen ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologo telah berkembang ,
usaha-usaha untuk mengatasi penyakit semakin berkembang pula. Apalagi saat ini banyak
terjadi berbagai macam penyakit, baik itu penyakit menular maupun penyakit yang tidak
menular. Salah satunya penyakit asma yang merupakan penyakit yang cukup dikenal di
masyarakat (Long,1996). Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruktif intermiten,
reversibel dimana trakea dan bronkhial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma di manifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan batuk,
dispnea dan whezing. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan
maupun karena terapi. Asma dapat terjadi pada semua golongan usia, sekitar setengah dari
kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun (Smeltzer
& Bare, 2002). Menurut data WHO (2006) sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia
adalah penyandang Asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang tiap
tahunnya. Di Indonesia, prevalensi Asma belum diketahui secara pasti namun diperkirakan
5-7% penduduk Indonesia menderita Asma.
Penyakit asma dapat mengenai segala usia dan jenis kelamin, 80-90% gejala timbul
sebelum usia 5 tahun. Pada anak-anak , penderita laki-laki lebih banyak terjadi daripada
perempuan, sedangkan pada usia dewasa terjadi sebaliknya. Sementara angka kejadian asma
pada anak dan bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Akibat dari penyakit asama jika
tidak ditangani akan menimbulkan komplikasi, seperti pneumotohorak,
pneumomediastinum, atelektasis, aspergilosis, gagal napas, bronkitis. Meskipun asma dapat
berakibat fatal, asa lebih sering mengganggu pekerjaan, aktivitas fisik dan banyak aspek
kehidupan lainnya (Mansjoer, 2008).
Semakin tingginya kasus asma bronkhial, maka pasien asma bronkhial perlu
dilakukan asuhan keperawatan dengan tepat . peran perawat sangat penting dalam merawat
pasien asma bronkhial antara lain sebagai pemberi pelayanan kesehatan, pendidikan,
pemberi asuhan keperawatan, pembaharuan, pengorganisasian pelayanan kesehatan yang
khususnya dalah sebagai pemberi asuhan keperawatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maslaah diatas dapat dirumuskan pertanyaan
berupa “ Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Asma Bronkhiale di Rumah Sakit
Saiful Anwar Malang”
C. TUJUAN UMUM DAN KHUSUS
1. Tujuan umum
Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien asma bronkhial
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendiskripsikan konsep dasar asma bronkhiale yang meliputi pengertian,
anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan,
komplikasi, pengkajian fokus, pathway, diagnosa keperawatan, fokus intervensi dan
rasional.
b. Mampu mendeskripsikan pengkajian pasien asma bronkhial
c. Mampu mendeskripsikan diagnosa keperawatan pasien asma bronkhial.
d. Mampu mendiskripsikan intervensi keperawatan pasien asma bronkhial.
e. Mampu mendiskripsikan implementasi keperawatan pasien asma bronkhial
f. Mampu mendeskripsikan evaluasi terhadap tindakan keperawatan pasien asma
bronkhial.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer Asma
a. Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b. Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c. Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d. Dissability
- Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan
asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada
yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang
timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma
dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui
penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b) Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d) Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c. Sistem pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna
dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama
kalau terjadi infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior
rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d. Sistem kardiovaskuler
1)Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2)Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3)Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
c. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
d. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
e. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
g. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.
h. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
i. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
j. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .
4. Intervensi
Respiratory Monitoring
Terapi Oksigen
1. Bersihkan mulut, hidung dan
secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang
paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda
hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap oksigenasi
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek
samping)
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan
berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa dilakukan
4. Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan kesukaan
13. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan intake
nuntrisi
16. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
5. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan
keperawatan berdasarakan analisis dan kesimpulan perawatan dan bukan atas petunjuk
tenaga kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
berdasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain
(Mitayani, 2010). Implementasi juga dimaksudkan untuk pengelolaan dan perwujudan
dari renvcana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Nasrul,1995).
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasi
tindakan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan tindakan intervensi (atau program keperawatan ) (Kozier,2011).
Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu independent,
interdependent, dan dependent .
a. Independent , yaitu suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa
petunjuk dari dokter atau tenaga kesehatan lainnya. Lingkup tindakan
keperawatan independent, antara lain :
1) Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
2) Merumuskan diagnosis keperawatan sesuia respons klien yang
memerlukan intervensi keperawatan.
3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau
memulihkan kesehatan klien
b. Interdependent, yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerja dama dari tenaga
kesehatan lain (mis, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter )
c. Dependent, yaitu berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis/instruksi
dari tenaga medis
Hal yang tidak kalah penting pada tahap implementasi ini adalah mengevaluasi respons
atau hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap klien serta tindakan yang
telah dilaksanakan berikut respons atau hasilnya (Asmadi, 2008)
6. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalampencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan
atau intervensi keperawatan ditetapkan(Brooker, 2001). Sedangkan menurut (Asmadi,
2008), evaluasi adalah tahap akhir dari proses kperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis danterencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan
keperawatan didasarkan pada perubahan prilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan,
yaitu terjadinya adaptasi pada individu (Nursalam, 2003)
WOC
Alveoli tertutup
Obstruksi saluran nafas
MK. Tidak efektif Hipoksemia
bersihan jalan ( Bronchospsame)
nafas
Asidosis Metabolis
Penyempitan jalan
MK. Kurang nafas
pengetahuan
MK. Gangguan
Peningkatan kerja pertukaran gas
pernafasan
Asidosis Respiratori
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta:
EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management and
Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey:
Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma Bronkial
Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu Penyakit Dalam,
FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto