Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKIAL

STASE PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR

Disusun Oleh :
Nama Lengkap : Dedeh Hernangsih,S.Kep
NIM : 22149012042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS YPIB MAJALENGKA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

1. KONSEP MEDIS ASMA BRONKHIAL


1. Pengertian Asma Bronkhial
Asma adalah kondisi berulang dimana rangsangan tertentu mencetuskan
saluran pernafasan menyempit untuk sementara waktu sehingga membuat kesulitan
bernafas. Meskipun asma dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi
pada anak-anak, terutama sekali pada anak mulai usia 5 tahun. Beberapa anak
menderita asma sampai mereka usia dewasa; namun dapat disembuhkan.
Kebanyakan anak-anak pernah menderita asma. Para Dokter tidak yakin akan hal ini,
meskipun hal itu adalah teori. Lebih dari 6 % anak-anak terdiagnosa menderita asma,
75 % meningkat pada akhir-akhir ini. Meningkat tajam sampai 40 % di antara
populasi anak di kota.(Corwin,2019)
Beberapa orang ilmuan memberikan definisi tentang asma , antara lain : Asma
adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). Asma adalah
gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang
reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Dari ketiga pendapat tersebut dapat
diketahui bahwa asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
2. Etiologi
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh :
a. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
b. Pembengkakan membran bronkus.
c. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asthma bronkhial.
a. Faktor predisposisi (genetik)
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahuibagaimana  cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi (Pencetus )
1) Alergen
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu
binatang,   serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-
obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti :
perhiasan, logam dan jam tan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu
3) Stres
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress
atau gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti

5) Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Patofisiologi
Asma ialah penyakit paru dengan cirri khas yakni saluran napas sangat mudah
bereaksi terhadap barbagai ransangan atau pencetus dengan manifestasi berupa
serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah: Otot bronkus akan mengkerut
( terjadi penyempitan) Selaput lendir bronkus udema Produksi lendir makin banyak,
lengket dan kental, sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan saluran lubang
bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai sesak napas.
Serangan tersebut dapat hilang sendiri atau hilang dengan pertolongan obat. Pada
stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat edema dan sekresi
bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti embuluh
darah, infiltrasi sel eosinofil dalam secret didlam lumen saluran napas. Jika serangan
sering terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel,
penebalan membran hialin bosal, hyperplasia serat elastin, juga hyperplasia dan
hipertrofi otot bronkus. Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun
terdapat penyumbatan bronkus oleh mucus yang kental.
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen – antibody
menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan kelainan patologi
tadi. Mediator kimia tersebut adalah:
a.        Histamin.
1) Kontraksi otot polos
2) Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi
edema
3) Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa,
hidung dan mata
b.      Bradikinin.
1) Kontraksi otot polos bronchus.
2) Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
3) Vasodepressor (penurunan tekanan darah).
4) Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludah.
c.      Prostaglandin.
bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)
4. Klasifikasi asma pada anak
Pembagian asma menurut Phelan dkk (1983) adalah sebagai berikut:
a. Asma episodik jarang
Golongan ini merupakan 70–75% dari populasi asma anak. Biasanya terdapat
pada anak umur 3–6 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh infeksi virus
saluran napas atas. Banyaknya serangan 3–4 kali dalam satu tahun. Lamanya
serangan paling lama hanya beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan
yang berat. Gejala-gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi
dapat berlangsung sekitar 3–4 hari dan batuknya dapat berlangsung 10–14 hari.
Waktu remisinya bermingu-minggu sampai berbulan-bulan. Manifestasi alergi
lainnya misalnya eksim jarang didapatkan. Tumbuh kembang anak biasanya baik.
Di luar serangan tidak ditemukan kelainan lain.
b. Asma episodik sering
Golongan ini merupakan 28% dari populasi asma anak. Pada dua pertiga
golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan, serangan berhubungan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Pada
umur 5–6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya orang
tua menghubungkannya dengan perubahan udara, adanya alergen, aktivitas fisik
dan stress. Banyaknya serangan 3−4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan
beberapa hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling banyak pada
umur 8−13 tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan
golongan asma kronik atau persisten. Umumnya gejala paling buruk terjadi pada
malam hari dengan batuk dan mengi yang dapat mengganggu tidur.
Pemeriksaan fisik di luar serangan tergantung pada frekuensi serangan. Jika
waktu serangan lebih dari 1−2 minggu, biasanya tidak ditemukan kelainan fisik.
Hay fever dan eksim dapat ditemukan pada golongan ini. Pada golongan ini
jarang ditemukan gangguan pertumbuhan.
c. Asma kronik atau persisten.
Pada 25% anak serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan, 75% sebelum
umur 3 tahun. Pada 50% anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama
dan pada 50% sisanya serangan episodik. Pada umur 5−6 tahun akan lebih jelas
terjadinya obstruksi saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat
mengi setiap hari. Dari waktu ke waktu terjadi serangan yang berat dan
memerlukan perawatan di rumah sakit. Obstruksi jalan napas mencapai
puncaknya pada umur 8–14 tahun.
Pada umur dewasa muda 50% dari golongan ini tetap menderita asma persisten
atau sering. Jarang yang betul-betul bebas mengi  pada umur dewasa muda. Pada
pemeriksaan fisik dapat terjadi perubahan bentuk toraks seperti dada burung
(pigeon chest), dada tong (barrel chest) dan terdapat sulkus Harrison. Pada
golongan ini dapat terjadi gangguan pertumbuhan, yaitu bertubuh kecil.
Kemampuan aktivitas fisiknya sangat berkurang, sering tidak dapat melakukan
kegiatan olahraga dan kegiatan biasa lainnya. Sebagian kecil ada juga yang
mengalami gangguan psikososial.
Disamping tiga golongan besar tersebut diatas terdapat bentuk asma yang tidak dapat
begitu saja dimasukkan ke dalamnya
a. Asma episodik berat dan berulang
Dapat terjadi pada semua umur, biasanya pada anak kecil dan umur prasekolah.
Serangan biasanya berat dan sering memerlukan perawatan di rumah sakit.
Biasanya berhubungan dengan infeksi saluran napas. Di luar serangan biasanya
normal dan tanda-tanda alergi tidak menonjol. Serangan biasanya hilang pada
umur 5−6 tahun. Tidak terdapat obstruksi saluran napas yang persisten.
b. Asma persisten
Mengi yang persisten dengan takipnea untuk beberapa hari atau beberapa
minggu. Keadaan mengi yang persisten ini kemungkinan besar berhubungan
dengan kecilnya saluran napas pada anak golongan umur ini. Terjadi pada
beberapa anak umur 3−12 bulan. Mengi biasanya terdengar jelas jika anak sedang
aktif. Keadaan umum anak dan tumbuh kembang biasanya tetap baik, bahkan
beberapa anak menjadi gemuk sehingga ada istilah “fat happy wheezer”.
Gambaran rontgen paru biasanya normal. Gejala obstruksi saluran napas
disebabkan oleh edema mukosa dan hipersekresi  daripada spasme otot
bronkusnya
c. Hipersekresi
Biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan umur sekolah. Gambaran utama
serangan adalah batuk, suara napas berderak dan mengi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan ronkhi basah kasar dab ronkhi kering.
d. Asma karena beban fisik
Serangan asma setelah melakukan kegiatan fisik sering dijumpai pada asma
episodik sering dan pada asma kronik persisten. Disamping itu terdapat golongan
asma yang manifestasi klinisnya baru timbul setelah ada beban fisik yang
bertambah. Biasanya pada anak besar dan akil baliq.
e. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik.
Pada kebanyakan asma anak, biasanya terdapat banyak faktor yang dapat
mencetuskan serangan asma, tetapi pada anak yang serangan asmanya baru
timbul segera setelah terkena alergen, misalnya bulu binatang, minum aspirin, zat
warna tartrazine, makan makanan atau minum minuman yang mengandung zat
pengawet..
f. Batuk malam
Banyak terdapat pada semua golongan asma. Batuk terjadi karena inflamasi
mukosa, edema dan produksi mukus yang banyak. Bila gejala menginya tidak
jelas sering salah didiagnosis, yaitu pada golongan asma anak yang berumur 2−6
tahun dengan gejala utama serangan batuk malam yang keras dan kering. Batuk
biasanya terjadi pada jam 1−4 pagi. Pada golongan ini sering didapatkan tanda
adanya alergi pada anak dan keluarganya.
g. Asma yang memburuk pada pagi hari.
Golongan yang gejalanya paling buruk jam 1−4 pagi. Keadaan demikian dapat
terjadi secara teratur atau intermitten. Keadaan ini diduga berhubungan dengan
irama diurnal caliber saluran napas, yang pada golongan ini sangat menonjol.
5. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinik pada Ibu Pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa
tingkatan penderita asma yaitu :
a. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul
bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi
bronkial di laboratorium.
b. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah
sembuh serangan.
c. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi
jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah
diserang kembali.
d. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan
fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
e. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.
Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan,
cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.
6. Penatalaksanaan medis
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
b. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
c. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan
Seperti :
1) Beta agonist (beta adrenergik agent)
2) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3) Anti kolinergik (bronkodilator)
4) Kortikosteroid
5) Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1) Oksigen 4-6 liter/menit.
2) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg)
inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5%
diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau
klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan sangat berat.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam pada
gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia, bronkhiolitis, chronic
persistent bronchitis, emphysema.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemerikasaan laboratorium
1) Pemeriksaan sputum
Adanya badan kreola adalah karakterestik untuk serangan asama yang berat,
karena hanya reaksi nebat yang menyebabkan transudasi dari edema mukosa.
Sehingga terlepaslah sekelompok sel-sel epitel dari perlekatannya.
Perwarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri, cara tersebut
kemudian diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
2) Pemeriksaan darah (analisa gas darah/AGD/Astrub)
a) Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia atau asidosis.
b) Peningkatan dari SGOT dan LDH
c) Hiponatremia dan kadar leukosit diatas 15.000/mmᵌ dimana menandakan
terdapat suatu infeksi
3) Sel eosinofil
Dapat mencapai 1000-1500/mmᵌ, sedangkan hitungan sel eosinofil normal
antara 100-200/mmᵌ
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan radiologi
2) Pemeriksaan tes kulit
3) Scanning paru
4) Spirometer

2. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian Primer Asma
a.     Airway
- Peningkatan sekresi pernafasan
- Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.     Breathing
- Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c.      Circulation
- Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit kepala
- Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin output meurun
d.     Dissability
- Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2. Pengkajian Sekunder Asma
a.     Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk mengumpulkan
berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi pengobatan. Gejala
asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri
(pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang
hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan
gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi,
Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan
spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk
waktu yang lama.
b.     Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis
asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)    Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan
posisi istirahat klien.

2)    Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
3)     Thorak
a)     Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b)     Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c)      Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d)     Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.
c.     Sistem pernafasan
1)    Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan
seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi
kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau
kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2)    Frekuensi pernapasan meningkat
3)    Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4)    Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang
disertai ronchi kering dan wheezing.
5)    Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi
bahkan mungkin lebih.
6)    Pada Ibu Pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter
anteroposterior rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.
- Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
7)    Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan
dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest),
sianosis.
d.     Sistem kardiovaskuler
1)Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2)Pada Ibu Pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah
sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih
daripada 5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau
lebih.
3)Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama
jantung.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
c. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
d. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
e. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
g. Kurang  pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.
h. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Hipertermia (D.0130) Termoregulasi Membaik (L. 14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)

Penyebab : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi


selama …..x 24 jam, dengan kriteria hasil :
□ Dehidrasi □ Identifkasi penyebab hipertermi (mis. Dehidrasi terpapar
□ Terpapar lingkungan Skala Outcome Awal Targ lingkungan panas penggunaan incubator)
panas et
□ Monitor suhu tubuh
□ Proses penyakit
Berkeringat saat
(infkesi, kanker) □ Monitor kadar elektrolit
panas
□ Ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu Denyut nadi radikal □ Monitor haluaran urine

lingkungan 2. Terapeutik
Melaporkan
□ Peningkatan laju
kenyamanan suhu
metabolisme □ Sediakan lingkungan yang dingin
□ Respon trauma Peningkatan suhu
□ Longgarkan atau lepaskan pakaian
□ Aktivitas berlebihan kulit
□ Penggunaan inkubator □ Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Perubahan warna
Tanda dan gejala : kulit □ Berikan cairan oral

Subjektif : - Dehidrasi □ Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat berlebih)
Objektif : Sakitkepala
□ Lakukan pendinginan eksternal (mis. Selimut hipotermia atau
□ Suhu tubuh di atas
kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
nilai normal 3. Edukasi
□ Kulit merah
Ket : □ Anjurkan tirah baring
□ Kejang
□ Takikardia 1. Berat, 2. Cukup Berat. 3. Sedang. 4. 4. Kolaborasi
□ Takipneu Ringan 5. Tidak ada
□ Kolaborasi cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
□ Kulit terasa hangat
Regulasi Temperatur (I.14578)

1. Observasi

□ Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi

□ Monitor warna dan suhu kulit

2. Terapeutik

□ Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang ade kuat

□ Gunakan kasur pendingin, water circulating blanket, ice pack


atau jellpad dan intravascular cooling catherization untuk
menurun kan suhu

□ Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan Ibu Pasien

3. Kolaborasi

□ Kolaborasi pemberian anti piretik jika perlu


ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DIAGNOSA MEDIS ASMA BRONKIAL
BIODATA KLIEN
Nama : An.S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 1 Tahun 7 bulan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Suha Majalengka
Diagnosa Medis : Asma Bronkial
No RM : 423577
MRS/Tgl Pengkajian : 14 November2022 / 14 November2022
I. Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan Utama
Ibu Pasien mengatakan anaknya sesak nafas
2. Riwayat penyakit sekarang
An.S dirujuk ke RS dengan keluhan sesak nafas. Ibu Pasien mengatakan anaknya
sesak setelah meminum minuman dingin torpedo. Pasien langsung d bawa ke RS
3. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu Pasien mengatakan bahwa anaknya juga pernah dirawat di RS dengan keluhan
yg sama
4. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu Pasien mengatakan bahwa suaminya di keluarga yang mengalami penyakit
yang sama dengan klien.
Pola Aktivitas Sehari - hari
A. Pola Tidur/Istirahat
1. Waktu tidur
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya tidur mulai pukul 21.00
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya tidur mulai pukul 22.00
2. Waktu bangun
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya bangun pukul 04.30
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak menentu, kadang
terbangun
Hal - hal yang mempermudah tidur :
Suasana yang tenang
3. Hal - hal yang mempermudah bangun
Suasana yang ribut, batuk-batuk
4. Masalah tidur
Kadang terbangun karena batuk dan sesak nafas

B. Pola Eliminasi
1. B.A.B
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya BAB 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya BAB 1 x/hari
Masalah BAB : Tidak ada masalah
2. B.A.K
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya BAK lancar 3-4 x/hari
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya BAK lancar 3-4 x/hari
Masalah BAK : Tidak ada masalah
3. Upaya klien untuk mengatasinya : Tidak ada

C. Pola Makan dan Minum


1. Jumlah dan jenis makanan :
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya makan nasi, sayur, lauk setengah
porsi
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya makan nasi, sop, lauk
setengah
porsi
2. Waktu pemberian makanan :
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya pukul 07.00, 13.00, 20.00
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya pukul 06.00, 12.00, 18.00
3. Jumlah dan jenis cairan/minum :
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya sering minum air putih 3
gelas/hari
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya minum air putih 3 gelas/hari
4. Waktu pemberian cairan :
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak menentu, jika haus
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya tidak menentu
5. Pantangan/alergi : Tidak ada
6. Masalah makan dan minum :
a. Kesulitan mengunyah : Tidak ada
b. Kesulitan menelan : Tidak ada
c. Mual dan Muntah : Tidak ada
d. Tak dapat makan sendiri : Tidak ada

D. Personal Hygiene
1. Pemeliharaan badan
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya mandi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya mandi 1 x/hari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut
Dirumah : Ibu Pasien mengatakan anaknya menggosok gigi 1-2 x/hari
Di rumah sakit : Ibu Pasien mengatakan anaknya menggosok gigi 1 x/hari

II. Pemeriksaan Fisik


A. Kesan umum/Keadaan umum :
Compos Mentis, sedang
B. Tanda - tanda vital
Suhu tubuh : 36,5 °C Nadi : 90 x/mt
Tekanan darah : 90/60 mmHg Pernafasan : 28 x/mt
Tinggi Badan : 86 cm Berat Badan : 13 kg

C. Pemeriksaan kepala dan leher


a. Kepala dan Rambut
1. Bentuk kepala : Bulat
Tulang kepala : Tidak ada benjolan
Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
Penyebaran : Merata
Warna : hitam
Kelainan lain : Tidak ada
3. Wajah
Struktur wajah : Simetris
Warna kulit : Kuning langsat
Kelainan lain : Tidak ada
b. Mata
1. Kelengkapan dan Kesimetrisan : Mata lengkap dan simetris
2. Kelopak mata/palepebra : Frekuensi reflek berkedip simetris
3. Kornea mata : Jernih
4. Konjungtiva dan sclera : Tidak ada anemia
5. Pupil dan iris : Simetris
6. Ketajaman penglihatan/visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Tekanan bola mata : Simetris
8. Kelainan lain : Tidak ada
c. Hidung
1. Cuping hidung : Normal dan simetris
2. Lubang hidung : Bersih
3. Tulang hidung dan septum nasi : Normal dan simetris
d. Telinga
1. Bentuk telinga : Normal
Ukuran telinga : Sedang
Ketegangan telinga : Elastis
2. Lubang telinga : Normal
3. Ketajaman pendengaran :
Test Weber : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Rinne : Tidak dilakukan pemeriksaan
Test Swabach : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Bibir lembab
2. Keadaan gusi dan gigi : Gusi dan gigi bersih
3. Keadaan lidah : Lidah bersih
4. Palatum/langit - langit : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Orifaring : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Leher
1. Posisi trachea : Normal
2. Tiroid : Tidak ada pembesaran
3. Suara : Suara jelas
4. Kelenjar lympe : Tidak ada pembesaran
5. Vena jugularis : Tidak terjadi distensi
6. Denyut nadi karotis : Teraba jelas dan teratur

D. Pemeriksaan thirak/dada/tulang punggung


1. Pemeriksaan paru - paru
a. Inspeksi Thorak
1. Bentuk Thorak : Normal
2. Penggunaan otot bantu pernafasan : Diafragma
b. Palpasi
Vokal premitus : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Perkusi
Tidak dilakukan pemeriksaan
d. Auskultasi
1. Suara nafas : Vesikuler
2. Suara ucapan : Jelas
3. Suara nafas tambahan : Wheezing
2. Pemeriksaan jantung :
a. Inspeksi dan palpasi :
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Perkusi batas jantung :
 Basic jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Pinggang jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Apeks jantung : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Auskultasi
- Bunyi jantung I : S1 lup
- Bunyi jantung II : S2 dup
- Bunyi jantung tambahan : Tidak ada
- Bising/murmur : Tidak ada
- Frekuensi denyut jantung : Teraba jelas dan teratur

Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif b.d. obstruksi


jalan nafas

E. Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi
- Bentuk abdomen : Normal
- Benjolan/masa : Tidak ada
- Bayangan pembuluh darah : Tidak ada
2. Auskultasi
- Bising/peristaltik usus : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Palpasi
- Nyeri tekan : Tidak ada
- benjolan/masa : Tidak ada
- Hepar : Tidak ada kelainan
- Lien : Tidak ada kelainan
Titik Mc. Berney : Tidak ada kelainan
4. Perkusi
- Suara abdomen : Normal
- Pemeriksaan asites : Tidak ada asites

F. Pemeriksaan kelamin dan sekitarnya


1. Genetalia
- Pubis : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Meatus uretra : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kelainan lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Auskultasi
- Lubang anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Kelainan pada anus : Tidak dilakukan pemeriksaan
- Perineum : Tidak dilakukan pemeriksaan
G. Pemeriksaan Muskuloskeletal (ekstermitas)
1. Kesimetrisan otot : Simetris di 4 kuadran
2. Pemeriksaan oedema : Tidak ada oedema
3. Kekakuan otot : Tidak ada kekakuan otot
4. Kelainan pada punggung dan ekstremitas dan kuku :
Tidak ada
H. Pemeriksaan Integumen
1. Kebersihan : Kulit bersih
2. Kehangatan : Akral hangat
3. Warna : Kuning langsat
4. Turgor : Baik
5. Tekstur : Baik
6. Kelembaban : Kering
7. Kelainan pada kulit/lesi : Tidak ada

I. Pemeriksaan Neurologis
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Tanda rangsangan otak (meningeal sign)
Baik nilai GCS(E4V6M5)
menjulurkan lidah
3. Fungsi motorik
Baik
4. Fungsi sensorik
Penglihatan Pendengaran Penciuman Pengecapan Perabaan baik
5. Reflek
a. Reflek fisiologis : Normal
b. Reflek patofisiologis : Tidak ada kelainan reflek patofisiologis

III. Pemeriksaan Penunjang


Diagnosa Medis
1. Laboratorium (tanggal) :
2. Rontgen (tanggal) :

3. EGC (tanggal) :

4. USG (tanggal) :

5. Lain - lain :

IV. Penatalaksanaan Terapi


Inf Kaen 3b 20 tpm/mi
Cefotaxime 3 x 600mg/iv
Nebu Combivent:Nacl 3%/8jam
ANALISA DATA
Nama Ibu Pasien : An.S Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 1 tahun 7 bulan Ruangan : Melati

No. Data (DO & DS) Masalah Penyebab

1. DS : Pola nafas tidak Obstruksi proksimal


efektif dari bronkus pada
Ibu Pasien mengeluh sesak tahap ekspirasi dan
nafas inspirasi
Ibu Pasien mengatakan ↓
anaknya agak susah
bernafas Wheezing, sesak
nafas
DO :

Terdapat sputum
Tekanan partial
Terdengar wheezing oksigen dialveoli ↓

Penyempitan jalan
nafas

Peningkatan kerja
otot pernafasan

Pola nafas tidak


efektif

2.
DS : Gangguan pola tidur

Ibu Pasien mengatakan Kontraksi otot polos


anaknya sering merasakan
sesak nafas pada malam ↓
hari dan batuk-batuk Bronkospasme
DO : ↓
Tidur kurang lebih hanya 5 Penyempitan saluran
jam / hari paru

Sesak nafas

Gangguan
pertukaran gas

Gangguan pola tidur


3. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penyempitan jalan nafas
2. Gangguan Pola tidur b.d sesak

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujun Intervensi Rasional


1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi a. Untuk memantau tanda vital
efektif
perawatan selama 3 x Observasi : pasien dan mencegah
berhubungan a. Monitor Pola nafas,
denga 24 jam inspirasi dan terjadinya penurunan kondisi
monitor saturasi oksigen
penyempitan jalan
atau ekspirasi yang b. Monitor adanya pasien
nafas ditandai
dengan tidak memberikan sumbatan jalan nafas b. Membebaskan jalan nafas dari
DS :
ventilasi adekuat sumbatan jalan nafas
Terapeutik :
Ibu Pasien membaik. (mis:sekret)
c. Atur interval
mengeluh sesak
nafas dengan kriteria hasil : pemantauan respirasi c. Untuk memantau kondisi
sesuai kondisi pasien
Dispneu cukup pasien secara berkala
Ibu Pasien
mengatakan menurun, Penggunaan Edukasi : d. Untuk menjalin komunikasi
anaknya agak susah
otot bantu nafas d. Jelaskan tujuan dan efektif antara pasien dan
bernafas
menurun. Frekuensi prosedur pemantauan keluarga
DO : e. Informasikan hasil
nafas menurun pemantauan (jika perlu)) e. Untuk menjalin komunikasi
Terdapat sputum
efektif antara pasien dan
Terdengar wheezing keluarga
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur: a. Mengidentikasi durasi tidur
b.d sesak, ditandai perawatan selama 3 x Observasi : dalam 24 jam
dengan : a. Identifikasi pola aktifitas
24 jam b. Untuk mengetahui penyebab
tidur
DS : diharapkan pola tudr b. Identifikasi faktor tidur yg dapat dihindari
Ibu Pasien membaik. pengganggu tidur c. Meminimalisir pengganggu
mengatakan Kriteria hasil tidur dari lingkungan
anaknya sering Terapetik :
 Keluhan sulit c. Modifikasi lingkungan d. Meminimaliasir terganggunya
merasakan sesak
nafas pada malam tidur menurun (mis ; siklus tidur dan memperccepat
hari dan batuk- pencahayaan,kebisingan,
 Keluhan sering penyembuhan jikas iklus
batuk tempat tidur)
terjaga menurun d. Sesuaikan jadwal terjaga
DO :  Keluhan pola pemberian obat dan atau e. Menginformasikan hal –hal
tindakan untuk menjaga
Tidur kurang lebih tidur berubah yang bisa dihindari untuk
siklus tidur
hanya 5 jam / hari menjaga kualitas tidur
Edukasi :
e. Jelaskan pentingnya tidur f. Menginformasikan hal –hal
cukup selama sakit yang bisa dihindari untuk
f. Anjurkan menghindari
menjaga kualitas tidur
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujun Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi


1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi a. Untuk memantau I : Memonitor Pola nafas, S : Ibu pasien
efektif
perawatan selama 3 x Observasi : tanda vital pasien monitor saturasi oksigen mengatakan anaknya
berhubungan a. Monitor Pola R : Spo2 96 % Pola Napas
denga 24 jam inspirasi dan dan mencegah sesak berkurang
nafas, monitor takipneu disertai wheezing
penyempitan jalan
atau ekspirasi yang saturasi oksigen terjadinya N ; 138x/menit R : 40x/menit O : Spo2 98 % Pola
nafas ditandai
dengan tidak memberikan b. Monitor adanya penurunan Napas takipneu,
DS : sumbatan jalan I : Monitor adanya sumbatan wheezing berkurang
ventilasi adekuat kondisi pasien
nafas jalan nafas N ; 118x/menit R :
Ibu Pasien membaik. b. Membebaskan R : sekret dijalan nafas (+) 34x/menit
mengeluh sesak
nafas dengan kriteria hasil : Terapeutik : jalan nafas dari
c. Atur interval I : MengAtur interval A; Masalah teratasi
Dispneu cukup sumbatan jalan
Ibu Pasien pemantauan pemantauan respirasi sesuai Sebagian
mengatakan menurun, Penggunaan respirasi sesuai nafas (mis:sekret) kondisi pasien
anaknya agak susah
otot bantu nafas kondisi pasien c. Untuk memantau R : Nebulisasi dilakuan/8jam P; Lanjutkan Intervensi
bernafas
menurun. Frekuensi kondisi pasien
DO : Edukasi :
nafas menurun d. Jelaskan tujuan secara berkala I : Menjelaskan tujuan dan
Terdapat sputum
dan prosedur d. Untuk menjalin prosedur pemantauan
Terdengar wheezing pemantauan komunikasi R : Keluarga memahami
e. Informasikan
efektif antara
hasil pemantauan I: Menginformasikan hasil
(jika perlu)) pasien dan pemantauan (jika perlu))
keluarga R : Keluarga memahami
e. Untuk menjalin
komunikasi
efektif antara
pasien dan
keluarga
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan Tidur: a. Mengidentikasi I : Mengidentifikasi pola S; Ibu pasien
b.d sesak, ditandai perawatan selama 3 x Observasi : durasi tidur dalam aktifitas tidur mengatakan anaknya
dengan : a. Identifikasi pola R : tidur kurleb 5 jam/hari
24 jam 24 jam rewel berkurang
aktifitas tidur
DS : diharapkan pola tudr b. Identifikasi faktor b. Untuk I : Mengidentifikasi faktor
Ibu Pasien membaik. pengganggu tidur mengetahui pengganggu tidur O : tidur/hari 8 jam,
mengatakan R : Sesak dan lingkungan
Kriteria hasil penyebab tidur yg
anaknya sering Terapetik : baru
 Keluhan sulit c. Modifikasi dapat dihindari A : Masalah teratasi
merasakan sesak
nafas pada malam tidur menurun lingkungan (mis ; c. Meminimalisir I Memodifikasi lingkungan
hari dan batuk- pencahayaan,kebisin (mis ;
 Keluhan sering pengganggu tidur P : hentikan Intervensi
batuk gan, tempat tidur) pencahayaan,kebisingan,
terjaga menurun d. Sesuaikan jadwal dari lingkungan tempat tidur)
DO :  Keluhan pola pemberian obat dan d. Meminimaliasir R : Pencahayaan tidur cukup
atau tindakan untuk (+)
Tidur kurang lebih tidur berubah terganggunya
menjaga siklus tidur
hanya 5 jam / hari siklus tidur dan I
Edukasi : :Menyesuaikan jadwal
e. Jelaskan pentingnya memperccepat pemberian obat dan atau
tidur cukup selama penyembuhan tindakan untuk menjaga siklus
sakit tidur
jikas iklus terjaga
f. Anjurkan R : Jadwal pemberian obat
menghindari e. Menginformasika diberikan /8jam
makanan/minuman n hal –hal yang
yang mengganggu bisa dihindari
tidur untuk menjaga I : Menjelaskan pentingnya
tidur cukup selama sakit
kualitas tidur
R : Keluarga memahami
f. Menginformasika
n hal –hal yang
bisa dihindari
I : Anjurkan menghindari
untuk menjaga
makanan/minuman yang
kualitas tidur
mengganggu tidur
R : Keluarga memahami
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Penyakit Saluran Pernafasan

Sub Pokok Bahasan : Asma Bronkhiale pada anak

Waktu : 30 Menit

Sasaran : Orangtua/Wali Ibu Pasien dengan diagnosa Asma

Tempat : Ruang Melati RSUD Majalengka

Penyaji : Dedeh Hernangsih.,S.Kep

VI. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan pendidikan selama 30 menit diharapkan warga desa dapat
mengetahui tentang penyakit asma bronkhiale pada anak

VII. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan warga desa
dapat :

1. Menjelaskan pengertian asma bronkhiale


2. Menyebutkan penyebab asma bronkhiale
3. Menyebutkan tanda dan gejala penyakit asma pada anak
4. Menjelaskan pencegahan penyakit asma pada anak
5. Menjelaskan cara penanganan penyakit asma pada anak

VIII. Kegiatan Pengajaran


Kegiatan
Peserta
NO TAHAP KEGIATAN MEDIA
1. Pembukaan  Perkenalan Leaflet Mendengar
 Menjelaskan tujuan kan
( 5 menit )
 Kontrak waktu
Berkenalan
 Apersepsi dengan cara menggali pengetahuan
yang dimiliki warga tentang penyakit asma
2. Pelaksanaan  Menjelaskan materi tentang penyakit asma Leaflet, Mendengar
bronkhiale pada anak kan dan
( 20 menit ) LCD
1. Pengertian asma memperhati
2. Penyebab asma kan
3. Tanda dan gejala penyakit asma
4. Pencegahan penyakit asma
5. Penanganan penyakit asma
 warga memperhatikan penjelasan tentang
penyakit asma bronkhiale pada anak
 warga menanyakan tentang hal-hal yang
belum jelas
3. Penutup  Menyimpulkan materi Menjawab
 Mengevalusi warga tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan
 Mengakhiri pertemuan dengan mengucapkan
salam

IV. Media
1. Leaflet
2. LCD/Proyektor
3. Microfon

IX. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
VI. Lampiran
1. Materi
2. Leaflet
VIII. Evaluasi

a. Standart Persiapan
1. Menyiapkan materi penyuluhan
2. Menyiapkan tempat
3. Menyiapkan leaflet
b. Standart Proses
1. Membaca buku referensi tentang asma bronkhiale pada anak
2. Memberi penyuluhan tentang asma bronkhiale pada anak
c. Evaluasi hasil
1. Orang tua anak mampu mengetahui tentang pengertian asma bronkhiale pada
anak
2. Orang tua anak mampu mengetahui tentang faktor penyebab asma
bronkhiale pada anak
3. Orang tua anak mampu mengetahui tentang cara pencegahan asma
bronkhiale pada anak
4. Orang tua anak mampu mengetahui tentang cara pengobatatn asma
bronkhiale pada anak
Lampiran Materi

ASMA BRONKHIALE PADA ANAK

A. Pengertian
Asma Bronkial adalah penyakit saluran nafas dengan karakteristik berupa
peningkatan reaktivitas (hiperaktivitas) trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi klinis berupa penyempitan saluran nafas yang
menyeluruh.
Asma merupakan penyakit radang kronis saluran napas yang tidak bisa
disembuhkan, bersifat hilang dan kemudian timbul lagi. Asma dapat tenang terkontrol
tetapi bisa tiba-tiba kambuh dan mengganggu aktivitas penderitanya. Asma dapat
terjadi pada semua usia mulai dari bayi sampai manula.

B. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma.
1. Faktor predisposisi

a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : makanan dan obat-obatan.

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.


seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.
b. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga.
c. Stress.
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu
juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress /
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
d. Lingkungan kerja.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma.

Secara umum pencetusnya adalah:

1. Makanan yang mengandung zat pengawet, penyedap, dan pewarna. Bila makanan
tersebut dikonsumsi terus-menerus akan mengakibatkan reaksi alergi dan
inflamasi/peradangan.
2. Aktivitas berlebihan: seperti berlari-lari atau main sepeda seharian tanpa cukup
istirahat. Gejala yang timbul biasanya sewaktu tidur anak akan mengalami batuk-
batuk.
3. Bulu binatang seperti bulu kucing atau bulu burung, dan lainnya.
4. Penyakit infeksi, seperti influenza, dan infeksi saluran napas atas (ISPA). Batuk
yang disebabkan penyakit tersebut dapat memicu terjadinya asma.
5. Alergen Seperti debu di rumah dan di jalan, debu karpet, kasur, kapuk, asap rokok.
6. Cuaca(panas / dingin ).
7. Iritan. Seperti zat kimia (obat nyamuk, pewangi ruangan, asap rokok, bau cat yang
menyengat, SO2, dan polutan udara lain).
8. Buah-buahan tertentu (nanas, rambutan, anggur dan lainnya). Getah atau manisnya
buah sering membuat batuk sehingga bisa terjadi asma.
9. Factor psikis seperti Emosi (terlalu sedih/gembira).
10. Infeksi Saluran Napas. Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronik,
dapat memudahkan terjadinya asma.

C. Tanda dan Gejala


1. Sesak nafas
2. Nafas bunyi (ngik-ngik)
3. Lesu atau kurang sehat
4. Batuk berulang, terutama bila terkena allergen.
5. Berkeringat
6. Pada serangan asma berat, kuku menjadi dingin  pucat (kebiru-biruan).

D. Pencegahan asma pada anak


1. Mencari faktor pencetus (allergen) tes alergi
2. Menghindari faktor pencetus!!!
Faktor-faktor pencetus (dapat berbeda antara penderita yang satu dengan
lainnya).
Faktor – faktor yang sering dikatakan sebagai pemicu di antaranya adalah
faktor alergen, emosi atau stres, infeksi, zat makanan, zat kimia, faktor fisik seperti
perubahan cuaca, kegiatan jasmani, dan obat-obatan.
Kerja faktor pencetus ini pun berbeda, ada faktor pencetus yang bisa
mengakibatkan penyempitan saluran nafas (bronchospasme), seperti emosi, udara
dingin, latihan, dan lain-lain. Ada pula faktor pencetus yang terutama menyebabkan
peradangan seperti infeksi saluran pernafasan akut, alergen, zat kimia, dan asap
rokok. Sebagian besar serangan asma dapat dicegah dengan menghindari faktor-
faktor pencetus tersebut.
3. Tingkatkan kesehatan optimal
a. Berikan makanan dan minum yang bergizi
b. Istirahat cukup, tidur, dan olah raga yang teratur
c. Minum cukup
d. Hindari merokok

E. Penanganan
1. Pertolongan pertama :
a. Tenangkan anak
b. Berikan ruang cukup lapang
c. Berikan posisi yang nyaman (tinggikan bagian kepala dengan menggunakan
2-3 bantal)
d. Beri dan bantu anak menggunakan obat semprot inhaler.
e. Cobalah untuk mengajak anak bernapas perlahan-lahan dan dalam.
f. Usahakan untuk memberikan ventilasi udara yang baik.
g. Jika setelah 3 menit tidak ada perubahan, cobalah untuk memberikan obat
inhaler kembali.
h. Jika obat inhaler tidak memberikan pengaruh atau bertambah parah setelah 5
menit, cobalah untuk memberikan obat semprot setiap 5-10 kali sambil
membawa anak ke dokter untuk mendapatkan pertolongan medis.
2. Mengatasi Serangan Akut
Ibu atau ayah penyandang asma mesti tahu cara mengatasi serangan asma
pada anaknya.
Berikut langkah-langkah yang dapat diambil:
a. Tak perlu panik, minta anak untuk bernapas teratur dan berikan air putih
hangat untuk diminum.
b. Segera berikan obat atau terapi inhalasi dengan takaran yang pas.
c. Jika tidak ada perbaikan, segera bawa anak ke klinik terdekat.
Serangan yang sulit diatasi sendiri biasanya disebabkan adanya
faktor lain, seperti status daya tahan tubuh anak sedang turun atau ada
infeksi di dalam tubuhnya.
Perlu diketahui, penyakit infeksi yang disebabkan virus sering tidak
menimbulkan panas/demam kecuali ada lendir dan riak di saluran napasnya.
Bagi penderita asma yang belum stabil sangat disarankan untuk selalu
membawa obat (oral atau alat terapi inhalasi) ke mana-mana.
3. Obat tradisional asma :
a. Madu untuk Asma
Madu sangat baik untuk asma. Madu membantu mengencerkan dan
membuang lendir dari sistem pernapasan.
Lendir yang terakumulasi di saluran pernapasan akan menghambat
aliran udara sehingga dapat memicu atau membuat serangan asma semakin
memburuk.
Berikut adalah beberapa ramuan madu yang baik untuk meringankan asma:
 Satu sendok teh madu dengan air diminum setiap hari.
 Satu sendok teh madu, air hangat ditambah seperempat sendok teh
bubuk kunyit diminum dua kali sehari.
 Satu sendok teh madu dengan setengah sendok teh bubuk kayu manis
diminum sekali sehari (baik pagi atau malam).
b. Jahe untuk asma
Jahe juga sangat baik untuk asma. Jahe bisa menghentikan
peradangan/inflamasi. Asma terjadi karena adanya peradangan pada saluran
pernafasan. Ketika dicampur dengan bahan tertentu, jahe juga bisa bertindak
sebagai ekspektoran. Ekspektoran akan membantu menyingkirkan lendir
dari sistem pernafasan.
Berikut adalah beberapa ramuan jahe untuk asma :
 Jus jahe segar (jahe tumbuk) dicampur dengan madu diminum sehari
 Sediakan setengah sendok teh jahe segar, satu sendok teh biji jinten.
sejumput pala, dan segelas air. Campurkan semua bahan tersebut dan
didihkan. Minum ramuan selagi hangat.
( http://www.amazine.co/2388/obat-alami-asma-tips-meringankan-asma-
dengan-madu-dan-jahe/ )
c. Kencur secukupnya dicuci bersih lalu parut dan peras airnya. Hasil
perasannya dicampur madu dan telur ayam kampung dan jangan lupa
campur juga perasan ¼ jeruk nipis lalu aduk sampai semuanya benar benar
tercampur. Minum ramuan tersebut pada sore dan malam menjelang tidur.
( http://artikel.co/42/obat-alami-asma-dengan-ramuan.html )
d. Cara pembuatan  ramuan ini adalah; Gerus 1 sendok teh lada putih dan 7
lembar daun sirih hingga halus. Hasil gerusan tadi dicampur dengan minyak
kayu putih secukupnya.
Cara menggunakan ramuan ini adalah sebagai obat luar yaitu balurkan
ramuan ini di dada dan leher penderita asma.
( http://artikel.co/42/obat-alami-asma-dengan-ramuan.html )
4. Hal - hal yang perlu di perhatikan pada asma anak

a. Hindari makan makanan yg mengandung pengawet / bahan kimia, kola,


bersoda, kacang-kacangan, minuman dingin/es, goreng-gorengan.
b. Hindari tungau debu yang sering terdapat pada debu kasur dan bantal kapuk,
selimut, lantai, karpet gordin , perabot rumah, kipas angin.
c. Hindarkan zat-zat yang mengiritasi ; obat semprot rambut, minyak wangi,
asap rokok, asap obat nyamuk , bau cat yang tajam, bau bahan kimia, udara
yang tercemar,udara dan air dingin.
d. Jangan melakukan aktifitas fisik yang terlalu berat.

Anda mungkin juga menyukai