Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
PALEMBANG 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel,ditandai dengan adanya periode bronkospasme,peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus.( Huddak & Gallo, 1997)
Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas yang mengakibatkan peningkatan
responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulus yang dapat menyebabkan
penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible
(Nugroho, 2011)
B. Etiologi
1. faktor predisposisi
Alergen
Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting.
Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dan sebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih
tinggi untuk menimbulkan serangan asma.Sensitisasi tergantung pada lama dan
intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayi dan anak
kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur
makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan
ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang
karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan
parasit seperti Askaris.
Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO 2
dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan
batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.
2. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya
pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan
infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non
alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus
pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
C. Anatomi Fisiologi
(paru-paru)
Organ Pernafasan :
1. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan
oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu, dan kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung.
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan, terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan ini dapat ditutup
oleh epiglottis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada
waktu kita menelan makanan.
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20
cincin tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada
bronkiolus tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau
alveoli.
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan
CO2. Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri
yang terdiri dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga dada
(kavum mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.
D. Klasifikasi
Pembagian asma pada anak :
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun.
Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang
berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengidapat berlangsung 3-4 hari.
Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim
jarang didapatkan pada golongan ini.
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan
infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang
jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari
sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 %
sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran
nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.Di samping tiga golongan besar di
atas terdapat bentuk asma lain:
E. Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,
virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi melalui
2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi
IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase
lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi,
antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen,
terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan
dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi
mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah
histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan
efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran
napas. Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit
setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator
sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus.
Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan allergen dan bertahan selama
16-24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti
eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam
patogenesis asma.
F. Gejala Klinis
a. Gejala awal dapat berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak napas,
napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya, rasa
berat di dada, dahak sulit keluar (Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007).
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa atau disebut
juga stadium kronik (status asmatikus). Yang termasuk gejala yang berat adalah
serangan batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis
(kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang
nyaman adalah dalam keadaan duduk, kesadaran menurun, thorak seperti barel chest,
tampak tarikan otot sternokleidomastoideus, sianosis, suara nafas melemah bahkan
tak terdengar (silent Chest) (Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinis dari asma, diantaranya:
a. Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Serangan asma
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat, mengi dan laborius.
b. Sianosis karena hipoksia
c. Gejala retensi CO2 : diaforesis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.
G. Pemeriksaan Fisik
Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musikal.
Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng
→ apatis → sopor → coma.
Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.
H. Pemeriksaan penunjang
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
Foto rontgen
Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
Pemeriksaan alergi
Pulse oximetri
Analisa gas darah.
I. Terapi/Tindakan Penanganan.
Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi
dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek
samping obat dan monitor efek samping obat.
J. Komplikasi
Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
Chronik persistent bronchitis
Bronchiolitis
Pneumonia
Emphysema.
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah:
1) Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura. Keadaan ini
dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kegagalan napas.
2) Status asmatikus
Serangan asma akut yang sangat parah, berkepanjangan, dan tidak merespon terapi
biasa secara memadai. Hal ini disebabkan oleh penyempitan saluran napas akibat
bronkospasme yang sedang berlangsung, edema, dan penyumbatan lendir.
3) Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai
emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum.
Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru,
saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
4) Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
5) Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6) Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir
yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi
sempit oleh adanya lendir.
Perlu dikaji tentang statusnutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalammemenuhikebutuhnnya. Serta pada pasien sesak,potensial sekali terjadinya
kekurangan
Dalam memenuhi kebutuhannutrisi, hal ini karena dispnea saat makan, laju
metabolisme serta ansietas yang dialami pasien.
C. Pola eliminasi
Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk, konsistensi,
frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.
Perlu dikaji tentang bagaiman tidurdan istirahat pasien meliputi berapa lama pasien
tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahanyang dialami pasien.Adanya wheezing
dan sesak dapat mempengaruhi polatidurdan istirahat pasien.
F. Polapersepsisensoridankognitif
J. Polamekanismedankoping
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini didunia dipercayai Dapat meningkatkan
kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadapTuhan Yang Maha Esa serta pendekatandiri
pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif.
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan spirometri
c. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses patologik diparu
atau komplikasi Asma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.
d. Pemeriksaan analisagasdarah
Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderita dengan serangan
Asmaberat.
e. Pemeriksaan sputum
f. Pemeriksaan eosinofil
Pada penderita Asma,jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Jumlah
eosinofil total dalam darah membantu untuk membedakan AsmadariBronchitis kronik.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan perfusi-ventilasi
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan
produksi lender, batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal
Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, lender,
bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernafasan dan insufisiensi pernafasan dan oksigenasi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan hipoksemia, dan pola pernafasan
tidak efektif
4. INTERVENSI
DAFTAR PUSTAKA
www.Ginaasthma.org