Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK II

Tugas pada Praktek Klinik Keperawatan Anak II

Program Studi IlmuKeperawatan Semester 5

Dosen Pengampu :

Ns. Kardewi, S.kep,M.Kes

Disusun oleh :

Rini Apriani 18.14201.30.15

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA

PALEMBANG 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel,ditandai dengan adanya periode bronkospasme,peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus.( Huddak & Gallo, 1997)

Asma bronkial adalah proses peradangan di saluran nafas yang mengakibatkan peningkatan
responsive dari saluran nafas terhadap berbagai stimulus yang dapat menyebabkan
penyempitan saluran nafas yang menyeluruh dengan gejala khas sesak nafas yang reversible
(Nugroho, 2011)

B. Etiologi
1. faktor predisposisi
 Alergen
Alergi dianggap mempunyai peranan pada sebagian besar anak dengan asma.
Disamping itu hiper reaktivitas saluran nafas juga merupakan faktor yang penting.
Bila tingkat hiper reaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah allergen yang sedikit
dan sebaliknya jika hiper reaktivitas rendah diperlukan jumlah antigen yang lebih
tinggi untuk menimbulkan serangan asma.Sensitisasi tergantung pada lama dan
intnsitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur. Bayi dan anak
kecil sering berhubungan dengan sisi dari debu rumah, misalnya tungau, serpih atau
bulu binatang, spora jamur yang terdapat di rumah. Dengan bertambahnya umur
makin banyak jenis allergen pencetusnya. Asma karena makanan sering terjadi pada
bayi dan anak kecil.
 Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus yang menyebabkan
ialah respiratory syncytial virus (RSV) dan virus para influenza. Kadang-kadang
karena bakteri misalnya; pertusis dan streptokokus, jamur, misalnya Aspergillus dan
parasit seperti Askaris.
 Iritan.
Hair spray, minyak wangi, semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam dari cat, SO 2
dan polutan udara lainya dapat memacu serangan asma. Iritasi hidung dan
batuksendiri dapat menimbulkan refleks bronkokonstriksi.
 Cuaca.
Perubahan tekanan udara, perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara
berhubungan dengan percepatan dan terjadinya serangan asma
 Kegiatan jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.
 Infeksi saluran nafas.
Infeksi virus pada sinus, baik sinusitis akut maupun kronis dapat memudahkan
terjadinya sma pada anak. Rinitis alergika dapat memberatkan asma melalui
mekanisme iritasi atau refleks.
2. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian dan / atau tidak mau mengakui persolan yang
berhubungan dengan asma oleh anak sendiri / keluarganya akan menggagalkan
usaha pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat memperberat serangan asma.
Serangan asma dapat timbul disebabkan berbagai pencetus bersamaan misalnya
pada anak dengan pencetus alergen sering disertai pencetus non allergen yang dapat
mempercepat dan memperburuk serangan. Faktor pencetus adalah alergen dan
infeksi; diduga infeksi virus memperkuat reaksi pencetus alergenik maupun non
alergenik. Serangan dapat terjadi pada seorang anak setelah mendapat infrksi virus
pada saluran nafas atas kemudian berlari-lari pada udara dingin.
C. Anatomi Fisiologi

Sistem Pernafasan meliputi saluran sebagai berikut:

Rongga Hidung →Faring → Laring →Trakhea→ Bronkus→ Bronkiolus→ Alveolus

(paru-paru)

Organ Pernafasan :

1. Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan
oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,
debu, dan kotoran yang masuk ke dalamlubang hidung.

2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan
makanan, terdapat dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara. Terletak dibagian depan faring. Pangkal tenggorokan ini dapat ditutup
oleh epiglottis yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi menutupi laring pada
waktu kita menelan makanan.

4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20
cincin tulang rawan. Panjang trakea 9-11 cm.

5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, terdiri dari 9-12 cincin dan mempunyai 2
cabang. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi lebih kecil disebut bronkiolus. Pada
bronkiolus tidak terdapat cincin lagi dan pada ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau
alveoli.

6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang berfungsi untuk pertukaran gas O2 dan
CO2. Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan yang terdiri dari 3 lobus dan paru-paru kiri
yang terdiri dari 2 lobus. Letak paru-paru dirongga dada menghadap ke tengah rongga dada
(kavum mediastinum). Paru-paru dibungkus oleh selaput yang disebut pleura.

D. Klasifikasi
Pembagian asma pada anak :

a. Asma episodic yang jarang

Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun.
Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan serangan yang
berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengidapat berlangsung 3-4 hari.
Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari. Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim
jarang didapatkan pada golongan ini.

b. Asma episodic sering

Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan dengan
infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang
jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali serangan beberapa hari
sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun.

c. Asma kronik atau persisten

Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50 %
sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran
nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk dan mengi. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun.Di samping tiga golongan besar di
atas terdapat bentuk asma lain:

 Asma episodic berat dan berulang


 Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus
saluran nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
 Asma persisten pada bayi
 Mengi yang persisten dengan takipneu
 Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan
 Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar
kalau sedang tidur.
 Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer”
 Gambaran rontgen paru biasanya normal.
 Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema mukosa
dan hipersekresi daripada spasme ototnya.
 Asma hipersekresi
 Biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.
 Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krokkrok),
dan mengi
 Didapatkan ronki basah dan kering
 Asma karena beban fisik (exercise induced astma)
 Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik
 Batuk malam
 Terdapat pada semua golongan asma
 Banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak.
 Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, biasanya
terjadi jam 1-4 pagi.
 Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)

E. Patofisiologi
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen,
virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadi melalui
2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom. Jalur imunologis didominasi oleh antibodi
IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase
lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Pada asma alergi,
antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast pada interstisial paru, yang
berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen,
terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan
dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi
mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah
histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan
efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen
bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran
napas. Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit
setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator
sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus.
Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan allergen dan bertahan selama
16-24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti
eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam
patogenesis asma.
F. Gejala Klinis
a. Gejala awal dapat berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak napas,
napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya, rasa
berat di dada, dahak sulit keluar (Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007).
b. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa atau disebut
juga stadium kronik (status asmatikus). Yang termasuk gejala yang berat adalah
serangan batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis
(kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang
nyaman adalah dalam keadaan duduk, kesadaran menurun, thorak seperti barel chest,
tampak tarikan otot sternokleidomastoideus, sianosis, suara nafas melemah bahkan
tak terdengar (silent Chest) (Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinis dari asma, diantaranya:
a. Tiga gejala umum asma adalah batuk, dispnea dan mengi. Serangan asma
biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada, disertai
dengan pernapasan lambat, mengi dan laborius.
b. Sianosis karena hipoksia
c. Gejala retensi CO2  : diaforesis, takikardia, pelebaran tekanan nadi.

G. Pemeriksaan Fisik
 Sistem Pernapasan / Respirasi
Sesak, batuk kering (tidak produktif), tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan
otot aksesori pernapasan, Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi
hipersonor, pada auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi
kering musikal.
 Sistem Cardiovaskuler
Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
 Sistem Persyarafan / neurologi
Pada serangan yang berat dapat terjadi gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng
→ apatis → sopor → coma.
 Sistem perkemihan
Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang kurang akibat sesak nafas.
 Sistem Pencernaan / Gastrointestinal
Terdapat nyeri tekan pada abdomen, tidak toleransi terhadap makan dan minum,
mukosa mulut kering.
 Sistem integument
Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak nafas.

H. Pemeriksaan penunjang
 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik
 Foto rontgen
 Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
 Pemeriksaan alergi
 Pulse oximetri
 Analisa gas darah.

I. Terapi/Tindakan Penanganan.
 Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.
 Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
 Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini (per oral) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
 Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
 Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
 Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia, tremor, hipertensi
dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan pada orang tua tentang efek
samping obat dan monitor efek samping obat.

b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi


bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
 Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
 Teofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek samping
tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi gastrointistinal,rangsangan sistem saraf
pusat;gejala toxic;sering muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan
kejang. Intervensi keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus
khusus misalnya infus pump.

c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa bronkus.


Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).

J. Komplikasi
 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
 Chronik persistent bronchitis
 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Emphysema.
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah:
1) Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura. Keadaan ini
dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan
kegagalan napas.
2) Status asmatikus
Serangan asma akut yang sangat parah, berkepanjangan, dan tidak merespon terapi
biasa secara memadai. Hal ini disebabkan oleh penyempitan saluran napas akibat
bronkospasme yang sedang berlangsung, edema, dan penyumbatan lendir.
3) Pneumomediastinum
Pneumomediastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai
emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum.
Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini dapat disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru,
saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
4) Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang sangat dangkal.
5) Gagal napas
Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap karbodioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6) Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam dari
saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolis) mengalami bengkak.
Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir
yang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara menjadi
sempit oleh adanya lendir.

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. PENGKAJIAN
A. Pola pemeliharaan kesehatan

Gejala Asmadapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup normal sehingga


pasien dengan Asma harus mengubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan
tidak terjadi serangan Asma

B. pola nutrisi dan metabolik

Perlu dikaji tentang statusnutrisi pasien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-
kesulitan dalammemenuhikebutuhnnya. Serta pada pasien sesak,potensial sekali terjadinya
kekurangan

Dalam memenuhi kebutuhannutrisi, hal ini karena dispnea saat makan, laju
metabolisme serta ansietas yang dialami pasien.

C. Pola eliminasi

Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna, bentuk, konsistensi,
frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam pola eliminasi.

D. Pola aktifitas dan latihan

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian pasien,seperti olahraga, bekerja, dan


aktifitas lainnya. Aktifitasfisik dapat terjadifaktor pencetus terjadinyaAsma.
E. Polaistirahat dan tidur

Perlu dikaji tentang bagaiman tidurdan istirahat pasien meliputi berapa lama pasien
tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahanyang dialami pasien.Adanya wheezing
dan sesak dapat mempengaruhi polatidurdan istirahat pasien.

F. Polapersepsisensoridankognitif

Kelainanpada pola persepsidankognitifakanmempengaruhi konsep diri pasien dan


akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialamipasien sehingg kemungkinan terjadi
serangan Asma yang berulang punakan semakin tinggi.

G. Polahubungan dengan oranglain

GejalaAsma sangatmembatasipasienuntukmenjalankan kehidupannya secara normal.


Pasien perlu menyesuaikan kondisinyaberhubungan dengan orang lain.

H. Pola reproduksidan seksual

Reproduksiseksualmerupakankebutuhandasarmanusia,bila kebutuhan ini tidak


terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupanpasien.Masalahiniakanmenjadistresoryang
akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan Asma.

I. Polapersepsidiri dan konsep diri

Perlu dikaji tentang pasien terhadap penyakitnya.Persepsi yang salah dapat


menghambat respon kooperatif pada diri pasien. Cara memandang diri yang salah juga akan
menjadi stresor dalam kehidupan pasien.

J. Polamekanismedankoping

Stres dan ketegangan emosional merupakan faktorinstrinsik pencetusserangan Asma


maka perlu dikaji penyebab terjadinya stress. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan
pasienserta carapenanggulangan terhadap stresor.

K. Polanilai kepercayaan dan spiritual

Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini didunia dipercayai Dapat meningkatkan
kekuatan jiwa pasien.Keyakinan pasien terhadapTuhan Yang Maha Esa serta pendekatandiri
pada-Nya merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif.

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan spirometri

Pemeriksaan spirometridilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator


aerosol(inhalerataunebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1atau FVC sebanyak

>20% menunjukkan diagnosis Asma.

b. Pemeriksaan tes kulit


Untuk menunjukkan adanya antibodi IgE yang spesifik dalam tubuh.

c. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses patologik diparu
atau komplikasi Asma, seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektasis, dan lain-lain.

d. Pemeriksaan analisagasdarah

Pemeriksaan analisa gas darah hanya dilakukan pada penderita dengan serangan
Asmaberat.

e. Pemeriksaan sputum

Untuk melihat adanyaeosinofil, kristal CharcotLeyden, spiral Churschmann,


pemeriksaan sputum penting untuk menilai adanyamiselium Aspergilus fumigatus.

f. Pemeriksaan eosinofil

Pada penderita Asma,jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat. Jumlah
eosinofil total dalam darah membantu untuk membedakan AsmadariBronchitis kronik.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan perfusi-ventilasi
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan
produksi lender, batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal
 Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas pendek, lender,
bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas
 Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan sekunder akibat peningkatan
upaya pernafasan dan insufisiensi pernafasan dan oksigenasi
 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan hipoksemia, dan pola pernafasan
tidak efektif

4. INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Gangguan NOC : NIC :
pertukuran gas Respiratory status : Gas exchange Airway Management
yang b/d Respiratory status : ventilation  Buka jalan nafas,
ketidaksamaan Kriteria hasil : gunakan teknik chin
perfusi-  Mendemonstrasikan lift atau jaw thrust bila
ventilasi peningkatan ventilasi dan perlu
oksigen yang adekuat  Posisikan pasien untuk
 Memelihara kebersihan memaksimalkan
paru-paru dan bebas dari ventilasi
tanda distress pernaafasan  Identifikasi pasien
 Mendemonstrasikan batuk perlunya pemasangan
efektif dan suara nafas alat jalan nafas buatan
yang bersih, tidak ada  Pasang mayo bila
sianosis dan perlu
dyspneu(mampu  Lakukan fisioterapi
mengeluarkan sputum, dada jika perlu
mampu bernafas dengan keluarkan secret
mudah tidak ada pursed dengan dengan batuk
lips) atau suction
 Tanda tanda vital dalam  Auskultasi suara nafas,
rentang normal catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction pda
mayo
 Berikan pelembab
udara
Monitoring
 Monitori rata-rata
kedalam irama dan
usaha respirasi
 Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara nafas
seoerti dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne,
stokes, biot
 Auskultasi suara nafas,
catat area penuruna/
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
2 Bersihan jalan NOC : NIC :
nafas tidak  Respiratory status : Airway Management
efektif b/d ventilation  Buka jalan nafas,
bronkokonstrik  Respiratory status : airway gunakan teknik chin
si peningkatan patency lift atau jaw thrust bila
produksi  Aspiration control perlu
lender, dan Kriteria hasil :  Posisikan pasien untuk
infeksi  Mendemonstrasikan batuk memaksimalkan
brokpulmonal efektif dan suara nafas ventilasi
yang bersih, tidak ada  Identifikasi pasien
sianosis dan perlu pemasangan alat
dyspneu(mampu jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum,  Berikan pelembab
mampu bernafas dengan udara kassa basah
mudah, tidak ada pursed NaCl lembab
lips)  Atur intake untuk
 Menunjukkan jalan nafs cairan
yang paten (klien tidak mengoptimalkan
merasa tercekik,irama keseimbangan
nafas frekuensi pernafasan  Monitor respirasi dan
dalam rentang normal,, status O2
tidak ada suara nafas
abnormal)
 Mampu
mengidentifikasikan dan
mengcegah factor yang
dapat menghambat jalan
nafas
3 Pola pernafasan NOC : NIC :
tidak efektif Respiratory status : ventilation Airway management
b/d nafas Respiratory status : airway  Buka jalan nafas,
pendek, lender, patency gunakan teknik chin
bronkokostriksi Vital sign status lift atau jaw thrust bila
dan iritan jalan Kriteria hasil : perlu
nafas  Mendemonstrasikan batuk  Posisikan pasien untuk
efektif dan suara nafas memaksimalkan
yang bersih, tidak ada ventilasi
sianosis dan sypneu  Identifikasi pasien
(mampu mengeluarkan perlunya pemasangan
sputum, mampu bernafas alat jalan nafas buatan
dengan mudah, tidak ada  Pasang mayo bila
pursed lips) perlu
 Menunjukkan jalan nafas  Lakukan fisioterapi
yang paten (klien tidak dada bila perlu
merasa tercekik, irama  Auskultasi suara nafas,
nafas, frekuensi catat adanya suara
pernafasan dalam rentan tambahan
normal, tidak ada suara  Atur intake untuk
nafas abnormal) cairan
 Tanda tanda vital dalam
rentang normal ( tekanan
darah, nadi,pernafasan)

4 Defisit NOC : NIC :


perawatan diri Self care : Activity of Daily Self care assistane : ADLs
b/d keletihan Living (ADLs)  Monitor kemampuan
sekunderakibat Kriteria hasil: klien untuk perawatan
peningkatan  Klien terbebas dari bau klien untuk perawatan
upaya badan diri yang mandiri
pernafasan dan  Menyatakan kenyamanan  Monitor kebutuhan
insufisiensi terhadap kemampuan klien untuk alat-alat
pernafasan dan untuk melakukan ADLs bantu untuk
oksigenasi  Dapat melakukan ADLs kebersihan diri,
dengan bantuan berpakaian, berhias,
toileting dan makan
 Sediakan bantuan
sampai bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untik
melakukan self-care
 Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki
 Berikan aktivitas rutin
sehari-hari sesuai
kemampuan
 Pertimbangakan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari

5 Intoleransi NOC : NIC :


aktivitas b/d Energy conservation Energy Management
keletihan, Self Care ADLs  Observasi adanya
hipoksemia, Kriteria hasil : pembatasan klien
dan pola  Berpartisipasi dalam dalam melakukan
pernafasan aktivitas fisik tanpa aktivitas
tidak efektif disertai peningkatan  Dorong anak
tekanan darah, nadi dan mengungkapkan
RR perasaan terhadap
 Mampu melakukan keterbatasan
aktivitas sehari hari  Kaji adanya faktor
(ADLs ) secara mandiri yang menyebabkan
kelelahan
 Monitor nutrisi dan
sumber energi
tangadekuat
 Monitor pasien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
 Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
Activity therapy
 Kolaborasikan dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
rencanakan program
terapi yang tepat
 Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai
dengan kemampuan
fisik, psikologi dan
social
 Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk
membuat jadwal
latihan diwaktu luang
 Meonitor respon fisik,
emosi, social dan
spiritual

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. BronchialThermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma

Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global InitiativeforAsthma) 2006.; PocketGuideforAsthma

ManagementandPrevension In Children. www. Dimuat dalam

www.Ginaasthma.org

Kelompok V. Asuhan keperawatan Asma Bronkhial Pada Klien Ny. P di Ruanmg


Nilam (Penyakit Dalam) Rumah Sakit dr. H. M Anshari Sahaleh Banjarmasin

Program Studi D3. Keperawatan 2009.

Anda mungkin juga menyukai