ASMA
Disusun Oleh :
SOFIA NURAHMAH
2111040035
A. DEFINISI
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiper responsive sehingga apabila terangsang oleh
faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul di segala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak – anak usia
di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahun atau lebih (Saheh,
2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI
ANATOMI
1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum
nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring berfungsi sebagai
penyalur. Jadi udara yang masuk ke tubuh disalurkan lewat faring ke trakea
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di Bawahnya. Di bagian
pangkal laring terdapat epiglotis yang berfungsi sebagai katup pangkal
tenggorokan. Fungsi dari katup pangkal tenggorokan yakni membuka dan
menutup trakea
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke
arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat
yang dilapisi oleh otot polos. Fungsi trakea dalam sistem pernapasan cukup
penting, yaitu mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus berfungsi
mengantarkan udara dari saluran napas atas ke dalam paru-paru sekaligus
mengeluarkannya dari paru-paru
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru
kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Fungsinya paru-paru adalah menukar oksigen dari
udara dengan karbon dioksida dari darah
FISIOLOGI
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan
dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong
keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic
danaspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanyasuatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-
faktorpencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadilebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
D. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulu
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalamistress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahpribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hamper selalu
mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah
menderita suatu infeksi virus, olahraga atau setelah terpapar oleh alergen maupun
iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.
2. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba – tiba ditandai dengan nafas
berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi
terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Dilain waktu,
suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap
semakin memburuk.
3. Pada keadaan kedua tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita
asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak didada. Serangan bisa berlangsung
dalam beberapa menit atau bisa berlangsung dalam beberapa jam, bahkan sampai
beberapa hari.
4. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal didada atau dileher. Batuk
kering dimalam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-
satunya gejala.
5. Selama serangan asma, sesak nafas bisa semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengelua rka n
banyak keringat.
6. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat.
7. kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti
tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian tertidur kembali) dan
sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen
penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan
8. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh
sempurna.
9. Kadang alveoli (kantong udara diparu- paru) bisa pecah dan menyebabkan udara
terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul disekitar
organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang d irasakan oleh penderita
(Nurarif, 2012)
F. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut mmeningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus
lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa 3 menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
G. PATHWAY Faktor pencetus serangan
No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional Nama
Keperawatan (SLKI) /TTD
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
nafas tidak keperawatan selama 3x24 jam
efektif bd sekresi diharapkan masalah bersihan jalan O :
yang tertahan nafas dapat tertasi dengan kriteria : Monitor pola nafas (frekuensi, Untuk mengetahui keadaan pola
kedalaman, usaha napas) nafas
Indikaor A T
Monitor bunyi napas tambahan Untuk mengetahui kondisi paru
Produksi sputum 3 1
Monitor sputum Untuk mengetahui kondisi sputum
Batuk efektif 3 1
adakah darah atau kelainan lain
T:
Keterangan : Untuk membantu meredakan
Posisikan semi fowler/fowler sesak nafas
1 = menurun
Berikan minuman hangat Untuk membantu mengencerkan
2 = cukup menurun
Lakukan fisioterapi dada sputum
3 = sedang
Berikan oksigen Untuk memberikan oksigen
4 = cukup meningkat tambahan
E:
5 = meningkat Untuk memudahkan pengeluaran
Ajarkan teknik batuk efektif sputum
C:
Kolaborasi pemberian nebulizer/uap
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
efektif bd keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah pola nafas O :
tidak efektif dapat tertasi dengan Monitor frekuensi, irama, kedalaman, Untuk mengetahui kondisi
kriteria : dan upaya nafas pernafasan pasien
Indikaor A T Monitor pola nafas (bradipnea, Untuk mengetahui bagaimana
takipnea, hiperventilasi, dll) pola nafasnya
Dyspnea 3 1
Monitor kemampuan batuk efektif Untuk mengetahui adakah
Penggunaan otot bantu 3 1 sumbatan dari sputum/tidak
nafas
Untuk mengetahui kondisi sputum
Frekuensi nafas 3 1 Monitor adanya produksi sputum
Untuk mengetahui kondisi paru
Kedalaman nafas 3 1 Palpasi kesimetrisan paru
4 = ringan
5 = tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. (2012). Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Musliha & Siti, F. (2010). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction.
Saheb, A. (2011). Penyakit Asma. Bandung: CV medika
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1
SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
SLKI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Smeltzer, S.C, Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC