Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

Disusun Oleh :
SOFIA NURAHMAH
2111040035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021
LAPORAN PENDAHULUAN ASMA

A. DEFINISI
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiper responsive sehingga apabila terangsang oleh
faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan dapat
timbul di segala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak – anak usia
di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahun atau lebih (Saheh,
2011).
B. ANATOMI FISIOLOGI

ANATOMI

1. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung ( septum
nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring
udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung
2. Faring
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan
dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Faring berfungsi sebagai
penyalur. Jadi udara yang masuk ke tubuh disalurkan lewat faring ke trakea
3. Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai ketinggian
vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di Bawahnya. Di bagian
pangkal laring terdapat epiglotis yang berfungsi sebagai katup pangkal
tenggorokan. Fungsi dari katup pangkal tenggorokan yakni membuka dan
menutup trakea
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam diliputi oleh selaput
lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke
arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari jarigan ikat
yang dilapisi oleh otot polos. Fungsi trakea dalam sistem pernapasan cukup
penting, yaitu mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru.
5. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus berfungsi
mengantarkan udara dari saluran napas atas ke dalam paru-paru sekaligus
mengeluarkannya dari paru-paru
6. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru
kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Fungsinya paru-paru adalah menukar oksigen dari
udara dengan karbon dioksida dari darah
FISIOLOGI

Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang


mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi
pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah secara osmosis.

Bernapas berarti melakukan inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur,


berirama, dan terus menerus. Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada
otot-otot pernapasan. Refleks bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak
di dalam sumsumpenyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat
menahan, memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa
refleks bernapas juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan
sangat peka terhadap kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah.
Inspirai terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus
frenikus lalu mengerut datar

Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dan
dengan demikian rongga dada menjadi kecil kembali, maka udara didorong
keluar. Jadi proses respirasi atau pernapasan ini terjadi karena adanya
perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru-paru.

C. KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic
danaspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan
adanyasuatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-
faktorpencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadilebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
D. ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
1. Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi.
Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulu
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan
dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c. Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalamistress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan
masalahpribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala
ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
E. TANDA DAN GEJALA
1. Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering
terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak nafas yang
singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu-waktu. Penderita lainnya hamper selalu
mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah
menderita suatu infeksi virus, olahraga atau setelah terpapar oleh alergen maupun
iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya gejala.
2. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba – tiba ditandai dengan nafas
berbunyi (wheezing, mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi
terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Dilain waktu,
suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap
semakin memburuk.
3. Pada keadaan kedua tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita
asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak didada. Serangan bisa berlangsung
dalam beberapa menit atau bisa berlangsung dalam beberapa jam, bahkan sampai
beberapa hari.
4. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal didada atau dileher. Batuk
kering dimalam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan satu-
satunya gejala.
5. Selama serangan asma, sesak nafas bisa semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengelua rka n
banyak keringat.
6. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena
sesaknya sangat hebat.
7. kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti
tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian tertidur kembali) dan
sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen
penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan
8. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh
sempurna.
9. Kadang alveoli (kantong udara diparu- paru) bisa pecah dan menyebabkan udara
terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara terkumpul disekitar
organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang d irasakan oleh penderita
(Nurarif, 2012)
F. PATOFISIOLOGI
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut mmeningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus
lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan
tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa 3 menekan bagian luar bronkiolus. Karena
bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari
tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama
serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest.
G. PATHWAY Faktor pencetus serangan

Faktor ekstrinsik Campuran Faktor intrinsik


Polusi udara : CO, asap rokok, parfume
Inhalasi allergen (debu, serbuk,
Emosional : takut, cemas, stress
bulu binatang)
Fisik : dingin
Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasma
Iritan : kimia
Aktivitas yang berlebihan

Reaksi antigen antibodi

Antigen merangsang IgE di sel mast,


maka terjadi reaksi antigen-antibodi
Proses pelepasan produk selmast (mediator
kimiawi) : histamine, bradiki, prostaglandin,
anafilaksis
Mempengaruhi otot polos dan kelenjar pada jalan nafas

Edema dinding bronkiolus Kontraksi otot polos Peningkatan mukus


Spasme otot bronkus
Obstruksi saluran nafas Peningkatan sekresi mukus
(bronkospasme)
Rangsangan batuk
Ketidakefektifan pola nafas Dyspnea
Bersihan jalan nafas
ASMA tidak efektif

Kelelahan otot intrakosta Perubahan status


Muncul pada malam hari
anak
Tubuh lemah
Gangguan pola tidur Ansietas
Intoleransi aktivitas
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada pasien asma menurut Bare (2002) :
1. Asmatikus
2. Pneumothorax : udara di ronga pleura
3. Hipoksemiia
4. Atelectasis, bronkiektaksis, bronkopneumonia
5. Emfisema : kekakuan alveoli
6. Deformitas thorax : hasil dari emfisema
7. Gagal nafas
I. PROGNOSIS
Prognosis asthma umumnya baik apabila terkontrol. Apabila asthma tidak
terkontrol, maka dapat timbul komplikasi seperti penyakit paru obstruktif kronis
(PPOK).
J. PENATALAKSANAAN
Menurut Nurarif (2015) tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Program penatalaksanaan asma
meliputi 7 komponen, yaitu (perhimpunan Dokter Paru Indonesia).
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbidity dan mortaliti. Edukasi tidak
hanya ditujukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain yang
membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan bidang
keehatan/ asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan monitoring asma oleh penderita
sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal tersebut disebabkan
berbagai faktor antara lain:
a. Gejala dan berat asma berubah sehingga membutuhkan perubahan terapi
b. Pejanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan pada
asmanya.
c. Daya ingat (memori) dan motifasi penderita yang perlu direview, sehingga
membantu penangana n asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
4. Merencanakandanmemberikan pengobatan jangka panjang.Penatalaksanaan asma
bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagaiasma terkontrol. Terdapat 3
faktor yang perlu dipertimbangkan:
a. Medikasi (obat-obatan)Medikasi asma ditujukan untuk mengatasi dan
mencegah gejala obstruksi jalan nafas, terdiri atas pengontrol dan pelega .
b. Tahap pengobatan

Berat Medikasi pengontrol Alternative/pilihan lain Alternative


asma harian lain
Asma Tidak perlu
intermite
n
Asma Glukokortikosteroid a. Teofilin lepas lmbat
persisten inhalasi (200-400 ug b. Kromolin
BD/hari atau c. Leukotriene modifiers
ekivalennya)
Asma Kombinasi inhalasi a. Glokokortikosteroid (400-800 a. Ditambah
persisten glukokortikosteroid ug BD/hari atau ekivalennya) agonis beta-
sedang (400-800 ug BD/hari ditambah teofilin lepas lambat, 2 kerja lama
atau ekivalennya) dan atau oral, atau
agonis beta-2 kerja b. Glokokortikosteroid (400-800 b. Ditambah
lama ug BD/hari atau ekivalennya) teofilin lepas
ditambah agonis beta-2 kerja lambat
lama oral, atau
c. Glokokortikosteroid (>800 ug
BD/hari atau ekivalennya)
ditambah leukotriene modifiers
Asma Kombinasi inhalasi Prednisolone/metilprenisolon oral
persisten Glokokortikosteroid selang sehari 10mg ditambah
berat (>800 ug BD/hari atau agonis beta-2 kerja lama oral,
ekivalennya) dan ditambah teofilin lepas lambat
agonis beta-2 kerja
lama ditambah 1
dibawah ini :
Teofilin lepas lambat
Leukotriene modifiers
Glukokortikosteroid
oral
Sumber : Nurarif (2015)

c. Penanganan asma mandiri (pelangi sendiri)


Hubungan penderita –dokter yang baik adalah dasar yang kuat untuk
terjadi kepatuhan dan efektif penatalaksanaan asma. Rencanakan pengobatan
asma jangka panjang sesuai kondisi penderita, realistic/ memungkinkan bagi
penderita dengan maksud mengontrol asma. Bila memungkinkan, ajaklah
perawat, farmasi, tenaga fisioterapi pernafasan dan lain-lainnya untuk
membantu memberikan edukasi dan menunjang keberhasilan pengobatan
penderita
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut

Serangan Pengobatan Tempat pengobatan


Ringan Terbaik : inhalasi agonis Dirumah
Aktifitas relative normal beta-2 Dipraktek dokter
Berbicara satu kalimat Alternative:kombinasi oral RS klinik/puskesmas
dalam satu nafas agonis beta-2 dan teofilin
Nadi <100
APE >80%
Sedang Terbaik:Nebulisasi agonis Darurat gawat/RS
Jalan jarak jauh timbulkan beta-2 tiap 4jam Klinik praktek dokter
gejala berbicara beberapa Alternative : Puskesmas
kata dalam satu nafas a. Agonis beta-2 subkutan
Nadi 100-120 b. Aminofilin IV
APE 60-80% c. Adrenalin 1/1000 0,3ml
SK
d. Oksigen bila mungkin
kortikosteroid sistemik
Berat Terbaik Darurat gawat/RS klinik
Sesak saat istirahat Nabulisasi agonis beta-2 tiap
Berbicara kata perkata 4 jam
dalam satu nafas Alternative :
Nadi >120 a. Agonis beta-2 SK/IV
APE <60% atau 1001/detik b. Adrenalin 1/1000 0,3ml
SK
c. Aminofilin bolus
dilanjutkan drip
d. Oksigen kortikosteroid
IV
Mengancam jiwa Seperti serangan akut berat Darurat gawat/RS ICU
Kesadaran berubah/menurun pertimbangkan intubasi dan
gelisah sianosis ventilasi mekanis
Sumber : Nurarif (2015)

6. Kontrol secara teratur


Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang penting diperhatikan
oleh dokter yaitu :
a. Tindak lanjut (follow up) tertur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisik
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja yang berpotensi dapat menimbulkan asma
K. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
a. Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
b. Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
c. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
d. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
a. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
b. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
c. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeksi.
3. Pencetus :
a. Allergen
b. Olahraga
c. Cuaca
d. Emosi
4. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a. Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
c. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
d. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
L. PENGKAJIAN
1. Pengkajian riwayat kesehatan.
Fokus pengkajian keperawatan menurut (musliha, 2010) yang perlu dikaji pada
pasien asma meliputi
a. Riwayat kesehatan yang lalu
1) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang sebelumnya apakah ada
anggota keluarga yang mempunya i penyakit serupa?
2) Kaji riwayat alergi atau sensifitas terhadap zat/ factor lingkungan mungk
in terdapat alergi debu, bulu binatang, ataupun juga makanan.
3) Kaji riwayat pekerjaan pasien apakah setiap hari selalu berhubungan
dengan zat allergen.
b. Pernafasan
1) Dispnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
2) Nafas memburuk ketika pasien berbaring telentang ditempat tidur.
3) Menggunakan obat bantu pernafasan. Misalnya meninggikan
bahu,melebarkan hidung, atur posisi penderita misalnya dengan semi
fowle r.
4) Kaji suara bunyi nafas apakah ada bunyi nafas mengi.
5) Adanya batuk berulang.
c. Hubungan social
1) Keterbatasan mobilitas fisik.
2) Susah bicara atau bicara terbata-bata.
3) Adanya ketergantunga n pada orang lain.
d. Aktifitas
1) Ketidakmampuan melakukan aktifitas karena sulit bernafas.
2) Adanya penurunan kemampuan/ penurunan peningkatan kebutuhan
bantuan melakukan aktiifitas sehari-hari.
3) Tidur dalam posisi duduk tinggi modifikasi dengan semi fowler.
e. Sirkulasi
1) Adanya peningkata n tekanan darah.
2) Adanya peningkata n frekuens i jantung.
3) Warna kulit/ membrane mukosa normal/ abu abu/ sianosis.
4) Kemerahan atau berkeringat.
f. Asupan nutrisi
1) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
2) Penurunan berat badan karena anoreksia.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi thoraks
Inspeksi thoraks memberikan informasi tentang struktur
musculoskeletal, nutrisi, dan status system pernafasan. Kulit diatas thoraks
diamati terhadap warna dan turgor serta adanya penipisan jaringan subkutan,
asimetri, jika ada harus dicatat.
b. Palpasi thoraks
Setelah diinspeksi thorak dipalpasi terhadap nyeri tekan, massa, lesi,
ekskursi pernafasan dan femitus vokalis jika pasien telah melaporkan adanya
area nyeri, atau bila tampak adanya lesi, palpasi langsung dilakukan ujung
jari (untuk nampak kulit dan massa subkutan) atau dengan kepalan tangan
(untuk massa yang lebih dalam atau rasa tidak nyaman umum punggung atau
iga).
c. Perkusi thoraks
Perkusi mementukan dinding dada dan struktur dibawahnya dengan
gerakan, menghasilkan vibrasi taktil dan dapat terdengar. Pemeriksa
menggunakan perkusi untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi
oleh udara, cairan, atau bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan
perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak strukturtertentu didalam
thoraks (diafragma, jantung, hepar).
d. Auskultasi thoraks
Auskultasi sangat berguna dalam mengkaji aliran udara melalui pohon
bronchial dan dalam mengevaluasi adanya cairan atau obertruksi padat dalam
struktur paru. untuk menentukan kondisi paru-paru, pemeriksa
mengauskultasi bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan, dan bunyi suara.
M. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
3. Ansietas b.d konsep diri
N. INTERVENSI

No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (SIKI) Rasional Nama
Keperawatan (SLKI) /TTD
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas
nafas tidak keperawatan selama 3x24 jam
efektif bd sekresi diharapkan masalah bersihan jalan O :
yang tertahan nafas dapat tertasi dengan kriteria : Monitor pola nafas (frekuensi, Untuk mengetahui keadaan pola
kedalaman, usaha napas) nafas
Indikaor A T
Monitor bunyi napas tambahan Untuk mengetahui kondisi paru
Produksi sputum 3 1
Monitor sputum Untuk mengetahui kondisi sputum
Batuk efektif 3 1
adakah darah atau kelainan lain
T:
Keterangan : Untuk membantu meredakan
Posisikan semi fowler/fowler sesak nafas
1 = menurun
Berikan minuman hangat Untuk membantu mengencerkan
2 = cukup menurun
Lakukan fisioterapi dada sputum
3 = sedang
Berikan oksigen Untuk memberikan oksigen
4 = cukup meningkat tambahan
E:
5 = meningkat Untuk memudahkan pengeluaran
Ajarkan teknik batuk efektif sputum
C:
Kolaborasi pemberian nebulizer/uap
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Pemantauan respirasi
efektif bd keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan masalah pola nafas O :
tidak efektif dapat tertasi dengan Monitor frekuensi, irama, kedalaman, Untuk mengetahui kondisi
kriteria : dan upaya nafas pernafasan pasien
Indikaor A T Monitor pola nafas (bradipnea, Untuk mengetahui bagaimana
takipnea, hiperventilasi, dll) pola nafasnya
Dyspnea 3 1
Monitor kemampuan batuk efektif Untuk mengetahui adakah
Penggunaan otot bantu 3 1 sumbatan dari sputum/tidak
nafas
Untuk mengetahui kondisi sputum
Frekuensi nafas 3 1 Monitor adanya produksi sputum
Untuk mengetahui kondisi paru
Kedalaman nafas 3 1 Palpasi kesimetrisan paru

Keterangan : Auskultasi bunyi nafas


Untuk mengetahui kadar oksigen
1 = menurun Monitor SPO2 dalam darah
2 = cukup menurun T: Untuk memantau respirasi pasien
3 = sedang Atur interval pemantauan respirasi secara berkala
sesuai kondisi pasien
4 = cukup meningkat
Dokumentasikan hasil pemantauan
5 = meningkat
E: Untuk mengetahui kondisi batuk
Edukasi pasien dan keluarga untuk dan produksi sputumnya setiap
memonitor batuk saat

Edukasi pasien dan keluarga untuk


monitor hasil sputum
3 Ansietas bd Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
ancaman keperawatan selama 3x24jam,
terhadap konsep diharapkan masalah ansietas dapat O:
diri teratasi, dg kriteria hasil : - Monitor tanda-tanda ansietas Mengetahui tingkatan ansietas
Tingkat kecemasan - Identifikasi teknik relaksasi yang
efektif digunakan
Indicator A T T:
Perasaan gelisah 2 5 - Ciptakan lingkungan yang tenang Suasana rileks tersebut memacu
tanpa distraksi saraf simpatik dan parasimpatik
Rasa cemas yang 3 5 - Bantu pasien mengambil posisi yang memproduksi hormon beta-
disampaikan secara nyaman endorfin sebagai respon dari
lisan - Minta pasien untuk rileks relaksasi yang menciptakan rasa
Wajah tegang 2 5 - Gunakan suara yang lembut dan tentram dan menurunkan
irama yang lambat kecemasan
Keterangan : E:
1 = berat - Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi
2 = cukup berat - Dorong pengulangan praktik secara
3 = sedang berkala

4 = ringan
5 = tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. (2012). Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Musliha & Siti, F. (2010). Komunikasi Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta: MediAction.
Saheb, A. (2011). Penyakit Asma. Bandung: CV medika
SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1
SIKI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1
SLKI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1
Smeltzer, S.C, Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Volume 2.
Edisi 8. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai