2
PENDAHULUAN
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-
dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab
7
8
2.1.2 Anatomi
Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pernafasan (Anne Waugh dan Allison Grant,
2011)
disebut kavum nasi dan dipisahkan oleh sekat hidung yang disebut septum
menyaring udara, debu dan kotoran yang masuk didalam lubang hidung.
2. Tekak = Faring
dengan esophagus.
dengan orofaring
respiratorik selanjutnya
tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago tiroid. Saat menelanm
saat bernafas.
Merupakan kelanjutan dari trakhea, yang terdiri dari dua bagian bronkhus
kana dan kiri. Bronkus kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan
kanan. Sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping, bronkus
bercabang lagi menjadi bagian- bagian yang lebih kecil lagi yang disebut
bronkhiolus (bronkhioli).
6. Paru-paru
Paru-paru merupan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
Pembagian paru-paru
a. Paru kanan: terdiri dari 3 lobus, lobus pulmo dekstra superior, lobus
media dan lobus inferior. Masing-masing lobus ini masih terbagi lagi
b. Paru kiri: terdiri atas 2 lobus, lobus pulmo sinistra superior, dan lobus
2.1.3 Etiologi
1. Asma ekstrinsik/alergi
semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu halus,
2. Asma instrinsik/idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi sering
3. Asma campuran
intrinsik.
belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita
Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjasi ketika rangsangan
baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari
1
2
rerumputan.
6. Lingkungan kerj a.
7. Obat-obatan.
8. Emosi.
1. Alergen
Alergen adalah zat-zat tertentu yang bila diisap atau dimakan dapat
3. Tekanan jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena banyak
1
3
orang yang mendapat tekanan jiwa tetapi tidak menjadi penderita asma
orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini telah menonjol pada wanita
dan anak-anak
melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari cepat dan
EIA) terjadi setelah olahraga atau aktivitas fisik yang cukup berat dan
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap obat
6. Polusi udara
7. lingkungan kerj a
klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri-ciri yang sangat penting
dari sindrom ini, di antaranya dispnea, suara mengi, obstruksi jalan nafas
bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak nafas.
Gejala yang sering terlihat jelas adalah penggunaan otot nafas tambahan, dan
2.1.6 Patofisiologi
oleh liimfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE yang berkaitan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang
sensitivitas, alergen tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode
waktu tertentu. Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan
terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa
yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan polip nasal. Baru kemudian
pemberian obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang
pada klien asma, sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat
sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium sulfit
dan sulfat klorida, yang secara luas digunakan dalam industri makanan dan
jalan nafas akut pada klien yang sensitif. Pajanan biasnya terjadi setelah
menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa ini, seperti salad,
dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi.
reaksi tersebut adalah timbulnya ^tiga gejala, yaitu berkontraksinya otot polos,
2009)
1
6
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Saatnya serangan
(Soemantri, 2009)
2.1.8 Komplikasi
1. Status asmatik
3. Pneumothorax
5. Atelektasis
6. Aspirasi
8. Asidosis
sifat proses keperawatan yang siklis dan dinamis, berpusat pada klien, berfokus
2.2.1 Pengkajian
pengumpulan data yang akurat dan lengkap (Kozier, Berman, & Snyder,
2011).
1. Identitas Klien
a. Usia: asma bronkial dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering
dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun
b. Jenis kelamin: laki-laki dan perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang
(Soemantri, 2009)
2. Keluhan Utama
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial adalah
Riwayat penyakit sekarang yang biasa timbul pada pasien asma yaitu
e. Pola Hidup
pada perempuan yang merokok atau tinggal pada daerah yang padat
1. Nutrisi
Terjadi penurunan berat badan yang cukup drastis sebagai akibat dari
(Padila, 2012).
2) Eliminasi
Penderita asma dilarang menahan buang air besar dan buang air kecil.
2013).
3. Aktivitas
a. Istirahat/tidur
Susah tidur karena sering batuk atau terbangun akibat dada sesak
b. Aktivitas
2
0
(Muttaqin, 2012).
2) ADL
sesak nafas.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak rontok, tidak ada oedema.
c. Pemeriksaan telinga
d. Pemeriksaan mata
Inspeksi : mukosa bibir lemah, tidak ada lesi disekitar mulut, biasanya
f. Pemeriksaan leher
kelenjar tiroid
lesi/tidak,ada benjolan/tidak.
h. Pemeriksaan thorak
1) Pemeriksaan paru
2008).
(Djojodibroto, 2016).
2) Pemeriksaan jantung
Perkusi : pekak.
tambaha/tidak.
i. Pemeriksaan abdomen
Perkusi : tympani.
j. Pemeriksaan integumen
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tidak ada lesi, tidak ada
oedema.
Inspeksi : tidak terdapat lesi, tidak ada benjolan, rambut pubis merata.
Tes ini dilakukan pada spirometri internal. Penurunan Fev sebesar 20%
atau lebih setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90% dari
atau lebih.
3. Pemeriksaan Kulit
4. Pemeriksaan Laboratorium
respiratorik.
asma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja yang
d. Pemeriksaan darah rutin dan kimia: jumlah sel leukosit yang lebih dari
bronkial biasanya normal, tetapi prosedur ini harus tetap dilakukan untuk
(Muttaqin, 2012)
masalah klien. Diagnosis adalah langkah yang sangat penting dalam proses
setelah fase ini didasarkan pada diagnosis keperawatan (Kozier, Berman, &
Snyder, 2011).
bronkospasme
2.2.8 Implementasi
klien untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
1. Independen
2. Interdependen
seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, injeksi, infus,
perhatian perawat.
3. Dependen
sebagainya dalam hal pemberian pada klien sesuai dengan diit yang
telah dibuat oleh ahli gizi, latihhan fisik (mobilisasi fisik) sesuaidengan
anjuran fisioterapi.
2.2.9 Evaluasi
evaluasi formatif meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP
yaitu :
2.3.1 Definisi
daripada pria.
teratur.
kali tidak reversible akibat efek penyakit kronis. Masalah yang disebabkan oleh
di paru”. Dipilih sebagai intervensi utama (meridean L., Mass et all, 2011).
teknik inflasi paru, pemberian analgesik sebelum nafas dalam dan batuk, perkusi
2. Dispnea
3. Bradipnea
4. Takipnea
5. Otopnea
7. Pernafasan bibir
2. Nyeri
3. Cemas
5. Proses peradangan
2.3.4 Penatalaksanaan
1. Pernafasan diafragmatik
ekspirasi.
4. Drainase postural
Gambar 2.3 Hubungan Antar Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita
Penyakit Asma Bronkial dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
pola nafas.