PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan yang banyak
dijumpai pada anak-anak maupun dewasa. Menurut global initiative for
asthma (GINA) tahun 2015, asma didefinisikan sebagai “ suatu penyakit yang
heterogen, yang dikarakteristik oleh adanya inflamasi kronis pada saluran
pernafasan. Hal ini ditentukan oleh adanya riwayat gejala gangguan
pernafasan seperti mengi, nafas terengahengah, dada terasa berat/tertekan, dan
batuk, yang bervariasi waktu dan intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan
aliran udara ekspirasi yang bervariasi” (Kementrian Kesehatan RI, 2017)
Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-
anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-
anak. Menurut para ahli, prevalensi asma akan terus meningkat. Sekitar 100 -
150 juta penduduk dunia terserang asma dengan penambahan 180.000 setiap
tahunnya (Dharmayanti & Hapsari, 2015)
Angka kejadian asma bervariasi diberbagai negara, tetapi terlihat
kecendrungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun
belakang ini obat-obatan asma banyak dikembangkan. Laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dalam world health report 2000 menyebutkan, lima
penyakit paru utama merupakan 17,4 % dari seluruh kematian di dunia,
masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2 %, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi
Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1 %. Dan
asma 0,3% (Infodatin, 2017)
Prevelensi asma menurut WHO tahun 2019 sekitar 235 juta asma
merupakan masalah kesehatan diseluruh dunia,yang mempengaruhi kurang
lebih 1-18% populasi diberbagai negara didunia. Menurut WHO yang
bekerjasama dengan global asthma network (GAN) yang merupakan
organisasi asma didunia memprediksikan pada tahun 2025 akan terjadi
kenaikan populasi asma sebanyak 400 juta dan terdapat 250 ribu kematian
akibat asma. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang
1
menyebabkan pasien memerlukan perawatan baik di rumahsakit maupu di
rumah (Ikawati,2017)
Prevalensi asma di Indonesia menurut data Survei Kesehatan Rumah
Tangga sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2017, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia sebesar
3,5% dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4 tahun sebesar
2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0% (Infodatin, 2017)
Penanganan yang dilakukan pada orang dewasa yaitu duduk tegak,tarik
napas dalam dan panjang,tetap tenang,segera hindari pencetus (debu,asap
rokok,aroma zat kimia atau lainnya),minum secangkir the hangat(dapat sedikit
membantu membuka saluran nafas),segera cari pertolongan medis.
Upaya yang dilakukan dalam menurunkan angka kejadian asma
dengan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, hindari merokok dan asap
rokok serta asap korbondiaksoda, hindari binatang yang mempunyai bulu yang
halus dan menjaga pola makan agar tidak terjadinya obesitas, karena obesitas
juga merupakan faktor resiko terjadinya asma pada individu.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan dan melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan asma bronkhial
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
b. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit asma bronkial
c. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan asma bronkial
2
BAB II
TINJAUN TEORI
A. Anatomi fisiologi
3
Merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernafasan danjalan makanan. Terdapat di bawah
dasar tulang tengkorak, dibelakang rongga hidung
dan mulut sebelah dalam ruas tulang
leher.Hubungan faring dengan organ-organ lain; ke
atas berhubungan dengan rongga hidung, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut,ke bawah depan
berhubungan dengan laring, dan ke bawah
belakang berhubungan dengan esophagus.Rongga
tekak dibagi dalam tiga bagian
a. Bagian sebelah atas sama tingginya dengan
koana disebut nasofaring.
b. Bagian tengah yang sama tingginya dengan
itsmus fausium disebut dengan orofaring
c. Bagian bawah sekali dinamakan
laringofarin mengelilingi mulut, esofagus,
dan laring yang merupakan gerbang untuk
sistem respiratorik selanjutnya
3. Pangkal Tenggorokan (Faring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentukan suara. Laring(kontak suara)
menghubungkan faring dengan trakea. Pada
tenggorokan ini ada epiglotis yaitu katup kartilago
tiroid. Saatmenelanm epiglotis secara otomatis
menutupi mulut laring untuk mencegah masuknya
makanan dan cairan.
a. Batang Tenggorokan (Trakea)
Trakea (pipa udara) adalah tuba dengan
panjang 10 cm sampai 12 cm dan diameter
2,5 cm serta terletak di atas permukaan
anterior esofagus yang memisahkan trakhea
menjadi bronkhus kiri dan kanan. Trakea
dilapisi epitelium fespiratorik (kolumnar
bertingkat dan bersilia) yang mengandung
4
banyak sel goblet. Sel-sel bersilia ini
berfungsi untuk mengelurkan benda-benda
asing yang masuk bersam-sama dengan
udara saat bernafas
5
lobus superior, dan 5 buah pada lobus
inferior.
B. Teori penyakit
1. Pengertian penyakit
1) Asma bronkial adalah penyakt pernafasan obstruksi yang
ditandaioleh spasme akut otot polos bronkiolus hal ini
menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus (Padila,2013)
2) Asma bronkial merupakan gangguan inflamasi kronik jalan
napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.dasar
penyakit ini adalah hiperaktifitas dalam berbagai tingkat
obstruksi jalan napas,dan gejala pernafasan (mengi dan
sesak) (Arif Mannsjoer, 2011)
3) Asma bronkial merupakan suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
napas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah (Arif
Muttaqin.2008)
4) Kesimpulan asma bronkial merupakan gangguan inflamasi
pada saluran pernafasan yang ditandai dengan spasme akut
otot polos bronkiolus serta meningkatnya respon trakea dan
bronkus
6
2. Klasifikasi asma bronkial
1) Asma bronkial tipe atopik (eksrtinsik)
Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergi) akibat
pemaparan alergen,alergen yang masuk kedalam tubuh melalui
saluran pernafasan,kulit,saluran pencernaan dan lain-lain akan
ditangkap makrofag.
2) Asma bronkial tipe non atopik (intrinsik)
Asma yang terjadi bukan kerena pemaparan alergen tetapi terjadi
akibat beberapa fakrot pencetus seperti infeksi saluran nafas
atas,olaraga atau kegiatan jasmani yang berat,serta tekanan jiwa
atau stres psikologi
3) Asma bronkial campuran
Asma campuran yang serangannya diawali oleh infeksi virus atau
bakterial atau oleh alergen.pada saat lain serangan dicetuskan oleh
faktor yang berbeda atau juga dapat dicetuskan oleh perubahan
suhu dan kelembapan
3. Etiologi
Sampai saat ini penyebab asma belum diketahui,hanya faktor pencetus
asam yang dikenal seperti:
1) Alergen (debu rumah,bulu-bulu binatang,serbuk-serbuk)
Yang dapat menimbulkan serangan asma pada penderitayang
peka. Dan juga terdapat pada obat-obatan yang sering
mencetuskan serangan asma adalah reseptor beta ,atau biasanya
disebut dengan betablocker. Alergen merupaka faktor pencetus
asma yang sering dijumpai.
2) Polusi udara (asap rokok dan kendaraan)
Polusi udara disuatu wilayah berkaitan dengan peningkatan kadar
polutan atau alergen spesifik dimana penderita asma tersensititasi.
Gejala asma akan mulai terasa parah bila nilai peningkatan degan
kata lain tingkat polusinya sedang.partikel-partikel yang
secaranormal tidak terdapat dalam udara bebas sangat
7
patenmenyebabkan penyempitan jalan nafas,dengan cara kerja
seperti alergen bagi penderita asma
3) Faktor lingkungan (cuaca dingin)
Merupakan faktor profokatif untuk serangan asma,kadang-kadang
asmaberhubungan dengan satu musim. Lingkungan yang lembab
yang disertai dengan banyaknya debu rumah atau berkembangnya
virus infeksi saluran pernafasan.
4. Patofisiologi
Infeksi merusak dinding bronkial sehingga akan menyebabkan skruktur
penunjang dan meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan
mengobstruksi bronkus.dinding secara permanen menjadi distensi oleh
batukyang berat,infeksi meluas ke jaringan peribrochial.pada kondisi ini
timbul sacular bronchiectasis.setiap kali dilatasi,sputum kental akan
berkumpul dan akan menjadi abses paru,eksudat keluar secara bebas
melalui bronkus. Bronchiectasis biasanya terlokalisasi dan mempengaruhi
lobus atau segmen paru .lobus bawah merupakan area yang paling sering
terkena. Retensi dari sekret dantimbulnya obstruksi pada akhinya akan
menyebabkan obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan
parut (fibrosis) terbentuk sebagai reaksi peradangan akan menggantikan
fungsi dari jaringan paru. Pada saat ini kondisi klien berkembang kearah
insufiensi pernafasan yang ditandai dengan penurunan kapasitas
vital,penurunan ventilasi dan peningkatan rasio residual volume terhadap
kapasitas total paru.kemudian terjadilah kerusakan pertukaran gas dimana
gas inspirasi saling bercampur dan terjadi hipoksemia. Pencetus serangan
yaitu berupa alergen,emosi.stress,obat-obatan,infeksi dan lain-lain dapat
menimbulkan antigen dan antibodi kemudian dikeluarkan sel mast
(histamin,bradikin)setalah itu terjadilah kontraksi otot polos
(bronkospasme),peningkatan permeabilitas kapiler
(edema,mukosa,hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat kemudian
obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk,dyspnea dan mengi
8
5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari asma bronkial menurut Arif Mutakin 2008 adalah
1) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa
stetoskop
Mengalami mengi memang indentik dengan kondis asma.suara
yang timbul dari saluran napas adalah bunyi ngik-ngik bunyi
seperti ini terjadi karena udara disaluran pernafasan dipaksa
keluarmelalui saluran udara yang sempit dan tersumbat.
2) Sesak napas
Kondisi ini terjadikarena sistem pernafasan mengalami
masalah.saluran udara meradang dan tersumbat.ketika hal ini
terjadi aliran udara tak bisa selancar biasanya dan menjadi sesak
napas pada orang dewasa.
3) Takikardi,badan lemah ,dahak lengket dan sulitdikelurkan
4) Batuk-batuk
Batuk tak hanya berkaitan dengan masalah di tenggorokan .batuk
bisan menjadi tanda seseorang tengah mengalami sesak
napas.batuknya bukan batuk biasa,melainkan batuk gejala asma
orang dewasa ini berlangsung terus menerus.
5) Mukosa bibir kering,ansietas,gelisah,susah tidur
Seseorang yang memiliki gangguan pernapasan terkait asma lebih
sering kambuhpada malam harinya.hinga membuat penderitanya
mengalami gangguan tidur terus menerus.semakin sulit
tidur,menandakan gejala asmanya semakin parah.
6) Nafsu makan menurun,napas cuping hidung,bentuk thoraks
barelchest
7) Pernafasan cepat dan dalam
Asma yang baru muncul pada usia dewasasering kali lebih berat
dibandinkan asma yang pertama kali muncul pada usia kanak-
kanak pada anak biasanya asma akan hilang timbul.sementara
9
pada orang dewasa bisa terjadi secara terus menerus dan harus
diredahkan dengan obat
8) Tidak mampu beraktifitas
Sesak yang berlebihan akan mempengaruhi aktivitas seseorang
6. Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka
akan terjadi emfisema dan mengakibatkan perubahan bentuk toraks, yaitu
toraks menbungkuk ke depan dan memanjang. Pada foto rontgen toraks
terlihat diafragma letaknya rendah, gambaran jantung menyempit, corakan
hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik dan berat dapat terjadi
bentuk dada burung dara dan tampak sulkus Harrison. Bila sekret banyak
dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat terjadi
atelektasis pada lobus 28 segmen yang sesuai. Mediastinum tertarik ke
arah atelektasis. Bila atelektasis berlangsung lama dapat berubah menjadi
bronkietasis, dan bila ada infeksi akan terjadi bronkopneumonia. Serangan
asma yang terus menerus dan berlangsung beberapa hari serta berat dan
tidak dapat diatasi dengan obat-obat yang biasa disebut status asmatikus.
Bila tidak ditolong dengan semestinya dapat menyebabkan kematian,
kegagalan pernafasan dan kegagalan jantung
7. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanan medik
a. Bronkodilator
a ) Agonis β2 Obat ini mempunyai efek bronkodilator. Terbutalin,
salbutamol, dan fenetoral memiliki lama kerja 4-6 jam, sedangkan
agonis β 2 long acting bekerja melebihi 12 jam, seperti salmeterol,
formeterol, bambuterol, dan lain-lain. Bentuk aerosol dan inhalasi
memberikan efek bronkodilatasi yang sedang dengan dosis yang jauh
lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya lokal.
(Arif Mansjoer dkk, 2014)
b) Metilaxatin Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatorrnya
berkaitan dengan konsentrasinya dalam serum. Efek samping obat ini
10
dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam
pengobatan jangka panjang (Arif Mansjoer dkk, 2014)
c) Anti kolinergik Golongan ini dapat menurunkan tonus vagus
instrinsik dari saluran pernafasan. (Arif Mansjoer dkk, 2014)
b. Anti inflamasi
Anti inflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek
supresi dan profilaksis. (Arif Mansjoer dkk, 2014)
a) Kortikosteroid Jika agonisbeta dan metilxantin tidak memberikan
respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam
bentuk aerosol dengan dosis 4x semprottiap hari. Pemberian steroid
dalam jangka lama mempunyai efek samping, maka klien yang dapat
steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat. (Arif Muttaqin,
2012)
b) Kromolin dan Iprurtropium bromide (atroven) Kromolin merupakan
obat pencegah asma khususnya untuk anak-anak. Dosis Iprurtropium
Bromide deberikan 1-2 kapsul 4x sehari. (Arif Muttaqin, 2012).
c) Terapi Terapi awal menurut (Arif Mansjoer dkk, 2014), yaitu :
1) Oksigen 4-6 liter/menit
2) Agonis β 2 (salbutamol 5 mg atau feneterol 2,5 mg atau terbutalin
10 mg) inhalasi nebulasi dan pemberiannya dapat diulang setiap 20
menit sampai 1 jam. Pemberian agonis β 2 dapat secara subkutan
atau iv dengan dosis salbutamol 0,25 mg atau terbutalin 0,25 mg
dalam larutan dextrose 5% dan diberikan perlahan.
3) Aminofilin bolus iv 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat
ini dalam 12 jam sebelumnya maka cukup diberikan setengah
dosis.
4) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg iv jika tidak ada respon
segera atau pasien sedang menggunakan steroid oral atau dalam
serangan berat. Respon terapi awal baik, jika didapat keadaan
berikut :
1) Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan.
2) Pemeriksaan fisik normal
11
3) Arus puncak ekspirasi (APE) >70% Jika respon tidak ada atau
tidak baik terhadap terapi awal maka pasien sebaiknya dirawat
di rumah sakit. Terapi asma kronik adalah sebagai berikut :
1) Asma ringan : agonis β 2 inhalasi bila perlu atau agonis β 2
oral sebelum exercise atau terpapar alergen.
2) Asma sedang : anti inflamasi setiap hari dan agonis β 2
inhalasi bila perlu
3) Asma berat : steroid inhalasi setiap hari, teofilin slow
release atau agonis β 2 long acting, steroid oral selang
setiap hari atau dosis tunggal harian dan agonis β 2 inhalasi
sesuai kebutuhan
2) Penatalaksanaan perawatan
a. Bantu klien dalam posisi yang nyaman
b. Beri makan yang cukup bergizi tetapi hindari makanan
yang alergen
c. Beri lingkungan yang tenang dan periode istirahat
d. Dorong klien agar minum obat secara teratur
e. Berikan penyuluhan tentang keadaan penyakit
3) Penyuluhan
a. Ajarkan kepada klien untuk menghindari bahan-baha
alrgen
b. Hindari daerah berpolusi
c. Anjurkan kepada klien untukminum obat secara teratur
d. Anjurkan kepada klien untuk berhenti merokok
e. Anjurkan kepada klien untuk memperlihatkan kebersihan
12
BAB III
KONSEP ASKEP
I. Pengkajian
Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :
1. Biodata Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.
2. Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah
dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
3. Riwayat kesehatan sekarang yang mendukung keluhan utama dengan
mengajukan seragkaian pertanyaan mengenai sesak nafas yang dialami klien
secara PQRST.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu Terdapat data yang menyatakan adanya faktor
prediposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga Klien dengan asma sering kali didapatkan
adanya riwayat penyakit turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan atau Penampilan Umum
Mengkaji kesdaran klien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara
biacara, denyut nadi, frekuensi pernafasan yang meningkat, penggunaaan
otototot bantu pernafasan, sianosis, batuk dengan lendir lengket, dan
posisi istirahat klien. (Arif Muttaqin, 2012) seperti lemah, sakit ringan,
sakit berat, gelisah, rewel.
13
b. Tingkat Kesadaran
Dapat di isi dengan tingkat kesadaran secara kualitatif atau kuantitatif
yang dapat dipilih sesuai dengan keadaaan klien. Secara kuantitatif dapat
dilakukan dengan pengukuran Glassgow Come Skala, sedangkan secara
kualitatif tingkat kesadaran dimulai dari compos mentis, apatis, samnolen,
sopor, dan koma (Nikmatur Rohman, Saiful Walid, 2009)
c. Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital biasanya mencakup Tekanan darah, nadi,
suhu, respirasi
14
Perkusi : perhatikan intensitas, nada, kualitas, bunyi dan vibrasi yang
dihasilkan
Auskultasi : suara nafas tambahan (whezzing) dan suara jantung
h) Abdomen
Inspeksi : warna, striae, jaringan parut, lesi, kemerahan, umbilicus,
garis bentuk abdomen Auskultasi : frekuensi, nada dan intensitas
bising usus
Palpasi : rasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, dan adanya massa.
Perkusi : dengarkan bunyi yang dihasilkan
i) Punggung dan bokong
Bentuk, lesi, kondisi tulang panggul, warna.
j) Ekstremitas
Kekuatan otot, range of motion, perabaan akral, perubahan bentuk
tulang, CRT (normal< 3 detik), edema pitting
15
Defenisi gangguan pada kuantitas dan kualitas tidur yang menghambat
fungsi ( D. 00095)
6. Hipetermi berhubungan dengan aktivitas berlebihan
Defenisi suhu inti tubuh diatas kisaran normal diurnal karena kegagalan
termoregulasi (D. 00007)
7. Ansietas berhubungan dengan stresor
Defenisi perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons otonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui
oleh individu),perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya . hal ini merupakan isyarat kwaspadaan yang memperingati
individu akan adanya bahaya dan memampukan untukbertindak
menghadapi ancaman (D.00146)
8. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi,kurang
pengetahuan
Defenisi ketiadaan atau defisien informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu atau kemahiran (D.00126)
16
III. Intervensi
17
2. nafas berhubungan dengan tindakan keperawatan kecepatan,irama,kedalaman
hiperventilasi (D. 00032) diharapkan pola napas dan usaha pernapasan
kembali nomal dengan R/mengetahui tingkat
Batasan karateristik: kriteria hasil: pernapsan pasien
a. Pola napas a. Frekunsi dan 2. Ajarkan teknik bernafas atau
abnormal irama pernapasan relaksasi
b. Pernapasan cuping normal R/menguragi sesak
hidung b. Kemampuan 3. Posisikan pasien untuk
c. Penurunan tekanan untuk memaksimalkan ventilasi
ekspirasi dan mengeluarkan R/memperlancar sirkulasi
inspirasi sekret pernapsan
c. Kedalaman 4. Motivasi pasien untuk
inspirasi normal bernafas pelan,dalam,berputar
d. Suara perkusi dan batuk
napas R/mengurangi rasa sesak pada
pasien
5. Pertahankan kepatenan jalan
napas
R/memudahkan pasien
bernapas secara normal
18
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Dorong aktivitas kreatif yang
4. berhubungan dengan tindakan keperawatan tepat
ketidak seimbangan antara diharapkan aktivitas klien R/menstimulasi aktivitas
suplai dan kebutuhan kambali normal dengan pasien
oksigen (D. 00092) kriteria hasil: 2. Bantu klien untuk
a. Saturasi oksigen mengidentifikasi aktivitas
Batasan karateristik: dalam rentang yang diinginkan
a. Ketidaknyamanan normal R/memudahkan pasien untuk
setelah beraktivitas b. Keseimbangan melakukan aktivitas yang di
b. Dispnea setelah ventilasi dan inginkan
beraktivitas perfusi 3. anjurkan pasien untuk
c. Respon frekuensi c. Kemudahan memilih aktivitas-aktivitas
jantung abnormal bernafas ketika yang membangun ketahanan
terhadap aktivitas aktivitas R/membantu meyimbangi
d. Frekuensi aktivitasnya
pernapasan ketika 4. Monitor catat waktu dan lama
beraktivitas istirahat/tidur pasien
R/mengetahui lama waktu
pasien istirahat
5. Monitor sistemkardio
respirasi pasien selama
kegiatan
R/mengetahui tingkat
respirasi pasien
19
mendengarkan musik ,tidur
dengan pacar ,membca buku
20
dan meningkatkan
kemampuan untuk memahami
dan belajar.ansietas panik
menyebabkan gangguan
persepsi,ketidak mampuan
untuk belajar,dan
ketidakmampuan untuk
berkomunikasi atau berfungsi
4. Tetap bersikap terbuka
menyangkut praktik budaya
dan spiritual klien serta
keluarga
R/jika klien merasa
diterima,rasa percaya dapat
berkembang dan pembelajaran
dapat meningkat
21
IV. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah di
rencanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi .implementasi
juga di maksudkan untuk pengelolaan dan perwujutan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.implemetasi
terdiri atas melakukan dan mendokumnetasikan tindakan yang merupakan
tindaka keperawatn khusus yang di perlukan untuk melaksanakan
tindakan intervensi,tahap implementasi ini adalah mengevaluasi respon
atau hasil dari tindakan keperawatn yang di lakukan terhadap klien serta
tindakan yang telah di laksanakan berupa respon atau hasilnya.
V. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proseskeperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.dalam melakukan evaluasi,perawat seharusnya
memiliki pengetahuan dan kemampuan dan memahami respon terhadap
intervensi keperawatan kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan dalam kriteria hasil.evaluasi dilaksanakan dengan SOAP :
S : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan
O : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan
A: analisa ulang anatara data subjektif dan data objektif untuk
menyimpulkan apa yang masih muncul masalah baru atau data
yang kontra indikasi dengan masalah yang ada
P : Perencana atau tindak lanjud berdasarkan hasil analisa pada respon
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma bronkial adalah penyakt pernafasan obstruksi yang ditandaioleh
spasme akut otot polos bronkiolus hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara
dan penurunan ventilasi alveolus (Padila,2013) Asma bronkial merupakan
gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel
inflamasi.dasar penyakit ini adalah hiperaktifitas dalam berbagai tingkat
obstruksi jalan napas,dan gejala pernafasan (mengi dan sesak) (Arif
Mannsjoer, 2011) Asma bronkial merupakan suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan
dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah (Arif Muttaqin.2008) Kesimpulan asma bronkial
merupakan gangguan inflamasi pada saluran pernafasan yang ditandai dengan
spasme akut otot polos bronkiolus serta meningkatnya respon trakea dan
bronkus
B. Saran
Agar terhindar dari penyakit asma bronkial sebaiknya membiasakan diri untuk
melaksanakan pola hidup sehat,tidak merokok atau menghindari asap rokok
dan debu,hindari mereka yang sakit pilek atau flu serta gunakan masker
untukmengurangi resiko infeksi.
23
24
DAFTAR PUSTAKA