PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit heterogen yang ditandai dengan adanay peradangan saluran
napas kronis diikuti dengan gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang
bervariasi dari waktu ke waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan
keterbatasan aliran udara saat ekspirasi (Global Initiative For Asthma, 2018).
Penyakit asma terus meningkat di negara-negara maju. Penyakit ini telah menggalami
peningkatan yang drastis dalam 2-3 dekade terakhir. Pada negara-negara berkembang,
kejadian asma banyak ditemui karena faktor ekonomi (Eder, Ege, & Von Mutius, 2016).
Word Health Organization (WHO) 2018, ada 383.000 orang meninggal akibat asma.
Sebagian besar kematian terkait asma terjadi dinegara berpenghasilan rendah dan menengah
ke bawah. Indonesia pada tahun 2015 kematian akibat penyakit asma, data nasional terdapat
3,55% penderita asma.
Menurut depkes (2016) angka kejadian asma pada anak dan bayi sekitar 10-85%.
Depertemen kesehatan juga memperkirakan penyakit asma termasuk 10 besar penyebab
tingginya angka kesakitan dan kematian di Rumah Sakit serta diperkirakan 10% dari 25juta
penduduk Indonesia menderita asma. Apabila tidak dilakukan pencegahan prevalensi asma
akan semakin meningkat pada masa yang akan datang.
B. Tujuan
1. Mengetahui mengenai konsep penyakit asma
2. Mengetahui mengenai asuhan keperawatan tentang penyakit asma
C. Manfaat
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam mempelajari lebih dalam ilmu
keperawatan khususnya pada penyakit asma
2. Bagi institusi pendidikan
a. Dapat sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang dan dapat di pakai sebagai
salah satu bahan bacaan kepustakaan.
b. Mengetahui tingkat kemampuan dan sebagai cara untuk mengevaluasi materi yang
telah di berikan pada mahasiswa.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP ASMA
1. DEFINISI ASMA
Asma merupakan salah satu penyakit saluran nafas yang banyak dijumpai, baik pada
anak-anak. Kata asma (asthma) berasal dari bahasa yunani yang berarti “terengah-engah”.
Lebih dari 200 tahun lalu, istilah asma digambarkan dengan kejadian pernapasan yang
pendek-pendek. Sejak saat itu istilah asma sering digunakan untuk menggambarkan
gangguan apa saja yang berkaitan dengan kesulitan bernafas, termasuk ada istilah asma
kardiak dan asna bronkial. (Zullies Ikarawi, 2016)
Menurut (GINA) Global Initiative for Asthma (2018) asma merupakan penyakit
heterogen yang di tandai dengan adanay peradangan saluran napas kronis diikuti dengan
gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas dan batuk yang bervariasi dari waktu ke
waktu dengan intensitas yang berbeda dan bersamaan dengan keterbatasan aliran udara
saat ekspirasi.
Asma merupakan penyakit saluran napas dengan dasar inflamasi kronik yang
mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran napas dengan derajat yang
bervariasi. (IDAI, 2015)
2. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem pernapasan terdiri dari saluran nafas bagian atas : rongga hidung, faring, dan
laring, saluran nafas bagian bawah : trachea, bronkus, bronkuolus, alveolus, dan paru-
paru.
2
a. System pernafasan atas
1) Rongga hidung
Rongga hidung bagian ekternal berbentuk pyramid disertai dengan
satu akar dan dasar. Bagian ini tersusun dari kerangka kerja tulang,
kartilago hialin dan jaringan fibrioareolar.Bagian internal hidung adalah
rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri
oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum. Rongga hidung
dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir semua sinus yang
mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernapasan
dilapisi epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel
cangkir atau sel lendir. Sekresi sel itu membuat permukaan nares basah
dan berlendir.
2) Faring
Faring (tekak) adalah pipa berotot berukuran 12,5 cm yang berjalan
dari dasar tengkorak sampai persambungan dengan esophagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung
(nasofaring), dibelakang mulut (orofaring) dan dibelakang laring (faring
laryngeal).
3) Laring
Laring (tenggorok) terletak didepan bagian terendah faring yang
memisahkannya dari kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk kedalam trakhe bawahnya.
Laring ditopang oleh Sembilan kartilago; tiga berpasang dan tiga tidak
berpasang.
2) Bronkus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-kira
vertebra torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkusbronkus itu berjalan kebawah
dan kesamping ke arah tampak paru-paru.
3) Bronkiolus
3
Bronkiolus adalah anak cabang dari batang tenggorok yang terdapat
dalam rongga tenggorokan dan akan memanjang sampai ke paru-paru.
Jumlah cabang bronkiolus yang menuju paru-paru kanan dan kiri tidak
sama. Bronkiolus yang menuju paru-paru kanan mempunyai 3 cabang,
sedangkan bronkiolus yang menuju paru-paru sebelah kiri hanya 2
cabang. Ciri khas bronkiolus adalah tidak adanya tulang rawan dan
kelenjar pada mukosanya, pada bagian awal dari cabang bronkiolus
hanya memiliki sebaran sel globet dan epitel.
4) Alveolus
Alveolus adalah struktur anatomi yang memiliki bentuk
berongga.Terdapat pada parenkim paru-paru, yang merupakan ujung dari
saluran pernapasan. Ukurannya bervariasi, tergantung lokasi
anatomisnya, semakin negatif tekanan intrapleura di apeks, ukuran
alveolus akan semakin besar. Ada dua tipe sel epitel alveolus. Tipe I
berukuran besar, datar dan berbentuk skuamosa, bertanggungjawab untuk
pertukaran udara. Sedangkan tipe II, yaitu pneumosit granular, tidak ikut
serta dalam pertukaran udara. Sel-sel tipe II inilah yang memproduksi
surfaktan, yang melapisi alveolus dan mencegah kolapsnya alveolus.
5) Paru-paru
Paru-paru merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan di tengah dipisahkan
oleh jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang
terletak didalam mediastrum. Paru-paru adalah organ yang berbentuk
kerucut dengan apeks (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi
dari klavikula didalam dasar leher. Pangkal paru-paru duduk diatas landai
rongga toraks, diatas diafragma. Paru-paru mempunyai permukaan luar
yang menyentuh iga-iga, permukaan dalam yang memuat tumpuk paru-
paru, sisi belakang menyentuh tulang belakang, dan sisi depan menutupi
sebagian sisi depan jantung.
3. ETIOLOGI ASMA
Asma pada anak-anak sangat erat kaitannya dengan alergi.Kurang lebih 80% pasien
asma memiliki riwayat penyakit alergi. Asma yang muncul pada saat dewasa disebabkan oleh
berbagai faktor seperti: adanya sinusitis, polip hidung, sensivitas terhadap aspirin atau obat-
obatan antiinflamasi non steroid (AINS), atau mendapat picuan ditempat kerja.
Faktor 4 resiko terkuat terjadinya asma adalah kombinasi predisposisi genetik dengan paparan
lingkungan terhadap zat dan partikel yang dihirup yang dapat memicu reaksi alergi atau
mengganggu saluran napas seperti:
a. Alergen dalam ruangan (misalnya tungau debu rumah ditempat tidur, karpetdan
perabotan boneka, polusi dan debu binatang peliharaan).
b. Agen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur).
c. Asap tembakau.
d. Polusi udara
4
Pemicu lainnya bisa termasuk udara dingin, rangsangan emosional ekstrem,
seperti kemerahan atau ketakutan, dan latihan fisik.Bahkan obat tertentu dapat
memicu asma misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi nonsteroid lainnya, dan
beta-blocker yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, kondidsi
jantung dan migraine
4. KLASIFIKASI ASMA
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
a. Asma bronchial
Penderita asma bronchial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan
dariluar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab
alergi.Gejala kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa
datang.Gangguan asma bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang
mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini
akibat berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender
dan pembentukan timbunan lender yang berlebih.
b. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial
biasnya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini
disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita
sedangtidur
5
memerlukan perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah mendapatkan
penanganan anak dan orangtua baru menyadari mengenai asma pada anak dan
masalahnya. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun,
baru kemudian terjadi perbaikan. Pada golongan dewasa muda 50% golongan ini
biasanya tetap menderita asma persisten
5. PATOFISIOLOGI ASMA
Pada asma terdapat penyempitan saluran pernafasan yang disebabkan oleh spasme otot
polos saluran nafas, edema mukosa dan adanya hipersekresi yang kental. Penyempitan ini
akan menyebabkan gangguan ventilasi (hipoventilasi), distribusi ventilasi tidak merata dalam
sirkulasi darah pulmonal dan gangguan difusi gas di tingkat alveoli. Akhirnya akan
berkembang menjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis pada tingkat lanjut.
Menurut Wong (2016) Inflamasi berperan dalam peningkatan reaktifitas jalan napas.
Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan napas cukup beragam, dan peran setiap
mekanisme tersebut bervariasi dan satu anak ke anak lain serta selama perjalanan penyakit.
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan
jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran pernafasan
sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE selanjutnya akan
menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast tersensitisasi. Sel mast
6
tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang mengalami degranulasi akan
mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan bradikinin. Mediator ini menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul edema mukosa, peningkatan produksi
mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini akan menyebabkan proliferasi akibatnya
terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan
CO2 terhambat akibatnya terjadi gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru
terutama pada alveolus menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus
atau yang disebut dengan hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik
dan penurunan CO2 dalam kapiler 9 (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis
respiratorik. Hal ini dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya
dalam pertukaran gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi
O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi
gangguan perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi
hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
Berdasarkan gejala klinis dan keluhan penderita, diagnosis asma dapat
ditegakkan.Riwayat adanya asma dalam keluarga dan adanya benda-benda yang dapat
memicu terjadinya asma.pemeriksaan spinometri hanya dapat dilakukan pada penderita
berubur di atas 5 tahun. Jika pemeriksaan spinometri hasilnya baik, perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan unuk menetapkan penyebab asma, yaitu:
a. Uji alergi untuk menentukan bahan alergan pemicu asma
b. Pemeriksaan pernapasan dengan peak flow meter setiap hari selama 1-2 minggu
c. Sinar X(Ro. Thorax) dan elektrokardiogram (Terlihat adanya hiperinflasi paru-paru
didiafragma mendatar , untuk menentukan penyakit paru, jantung, atau adanya benda
asing pada jalan napas penderita)
d. Tes fungsi paru (Menentukan penyebab dispnea, volume residu meningkat
e. Sputum (Lab) (Menentukan adanya infeksi biasanya pada asma tanpa di sertai
infeksi)
8. PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan penatalaksanaan medis dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit untuk
waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma
dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk mencapai
dan mempertahankan keadaan asma yang terkontrol.
a. Oksigen 2-6liter/menit
b. Pemmenuhan hidrasi via infus
c. Terbutalin 0,25mg/6 jam secara subkutan (SC)
d. Bronkodilator / antibronkospasme
9. KOMPLIKASI
Komplikasi asma meliputi:
a. Pneumotoraks
b. pneumomediastinum dan emfisma subkutis
c. atelaktasi
d. aspergilosi
e. bronkopulmoner alergik
f. gagal napas
g. bronchitis
h. serta fraktur iga
8
10. PATHWAY
Faktor penyebab
(virus, bakteri, jamur, parasit)
Menghasilkan E(igE)
Edema mukosa
Gangguan
Terjadi peningkatan CO2
pertukaran gas
Intoleransi
aktivitas
9
B. KONSEP ASUHAN KEPERAATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan, pengaturan, validasi, dan dokumentasi data
(informasi) yang sistematis dan berkesinambungan. Sebenarnya, pengkajian tersebut
ialah proses berkesinambungan yang dilakukan pada semua fase proses keperawatan.
Misalnya, pada fase evaluasi, pengkajian dilakukan untuk menentukan hasil strategi
keperawatan dan mengevaluasi pencapaian tujuan. Semua fase proses keperawatan
bergantung pada pengumpulan data yang lengkap dan akurat.
Pengkajian meliputi:
a. Biodata
1) Identitas anak
Meliputi nama, nomor RM, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat,
pekerjaan, asuransi kesehatan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam
MRS, nomor registrasi, serta diagnose medis.
b. Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa
produksi mucus, sering bertambah berat saat malam hari atau dini hari
sehingga membuat anak sulit tidur. Jika asmanya berat maka gejala yang
akan muncul yaitu perubahan kesadaran seperti mengantuk, bingung,saat
serangan asma, kesulitan bernafas yang hebat, takikardia, kegelisahan hebat
akibat kesulitan bernafas, berkeringat.
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma melimputi hal-hal sebagai
berikut:
1) Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu
meliputi penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan
seperti infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, sinusitis,
amandel, dan polip hidung.
10
4) Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola
asuh klien
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum: Biasanya keadaan umum pasien dengan asma
adalah tampak lemah.
2) Tanda-tanda vital (tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi lemah
dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan sianosis)
3) TB/ BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan Kulit
(Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)
4) Kepala (Sakit kepala)
5) Hidung (Nafas cuping hidung, sianosis)
6) Mulut (Pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering,
7) bibir kuning, dan pucat)
8) Paru- paru (Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup),
wheezing (+), sesak istirahat dan bertambah saat beraktivitas)
e. Klasifikasi data
1) Data objektif
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan
dengan menggunakan standar yang diakui seperti: warna kulit, tanda-tanda
vital, tingkat kesadaran, dll.
2) Data subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan keluhan yang disampaikan oleh
klien, misalnya rasa nyeri, batuk, sesak napas, pusing, kecemasan ,
ketidaktahuan.
f. Analisa data
Analisis data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. Langkah-langkah dalam
menganalisis data sebagai berikut(Risnah,2011):
1) Pengelompokan data
a. Data fisiologis/biologis
b. Data psikologis
2) Validasi Data
merupakan upaya untuk memberikan justifikasi apada data yang telah
dikumpulkan dengan melakukan perbandingan data subyektif dan obyektif
yang didapatkan dari berbagai sumber dengan berdasar standar nilai normal
untuk diketahui kemungkinan tambahan atau pengkajian ulang tentang data
yang ada.
11
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Merupakan pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien
yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan
keperawatan menurut (Gordon dalam Dermawan, 2012).
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler (D.0003) hal.22
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
(D.0149) hal.18
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen (D.0056) hal.128
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala pengobatan yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Edukasi
-ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
12
pertukaran gas dilakukan Pemantauan respirasi
berhubungan tindakan (I.01014) hal.247
dengan perubahan keperawatan
membrane selama 3x24 jam Observasi
alveolus-kapiler diharapkan: -monitor frekuensi, irama,
(D.0003) -dispnea kedalaman, dan upaya
menurun napas
-gelisah menurun -monitor pola napas
-napascuping (seperti bradipnea,
hidung menurun takipnea, hiperventilasi,
kussmeul, cheyne-stokes,
(L. 01003) biot, ataksik)
Hal.94 -monitor kemampuan
batuk efektif
-monitor adanya sumbatan
jalan napas
-auskultasi bunyi napas
-monitor saturasi oksigen
-monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
-atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi
-informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. 11 maret 2021 3) Intoleransi Setelah Intervensi utama:
aktivitas dilakukan Manajemen energy
berhubungan tindakan (I.05178) hal.176
dengan keperawatan
ketidakseimbangan selama 3x24 jam Observasi
antara suplai dan diharapkan: -identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen -saturasi oksigen fungsi tubuh yang
meningkat mengakibatkan kelelahan
(D.0056) -dispnea saat -monitor pola dan jam
aktivitas tidur
menurun -monitor lokasi dan
-frekuensi napas ketidaknyamanan selama
membaik melakukan aktivitas
(L.05047) Terapeutik
Hal.149 -sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
-berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
13
-anjurkan tirah baring
-anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
4. IMPLEMENTASI KEPERAATAN
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana asuhan
keperawatan kedalam bentuk intervensi keperawatan guna membantu pasien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Bruno, 2019).
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan
yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria
hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Dra.Rosinta, Drs.Asrul, 2014).
BAB III
14
CONTOH KASUS
A. Pengkajian Dasar
1. Biodata Pasien
Tanggal masuk : 11 Maret 2021
Tanggal pengkajian : 11 Maret 2019
Pukul : 13.00 WIB
Nama inisal klien : An. N
Umur : 10 Tahun
Alamat : Kota Alam, Kotabumi
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa Medis : Asma Bronkhial
4. Penampilan umum
Saat dilakukan pengkajian kesadaran klien compasmentis, klien tampak gelisah,
tampak lemah di karenakan sesak, batuk, dan sulit tidur.
Tekanan darah : 90/80
Nadi : 130x/menit
Pernafasan : 33x/menit (bernapas dangkal)
Suhu : 36,2˚C 7.
5. Pengkajian Respirasi
Saat dilakukan pengkajian klien terlihat batuk tidak berdahak dan terdengar suara
nafas tambangan mengi atau wheezing terdengar saat inspirasi.
6. Pengkajian sirkulasi
Saat dilakukan pengkajian didapatkan hasil nadi 110x/menit CRT <3 detik
dan tidak terdapat distensi vena jagularis.
15
infuse, ibu mengatakan nafsu makan klien berkurang, klien minum 2-5
gelas/hari. Porsi makan 2-3 sendok/hari.
8. Pengkajian Eliminasi
Saat dilakukan pengkajian klien tidak memiliki masalah pada BAB atau
defekasi, dengan konstitensi padat ±2x/hari berwarna kuning, dan bau khas
feses, ibu mengatakan BAK sehari 4-5x/hari.
Analisa Data
16
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Sekresi yang tertahan Bersihan jalan
-klien mengeluh sesak nafas tidak efektif
nafas
Do:
-suara nafas tambahan
Wheezing/mengi
-pola napas berubah
-pernafasa 30x/menit
-nafas dangkal
-tampak gelisah
2. Ds: Perubahan membrane Gangguan
-klien mengeluh sesak alveolus-kapiler pertukaran
gas
Do:
-gelisah
-nafas cuping hidung
3. Ds: Ketidakseimbangan Intoleransi
-klien mengeluh lelah anatara suplai dan Aktivitas
-dipsnea saat/setelah kebutuhan oksigen
aktivitas
Do:
-frekuensi jantung
meningkat >20% dari
kondisi istirahat
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolus-kapiler
(D.0003) hal.22
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
(D.0149) hal.18
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D.0056) hal.128
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
17
NO Hari/Tanggal dx. keperawatan Tujuan Intervensi
Edukasi
-ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
-kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
18
-monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
-atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
Edukasi
-informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. 11 maret 2021 3) Intoleransi Setelah Intervensi utama:
aktivitas dilakukan Manajemen energy
berhubungan tindakan (I.05178) hal.176
dengan keperawatan
ketidakseimbangan selama 3x24 jam Observasi
antara suplai dan diharapkan: -identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen -saturasi oksigen fungsi tubuh yang
meningkat mengakibatkan kelelahan
(D.0056) -dispnea saat -monitor pola dan jam
aktivitas tidur
menurun -monitor lokasi dan
-frekuensi napas ketidaknyamanan selama
membaik melakukan aktivitas
(L.05047) Terapeutik
Hal.149 -sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. Cahaya,
suara, kunjungan)
-berikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
-anjurkan tirah baring
-anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
-kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
19
2021 WIB -memonitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
-memonitor bunyi napas (mis.
Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhi kering)
-memonitor sputum (jumlah,
warnah, aroma)
Terapeutik
-memposisikan semi fowler
-melakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Edukasi
-mengajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
-mengkolaborasikan
pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik, jika
perlu
Terapeutik
-mengatur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
Edukasi
-menginformasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. D.0056 11 maret 13.00 Observasi
2021 WIB -mengidentifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
20
-memonitor pola dan jam tidur
-memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
-mengsediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
(mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
-memberikan aktivitas
distraksi yang menenangkan
Edukasi
-menganjurkan tirah baring
-menganjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
E. EVALUASI
O: Tanda-tanda vital
TD : 110/70 mmHg
N : 100x/menit
RR : 25x/menit
-Klien tidak tampak gelisah
-suara nafas tambahan sudah tidak ada
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
2. 13 maret 2021 D.0003 S: keluarga klien mengatakan pola
13.00 WIB napas klien kembali efektif
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
21
baik dan tidak terbangun dimalam
hari
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
22
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena
hiperaktifitas terhadap rangsangan tertentu,yangmenyebabkan peradangan dan penyempitan
yang bersifat sementara.
Menurut The Lung Association ada dua factor yang menjadi pencetusasma : pemicu
yang mengkibatkan terganggunya saluran pernafasan danmengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan(bronkokonstriksi) tetapi tidak dapat peradangan,seperti:
Perubahan cuacadan suhu udara, rangsang sesuatu yang bersifat alergi,misalnya
asaprokok,serbuk sari,debu,bulu binatang, infeksi saluran pernapasan,gangguan emosi, kerja
fisik atau olahraga yang berlebihan
Asma memiliki ciri khusus : Sesak napas pada asma khas disertai suaramengi akibat
kesulitan ekspirasi, pada auskultasi terdengar wheezing danekspirasi memanjang, keadaan
sesak hebat yang di tandai dengan giatnyaotot-otot bantu pernapasan dan sianosis dikenal
dengan status asmatikusyang dapat berakibat fatal, dipsnue dipagi hari dan
sepanjangmalam,sesuda latihan fisik(terutama saat cuaca dingin),berhubungandengan paparan
terhadap alergi seperti bulu binatang.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler ditandai dengan adanya suara napas tambahan seperti
mengi/heezing
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
ditandai dengan mengeluh dipsnea/sesak nafas
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan mengeluh lelah, dipsnea saat/setelah
aktivitas, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas, merasa lemah
3. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan perawatan selama tiga hari, masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif , intoleransi aktivitas, gangguan pola tidur teratasi
dan terus dilakukan monitor.
23
B. Saran
Demikian penyusunan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ASMA , kami
sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dikarenakan keterbatasan pengetahuan.
Dengan demikian, kritik maupun saran sangat dibutuhkan demi kemajuan dalam pembuatan
makalah kami
24