Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

Disusun Oleh :

FARDHANI SETYO WAHYUDI

2030282027

Dosen Pembimbing :

Ns. IDA SURYATI, M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFENISI
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran nafas. Saluran napas yang
mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh
factor resiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mucus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini 2012).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan timbul
disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah
5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb 2011)

2. ANATOMI FISIOLOGI
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
(oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida
sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut inspirasi dan
menghembuskan disebut ekspirasi.
1. Organ pernafasan

a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung. (septumnasi).

2
Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran yang masuk kedalam lubang hidung. Bagian luar dinding terdiri dari kulit.
Lapisan tengah terdiri otot otot dan tulang rawan. Lapisan dalam terdiri dari
selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis),
yang berjumlah 3 buah, Konka nasalis inferior (karang hidung bagianbawah).
Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah). Konka nasalis superior
(karang hidung bagian atas).
b. Faring
Tekak atau Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan
jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain
: keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantara lobang yang
bernama koana. Kedepan berhubungan dengan rongga mulut, tempat
hubungan ini bernama istmus fausium, kebawah terdapat dua lubang kedepan
lubang laring, kebelakang lubang esophagus. Dibawah selaput lendir terdapat
jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan
getah bening ini dinamakan adenoid.
Rongga tekak dibagi 3 bagian
1. Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring.
2. Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium
disebut orofaring.
3. Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring.
c. Laring
Laring atau pengkal tenggorokan merupakan saluran udara dan bertindak sebagai
pembentuk udara, terletak dibagian depan faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya .
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin yang terdiiri dari tulang tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf c). sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kearah luar. panjang
trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos Sel- sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang

3
masuk bersama-sama dengan udara pernafasan. yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan
kebawah dan kesamping kearah tampuk paru-paru. bronkus kanan lebih pendek
dan lebih besar daripada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunuyai 3
cabang. bronkus kiri lebih panjang dan lebih dari yang kanan, trdiri dari 9-12
cincin mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang cabang, yang lebih kecil disebut
bronkiolus (bronkioli). Pada ujung bronkioli tak terdapat cincin lagi dan ujung
bronkioli terdapat alveoli.
f. Paru-paru

Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-
sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang dari 90
m2. Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, o2 masuk kedalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan). Paru-paru dibagi dua paru-paru
kanan, terdiri dari pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap
lobus tersusun oleh lobules. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus
superior dan lobus inferior. tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil
bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada
4
lobus inferior. Tiap tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan belahan
yang bernama lobulus. Kapasitas paru-paru yaitu jumlah udara yang dapat
mengisi paru- paru pada inspirasi sedalam dalamnya. Dalam hal ini angka yang
kita dapat tergantung pada beberapa hal:kondisi paru-paru, umur, sikap, dan
bentuk seseorang yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi
maksimal.

2. Proses terjadinya pernfasan


Terdiri dari 2 bagian yaitu inspirasi dan ekspirasi, bernafas berarti melakukan
inspirasi dan ekspirasi secara bergantian, teratur dan berirama dan terus
menerus. Pernafasan dada pada waktu seseorang bernafas/rangka dada terbesar
bergerak, pernafasan ini dinamakan pernafasan dada. Hal ini terdapat pada rangka
dada yang lunak, yaitu pada orang orang muda dan perempuan.Pernafasan perut.
Jika pada waktu bernafas, diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernafasan
perut. Kebanyakan pada orang tua, karena tulang rawannya tidak begitu lembek
dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat kapur mengendap didalamnya
dan ini banyak ditemukan pada pria.

3. Fisiologi Pernafasan
Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan. Manusia sangat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama 4
menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang tak dapat diperbaiki dan bisa
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan okssigen berkurang akan
menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang berkerja pada
ruangan yang sempit, tertutup, ruangan kapal, ketel, uap, dan lain lain. Bila
oksigen tidak mencukupi maka warna darah merahnya hilang berganti kebiru
biruan misalnya yang terjadi pada bibir, telinga, lengan, dan kaki (disebut sinosis).
Pernafasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru-paru. Oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu
bernafas yang oksigen masuk melalui trakea sampai alveoli berhubungan dengan
darah dalam kapiler pulmonary. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membrane, diambil oleh sel darah merah dibawa kejantung dan jantung
dipompakan keseluruh tubuh.
5
Didalam paru-paru karbondioksida merupakan hasil buangan yang
menembus membrane alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus, berakhir sampai pada mulut dan hidung. Empat proses yang
berhubungan dengan pernafasan pulmoner.
a. Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
b. Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh
tubuh, karbon dioksida dari seluruh tubuh masuk keparu- paru.
c. Distribusi arus udara dan darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat
yang bisa dicapai semua bagian.
d. Difusi gas yang menembus membrane alveoli dan kapiler karbondioksida
lebih mudah berdifusi daripada oksigen (Syaifuddin, 2006).

3. ETIOLOGI

a. Factor predisposisi
Genetic merupakan factor predisposisi dari asma bronchial
b. Factor presifitasi
 Allergen
Allergen dapat di bagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Inhalan, yang masuk mealui saluran pernapasan. Contohnya : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Contohnya: makanan dan obat-
obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contohnya:
perhiasan, logam dan jam tangan
 Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma

 Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma. Stes juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada.

6
 Lingkungan kerja
Lingkungan kerja mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Misalnya orang kerja yang bekerja di laboratorium hewan,
industry tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas
 Olahraga/aktivitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktivitas jasmani atau olah raga yang berat

4. KLASIFIKASI
Berdasarkan etiologinya asma bronchial dapaat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik) : ditandai dengan reaksi alergik yan disebabkan oleh factor-
faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
berhubungan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi.
2. Intrinsic (non alergik) : ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui. Seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernapasan dan emosi.
3. Asma gabungan : bentuk asma gabungan yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
Berdasarkan keparahan penyakit:
a. Asma intermiten : Gejala muncul <1x dalam 1 minggu
b. Asma persisten ringan : Gejala muncul >1x dalam 1 minggu tetapi <1x dalah 1
hari
c. Asma persisten sedang : Gejala muncul tiap hari, ekssaserbasi menggagu
aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi >1x dalam 1 minggu
d. Asma persisten berat (severe) :vGejala terus menerus terjadi, eksaserbasi
sering terjadi, gejala asma malam hari sering terjadi, aktifitas fisik tergagu
oleh gejala asma, PEF dan PEVI <60%

7
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awal:
1. Batuk
2. Dyspnea
3. Mengi (Wizing)
4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
5. Tachicardi
6. Pernapasan cepat dangakal
Gejala lain :
1. Takipnea
2. Gelisah
3. Diaphoresis
4. Nyeri di abdomen karena terliat otot abdomen dalam pernapasan
5. Fatigue (kelelahan)
6. Tidak toleran terhadap aktivitas : makan, berjalan, bahkan berbicara
7. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai
pernapasan lambat
8. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang disbanding inspirasi
9. Sianosis sekunder
10. Gerak-gerak retensi kabondioksida seperti : berkeringat, takikardia, dan pelebaran
tekanan nadi

6. PATOFISIOLOGI
asma ditandai dengan kontraksi spstik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing diudara. Reaksi yang timbul pada asam tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody igE abnormal dalam jumlah
besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya.
Pada respon alergi di saluran napas, antibody IgE berkaitan dengan allergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamine dilepaskan.
Histamine menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamine

8
berlebihan, maka dapat timbul spsme asmatik. Karena histamine juga merangsang
pembentukan mucus dan meningkatkan ruang itertisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitive
berlebihan terhadap suatu allergen atau sel-sel mest nya terlalu mudah mengalami
degralunasi. Di manapun letak hypersensitivitas respon peradang tersebut, hasil
akhirnya adalah bronkospasme, pembntukan muskus, edema dan obstruks aliran
udara.

7. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN


1. Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan: penyuluhan ini diajukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asma
b. Menghindari factor pencetus
c. Fisioterapi
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta. Contohnya: Alupent, Metrapel
b. Metil Xantin. Contohnya : Aminophilin dan Teoplin
c. Kortikosteroid. Contohnya : Beclometason Dipropinate dengan dosis 800
empat kali semprot tiap hari
d. Kromolin. Kromolin merupakan obat pencegahan asthma, khususnya anak-
anak. Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen. Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2x 2 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral
f. Iprutopioum broide (Atroven). Atroven adalah antikolenergik, diberikan
dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator
3. Pengobatan selama serangan status asthmitikus
a. Infus RL: D5=3:1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg/kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutkan drip Rlatau D5 menteance (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg
bb/24 jam
d. Terbutalin 0,25 mg/6jam secara sub kutan
e. Dexamatason 10-20 mg/6 jam secara intra vena
f. Antibiotic spectrum luas
9
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan sputum
b. Pemeriksaan darah
c. Foto rontgen
d. Pemeriksaan faal paru
e. elektrokardiografi

9. WOC

Pencetus serangan (allergen, emosi/


stress, obat-obatan, dan infeksi)

Reaksi antigen dan antibody

Ko
nt
ra Di
ks ke
i ot lu
a
ot (h rka
p ol ist n
os a m ny
a
an in, sub
afi bra st
la di an
kt ki si
os ni va
Pe in n d s o
rm ) an ak
Bronkospasme ea tif
Bronkospasme Edemma bilit Produksi mucus bertambah
as
mukosa hipersekresi ka
pi
le
Ketidakefektifan r
bersihan jalan napas
Obstruksi Saluran Napas Ketidakseimbangan nutrisi
Se dari kebutuhan
kurangkr
tubuh e(risiko/
si aktual)
m
uc
us

Hipoventilasi
Ketidakadekuatan suplai
Distribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi
darah paru-paru gangguan difusi gas di alveoli oksigen

Kerusakan pertukaran Intoleransi


gas 10 aktifitas
10. MEN MATING

ASMA

PENGERTIAN ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI

a. Factor predisposisi
asma ditandai dengan kontraksi spstik dari
Asma merupakan gangguan radang Genetic merupakan factor predisposisi
otot polos bronkus yang menyebabkan sukar
kronik saluran. jalan napas menjadi tersumbat dari asma bronchial
bernapas. Penyebab yang umum adalah
dan aliran udara terhambat karena konstriksi b. Factor presifitasi
hipersensitivitas bronkhiolus terhadap benda-
bronkus, sumbatan mucus, dan meningkatnya  Allergen
benda asing diudara. Reaksi yang timbul pada
proses radang (Almazini 2012).  Perubahan cuaca
asam tipe alergi diduga terjadi dengan cara
Asma adalah suatu keadaan dimana  Stress
sebagai berikut : seorang yang alergi
saluran napas mengalami penyempitan  Lingkungan kerja
mempunyai kecenderungan untuk
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan  Olahraga/aktivitas jasmani yang
membentuk sejumlah antibody igE abnormal
tertentu, umumnya asma lebih sering terjadi berat
dalam jumlah besar dan antibody ini
pada anak-anak usia di bawah 5 tahun dan
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
antigen spesifikasinya
(Saheb 2011)
FASE- FASE ASMA PENGKAJIAN PRIMER

a. Airway
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi
menjadi 3 fase ( yaitu : b. Breathing
c. Circulation
Ekstrinsik (alergik)
d. Disability
Intrinsic (non alergik

Asma gabungan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK MANIFESTASI KLINIS

a. Pemeriksaan sputum 1. Batuk


b. Pemeriksaan darah 2. Dyspnea
c. Foto rontgen 3. Mengi (Wizing)
d. Pemeriksaan faal paru 4. Gangguan kesadaran, hyperinflasi dada
e. elektrokardiografi 5. Tachicardi
6. Pernapasan cepat dangakal
Distribusi ventilasi tidak Ketidakadekuatan suplai
Bronkospasme Produksi mucus bertambah merata dengan sirkulasi oksigen
darah paru-paru gangguan
difusi gas di alveoli

MK: ketidaefektifan bersihan MK: perubahan nutrisi kurang MK: Intoleransi Aktivitas
jalan napas berhubungan dari kebutuhan tubuh MK: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
dengan benda asing dalam berhubungan dengan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
jalan napas ketidakmampuan menelan ketidakseimbangan ventilasi- suplai dan kebutuhan oksigen
makanan perfusi
Latihan batuk efektif
Terapi oksigen

Observasi
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor kecepatan aliran oksigen
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor posisi alat terapi oksigen
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
- Monitor efektifitas terapi oksigen ( mis., oksimetri, analisa gas
- Monitor input dan output cairan
darah) jika perlu
Teraupetik
Teraupetik
- Atur posisi semi-fowler atau fowler
- Bersihkan secret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
- Buang secret pada tempat sputum
- Pertahankan kepatenan jalan napas
Edukasi - Berikan oksigen tambahan, jika perlu

- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif Edukasi


- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,
- Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
ditahan selama 2 detik, kemudian keluaran dari mulut dengan
dirumah
bbibir mencucu
- Anjurkan mengulangi tarik napas dalam selama 3 kali Kolaborasi
- Anjurkan batuk yang kuat langsung gsetelah napas dalam yang
ke 3 - Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan atau tidur
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran jika perlu


Manajemen nutrisi Terapi aktivitas

Observasi
- Identivikasi deficit tingkat aktivitas
Observasi
- Identivikasi kemampuan berpartisipasi aktivitas terntentu
- Identifikasi setatus nutrisi - Identivikasi makna aktivitas rutin (missal bekerja) dan waktu
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan luang
- Identifikasi makanan yang disukai - Monitor respon emosional, fisik, social, dan sepiritual terhadap
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient aktivitas
- Monitor asupan makanan
Teraupetik
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan labratorium - Fasilitasi makna aktifitas yang dipilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Teraupetik
- Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
- Sajikan makanan yang menarik dan suhu yang sesuai
Edukasi
- Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
- Ajarkan cara melakukan kativitas yang dipilih
Edukasi
- Jelaskan aktivitas visik sehari-hari
- Anjurkan posisi duduk jika mampu - Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
- Ajarkan diet yang diprogramkan sesuai

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan


- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan jika perlu
1. ASKEP TEORITIS ( SDKI, SIKI)

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses keperawatan,
pengkajian keperawatan ini bertujuan untuk menggali atau mendapatkan data
utama tentang kesehatan pasien baik itu fisik, psikologis, maupun emosional
(Debora, 2013).
Menurut (Ardiansyah, 2012) yang harus dikaji pada klien yang mengalami
penyakit Asma adalah:
1) Pengkajian (Anamnesis)

a) Biodata

Pada biodata, bisa diperoleh data tentang identitas pasien meliputi nama

pasien, tempat tanggal lahir, alamat, umur pasien, jenis kelamin pasien,

pekerjaan pasien, pendidikan pasien, statuskawin pasien, agama dan asuransi

kesehatan. Selain itu juga dilakukan pengkajian tentang orang terdekat pasien.

b) Keluhan utama

Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan kepada pasien

tentang tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus

ditanyakan dengan detail kepada pasien disamping itu diperlukan juga

pengkajian mengenai keluhan yang disarasakan meliputi lama timbulnya.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada riwayat penyakit sekarang, perawat mengkaji apakah gejala terjadi pada

waktu yang tertentu saja, seperti sebelum atau sesudah merokok , ataupun

setelah olahraga terlalu berat dan factor lingkungan kerja ataupun dari factor

perubahan cuaca.

d) Riwayat penyakit dahulu


Untuk mengkaji riwayat penyakit dahulu atau riwayat penyakit sebelumnya,

perawat harus mengkaji apakah gejala yang berhubungan dengan asma, stress,

merokok alergi . Selain itu perawat juga harus mengkaji adakah riwayat

penyakit Asma .

e) Riwayat kesehatan keluarga

Dalam riwayat kesehatan keluarga perawat mengkaji riwayat keluarga yang

merokok aktif dari usia mulai merokok secara rutin atau ada factor genetic

yang bisa menjadi penyebab asma.

Selain itu perawata juga mananyakan tentang penyakit yang pernah

dialami oleh keluarga.Selain pengkajian riwayat harus bisa diseimbangkan

sesuai dengan kebutuhan seorang pasien. Setiap pola merupakan suatu

rangkaian perilaku yang membantu perawat dalam mengumpulkan suatu

data(Wijaya & Putri, 2013).

2) Pengkajian pola-pola fungsi Gordon adalah:

a) Pola Persepsi Kesehatan

Persepti terhadap adanya arti kesehatan, penatalaksanaan kesehatan serta

pengatahuan tentang praktek kesehatan.

b) Pola nutrisi

Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan serta

elektrolit. Pengkajian meliputi: nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan

menelan, mual, muntah, kebutuhan jumlah zat gizi.

c) Pola eliminasi

Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kemih dan kulit.

Pengkajian yang dilakukan meliputi: kebiasaan deddekasi, ada tidaknya


masalah defekasi, masalah miksi (oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan

miksi. Karakteristik urine dan feses, pola input cairan, masalah bau badan.

d) Pola latihan-aktivitas

Menggambarkan tentang pola latihan, aktivitas, fumgsi pernapasan.

Pentingnya latihan atau gerak dalam keadaan sehat maupun sakit, gerak

tubuh dan kesehatan berhubungan dengan satu sama lain. Kemampuan

klien dalam menata dirinya sendiri apabila tingkat kemampuannya:

mandiri, 1: dengan alat bantu,2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain

dan alat, 4: tergantung dalam melakukan ADL, kekuatan otot dan ROM,

riwayat penyakit jantung, frekuensi, irama dan kedalaman napas, bunyi

napas, riwayat penyakit paru.

e) Pola kognitif perseptual

Menjelaskan tentang persepsi sendori dan kognitif. Pola ini meliputi

pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,pembau dan

kompensasinya terhadap tubuh. Dan pola kognitif memuat kemampuan

daya ingat klien terhadap peristiwa peristiwa yang telah lama atau baru

terjadi.

f) Pola istirahat dan tidur

Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang

dilakukan pada pola ini meliputi: jam tidur siang dan malam pasien,

masalah selama tidur, insomnia atau mimpi uruk, penggunaan obat serta

mengaluh letih.

g) Pola konsep diri-persepsi diri


Menggambarkan sikap tentan diri sendiri serta persepsi terhadap

kemampuan diri sendiri dan kemampuan konsep diri yang meliputi:

gambaran diri, harga diri, peran, identitas dan ide diri sendiri.

h) Pola peran dan hubungan

Menggambarkan serta mengatahui hubungan pasien serta peran pasien

terhadap anggota keluarga serta dengan masyarakat yang berada dalam

lingkungan sekitar tempat tinggalnya.

i) Pola reproduksiatau seksual

Menggambarkan tentang kepuasan yang dirasakan atau masalah yang

dirasakan dengan seksualitas. Selain itu dilakukan juga pengkajian yang

meliputi: dampak sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan

payudara sendiri, riwayat penyakit hubungan seks, serta pemeriksaan

genetalia.

j) Pola koping dan Toleransi Stres

Menggambarkan tentang pola cara menangani stress, yang meliputi

dengan cara:interaksi dengan orang terdekat menangis, dam lain

sebagainya.

k) Pola keyakinan dan nilai

Menggambarkan tentang pola nilai dan keyakinan yang dianut.

Menerangkan sikap serta keyakinan yang dianaut oleh klien dalam

melaksanakan agama atau kepercayaan yang dianut.

3) Pemeriksaan Fisik menurut (Ardiansyah, 2012) adalah:

a) Kesadaran: pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak berdaya.


b) Respirasi: tidak mengalami gangguan.

c) Kardiovaskuler: hipotensi, takikardia, disritmia, nadi periferlemah,

pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan

kulit/ membrane mukosa berkeringat (status shock, nyeri akut).

d) Persarafan: sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,

disorientasi/bingung, dan nyeri epigastrium.

e) Pencernaan: anoreksia, mual, muntah yeng disebabkan karena adanya luka

duodenal, nyeri pada ulu hati, tidak toleran terhadap adanya makanan

seperti cokelat dan makanan pedas serta membran mukosa kering.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis terhadap adanya
pengalaman dan respon individu, keluarga ataupun komunitas terhadap masalah
kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses kehidupan. Diagnosis
keperawatan adalah bagian vital dalam menentukan proses asuhan keperawatan
yang sesuai dalam membantu pasien mencapai kesehatan yang optimal.
Mengingat diagnosis keperawatan sangat penting maka dibutuhkan standar
diagnose keperawatan yang bisa diterapkan secara nasional di Indonesia dengan
mengacu pada standar diagnosa yang telah dibakukan sebelumnya (PPNI, 2016).
Diagnosa keperawatan menurut (PPNI, 2016) dalam buku Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia adalah Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan
gejala penyakit. Tanda dam gejala mayor, subjektif: mengeluh mual, merasa ingin
muntah, tidak berminat makan. Gejala dan tanda minor, subjektif: merasa asam di
mulut, sensasi panas/dingin, sering menelan, objektif: saliva meningkat, pucat.
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada penyakit gastritis adalah:
1) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme

2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai oksigen


4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia

A. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan yang dirancang oleh perawat,

atau suatu perawatan yang di lakukan berdasarkan penilaian secara klinis dan

pengetahuan perawat yang bertujuan untuk meningkatkan outcome pasien atau

klien. Perencanaan keperawatan mencakup perawatan langsung serta

perawatan tidak langsung. Kedua perawatan ini ditujukan kepada individu,

keluarga, dan masyarakat dan orang-orang yang dirujuk oleh perawat, dirujuk

oleh dokter maupun pemberian layanan kesehatan lainnya (PPNI, 2018).

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
1. Bersihan jalan napas SLKI : SIKI:
tidak efektif Bersihan jalan Latihan batuk
berhubungan dengan napas: efektif
a. Batuk efektif a. Identifikasi
bronkospasme
meningkat kemampuan
b. Produksi batuk
seputum b. Monitor adanya
menurun retensi sputum
c. Mengi menurun c. Monitor tanda
d. Wizzing dan gejala
menurun infeksi saluran
e. Dyspnea napas
membaik d. Monitor input
f. Sianosis dan output
membaik cairan
g. Gelisah e. Atur posisi
membaik semi-fowler atau
h. Frekuensi napas fowler
membaik f. Buang secret
i. Pola napas pada tempat
membaik sputum
g. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
h. Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluaran dari
mulut dengan
bbibir mencucu
i. Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam
selama 3 kali
j. Anjurkan batuk
yang kuat
langsung
gsetelah napas
dalam yang ke 3
k. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran jika
perlu
2. Gangguan pertukaran gas SLKI: SIKI:
berhubungan dengan pertukaran gas: Terapi oksigen
gangguan suplai oksigen a. Tingkat a. Monitor
kesadaran kecepatan aliran
meningkat oksigen
b. Dyspnea b. Monitor posisi
menurun alat terapi
c. Bunyi napas oksigen
tambahan c. Monitor
menurun efektifitas terapi
d. Gelisah oksigen ( mis.,
menurun oksimetri,
e. Napas cuping analisa gas
hidung darah) jika perlu
nmenurun d. Bersihkan secret
f. Pola napas pada mulut,
membaik hidung dan
g. Sianosis trakea, jika perlu
membaik e. Pertahankan
h. Takikardia kepatenan jalan
membaik napas
f. Berikan oksigen
tambahan, jika
perlu
g. Ajarkan pasien
dan keluarga
cara
menggunakan
oksigen dirumah
h. Kolaborasi
penentuan dosis
oksigen
i. Kolaborasi
penggunaan
oksigen saat
aktivitas dan
atau tidur
3. Intoleransi aktivitas SLKI : SIKI :
Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
berhubungan dengan a. Frekuensi nadi a. Identivikasi
meningkat deficit tingkat
ketidakadekuatan suplai b. Saturasi oksigen aktivitas
meningkat b. Identivikasi
oksigen c. Keluhan lelah kemampuan
menurun berpartisipasi
d. Dyspnea saat aktivitas
aktivitas menurun terntentu
e. Dyspnea setelah c. Identivikasi
aktivitas menurun makna aktivitas
f. Perasaan lemah rutin (missal
menurun bekerja) dan
g. Sianosis menurun waktu luang
h. Tekanan darah d. Monitor respon
membaik emosional, fisik,
i. Frekuensi napas social, dan
membaik sepiritual
terhadap
aktivitas
e. Fasilitasi makna
aktifitas yang
dipilih
f. Ajarkan cara
melakukan
kativitas yang
dipilih
g. Anjurkan terlibat
dalam aktivitas
kelompok atau
terapi, jika
sesuai

4 Perubahan nutrisi kurang SLKI: SIKI:


Status nutrisi Manajemen nutrisi
dari kebutuhan tubuh a. Porsi makan yang a. Identifikasi
dihabiskan setatus nutrisi
berhubungan dengan meningkat b. Identifikasi
anoreksia b. Kekuatan otot alergi dan
mengunyah intoleransi
meningkat makanan
c. Perasaan cepat c. Identifikasi
kenyang menurun makanan yang
d. Berat badan disukai
membaik d. Identifikasi
e. Frekuensi makan kebutuhan kalori
membaik dan jenis
f. Nafsu makan nutrient
membaik e. Monitor asupan
g. Bising usus makanan
membaik f. Monitor berat
h. Membrane badan
mukosa membaik g. Monitor hasil
pemeriksaan
labratorium
h. Sajikan makanan
yang menarik
dan suhu yang
sesuai
i. Berikan
makanan yang
tinggi kalori dan
tinggi protein
j. Anjurkan posisi
duduk jika
mampu
k. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
l. Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum makan
m. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika
perlu

B. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan suatu proses keperawatan yang dilakukan setelah

perencanaan keperawatan. Implementasi keperawatan adalah langkah keempat

dari proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk

membantu pasien yang bertujuan mencegah, mengurangi, dan menghilangkan

dampak ataupun respon yang dapatditimbulkan oleh adanya masalah

keperawatan serta kesehatan. Implementasi keperawatan membutuhkan

fleksibilitas dan kreativitas perawat (Debora, 2013).


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PERINTIS PADANG

Nama Mahasiswa : Fardhani Setyo Wahyudi


NIM : 2030282027

Kasus
Tn H usia 45 tahun jenis kelamin laki-laki dirawat diruang kenanga RSUD Rejo Sari masuk
dari tanggal 16 juni 2020 dengan keluhan batuk dan sesak napas yang disertai dahak yang
telah dirasakan selama 1 minggu terakhir. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk
sewaktu bangun padi dan semakin meningkat saat beraktivitas. Diagnose medic: asma
bronchial, pengkajian dilakukan pada tanggal 17 juni 2020 jam 08:00 WIB. Tn H Nampak
sakit sedang, batuk berdahak dengan dahak berwarna putih kental, dank lien merasa sesakya
berkurang setelah dilakukan pengasapan (nebulizer), klien terlihat cemas, klien mengaku
tidak napsu makan, dengan GCS = 15, Kesadaran Composmentis, Tanda Vital : Suhu 37 oC,
Pernapasan 29x/menit, Nadi 112x/menit. Pada pemeriksaan auskultasi ditemukan adanya
ronchi dan wheezing, Istri Tn H mengatakan, Tn H batuk berdahak dan lender berwarna putih
kental. Nafsu makan kurang dan Tn H kooperatif selama dirawat. Tn H baru pertama kali
dirawat dengan sakit ini sehingga pihak keluarga juga bingung, khawatir dengan kondisi Tn
H serta mengharapkan segera sembuh. Selama ini hanya berobat ke puskesmas saja dengan
keluhan batuk dan sesak napas.

INFORMASI UMUM

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn H
Tempat/Tgl Lahir : Ds.Daya Murni Kec.Trenggalek Kab. Banyumas
Umur : 45 Thun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Lama Bekerja : 20 Tahun
Alamat : Ds.Daya Murni Kec.Trenggalek Kab. Banyumas
Tanggal Masuk : 16 juni 2020
Sumber Informasi : 08223458273
Diagnose medis : Asma Bronkhial
No Rekam Medis : 1635718

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi ( orang-tua/Wali, lain-lain )


Nama : Ny. As
Umur : 39 Tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ds.Daya Murni Kec.Trenggalek Kab. Banyumas
Pendidikan : SMP
No Hp : 085325375728

II. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan Kunjungan/Keluhan Utama :
Klien masuk rumah sakit karena mengeluh batuk dan sesak napas, nafsu makan
menurun sudah sejak 1 hari yang lalu.

2. Keluhan Yang Dirasakan saat ini :


Klien mengatakan susah napas dan batuk berdahak, tidak napsu makan.

3. Factor Pencetus
Klien mengatakan sudah lama menjdai Perokok Aktif

4. Lama Keluhan
Klien mengatakan sesak napas dirasakan sudah lebih dari 1 bulan yang lalu tapi
masih bisa di tahan

5. Timbulnya Keluhan
Klien mengatakan sesak napas sering muncul ketika malam hari dan di sertai batuk
batuk

6. Faktor Yang Memperberat


Klien mengatakan sesak napas kadang muncul ketika bekerja di kebun

7. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasinya


Klien mengatakan selama ini hanya berobat ke puskesmas saja dengan keluhan
sesak napas dan batuk
8. Diagnosa Medik
Asma Bronchial

III. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU


Klien tidak ada riwayat alergi, tidak ada riwayat kecelakaan, tidak ada riwayat penyakit
berat dan tidak ada riwayat operasi, klien juga merupakan perokok aktif

IV. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit yang sama dan tidak
mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma, Tb Paru dll

V. DATA AKTIVITAS SEHARI-HARI

NO AKTIVITAS DIRUMAH DI RUMAH SAKIT


1 POLA  Sebelum sakit, asupan  Saat sakit, asupan klien
NUTRISI
DAN makan klien oral, frekuensi melalui oral dan
CAIRAN
makan 3 kali sehari, nafsu parenteral, frekuensi

makan baik, tidak ada diit, makan 2 kali sehari,

makanan tambahan buah nafsu makan berkurang,

buahan. Tidak ada alergi klien makan 1-4 sendok,

makanan, perubahan BB makanan tambahan roti,

bertambah menjadi 55 kg. perubahan BB turun

Asupan cairan klien oral, menjadi 53 kg. Asupan

jenis air putih, frekuensi cairan klien oral dan

kurang lebih 8 gelas/hari parenteral, jenis air putih

dan cairan RL 20tpm


2 POLA  BAK sebelum sakit,  BAK saat sakit,
ELIMINASI
frekuensi BAK 3-4 kali per frekuensi BAK 1-3 kali

hari, waktu pagi siang sore per hari, waktu pagi

dan malam. Jumlah kurang siang sore dan malam.

lebih 1500 cc, warna khas Jumlah kurang lebih 800


urine, bau khas urine, tidak cc, warna khas urine, bau

ada keluhan. khas urine, tidak ada

 BAB sebelum sakit, keluhan.

frekuensi BAB 1-2 kali  BAB saat sakit,

sehari, waktu pagi siang dan frekuensi BAB 1 kali

malam. Warna khas feses, sehari, waktu pagi siang

bau khas feses, konsistensi dan malam. Warna khas

padat lunak, tidak ada feses, bau khas feses,

keluhan dan tidak konsistensi padat lunak,

menggunakan obat tidak ada keluhan dan

pencahar. tidak menggunakan obat

pencahar.
3 POLA TIDUR  Pola tidur sebelum sakit  Pola tidur saat sakit
DAN
ISTIRAHAT waktu tidur 7-9 jam setiap waktu tidur kurang dari

hari kebiasaan tidur harus 4-5 jam setiap rhari di

dengan keadaan suasana karenakan susah tidur

gelap ketika keadaan terang karena terganggu dengan

maka susah tidur ketidaknyamanan saat

bernapas dan terganggu

batuk

 Pola Aktivitas Dan Latihan


Kemampuan Perawatan Diri :
0 = Mandiri 2 = Bantuan Orang Lain 4 = Tergantung / tidak mampu 1 = Dengan Alat
Bantu 3 = Bantuan peralatan dan orang lain
0 1 2 3 4
Makan/Minum 
Mandi 
Berpakaian/berdandan 
Toileting 
Mobilisasi di tempat tidur 
Berpindah 
Berjalan 
Menaiki Tangga 

VI. DATA LINGKUNGAN


Jaga kebersihan di sekitar tempat tidur pasien, hindari polusi dari pasien, jauhkan dari
kebisingan, dan temani pasien ketika ingin pergi ke luar ruangan

VII. DATA PSIKOSOSIAL


1. Pola Pikir Dan Persepsi
Pola piker dan persepsi kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan
mempengaruhi konsep diri pasien dan akhirnya dapat mempengaruhi jumlah
stressor yang dialami pasien sehingga kemungkinan terjadi serangan asma berulang
akan semakin tinggi

2. Persepsi Diri
Pasien yang di rawat di rumah sakit akan sembuh

3. Pola seksualitas dan reproduksi


Pasien sudah menikah dan sudah mempunyai 2 orang anak

4. Pola managemen koping-stress


Klien mengatakan apabila ada masalah selalu di bicarakan dengan keluarganya

5. Pola peran hubungan/ komunikasi


Klien sebagai kepala rumah tangga yang mempunyai hubungan baik dengan
keluarganya

6. Sistem Nilai Kepercayaan


Klien beragama islam dan selalu berdo’a untuk kesembuhanya

VIII. PENGKAJIAN FISIK


Pengkajian Fisik Umum
a. Tingkat Kesadaran : kompos mentis
b. Keadaan umum : klien tampak sesak dan batuk
c. Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Frekuensi napas : 29x/menit
Nadi : 112x/menit
Suhu : 37oC
d. BB/TB dan LILA : 53 kg / 170 cm

Pemeriksaan Head to toe


 Kepala
Lingkar kepala simetris, bau rambut wangi, rambut tidak rontok, tidak ada tanda-
tanda radang pada kulit.
 Mata
Posisi mata simetris, pergerakan bola mata normal, konjungtiva ananemis, sklera
ikterik, pupil isokor, tidak ada tanda radang, tidak memakai alat bantu, tidak ada
keluhan lain.
 Hidung
Jalan nafas ada hambatan, ada keluhan, frekuensi 29x/menit, ada suara nafas
tambahan seperti wheezing, batuk, menggunakan otot bantu nafas, menggunakan
alat bantu nafas nasal kanul.
 Mulut dan tenggorokan
Klien tidak ada kesulitan dalam berbicara, kesulitan menelan makanan, sakit saat
menelan, gigi geligi tampak normal
 Dada / Penapasan
Inspeksi : gerakan dada kiri dann kanan sietris, pola napas cepat,
frekuensi napas cepat
Palpasi : taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retaksi dinding dada
bertambah
Auskultasi : suara napas klien terdengar wheezing

 Kardiovaskuler
Iktus kordis tidak terlihat, iktus kordis teraba di ICS V, Nadi 85x/menit, irama
teratur, temperatur kulit hangat, warna kulit pucat, bunyi jantung normal, tidak
ada kelainan bunyi jantung, tidak ada keluhan.
 Abdomen
Perut cembung, asites (-), nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba,
timpani, bising usus normal.
 Genitourinaria
Tidak ada distensi kandung kemih, tidak menggunakan kateter.
 Ekstremitas
Superior oedem (-), sianosis (-), akral dingin (-), turgor kulit normal
Inferior oedem (-), sianosis (-), akral dingin (-), turgor kulit normal
 Neurologis
GCS (E4 V5 M6), kekuatan otot normal.
 Sistem integumen
Rambut bersih, kuku bersih, kulit bersih, tidak ada tanda tanda radang pada kulit,
tidak ada tanda tanda pendarahan.
 Sistem muskuloskeletal
Tidak ada sakit pada tulang atau sendi, tidak ada tanda fraktur, tidak ada
kontraktur, tonus otot kuat.

IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Data Laboratorium :
Pemeriksaa Hasil Satuan Nilai Normal
n
Hemoglobin 15,5 gr% 14.0-18.0
Hematocrit 47 vol% 42-52
Lekosit 17.000 /mm2 4.8-10.8
Trombosit 260.000 /mm2 150-400
Widal O (+) 1/160
H (+) 1/320

2. Hasil Pemeriksaan Diagnostik lain :


Hasil pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinfalmsi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan perubahan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.

X. PENGOBATAN
1. Pengobatan farmakologik
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran napas, terbagi dalam 2 golongan
 Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan Efedrin)
2. Pengobatan non farmakologik
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari factor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisioterapy
 Beri O2 bila perlu
DATA FOKUS

Nama Klien : Tn H
Tempat praktek : Ruangan Kenanga

Data Subjektif :
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk disertai dahak yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir
2. Keluhan ini terjadi saat klien sesak dan batuk sewaktu bangun pagi dan semakin
meningkat ketika beraktifitas
3. Klien mengaku tidak napsu makan

Data Obyektif :
1. Pasien mengeluh sesak napas dan batuk yang disertai dahak yang telah dirasakan
selama 1 minggu terakhir
2. Pasien mengatakan merasa gelisah kaena adanya penumpukan secret
3. Klien terlihat cemas
Pemeriksaan fisik:
Suara napas klien terdengar wheezing
Seputum berwarna putih kental
Tingkat kesadaran : kompos mentis
TTV : RR= 29x/menit bersihan jalan napas tidak efektif bronkopasme dyspnea,
wheezing, batuk seputum RZ203
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
Benda asing dalam Bersihan jalan napas
1 Hari/tgl : senin/15 juni 2020 jalan napas tidak efektif
Jam : 08:00

 Data Subyektif :
1. Pasien mengeluh sesak napas
dan batuk yang disertai dahak
yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir
2. Keluhan ini terjadi saat klien
sesak dan batuk sewaktu
bangun tidur di pagi hari dan
semakin meningkat ketika
beraktivitas
 Data Obyektif :
1. Suara napas klien terdengar
wheezing
2. Resonan pada perkusi dinding
dada
3. Seputum berwarna putih kental
4. TTV : RR= 29x/menit
2 Hari/tgl : senin/15 juni 2020 Ketidakseimbangan Gangguan pertukaran
Jam : 08:00 ventilasi-perfusi gas

 Data Subyektif :
1. Pasien mengeluh sesak napas
dan batuk yang disertai dahak
yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir
2. Keluhan ini terjadi saat klien
sesak dan batuk sewaktu
bangun tidur di pagi hari dan
semakin meningkat ketika
beraktivitas
 Data Obyektif :
1. Retraksi dinding dada
meningkat
2. Suara napas klien terdengar
wheezing
3. Resonan pada perkusi dinding
dada
4. Seputum berwarna putih kental
5. TTV : RR= 29x/menit

3 Hari/tgl : senin/15 juni 2020 Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas


Jam : 08:00 antara suplai dan
kebutuhan oksigen
 Data Subyektif :
1. Pasien mengeluh sesak napas
dan batuk yang disertai dahak
yang telah dirasakan selama 1
minggu terakhir
2. Keluhan ini terjadi saat klien
sesak dan batuk sewaktu
bangun tidur di pagi hari dan
semakin meningkat ketika
beraktivitas
 Data Obyektif :
1. Klien tampak cemas
2. Suara napas klien terdengar
wheezing
3. TTV : RR= 29x/menit
Suhu = 37oC
4 Hari/tgl : senin/15 juni 2020 Ketidakmampuan Perubahan nutrisi kurang
Jam : 08:00 menelan makanan dari kebutuhan tubuh

 Data Subjektif:
1. Pasien mengatakan tidak
napsu makan
2. Intake makanan:
Sebelum sakit : 3x sehari,
makan habis 1 porsi, sayur,
lauk pauk
Selama sakit : 3x sehari
makan habis 3-4 sendok
sayur, lauk pauk
3. Intake cairan :
Sebelum sakit : 5-7 gelas
sehari, air putih
Selama sakit : 3-4 gelas
sehari, air putih
 Data Objektif
1. Makanan pasien tidak habis
2. Pasien tampak tidak napsu
makan
3. Berat badan pasien menurun
FORMAT
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn H Nama Mahasiswa : Fardhani Setyo Wahyudi


Ruang : Kenanga NIM :2030282027
No. MR : 1635718

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan


(SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan napas SLKI : SIKI:
tidak efektif Bersihan jalan napas: Latihan batuk efektif
berhubungan dengan a. Batuk efektif a. Identifikasi
Benda asing dalam jalan meningkat kemampuan batuk
napas b. Produksi seputum b. Monitor adanya retensi
menurun sputum
c. Mengi menurun c. Monitor tanda dan
d. Wizzing menurun gejala infeksi saluran
e. Dyspnea membaik napas
f. Sianosis membaik d. Monitor input dan
g. Gelisah membaik output cairan
h. Frekuensi napas e. Atur posisi semi-fowler
membaik atau fowler
i. Pola napas membaik f. Buang secret pada
tempat sputum
g. Jelaskan tujuan dan
prosedur batuk efektif
h. Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung
selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian keluaran dari
mulut dengan bbibir
mencucu
i. Anjurkan mengulangi
tarik napas dalam
selama 3 kali
j. Anjurkan batuk yang
kuat langsung gsetelah
napas dalam yang ke 3
k. Kolaborasi pemberian
mukolitik atau
ekspektoran jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas SLKI: SIKI:
berhubungan dengan pertukaran gas: Terapi oksigen
Ketidakseimbangan a. Tingkat kesadaran a. Monitor kecepatan
ventilasi-perfusi meningkat aliran oksigen
b. Dyspnea menurun b. Monitor posisi alat
c. Bunyi napas tambahan terapi oksigen
menurun c. Monitor efektifitas
d. Gelisah menurun terapi oksigen ( mis.,
e. Napas cuping hidung oksimetri, analisa gas
nmenurun darah) jika perlu
f. Pola napas membaik d. Bersihkan secret pada
g. Sianosis membaik mulut, hidung dan
h. Takikardia membaik trakea, jika perlu
e. Pertahankan kepatenan
jalan napas
f. Berikan oksigen
tambahan, jika perlu\
g. Ajarkan pasien dan
keluarga cara
menggunakan oksigen
dirumah
h. Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
i. Kolaborasi penggunaan
oksigen saat aktivitas
dan atau tidur
3. Intoleransi aktivitas SLKI : SIKI :
Toleransi aktivitas Terapi aktivitas
berhubungan dengan
Ketidakseimbangan a. Frekuensi nadi a. Identivikasi deficit
meningkat tingkat aktivitas
antara suplai dan
b. Saturasi oksigen b. Identivikasi
kebutuhan oksigen
meningkat kemampuan
c. Keluhan lelah menurun berpartisipasi aktivitas
d. Dyspnea saat aktivitas terntentu
menurun h. Identivikasi makna
e. Dyspnea setelah aktivitas rutin (missal
aktivitas menurun bekerja) dan waktu
f. Perasaan lemah luang
menurun i. Monitor respon
g. Sianosis menurun emosional, fisik, social,
h. Tekanan darah dan sepiritual terhadap
membaik aktivitas
i. Frekuensi napas j. Fasilitasi makna
membaik aktifitas yang dipilih
k. Ajarkan cara
melakukan kativitas
yang dipilih
l. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai

4 Perubahan nutrisi kurang SLKI: SIKI:


Status nutrisi Manajemen nutrisi
dari kebutuhan tubuh
a. Porsi makan yang a. Identifikasi setatus
berhubungan dengan
dihabiskan meningkat nutrisi
Ketidakmampuan b. Kekuatan otot b. Identifikasi alergi dan
mengunyah meningkat intoleransi makanan
menelan makanan
c. Perasaan cepat kenyang c. Identifikasi makanan
menurun yang disukai
d. Berat badan membaik d. Identifikasi kebutuhan
e. Frekuensi makan kalori dan jenis nutrient
membaik e. Monitor asupan
f. Nafsu makan membaik makanan
g. Bising usus membaik f. Monitor berat badan
h. Membrane mukosa g. Monitor hasil
membaik pemeriksaan
labratorium
h. Sajikan makanan yang
menarik dan suhu yang
sesuai
i. Berikan makanan yang
tinggi kalori dan tinggi
protein
j. Anjurkan posisi duduk
jika mampu
k. Ajarkan diet yang
diprogramkan
l. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
m. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
CATATAN PERKEMBANGAN
(catatan perkembangan dibuat setiap hari)

Nama klien : Tn H
Diagnosis medis : Asma Bronchial
Ruang Rawat : Kenanga

No Diagnosis Keperawatan Hari/Tanggal Implementasi Jam Evaluasi Paraf

1 2 3 4 5 6
1 Bersihan jalan napas Selasa 16 juni a. Mengidentifikasi kemampuan batuk 08:00 S:
2020 1. Sesak berkurang
tidak efektif b. Memonitor adanya retensi sputum
08:15 2. Batuk berdahak masih
berhubungan dengan c. Memonitor tanda dan gejala infeksi
ada
08:45
Benda asing dalam jalan saluran napas
O:
napas d. Memonitor input dan output cairan 09:15
e. Mengatur posisi semi-fowler atau fowler 1. Pasien tampak
09 :40 membaik
f. Membuang secret pada tempat sputum
2. Wheezing (+)
10:15
g. Menjelaskan tujuan dan prosedur batuk 3. TTV
efektif 11:00 TD:110/80 mmhg
N: 90x/menit
h. Menganjurkan tarik napas dalam melalui
11:20 S: 36oC
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 RR: 24x/menit
11:40
detik, kemudian keluaran dari mulut
dengan bbibir mencucu 11:50 A: masalah teratasi sebagian
i. Menganjurkan mengulangi tarik napas P: lanjutkan Intervensi
dalam selama 3 kali a,b,e,h,i,j,k
j. Menganjurkan batuk yang kuat langsung
gsetelah napas dalam yang ke 3
k. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
ekspektoran jika perlu

2 Gangguan pertukaran gas Selasa 16 juni a. Memonitor kecepatan aliran oksigen 08:00 S:
2020 1. Pasien mengatakan
berhubungan dengan b. Memonitor posisi alat terapi oksigen
08:15 Sesak berkurang
Ketidakseimbangan c. Memonitor efektifitas terapi oksigen
2. Keadaan membaik
ventilasi-perfusi ( mis., oksimetri, analisa gas darah) jika
08:30 O:
perlu
d. Membersihkan secret pada mulut, 1. Pasien tampak
09:00 membaik
hidung dan trakea, jika perlu
2. Wheezing (+)
09 :30
e. Mempertahankan kepatenan jalan napas 3. TTV
f. memberikan oksigen tambahan, jika 10:00 TD:110/80 mmhg
N: 90x/menit
perlu.
10:30 S: 36oC
g. Mengajarkan pasien dan keluarga cara RR: 24x/menit
10:45
menggunakan oksigen dirumah
A: masalah teratasi sebagian
h. Kolaborasi penentuan dosis oksigen 11:20
P: lanjutkan Intervensi
i. Kolaborasi penggunaan oksigen saat
11:40 a,d,e,h,i
aktivitas dan atau tidur

3 Intoleransi aktivitas Selasa 16 juni a. Mengidentivikasi deficit tingkat aktivitas


S:
2020
b. Mengidentivikasi kemampuan 13:30 1. Pasien mengatakan
berhubungan dengan
berpartisipasi aktivitas terntentu Sesak berkurang
13:45
Ketidakseimbangan 2. Namun merasa msih
c. Mengidentivikasi makna aktivitas rutin
14:30 lemah
antara suplai dan (missal bekerja) dan waktu luang
O:
d. Memonitor respon emosional, fisik, 14:40
kebutuhan oksigen
social, dan sepiritual terhadap aktivitas 1. Pasien tampak lesu
15 :00
2. Wheezing (+)
e. Memfasilitasi makna aktifitas yang
15:10 3. TTV
dipilih TD:110/80 mmhg
f. Mengajarkan cara melakukan kativitas 15:30 N: 90x/menit
yang dipilih S: 37oC
16:15 RR: 24x/menit
g. Menganjurkan terlibat dalam aktivitas
17:20 A: masalah teratasi sebagian
kelompok atau terapi, jika sesuai
P: lanjutkan Intervensi
a,b,d,f,g
4 Perubahan nutrisi kurang Selasa 16 juni a. Mengidentifikasi setatus nutrisi 13:30 S:
2020 1. Pasien mengatakan
b. Mengidentifikasi alergi dan intoleransi
dari kebutuhan tubuh mulai napsu makan
makanan 13:45
2. Namun masih ada rasa
berhubungan dengan
c. Mengidentifikasi makanan yang disukai sedikit mual
Ketidakmampuan d. Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan 14:30
O:
jenis nutrient
menelan makanan e. Memonitor asupan makanan
f. Memonitor berat badan
g. Memonitor hasil pemeriksaan
14:40
labratorium
h. Menyajikan makanan yang menarik dan 1. Makanan habis ¼ porsi
15 :00 2. TTV
suhu yang sesuai TD:110/80 mmhg
i. Memberikan makanan yang tinggi kalori N: 90x/menit
15:10 S: 37oC
dan tinggi protein
RR: 24x/menit
j. Menganjurkan posisi duduk jika mampu
15:30 A: masalah teratasi sebagian
k. Mengajarkan diet yang diprogramkan
l. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum 16:15 P: lanjutkan Intervensi
maka a,c,d,e,h,i,j,l

m. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 17:20


menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan jika perlu

Anda mungkin juga menyukai