Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA

DISUSUN OLEH

BERLIAN PUTRI FATIQAH WIJAYA PRASETYA

B2019013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2021
ASMA
A. PENGERTIAN

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea
dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.( Smeltzer,
2010).
Asma bronkhiale adalah mengi berulang-ulang/ batuk bersistem dalam keadaan di
mana asma yang paling mungkin. (Arief Mansjoer, 2012).
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif (Brunner & Suddart, 2012).

B. ETIOLOGI

Menurut (Wijaya & Putri, 2013) dalam bukunya dijelaskan klasifikasi asma
berdasarkan etiologi adalah sebagai berikut :
1. Asma ekstrinsik/alergiAsma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari bulu
halus, binatang, dan debu.
2. Asma instrinsik/idopatikAsma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas,
tetapi adanya faktor-faktor non spesifik seperti : flu, latihan fisik atau emosi
sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul/timbul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus/ cabang trancheobronkial.
3. Asma campuranAsma yang terjadi/timbul karena adanya komponen ekstrinsik
dan intrinsik.Menurut (Soemantri, 2009. Edisi 2) sampai saat ini etiologi asma
belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang menonjol pada semua penderita
asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat
peka terhadap rangsangan imunologi ataupun non-imunologi.
Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjasi ketika rangsangan
baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya. Penderita asma perlu
mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan atau pencetus yang dapat
menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur, dan tepung sari rerumputan.
2. Iritan seperti asap, bau-bauan, dan polutan.
3. Infeksi saluran nafasterutama yang disebabkan oleh virus.
4. Perubahan cuaca yangekstrem.
5. Kegiatan jasmani yang berlebih.
6. Lingkungan kerja, lainnya.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gangguan klinik: tachicardi, tachipnea, mengi, pernafasan pendek, rasa sesek
di dada, serangan biasanya menghilang dalam waktu 30-60 menit, sputum dalam
bentuk kental dan jumlah banyak, diaphoresis, kelelahan terjadi setelah serangan.
Kontraksi yang kaku dari bronkiolus, penurunan kecepatan ekspirasi, batuk pada
malam hari berlangsung 10-14 hari.

D. PATHWAYS
Zat allergen msuk ked lam tubuh mllui pernapasan, mulut, kontak kulit

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan terhadap allergen

Kontraksi otot polos pernapasan

Bronkospasme

Penyempitan saluran pernapasan produksi sputum berlebih Ketidakefektifan


bersihan jlan
nafas
Hambatan aliran pernapasan gangguan ventilasi

Distraksi ventilasi yg tdk rata


Pola nafas tdk efektif

penurunan sirkulasi,kelemahan,wheezing batuk Gangguan


pola tidur

Cemas Perubahan nutrisi kurang Intoleran


dari kebutuhan aktivitas

imunitas menurun

Risiko tinggi
infeksi
Sumber: (Corwin, 2012) ; (Purnomo, 2012) ; (Arief Mansjoer, 2009).

E. KOMPLIKASI
a. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal nafas
b. Chronic persisten bronchitis
c. Bronchitis
d. Pneumonia
e. Emphysema
f. Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi kontinu yang
lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini mengancam hidup
(Smeltzer & Bare, 2012).

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan farmakologik
1). Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini
adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
2). Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada
orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
3). Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik,
harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason
dipropinate ) dengan disis 800  empat kali semprot tiap hari. Karena
pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat
steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4). Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
5). Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
G. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
Pengobatan non farmakologik
1). Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
2). Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada
pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
3). Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Gas-gas darah arteri (Pa O2 dan Pa CO2 sedikit menurun, umum terjadi di
antara serangan hebat).
2) Pemeriksaan sinar X dada
3) Hiperinflamasi pada serangan
4) Tes kulit
5) Tes fungsi pulmoner
 Volume paru-paru normal atau meningkat
 Penurunan kecepatan aliran, dengan bronkodilator
6) Pemeriksaan SDP dan sputum (Eosinofilia darah dan sputum umum
ditemukan kadar 1% E serum meningkat pada asma ekstrinsik).

I. ASUHAN KEPERAWATAN MENURUT TEORI


A. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
1.      Riwayat kesehatan yang lalu:
a.       Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b.      Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c.       Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2.      Aktivitas
a.     Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.
b.     Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
c.      Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3.      Pernapasan
a.      Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b.      Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
c.      Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu,
melebarkan hidung.
d.      Adanya bunyi napas mengi.
e.       Adanya batuk berulang.
4.      Sirkulasi
a.      Adanya peningkatan tekanan darah.
b.      Adanya peningkatan frekuensi jantung.
c.      Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. Kemerahan
atau berkeringat.
5.      Integritas ego
a.       Ansietas
b.      Ketakutan
c.       Peka rangsangan
d.      Gelisah
6.      Asupan nutrisi
a.       Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
b.      Penurunan berat badan karena anoreksia.
7.      Hubungan sosial
a.       Keterbatasan mobilitas fisik.
b.      Susah bicara atau bicara terbata-bata.
c.       Adanya ketergantungan pada orang lain.
8.      Seksualitas
Penurunan libido
9. Pemeriksaan fisik
a.       Pernapasan : Napas pendek, Wheezing, Retraksi, Takipnea, Batuk kering,
Ronkhi.
b.      Kardiovaskuler : Takikardia
c.       Neurologis : Kelelahan, Ansietas, Sulit tidur.
d.      Muskuloskeletal : Intolerans aktifitas.
e.       Integumen : Sianosis, pucat.
f.        Psikososial : Tidak kooperatif selama perawatan
g.       Kaji status hidrasi : Status membran mukosa, Turgor kulit, output urine.

B. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
4. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
6. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
7. Gangguan pola tidur b.d penyakit yang dirasakan

C. Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC
 Respiratory status : Ventilation
 Respiratory status : Airway patency
 Aspiration Control,
Dengan kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
 Menunjukkan jalan nafas yang paten
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
NIC : Airway Management
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk
 Berikan bronkodilator bila perlu
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC
 Respiratory status : Ventilation
 Respiratory status : Airway patency
 Aspiration Control,
Dengan kriteria hasil :
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,
 Menunjukkan jalan nafas yang paten
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan
nafas
NIC : Airway Management
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk
 Berikan bronkodilator bila perlu
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC :
 Nutritional Status : food and Fluid Intake
 Nutritional Status : nutrient Intake
 Weight control
Dengan Kriteria Hasil :
 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
 Tidk ada tanda tanda malnutrisi
NIC :
Nutrition Management
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
 Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
4. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC :
 Anxiety control
 Coping
 Impulse control
Dengan Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol
cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
 Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC
 Immune Status
 Risk control
Dengan Kriteria Hasil :
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit dalam batas normal
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
NIC :
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
 Batasi pengunjung
 Partahankan teknik aseptic pada pasien yang beresiko
 Berikan perawatan kulit pada area epidema
6. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC :
 Energy conservation
 Activity tolerance
 Self Care : ADLs
Dengan Kriteria Hasil :
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi
dan RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari hari (ADLs) secara mandiri
NIC:
Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam merencanakan progran
terapi yang tepat.
 Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Monitor respon fisik, emoi, social dan spiritual
7. Gangguan pola tidur b.d penyakit yang dirasakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
NOC :
 Perasaan nyaman
 Tidur sesuai kebutuhan
 Kebutuhan istirahat cukup
Dengan Kriteria Hasil :
 Klien mengutarakan merasa segar dan puas
 Istirahat dan tidur cukup
NIC :
Peningkatan kualitas tidur
 Kaji pola tidur klien
 Identifikasi penyebab gangguan tidur
 Jelaskan pentingnya tidur yg adekuat
 Fasilitasi klien untuk tidur yg adekuat

D. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
S : pasien mengatakan sudah tidak batuk
O : pasien sudah tidak batuk dan dahaknya sudah tidak keluar
A: masalah teratasi
P : hentikan intervensi
2. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus
S : pasien mengatakan sudah tidak sesak napas
O : RR pasien 20x/mnt, tidak terpasang nasa kanul O2
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor psikologis dan biologis yang mengurangi pemasukan makanan
S : pasien mengatakan sudah mau makan
O : pasien makan 1 porsi habis
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
4. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi
S : pasien mengatakan sudah tidak cemas
O : raut wajah pasien tidak tampak cemas
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
5. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
S : pasien mengatakan tidak mengalami panas
O : jumlah leukosit normal
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
6. Intoleransi  aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan
antara suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh
S : pasien mengatakan sudah bbtidak lemes lagi
O : pasien terlihat segar, tidak lemas
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
7. Gangguan pola tidur b.d penyakit yang dirasakan
S : pasien mengatakan tidurnya nyenyak
O : pasien terlihat lebih segaran
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart (2012) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Johnson, M., et all. 2009. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New

Jersey: Upper Saddle River

Mansjoer, A dkk. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Purnomo. 2010. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma

Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2010, Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih Bahasa

Kuncara, H.Y, dkk, EGC, Jakarta.


LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S

DENGAN ASMA

DI RUANG ICU RUMAH SAKIT SLAMET RIYADI

DISUSUN OLEH

BERLIAN PUTRI FATIQAH WIJAYA PRASETYA

B2019013

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA

2021

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ICU

n. S KELUHAN UTAMA : PAIN:  Ya ☐ No TRIAGE Alloanam

7 Tahun Pasien mengeluh nyeri QUALITY ☐ Tumpul ☐ ☐  ☐ ☐ Autoana


dada dan sesak nafas tak Tajam ☐ Terbakar
gkajian : Selasa, 21
tertahan dengan saturasi
2021 REGION : Nyeri dirasakan di
oksigen 77%, pasien juga
dada
0 WIB mengatakan batuk kering
sejak satu hari yang lalu SKALA (0-10): 5
: Asma
TIME :  Continuous ☐
Intermittent
INNITIAL ASSESMENT ( PRIMARY SURVEY)
AIRWAY BREATHING CIRCULATION DISABILITY EXPOS

 Spontan jelas ☐ Sesak :  Ya □ ☐ No Nadi :  Teraba ☐ Respon : A ☐V ☐P Hipotermia


i tidak jelas Tak Teraba ☐U No
Cuping Hidung ☐ Ya 
☐ Efektif  Tidak No Irama :  Reguler ☐ Kesadaran Deformitas
☐ Suction Irreguler No
Pursed Lip : ☐Ya  No CM ☐Somnolen
: ☐ Lidah ☐ Denyut : Kuat ☐ ☐Delirium ☐Sopor Hematoma
Pola Nafas : ☐ Teratur 
Muntahan/Darah ☐ Lemah ☐Soporus koma ☐Koma No
Tidak
ing ☐ Lain2
Akral : Hangat ☐ Pupil : Isokor Penetrasi
Irama : ☐ Normal 
fas : ☐ Snoring ☐ Dingin ☐Anisokor No
Cepat ☐ Dalam
☐ Gurgling ☐
Warna kulit : Normal Reflek Cahaya : Laserasi
Retraksi dada : ☐Ya 
☐Pucat ☐Jaundice No
No GCS : E4V5M6
Airway : ☐ OPA ☐
☐ Sianosis Contusio
Lain2 Sianosis :□ Ya R No DS: Keluarga pasien
No
Edema : ☐< 1 cm ☐> mengatakan tidak pingsan
Bunyi Nafas tambahan ☐
1 cm Abrasi ☐
Ya No
en mengatakan batuk Penggunaan otot bantu CRT : < 3 dtk ☐> 3 Edema ☐Y
Nafas ☐Ya No dtk
Nyeri Y

DS : Pasien
DS : Pasien mengatakan DS : Pasien mengatakan mengatakan
merasa sesak napas tidak demam dan tidak dada
menggigil

RR : 28 x/mnt HR : 105 x/mnt Kulit lemba

SpO2 : 77% TD : 154/89 mmHg Turgor kuli

SpO2 : 77%

SECONDARY SURVEY
SIGN SYMPTOM ALLERGY& PAST ILLNESS LAST MEAL
Pasien mengatakan asma MEDICATION Pasien mengatakan Pasienn mengatakan
nya kambuh dan batuk Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat asma terakhir kemarin mal
kering sejak kemarin ada alergi obat serta
makanan dan minuman

PEMERIKSAAN SISTEM TUBUH


BRAIN BLOOD BREATH BOWEL BL
GCS E4V5M6 HR : 105 x/mnt Terpasang NRM 10 lpm, Tidak terpasang Tidak a
TD : 154/89 mmHg irama napas cepat, RR NGT
Akral hangat 28x/menit, SpO2: 77% BB: 75 kg
ketika menggunakan O2
96%
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RONGTEN EKG LAB DARAH MRI
Telah dilakukan foto Telah dilakukan Telah dilakukan Tidak dilakukan Tidak d
rongten pemeriksaan EKG pemeriksaan darah
dengan hasil:
- Hemoglobin 13,6
- Hematokrit 38
- Leukosit 8,26
- Trombosit 226
- GDS 281
- Antigen Negatif
menunjukan hasil
pemeriksaan
swabnya tidak
terpapar Cov-19

TERAPI
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi methylprednisolone 62,5 mg/12 jam
- Injeksi anbacim 1 gr/12 jam
- Injeksi omeprazole 40 mg/12 jam
- Nebulizer ventolin

TTD PERAWA
A. ANALISA DATA

NO HARI/TGL/JAM DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. Selasa, 21 DS: Pola nafas tidak Hambatan
Desember 2021 - Pasien efektif (D.0005) upaya nafas
13.15 WIB mengatakan
sesak nafas
- Pasien
mengatakan
batuk kering
sejak kemarin

DO:
- Wajah pasien
tampak
meringis
menahan
sesak
- Pasien batuk
kering
beberapa kali
- TTV:

N: 105 x/mnt
TD: 154/89 mmHg
RR: 28x/menit
SpO2: 77% ketika
menggunakan O2
96%
2. Selasa, 21 DS: Nyeri akut (D.0077) Agen
Desember 2021 - Klien pencedera
mengatakan
13.15 WIB fisiologis
nyeri dada
ketika
bernapas
Pengkajian nyeri:
P: nyeri ketika
bernapas
Q: nyeri seperti di
tusuk tusuk
R: nyeri terasa di
dada
S: 5
T: terus menerus
DO:
- Pasien
tampak
memegang
dada yang
terasa nyeri
- Pasien
tampak
meringis
kesakitan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO HARI/TGL/JAM DIAGNOSA PRIORITAS


KEPERAWATAN
1. Selasa, 21 Desember Pola nafas tidak efektif b.d Pola nafas tidak efektif b.d
2021 hambatan upaya nafas hambatan upaya nafas
(D.0005) (D.0005)
2. Selasa, 21 Desember Nyeri akut b.d agen
2021 pencedera fisiologis
(D.0077)

C. RENCANA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL TTD


DAN
KRITERIA
HASIL
1. Selasa, 21 Pola nafas Setelah Manajemen jalan Berlian
napas (I.01011)
Desember tidak efektif dilakukan
O:
2021 b.d hambatan tindakan - Monitor pola
13.45 WIB upaya nafas keperawatan napas
- Monitor
(D.0005) 1x24 jam maka
bunyi napas
pola nafas
T:
dapat teratasi
- Posisikan
dengan kriteria semi-fowler
atau fowler
hasil
- Berikan
(L.01004): minum
hangat
1. Dyspnea
- Berikan
dari skala oksigen
dengan NRM
2 (cukup
10 lpm
meningkat E:
- Ajarkan
) ke skala
teknik batuk
4 (cukup efektif
menurun)
K:
2. Frekuensi - Kolaborasi
pemberian
napas dari
nebulizer
skala 2 ventolin
(cukup
memburu
k) ke
skala 4
(cukup
membaik

2. Selasa, 21 Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri 1. Mengiden Berlian


Desember b.d agen dilakukan (I.08238) tifikasi
2021 pencedera tindakan O: nyeri
13.45 WIB fisiologis keperawatan - Identifikasi pasien
(D.0077) 1x24 jam maka lokasi, untuk
nyeri dapat karakteristik, melakuka
teratasi dengan durasi, n
kriteria hasil frekuensi, pengkajia
(L.08066): kualitas, n nyeri
1. Keluhan intensitas 2. Mengontr
nyeri dari nyeri ol
skala 2 - Identifikasi lingkunga
(cukup skala nyeri n agar
meningkat T: tidak ada
) ke skala - Control nyeri
4 (cukup lingkungan tambahan
menurun) yang 3. Memfasili
2. Meringis memperberat tasi
dari skala rasa nyeri istirahat
2 (cukup - Fasilitasi tidur agar
meningkat istirahat tidur nyeri
) ke skala E: berkurang
4 (cukup - Jelaskan
menurun) strategi
meredakan
nyeri
K: -

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON TTD


1. Selasa, 21 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola S: Pasien Berlian
napas
Desember efektif b.d mengatakan
2. Memonitor bunyi
2021 hambatan upaya napas sesak berkurang
3. Memposisikan
14.00 WIB nafas (D.0005) dan tidak sesak
semi-fowler atau
fowler ketika memakai
4. Memberikan
NRM
minum hangat
5. Memberikanerikan O: TTV
oksigen dengan
N: 98 x/mnt
NRM 10 lpm
6. Mengajarkan TD: 145/80
teknik batuk
mmHg
efektif
7. Melakukan RR: 21x/menit
kolaborasi
SpO2: 97%
pemberian
nebulizer ventolin
2. Selasa, 21 Nyeri akut b.d 1. Mengidentifikasi S: Pasien Berlian
Desember agen pencedera lokasi, mengatakan
2021 fisiologis karakteristik, nyeri sudah
14.00 WIB (D.0077) durasi, frekuensi, berkurang
kualitas, intensitas O: Pasien tidak
nyeri tampak
2. Mengidentifikasi meringis
skala nyeri kesakitan
3. Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
4. Memfasilitasi
istirahat tidur
5. Menjelaskan
strategi meredakan
nyeri

E. EVALUASI FORMATIF

NO TGL/JAM DIAGNOSA EVALUASI TTD


1. Rabu, 22 Pola nafas tidak efektif b.d S: Pasien mengatakan sesak Berlian
Desember hambatan upaya nafas nafas berkurang
2021 (D.0005) O: TTV
10.00 WIB N: 98 x/mnt
TD: 145/80 mmHg
RR: 21x/menit
SpO2: 97%
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
dibangsal
2. Rabu, 22 Nyeri akut b.d agen S: Pasien mengatakan nyeri Berlian
Desember pencedera fisiologis berkurang
2021 (D.0077) O: Pasien tampak bernafas
10.00 WIB biasa
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
dibangsal

Anda mungkin juga menyukai