Anda di halaman 1dari 105

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR DAN MEWARNAI


GAMBAR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN PADA
ANAK USIA PRA-SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI RUANG
PERAWATAN ANAK BADAN LAYANAN
UMUM DAERAH RUMAH SAKIT
KONAWE

Oleh :

REYNALDHI ARMAWAN S.
Nim. 17.034

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNAAHA
2020

KARYA TULIS ILMIAH

i
PENERAPAN TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR DAN MEWARNAI
GAMBAR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN PADA
ANAK USIA PRA-SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI RUANG
PERAWATAN ANAK BADAN LAYANAN
UMUM DAERAH RUMAH SAKIT
KONAWE

DiajukanSebagaiSalahSatu SyaratMendapatkanGelarAhliMadya
Keperawatan(A.Md.Kep)Pada Akade mi Keperawatan
Pemerintah Kabupaten Konawe

Oleh :

REYNALDHI ARMAWAN S.
Nim. 17.034

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN KONAWE


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNAAHA
2020

ii
iii
(Hj. YOSIN NGII, SKM.,M.Kes)
NIP. 19710906 199103 2 001

iv
v
vi
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama Lengkap : REYNALDHI ARMAWAN SUPU

Nim : 17.034

Tempat Tanggal Lahir : Parauna, 29April 2000

Jenis Kelamin : Laki- laki

Suku / Bangsa : Tolaki / Indonesia

Agama : Islam

Status : Menikah

Alamat : Kelurahan Parauna, Kec. Anggaberi, Kabupaten


Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara.

B. PENDIDIKAN

SD Negeri 01 Parauna : Tamat Tahun 2011

SMP Negeri 01 Anggaberi : Tamat Tahun 2014

SMA Negeri 02Wawotobi : Tamat Tahun 2017

Akper Pemkab Konawe : Tahun 2017 – Tahun 2020

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Penerapan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk menurunkan

tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 Tahun) di ruang Perawatan AnakBadan

Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe” tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. IbuHj. Yosin Ngii, SKM. M.Kes, sebagai Direktur Akper Pemkab Konawe yang

telah banyak memberikan nasehatdan bimbingan selama masa perkuliahan.

2. Bapak Dr. H. Agus Lahida, MMR, selaku Direktur BLUD Rumah Sakit Konawe

yang telah memberikan izin untuk melakukan proses penelitian.

3. Kepala Ruang Zaal Anak beserta perawat yang telah memberikan izin dan bantuan

dalam proses penelitian.

4. IbuNs. Neni Iriana, S. Kep.,selaku pembimbing Idan Ibu Hj. Heriyati, SKM.,

M.Kes.,selaku pembimbing II yang banyak memberikan arahan dan bimbingan

dalam penyusunan karya tulis ilmiah.

5. Bapak Ns. Alfian, S. Kep. selaku penguji I dan Ibu Ns. Mery Kana, S.

Kep.,M.Kep. selaku penguji II yang telah meluangkan awktunya untuk menghadiri

ujian Karya Tulis Ilmiah dan memberi saran dan kritik demi kesempurnaan

penelitian.

6. Kepada Orangtua Bapak (As riawan, S. Sos.) dan Ibu (Susiyanti), Istri tercinta

(Evha Chandra), Anakku (Ahnan), Saudaraku (Reyvan Supu dan Reyza Putri

viii
Supu),yang senantiasa memberikan bimbingan, pengorbanan, dan bantuan baik

material maupun motivasi serta doa yang tulus bagi penulis.

7. Seluruh Dosen dan Staf Akper Pemkab Konawe terima kasih telah banyak

memberikan bimbingan, ilmu dan dukungan moril sehingga penulis sampai pada

tahap penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

8. Teman-teman se-angkatan 2017 yang penulis tidak dapat menulis satu persatu, yang

telah mengisi hari demi hari baik dalam suka maupun duka.

Akhir kata, penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiahini berguna bagi para

pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Unaaha,26 Agustus 2020

Penulis

ix
PENERAPAN TERAPI BERMAIN MENGGAMBAR DAN MEWARNAI
GAMBAR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN
DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN PADA
ANAK USIA PRA-SEKOLAH (3-6 TAHUN)
DI RUANG PERAWATAN ANAK BLUD
RUMAH SAKIT KONAWE

Reynaldhi Armawan Supu (2020)


Diploma III Keperawatan, Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Konawe
Pembimbing 1 Ns. Neni Iriana, S. Kep.,;Pembimbing 2 Hj. Heriyati, SKM, M. Kes.

ABSTRAK
Kecemasan pada hospitalisasi merupakan keadaan yang umum sering terjadi pada anak
seperti menangis dan takut pada orang baru. Banyaknya stressor yang dialami anak
ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mangganggu
perkembangan anak. Selain itu, lingkungan rumah sakit dapat menjadi salah satu
penyebab stress kecemasan pada anak. Terapi bermain adalah sarana aktivitas bermain
untuk menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan
membantu lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan. Tujuan
penelitian ini adalah diperolehnya gambaran penerapan terapi bermain menggambar dan
mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6
Tahun). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan
studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien dengan masalah keperawatan
cemas, bersedia menjadi responden, pasien dengan tingkat kecemasan sedang sampai
berat, tidak dalam perawatan khusus/penyakit lain dan kooperatif.Analisa penilaian
dikategorikan menjadinormal apabila tingkat kecemasan berada pada kecemasan ringan
(30-59) dan kecemasan normal (0-29). Hasil penelitian yang diperoleh terjadi perubahan
tingkat kecemasan menjadi sedangsetelah diberikan terapi bermain selama 3 hari.
Perawat perlu meningkatkan keterampilan dan penerapan terapi bermain pada pasien
dengan masalah cemas.

Kata Kunci : Gangguan Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan, Terapi Bermain


Menggambar dan Mewarnai Gambar, Cemas.

x
THERAPY APPLICATION OF DRAWING AND COLORINGPICTURE
TO REDUCE ANXIETY LEVELWITH THE INTERFERENCE NEEDS
TO FEEL SAFEPRE-SCHOOL AGE CHILDREN (3-6 YEARS OLD)
IN THE BLUD CAREKONAWE HOSPITAL

Reynaldhi Armawan Supu (2020)


Diploma III of Nursing, Konawe District Government Nursing Academy
Advisor 1 Ns. Neni Iriana, S. Kep., Advisor 2 Hj. Heriyati, SKM, M. Kes.

ABSTRACT
Hospitalization anxiety is a common condition that often occurs in children, such as
crying and being afraid of new people. The number of stressors experienced by children
when undergoing hospitalization has a negative impact that disrupts children's
development. In addition, the hospital environment can be a cause of stress and anxiety
in children. Play therapy is a means of playing activities to stimulate children's
development, support the healing process and help to be more cooperative in treatment
and care programs. The purpose of this study is to obtain an overview of the application
of playing drawing therapy and coloring pictures to reduce the anxiety level of
preschool children (3-6 years).This type of research is descriptive using the case study
approach method. The subjects in this study were patients with anxious nursing
problems. The assessment analysis is categorized as normal if the level of anxiety is
mild anxiety (30-59) and normal anxiety (0-29), willing to be respondents, patients with
moderate to severe anxiety levels, not in special care / other diseases and cooperative.
The results showed that there was a change in the level of anxiety to be mild after being
given play therapy for 3 days. Nurses need to improve skills and the application of play
therapy to patients with anxiety problems.

Keywords : Safety and Security Needs Disorders, Playing Drawing Therapy and
Coloring Pictures, Anxiety.
.

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN …………………………………………........... . i


HALAMAN SAMPUL DALAM …………………………………………........... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ……………………………………. . iii
HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………………. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………........... iii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………….iv
RIWAYAT HIDUP……………………………………………………. ................ v
KATA PENGANTAR …………………………………………………….............vi
ABSTRAK ..................……………………………………………………............. vii
ABSTRACT ................……………………………………………………............. viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. ......... ix
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………....... xi
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………. ......... xiii
DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………… xiv
DAFTAR ISTILAH ……………………………………………………….. ......... xv
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Studi Kasus ....................................................................................... 5
1. Tujuan Umum …………………………………………………………. 5
2. Tujuan Khusus ……………………………………………………….... 5
D. Manfaat Studi Kasus ..................................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis ……………………………………………………….. 5
2. Manfaat Praktis ……………………………………………………… ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………. .. 7
A. Kebutuhan Rasa Aman ……………………………………………………..7
1. Pengertian………………………….........................................................7
2. Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau Keamanan …………..............8
3. Macam- macam Bahaya/kecelakaan ………………………………... .....10
4. Cara Meningkatkan keamanan………………………….. ......................11
5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan
Kenyamanan .............................................................................................11
B. Konsep Kecemasan ……………………………………………………… .. 13
1. Pengertian Kecemasan ………………………….. ..................................13
2. PenyebabKecemasan ………… ...............................................................13
3. StressorPencetus Kecemasan………………………………... ................14
4. Gejala Dan Tanda ………………………….. ..........................................14
5. Rentang ResponKecemasan ………… ....................................................15
6. TingkatKecemasan ………………………………... ...............................18
7. Instrumen Penilaian Kecemasan ………………………….. ...................19
8. Satuan Acara Penyuluhan Pada Terapi Bermain.....................................18
C. Konsep Hospitalisasi ………………………………………….................... 24
1. HospitalisasiPada AnakUsia Prasekolah …………………………...... ...24
2. Stressor PadaAnakyang Dirawatdi RumahSakit ………… .....................25
3. Reaksi AnakUsia PrasekolahTerhadapPenyakit danHospitalisasi...... .....26

xii
4. DampakHospitalisasi pada AnakUsia Prasekolah....................................27
D. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Pada Kecemasan ……….. .... 29
1. Pengkajian ………………………….. .....................................................29
2. Diagnosa ………… ..................................................................................30
3. Intervensi Keperawatan ………………………………... .......................30
4. Implementasi………………………….. ..................................................32
5. Evaluasi………………………….. ..........................................................33
E. Terapi Bermain ……………………........................................................... 35
1. DefinisiTerapiBermain ………………………….. ..................................35
2. TujuanTerapi Bermain ………… ............................................................36
3. Fungsi Bermain di Rumah Sakit ………………………………... ..........36
4. Bermain untukAnakyang Dirawatdi Rumah Sakit………………….......37
5. KeuntunganBermain di Rumah Sakit …………………………..............38
6. PrinsipPermainan pada Anak di Rumah Sakit…………...................... ...39
7. MenggunakanBermain dalam Prosedurdi Rumah Sakit ………… .........40
8. Aktivitas Bermain untukProsedurKhusus …………............................. ..41
9. Terapi Bermain dengan Mewarnai Gambar............................................ .42
BAB III. METODE PENELITIAN ……………………………………………. . 45
A. Desain Studi Kasus........................................................................................ 45
1. Kriteria Inklusi ………………………….. ..............................................45
2. Kriteria Eksklusi …………......................................................................45
B. Subyek Penelitian .......................................................................................... 45
C. Fokus Studi.................................................................................................... 45
D. Definisi Operasional...................................................................................... 46
E. Instrumen Penelitian .……………………………………………………… 46
F. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 46
G. Pengumpulan Data ……………………………………………………….. . 46
1. Metode Pengumpulan Data ………………………….. ...........................46
2. Langkah Pengumpulan Data ………… ..................................................46
H. Analisis dan Penyajian Data ………………………………………………. 47
I. Etika Penelitian …………………………………………………………..... 47
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan) ………………………….. ......47
2. Anonimity (Tanpa Nama) ………… ........................................................48
3. Cofidentiality (Kerahasiaan) ………………………………... ................48
4. Kejujuran …………………... ..................................................................48
5. Nonmalesifience (Terhindar dari Cedera)………………………….. ......48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………...............49
A. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ........................................................... .49
B. Hasil Studi Kasus .......................................................................................... 51
1. Pengkajian Keperawatan …………………………….......... ...................51
2. Pe maparanFokusStudi …………………………………................... ...51
C. Pembahasan …………………………………………………………........... 53
D. Keterbatasan ………………………………………………………….......... 55
BAB V PENUTUP …………………………………………………………........... 57
A. Kesimpulan …………...…………………………………………….............57
B. Saran ……………….….……………………………………………............ 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


2.1 Kecemasan Depression Anxiety Stress Scale (DASS) ……………..... ..20
2.2 Rencana Pelaksanaan ………………………...…….………………......23
2.3 Rencana Keperawatan ……………………...…….………………..... ...30
4.1 Observasi Tingkat Kecemasan Sebelum Dilakukan Terapi
Menggambar dan Mewarnai Gambar..................................................... .52

4.2 TabelEvaluasiTingkat Kecemasan Sesudah


DilakukanIntervensi Keperawatan Dengan Terapi
Mengga mbar dan Mewarnai Gambar ................................................53

4.3 TabelEvaluasiTingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah


DilakukanIntervensi Keperawatan Dengan Terapi
Mengga mbar dan Mewarnai Gambar ................................................53

xiv
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


2.1 Rentan Respon Kecemasan ……………………...…….………………15

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks
1. Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

2. Informed Consent (Persetujuan Menjadi Partisipasi)

3. Instrumen Penilaian Tingkat Kecemasan

4. Hasil Observasi Penilaian Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Terapi


Bermain

5. Satuan Acara Terapi Bermain

6. Surat Pengantar Pengambilan Data Awal dari Akper Pemkab Konawe

7. Surat Pengantar Pengambilan Data Awal dari Rumah Sakit Ke Tempat


Penelitian

8. Surat Izin Penelitian Dari Akper Pemkab Konawe Ke Badan Litbang Kab.
Konawe

9. Surat Izin Penelitian Dari Litbang Kabupaten Konawe

10. Surat Izin Penelitian Dari BLUD Rumah Sakit Konawe

11. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian Dari BLUD RS Konawe

12. Format Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

13. Dokumentasi Penelitian

xvi
DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Arti
BLUD : Badan Layanan Umum Daerah
DASS : Depression Anxiety Stress Scale
Dkk : Dan Kawan-kawan
DPP : Dewan Pengurus Pusat
NIC : Nursing Interventions Cassification
NOC : Nursing Outcomes Cassification
Pemkab : Pemerintah Kabupaten
Pokja : Program Kerja
PPNI : Persatuan Perawat Nasional Indomesia
RS : Rumah Sakit
SDKI : Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
SOAP : Subyek Objektif Assesment Planning
TTL : Tempat Tanggal Lahir

xvii
DAFTAR ISTILAH

Istilah Arti
Adaptif : Mudah menyesuaikan diri dengan keadaan
Agresif : Menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik
secara fisik maupun verbal.
Deskriptif : Gambaran
Destruktif : Sesuatu hal yang bersifat memusnahkan. merusak, atau
menghancurkan
Faktor predisposisi : Faktor resiko
Fleksibel : Lentur, mudah dibengkokkan, luwes, mudah dan cepat
menyesuai.
Gips : Alat imobilisasi eksternal yang kaku yang di cetak
sesuai dengan kontur tubuh tempat gips di pasang
Hiperaktif : Salah satu gangguan perkembangan yang terjadi pada
anak, di mana anak tidak bisa memusatkan perhatian
Hirarki : Suatu susunan hal di mana hal- hal tersebut
dikemukakan sebagai berada di "atas," "bawah," atau
"pada tingkat yang sama" dengan yang lainnya
Hospitalisasi : Suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit
Hubungan Interpersonal : Ikatan kuat diantara dua atau lebih orang.
Imajinasi : Daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan
gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau
pengalaman seseorang secara umum
Insomnia : Gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada
kesempatan untuk itu
Intravena : Metode untuk memberikan cairan obat secara langsung
ke dalam vena
Kateterisasi Urin : Suatu tindakan untuk memasukkan kateter ke dalam
kandung kemih melalui uretra
Konstruktif : Membina, memperbaiki, membangun
Maladaptif : Salah bergaul
Mekanisme koping : Suatu pola untuk menahan ketegangan yang
mengancam dirinya (pertahanan diri/maladaptif) atau
untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
Menginterpretasikan : Proses komunikasi melalui lisan atau gerakan antara dua
atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan
simbol-simbol yang sama, baik secara simultan atau
berurutan
Mutilasi : Aksi yang menyebabkan satu atau beberapa bagian
tubuh tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya
Neuromuscular : Dua system yang tidak dapat di pisahkan dalam
kehidupan sehari- hari , terutama dalam keadaan
olahraga
Patologi : Ilmu pengetahuan bidang bioteknologi mengenai
penyakit secara umum di bidang layanan kesehatan dan
penelitian

xviii
Psikoanalitis : Cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud
dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku
psikologis manusia
Puzzle : Teka-teki atau bongkar pasang
Regresi : Metode analisis statistik yang digunakan untuk melihat
pengaruh antara dua atau lebih variabel.
Rectal : Ujung dari usus besar dekat dubur (anus)
Respon autonom : Respon yang dapat mengatur aktivitas hidupnya sendiri
Saraf otonom : Bagian dari sistem saraf yang mewakili persarafan
motorik dari otot polos, otot jantung dan sel-sel
kelenjar.
Shif : Pergeseran atau penetapan jam kerja (dari jam kerja
pada umumnya) yang terjadi satu kali dalam 24 jam
Superego : Bagian moral atau etis dari kepribadian
Tanda somatic : Adanya mengenai jasad; berkaitan dengan fisik (badan
kasar)
Toodler : Anak usia 12 – 36 bulan (1-3 tahun) pada periode ini
anak berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja
dan bagaimana mengontrol orang lain melalui
kemarahan, penolakan dan tindakan keras kepala
Traksi : Gaya gesek maksimum yang bisa dihasilkan antara dua
permukaan tanpa mengalami slip
Tremor : Suatu gangguan sistem saraf yang menyebabkan
gemetar berirama.

xix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia memiliki kebutuhan yang mendasar yang harus dipenuhi untuk

mencapai kebutuhan tertinggi, dan kebutuhan-kebutuhan ini seperti berupa hirarki yang

pada setiap pemenuhannya akan diikuti pemenuhan kebutuhan lainnya. Kebutuhan itu

diantaranya yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,

kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, serta aktualisasi diri

(Sutanto dan Fitriana, 2017).

Keselamatan dan keamanan dalam konteks secara fisiologis berhubungan dengan

sesuatu yang mengancam tubuh seseorang dan kebutuhannya. Ancaman itu bisa nyata

atau hanya imajinasi, misalnya penyakit, nyeri, cemas dan lain sebagainya(Sutanto dan

Afriana, 2017).Cemas atau ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran

yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap

kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan kemampuan

individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif dan Kusuma, 2015).Cemas dapat

muncul karena adanya ketidaktauan akan proses penyakit serta dampak dari hospitalisasi

khususnya pada anak (Sutanto dan Fitriana, 2017).

Kecemasan pada hospitalisasi merupakan keadaan yang umum sering terjadi pada

anakseperti menangis dan takut pada orang baru. Banyaknya stressor yang dialami anak

ketika menjalani hospitalisasi menimbulkan dampak negatif yang mangganggu

perkembangan anak. Selain itu, lingkungan rumah sakit dapat menjadi salah satu

penyebab stress kecemasan pada anak (Sarti, 2017).

Seperti halnya orang dewasa, anak-anak juga dapat jatuh sakit dan membutuhkan

hospitalisasi untuk diagnosis dan pengobatan penyakitnya. Prevalensi kesakitan anak di

1
Indonesia yang dirawat di Rumah Sakit cukup tinggiyaitu sekitar 35 per 100 anak, yang

ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruangan anak baik di Rumah Sakit pemerintah

ataupun Rumah Sakit swasta rata-rata anak mendapat perawatan selama enam hari.

Selama membutuhkan perawatan yang special dibanding pasien lain. Waktu yang

dibutuhkan untuk merawat anak-anak 20-45 % lebih banyak daripada waktu untuk

merawat orang dewasa (Sarti, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Wright tahun 2008 (dikutip dalam Sarti (2017)

tentang efek hospitalisasi pada prilaku anak menyebutkan bahwa reaksi anak pada

hospitalisasi secara garis besar adalah sedih, takut dan rasa bersalah karena menghadapi

suatu yang belum pernah dialami sebelumnya, rasa tidak aman dan nyaman, perasaan

kehilangan sesuatu dirasakan menyakitkan. Anak usia prasekolah memandang

hospitalisasi sebagai sebuah pengalaman yang menakutkan. Ketika anak menjalani

perawatan di RumahSakit, biasanya ia akan dilarang untuk banyak bergerak dan harus

banyak beristrahat. Hal tersebut akan mengecewakan anak sehingga dapat meningkatkan

kecemasan pada anak.

Hasil penelitian Purwandari (2014) di RSUD Margono Soekardjo Purwokerto

menunjukkan 25 % anak usia prasekolah yang dirawat mengalami cemas tingkat berat,

50 % tingkat sedang dan 20 % tingat ringan.Hasil studi pendahuluan penelitian yang

dilakukan oleh Nadhipati (2018), diketahui bahwa anak mengalami stres dalam masa

perawatan seperti murung, rewel, dan susah tidur. Anak ingin cepat pulang karena bosan

dan takut disuntik, saat diajak berkomunikasi dengan perawat, anak enggan melakukan

kontak mata secara langsung.

Dampak negatif dari efek hospitalisasi sangat berpengaruh terhadap upaya

perawatan dan pengobatan yang sedang dijalani anak. Stres yang dialami anak selama

proses hospitalisasi, dapat memperlambat proses penyembuhan bahkan dapat

2
menimbulkan penyakit baru. Penyembuhan yang lambat disebabkan oleh mekanisme

pertahanan tubuh (sistem imun) terlalu “sibuk” melawan stres sehingga tidak efektif

dalam memperbaiki sel tubuh yang rusak akibat anak mengalami sakit. Akibat

menurunnya kemampuan kerja sistem imun, menjadikannya rentan dan tidak mampu

bertahan terhadap kemunculan penyakit baru (Taylor 1991 dikutip dalam Nadhipati,

2018).

Banyak metode menurunkan stress hospitalisasi pada anak, sa lah satunya adalah

terapi bermain. Terapi bermain adalah sarana aktivitas bermain untuk menstimulasi

perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan membantu lebih kooperatif

dalam program pengobatan serta perawatan. Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat

maupun sakit. Walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan

bermainnya tetap ada(Evism, 2012). Terapi bermain harus disesuaikan tahapan

perkembangan usia. Permainan anak usia prasekolah bersifat asosiatif, dapat

mengembangkan koordinasi, motorik dan memerlukan hubungan dengan teman sebaya,

seperti: menyusun puzzle, game sederhana, musik, bermain peran, mendengarkan cerita,

melihat buku-buku bergambar, menggambar dan mewarnai gambar (Pramono, 2012).

Melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya, dan dapat

memenuhi kebutuhan kesenangannya (Evism, 2012).Dengan menggambar dan mewarnai

gambar, seseorang telah mengeluarkan muatan amigdalannya, yaitu mengekspresikan

rasa sedih, tertekan, stress, menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kembali

merasa bahagia, dan membangkitkan masa- masa indah yang pernah dialami bersama

orang yang dicintai. Ini berarti menggambar bagi anak merupakan suatu cara untuk

berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata, dapat membantu menyalurkan bentuk-

bentuk emosi yang dirasakan anak (Pramono, 2012).Keadaan tersebut akan membantu

dalam mengurangi stress yang dialami anak(Hidayah, 2011).

3
Penelitian oleh Katinawati (2011)tentang “Pengaruh terapi bermain dalam

menurunkan kecemasan pada anak usia Pra Sekolah (3-5 tahun) yang mengalami

hospitalisasi di Rumah Sakit Umum daerah Tugorejo Semarang” menunjukkan hasil

adanya perbedaan kecemasan anak sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain,

dimana sebelum diberikan terapi bermain 80 % kecemasan sedang dan 20 % kecemasan

berat. Setelah diberikan terapi bermain 86,7 % kecemasan ringan dan 13,3 % anak

mengalami kecemasan sedang. Dalam Jurnal penelitian lain yang dilakukan oleh Boyoh

(2018) tentang “Pengaruh terapi bermain mewarnai gambar terhadap tingkat kecemasan

anak usia prasekolah akibat hospitalisasi di ruangan Anak di Rumah Sakit Advent

Bandar Lampung” menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi bermain pada anak usia

prasekolah akibat hospitalisasi.

Dari survey pendahuluan di Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe

di ruang Zaal Anakpada tahun 2019jumlah pasien anak adalah 411 orang. Sedangkan

pada tahun 2020 periode Januari-Februari berjumlah 77 orang (Rekam Medik BLUD

Rumah Sakit Konawe, 2020).

Berdasarkan hal tersebut, makapenulistertarik mengambilkasus ini dengan

judul:Penerapan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk menurunkan

tingkat kecemasan dengan gangguan kebutuhan rasa aman pada Anak Usia Prasekolah

(3-6 Tahun) di ruang Zaal Anak Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah penelitian :

“Bagaimanakah Penerapan Terapi Bermain Menggambar dan Mewarnai Gambar Untuk

Menurunkan Tingkat Kecemasan dengan gangguan kebutuhan rasa aman pada Anak

Usia Prasekolah (3-6 Tahun) di ruang Zaal Anak BLUD Rumah Sakit Konawe ?”.

4
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran penerapan terapi bermain menggambar dan

mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan dengan gangguan

kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak usia prasekolah (3-6 Tahun) di ruang

Zaal AnakBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan gambaran tingkat kecemasan sebelum dilakukan terapi

bermainmenggambar dan mewarnai gambar.

b. Memberikan gambaran tingkat kecemasan setelah dilakukan terapi bermain

menggambar dan mewarnai gambar.

c. Memberikan gambaran perbandingan tingkat kecemasan sebelum dan setelah

dilakukan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan Akper Pemkab Konawe

Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penelitian-penelitian

selanjutnya dan dapat dijadikan literatur kepustakaan serta sebagai

masukan untuk dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk mahasiswa.

b. Bagi BLUD RS Konawe

Memberikan masukan kepada petugas kesehatan rumah

sakit,khususnya kepada perawat agar dapat meningkatkan tindakan mandiri

tentang terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk

menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6 Tahun).

5
2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan mutu keterampilan perawat

dalam menangani pasien anak dengan kecemasan melalui metode

permainan yang disesuaikan dengan perkembangan usianya.

b. Bagi Klien

Mendapatkan pelayanan keperawatan yang baik, memberikan

pengalaman, pengetahuandan kesadaran dalam keterlibatan pelaksanaan

terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk menurunkan

tingkat kecemasan.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kebutuhan Rasa Aman

1. Pengertian

Kebutuhan akan keselamatan dan keamanan adalah kebutuhan untuk

melindungi diri dari berbagai bahaya yang mengancam,baik terhadap fisik

dalam hal adalah ancaman mekani, kimia,termal dan bakteri. Keselamatan dan

keamanan dalam konteks secara fisiologis berhubungan dengan sesuatu yang

mengancam tubuh seseorang dan kehidupannya. Ancaman itu bisa nyata atau

hanya imajinasi, misalnya penyakit, nyeri, cemas dan lain sebagainya. Contoh,

klien kurang menyadari bahaya yang dapat mengancam di rumah sakit atau

tempat pelayanan kesehatan lainnya (Sutanto dan Fitriana, 2017).

Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan

yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah

terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah

dan nyeri)(Christensen, dkk. 2009dikutip dalam Sutanto dan Fitriana, 2017).

Perasaan cemas dan tidak aman juga bisa terjadi akibat ketidaktauan atau

ketidakpastian akan sesuatu. Misalnya, seseorang yang mengalami oprasi

amandel akan merasa cemas dengan pemikiran bahwa operasi itu akan

membahayakan hidupnya (Sutanto dan Fitriana, 2017).

Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah

memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.

Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah

kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini

7
disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang

mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan

timbulnya gejala dan tanda pada pasien. Kenyamanan mesti dipandang secara

holistik yang mencakup empat aspek yaitu(Christensen, dkk. 2009, dikutip

dalam Sutanto dan Fitriana, 2017):

a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

sosial.

c. Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan).

d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna, dan unsur alamiah

lainnya.

2. Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau Keamanan

Menurut Christensen, dkk. 2009 (dikutip dalam Sutanto dan Fitriana,

2017), klasifikasi kebutuhan keselamatan atau keamanan adalah sebagai

berikut :

a. Keselamatan Fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi

atau mengelurkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut

mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada lingkungan.

Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti

infiksi, olehkarena itu bergantung padaprofesional dalam sistempelayann

kesehatan untuk perlindungan.

8
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas

lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya,seorang

perawat mungkin perlu melindungiklien disointasi dari kemungkinan jatuh

dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi.

b. Keselamatan Psikologis

Untuk selamat dan aman secara psikologi, seora ng manusia harus

memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota

keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus

mengethuai apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru,

dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan

beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan

yang tidak dikenal.

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi

kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari

profsional pemberi perawatan kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit

atau acat lebih renta untukterncam kesejahteraan fisik da n

emosinya,sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk

membantu melindungi mereka dari bahaya.

c. Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan

Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang

mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup

klien.

9
d. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen,

kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu yang optimum akan

mempengauhi kemampuan seseorang.

1) Oksigen

Bahaya umum yang ditemukan dirumah adalah sistem pemanasan

yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran yang tidak

mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan

karbondioksida.

2) Kelembaban

Kelembaban akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien,

jika kelembaban relatifnya tinggi maka kelembaban kulit akan

terevaporasi dengan lambat

3) Nutrisi

Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat ata u

benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih

akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.

3. Macam-macam Bahaya/kecelakaan:

Menurut Christensen, dkk. 2009 (dikutip dalam Sutanto dan Fitriana,

2017), macam- macam bahaya/kecelakaan adalah sebagai berikut :

a. Di rumah

b. Di RS : Mikroorganisme

c. Cahaya

d. Kebisingan

e. Cedera

10
f. Kesalahan prosedur

g. Peralatan medik, dll

4. Cara Meningkatkan keamanan

Menurut Christensen, dkk. 2009 (dikutip dalam Sutanto dan Fitriana,

2017), cara meningkatkan keamananantara lain :

a. Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri

b. Menjaga keselamatan pasien yang gelisah

c. Mengunci roda kereta dorong saat berhenti

d. Penghalang sisi tempat tidur

e. Bel yg mudah dijangkau

f. Meja yang mudah dijangkau

g. Kereta dorong ada penghalangnya

h. Kebersihan lantau

i. Prosedur tindakan.

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keamanan dan Kenyamanan

Menurut Christensen, dkk. 2009 (dikutip dalam Sutanto dan Fitriana,

2017), faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan adalah

sebagai berikut :

a. Emosi

Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan.

b. Status Mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran

menurun memudahkan terjadinya resiko injury.

11
c. Gangguan Persepsi Sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yang berbahaya seperti

gangguan penciuman dan penglihatan

d. Keadaan Imunits

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga

mudah terserang penyakit

e. Tingkat Kesadaran

Pada pasien koma, respon akan enurun terhadap rangsangan,

paralisis, disorientasi, dan kurang tidur.

f. Informasi atau Komunikasi

Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca

dapat menimbulkan kecelakaan.

g. Gangguan Tingkat Pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat

diprediksi sebelumnya.

h. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional

Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.

i. Status Nutrisi

Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah

menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap

penyakit tertentu.

j. Usia

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia

anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

12
k. Jenis Kelamin

Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia

anak-anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.

l. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai- nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.

B. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Cemas atau ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar

karena adanya ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respon.

Sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik atau tidak diketahui oleh

individu. Ansietas dapat pula diterjemahkan sebagai suatu perasaan takut akan

terjadinya sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan menrupakan

sinyal disebabkan yang membantu individu untuk bersiap mengambil tindakan

untuk menghadapi ancaman. Adanya tuntutan persaingan, serta bencana yang

terjadi dalam kehidupan dapat membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan

psikologi. Salah satu dampak psikologis yaitu cemas (Sutejo, 2018).

Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

obyek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (Tim

Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

2. PenyebabKecemasan

MenurutTim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), penyebab dari cemas antara

lain :

a. Krisis situasional

13
b. Kebutuhan tidak terpenuhi

c. Krisis maturasional

d. Ancaman terhadap konsep diri

e. Ancaman terhadap kematian

f. Kekhawatiran mengalami kegagalan

g. Disfungsi sitem keluarga

h. Hubungan orang tua – anak tidak memuaskan

i. Fator keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)

j. Penyalahgunaan obat

k. Terpapar bahaya lingkungan (misalnya toksin, polutan, dan lain- lain)

l. Kurang terpapar informasi.

3. StressorPencetus Kecemasan

Stressor pencetus kecemasan dapat berasal dari sumber internal atau

eksternal. Stressor pencetus dapat dikelompokan dalam dua kategori yaitu:(1)

ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisisologis yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan

sehari- hari, dan (2) ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

identitas, harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu (Stuart,

2006 dikutip dalam Sarti, 2017).

4. Gejala Dan Tanda

MenurutTim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), gejala dan tanda dari cemas

antara lain :

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Subyektif : merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat dar i

kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi.

14
2) Obyektif : tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur.

b. Gejala dan tanda minor

1) Subyektif : mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi dan merasa tidak

berdaya.

2) Obyektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat,

tekanan darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara

bergetar, kontak mata buruk, sering berkemih dan berorientasi pada

masa lalu.

5. Rentang ResponKecemasan

Menurut Sutejo (2018), seseorang yang mengalami kecemasan memiliki

rentang respon dan tingkatan yang berbeda-beda. Ada empat tingkat kecemasan

yang dialami individu, yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan

berat,serta panik.

Rentang Respon Kecemasan

Respon adaptif Respon maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar2.1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart2013 dikutip dalam


Sute jo, 2018)

a. Cemas ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dan waspada.

Manisfestasi yang muncul pada ansietas ringan, antara lain:

1) Respon fisiologis : sesekali nafas pendek, mampu menerima rangsang

yang pendek, muka berkerut dan bibir bergetar.

2) Respon kognitif : koping persepsi luas, mampu menerima

15
rangsang yang kompleks, konsentrasi pada masalah,dan

menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang,tremor halus

pada lengan, dan suara kadang meninggi.

b. Cemas sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dengan mengesampingkan yang lain perhatian selektif dan

mampu melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi yang muncul

pada kecemasan sedang antara lain:

1) Respon fisiologi : sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

mulut kering,diare atau konstipasi, tidak nafsu makan, mual, dan

berkeringat setempat.

2) Respon kognitif : respon pandang menyempit, rangsangan luas

mampu diterima,berfokus pada apa yang menjadi perhatian dan

bingung.

3) Respon perilaku dan emosi : bicara banyak, lebih cepat, susah tidur

dan tidak aman.

c. Cemas berat

Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terincidan spesifik dan tidak dapat berfikir tantang hal lain.Orang

tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada

suatu area lain. Manifestasi yang muncul pada kecemasan berat antara

lain:

1) Respon fisiologis : napas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, dan ketegangan.

16
2) Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, dan tidak mampu

menyelesaikan masalah.

3) Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat,

verbalisasi cepat,dan menarik diri dari hubungan interpersonal.

d. Panik

Tingkat panic berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.

Panik melibatkan disorganisasi kepribadian, terjadi peningkatan

aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Manifestasi yang muncul terdiri dari :

1) Respon fisiologis : napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi,sakit

dada,pucat,hipotensi,dan koordinasi motorik rendah.

2) Lapang kognitif : lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat

berfikir logis.

3) Respon perilaku dan emosi : mengamuk-amuk dan marah- marah,

ketakutan, berteriak- teriak, menarik diri dari hubungan

interpersonal, kehilangan kendali atau kontrol diri dan persepsi

kacau.

Rentang respon kecemasan dapat dikonseptualisasikan dalam rentang

respon adaptif sampai maladaptif. Reaksi terhadap kecemasan dapa tbersifat

konstruktifdandestruktif. Konstruktifadalah motivasiseseoranguntukbelajar

memahami terhadap perubahan-perubahan terutama perubahan terhadap

perasaan tidak nyaman dan berfokus pada kelangsungan hidup. Sedangkan

reaksi destruktif adalah reaksi yang dapat menimbulkan tingkah laku

maladaptif serta disfungsi yangmenyangkut kecemasan berat atau panik.

17
6. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan ada empat yaitu:ringan, sedang,berat dan panik

(Kaplan&Saddock, 2010 dikutip dalam Sarti, 2017), yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari- hari dan menyebabkan orang menjadi waspada dan meningkat lahan

persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan

pertumbuhan dan kreativitas. Kecemasan ringan dapat menghasilkan gejala-

gejala fisiologis seperti gemetar,tegang dan gelisah. Sedangkan gejala

emosinal yang ada adalah tidak ada perasaan yang takut, konsep diri tidak

terancam,menggunakan mekanisme koping yang minimal dan fleksibel,

tingkah laku sesuai dengan situasi.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memiliki gejala fisiologis yaitu beberapa gejala

yang tidak normal dapat ditemukan, persepsi panjang menyempit, respon

muncul secara langsung (dapat merespon terhadap perintah),masih dapat

memecahkan masalah secara efektif dan merespon langsung serta perlu

support dan perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak

menambah kecemasan. Kecemasan sedang secara emosional menimbulkan

tingkah laku tidak sadar,mudah tersinggung,mudah lupa, banyak

pertimbangan, menangis dan marah, menggunakan berbagai macam

mekanisme koping untuk mengatasi kecemasannya.

c. Kecemasan Berat

Secara fisiologis,kecemasan berat menyebabkan terjadinya perubahan

terhadap tingkat rasa takut yang dapat berkembang menjadi

18
ketakutan.Secara kognitif dapat terjadi wawasan persepsi menyempit, tidak

perhatian terhadap sesuatu, pemecahan masalah yang digunakan tidak

efektif, perlu pengarahan berulang, tidak mampu mengikuti atau mengingat

sesuatu. Tidak mampu membuat perencanaan dan keputusan.Secara

emosional kecemasan berat mengakibatkan hal- hal yang tidak semestinya

yaitu konsep diri terancam, merasa tidak berguna, mencakup tingkah laku

yang tidak sesuai, banyak menggunakan mekanisme koping,

disorientasi,bingung, mungkinterjadi halusinasi.

d. Panik

Panik menimbulkan perubahan tingkah laku secarafisiologisdan

kognitif. Secara fisiologis beberapa tingkat kelelahan mungkin sudah

tidak mampu dikenali. Sedangkan secara kognitif, kemampuan sensoris dan

perhatian berkurang sehingga hanya objek kecemasan yang

diperhatikan,mekanisme koping yang tidak efektif, tingkah laku terfokus

pada bantuan, mungkin menjerit ,menangis,berdoa atau memukul orang lain

atau diri sendiri,tidak dapat berkonsentrasi. Tidak dapat belajarmemecahkan

masalah, membuat keputusan dan membuat tujuan yang realistis,tidak dapat

berespon terhadap perintah dan dapat menjadi psikosis.

7. Instrumen Penilaian Kecemasan

Untuk menilai kecemasan maka instrument yang digunakan adalah

Kecemasan Depression Anxiety Stress Scale (DASS), yang terdiri dari 43 item

penilaian. Setiap item penilaian terdiri dari 4 kolom skor yaitu 0, 1, 2 dan 3. Skor

0: tak ada atau tidak pernah, skor 1: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu /

kadang- kadang, skor 2: sering, dan skor 3: sangat sesuai dengan yang dialami,

atau hampir setiap saat. Adapun tabel Kecemasan Depression Anxiety Stress

19
Scale (DASS) dapat dilihat sebagai berikut :

Keterangan :

0: tak ada atau tidak pernah

1: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang- kadang

2: sering

3: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Tabel 2.1 Kecemasan Depression Anxiety Stress Scale (DASS) (Nursalam,


2011)
No. Aspek penilaian Skor
0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal sepele
2. Mulut terasa kering
3. Tidak dapat melihat hal yang positif suatu kejadian
4. Merasakan gangguan dalam bernafas
5. Merasa tidak kuat lagi melakukan suatu kegiatan
6. Cenderung bereaksi berleb ihan pada situasi
7. Kelemahan pada anggota tubuh
8. Kesulitan untuk relaksasi / bersantai
9. Cemas yang berlebihan dalam situasi namun bisa lega jika hal /
situasi itu berakh ir
10. Pesimis
11. Mudah merasa kesal
12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
13. Merasa sedih dan depresi
14. Tidak sabaran
15. Kelelahan
16. Kehilangan minat pada banyak hal misalnya makan
17. Merasa diri t idak layak
18. Mudah tersinggung
19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat)
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21. Merasa hidup tidak bahagia
22. Sulit untuk beristirahat
23. Kesulitan untuk menelan
24. Tidak dapat menikmat i hal-hal yang saya lakukan
25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi o leh
latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa
27. Mudah marah
28. Mudah panik
29. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu mengganggu
30. Takut terhambat oleh tugas -tugas yang tidak bisa dilaku kan
31. Sulit untuk antusias pada suatu hal
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang
dilakukan
33. Berada pada keadaaan tegang
34. Merasa tidak berharga
35. Tidak dapat memaklu mi hal apapun yang menghalangi anda
untuk menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan
36. Ketakutan

20
37. Tidak ada harapan untuk masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti
39. Mudah gelisah
40. Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi panik
41. Gemetar
42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Skor penilaian kecemasan berdasarkan DASS :

Normal : 0 - 29

Kecemasan ringan : 30 - 59

Kecemasan sedang : 60 - 89

Kecemasan berat : 90 – 119

Sangat berat : > 120

8. Satuan Acara Penyuluhan Pada Terapi Bermain

Menurut Adriana (2015), satuan acara penyuluhan yang digunakan dalam

terapi bermain adalah sebagai berikut :

Topik : Terapi Bermain

Sub Topik : Menggambar dan Mewarnai Gambar

Hari/Tanggal : Juni 2020

Waktu : 10.00 – 10.40 (40 menit)

Tempat : Ruang Zaal Anak BLUD RS Konawe

Sasaran : Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)

Pertemuan : Pertama-Ketiga

Nama Penyuluh : Reinaldi

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit anak diharapkan bisa

merasa tenang selama perawatan di Rumah Sakit dan tidak takut lagi

terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama dirawat di

Rumah Sakit.

21
b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain menggambar dan mewarnai hambar Alat

Transportasi selama kurang lebih 40 menit diharapkan tingkat kecemasan

anak usia 3-6 tahun dapat berkurang.

1) Bisa merasa tenang selama dirawat

2) Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan petugas kesehatan

(dokter atau perawat)

3) Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat

4) Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan

5) Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi

6) Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembanan yan normal

7) Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak terhadap

suatu permainan

8) Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang

tepat

9) Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit

10) Menurunkan tingkat kecemasan

11) Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti di rumah

sebagai alat komunikasi antara perawat klien.

c. Metode Kegiatan

1) Ceramah

2) Diskusi/Tanya Jawab

3) Demonstrasi

d. Media

1) Sarana : Ruangan tempat bermain

22
2) Media

a) Mejabelajar

b) Bukugambar

c) Pensil / bolpoint

d) Pensil warna/ crayon

e. Rencana Pelaksanaan
Tabel 2.2 Rencana Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


1. 5 men it Pembukaan :
a. Perawat membu kakeg iatan dan mengucapkan Menjawab
salam salam,
b. Perawat memperkenalkan d iri mendengarkan
c. Perawat men jelaskan tujuan dan peraturan dan
kegiatan memeperhatikan
d. Perawat men jelaskan med iayang akan
dijadikan mediapermainan
e. Kontrak waktu
2. 25 menit Pelaksanaan :
a. Perawat mengaturposisi klien Berpindah
b. Perawat membag ikan buku gambar, Pensil / posisi
bolpoint, crayon/ pensil warnakepadaklien Menerimakertas
c. Perawat mengajak dan memotivasi klien dan pensil
(anak)untuk mengungkapkan warna
gambaryangdiinginkanpadabuku gambar
d. Memu lai mewarnai gambar dengan
didamp ingi oleh perawat Klien
e. Perawat member semanat pada anak selama menggambaralat
proses mewarnai Transportasi
f. Perawat memotivasi anak untuk dapat
memilih warna yang disukainya
g. Apabila anak tidak mau aktif, melibatkan Klien mewarnai
oran tua atau pendamping anak untuk gambar alat
membantu anak mewarnai gambar yang telah transportasi
diberikan.
3. 5 men it Evaluasi :
a. Menanyakan tentan perasaan anak setelah Menjawab
diberi terapi bermain menggambar dan pertanyaan
mewarnai gambar alat transportasi

3. 5 men it Penutup :
a. perawat menutup acara permainan dengan Memperhatikan
memberikan reward kepada klien
b. mengucapkan terima kasih dan salam Menjawab
salam

23
C. Hospitalisasi Pada Anak

1. Hospitalisasi Pada AnakUsia Prasekolah

Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun.

Anak usia prasekolah sebagian besar sudah dapat mengerti bahasa yang

sedemikian kompleks (Sarti,2017).Selain itu, kelompok umur ini juga

mempunyai kebutuhan khusus misalnya, menyempurnakan banyak

keterampilan yang telah diperolehnya. Pada usia ini, anak membutuhkan

lingkungan yang nyaman untuk proses tumbuh kembangnya. Biasanya anak

mempunyai lingkungan bermain dan teman sepermainan yang menyenangkan.

Anak belum mampu membangun suatu gambaran mental terhadap pengalaman

kehidupan sebelumnyas ehingga dengan demikian harus menciptakan

pengalamannya sendiri (Sarti, 2017).

Bagi anak usia prasekolah, sakit adalah sesuatu yang menakutkan.

Selain itu, perawatan di rumah sakit dapat menimbulkan cemas karena anak

merasa kehilangan lingkungan yang dirasakan nyaaman,penuh kasih sayang,dan

menyenangkan.Anak juga harus meninggalkan lingkungan rumah, permainan,

dan teman bermainannya. Hal tersebut membuat anak menjadi stress atau

tertekan.Sebagai akibatnya, anak merasa gugup dan tidak tenang,bahkan pada

saat menjelang tidur (Sarti, 2017).

Anak yang mengalami kecemasan akan memunculkan respon fisologis,

seperti perubahan pada sistem kardiovaskuler, perubahan pola nafas yang

semakin cepat atau terengah-engah. Selain itu, dapat pula terjadi perubahan

pada sistem pencernaan dan neuromuscular seperti nafsu makan

menurun,gugup,tremor, hingga pusing daninsomnia.Kulit mengeluarkan

keringat dingin dan wajah menjadi kemerahan (Sarti, 2017).

24
Selain respon fisiologis,biasanya anak jugaakan menampakkan respon

perilaku, seperti gelisah, ketegangan fisik, tremoratau gemetar, reaksi kaget,

bicara cepat, menghindar, hingga menarik diri dari hubungan interpersonal.

Respon kognitif yang mungkin muncul adalah perhatian terganggu,pelupa,salah

dalam memberikan penilaian,hambatan berpikir, tidak mampu berkonsentrasi,

dan ketakutan.Sedangkan respon afektif yang biasa muncul adalah tidak sabar,

tegang, dan waspada (Stuart &Sundeen, 2006 dikutip dalam Sarti, 2017).

2. Stressor Pada Anak yang Dirawat di Rumah Sakit

Stressor atau pemicu timbulnya stress pada anak yang dirawat dirumah

sakit dapat berupa perubahan yang bersifatfisik,psiko-sosial, spiritual maupun

perubahan fisiologis yang tampak melalui tanda dan gejala yang dialami anaks

aat sakit. Adanya perlukaan dan rasa nyeri membuat anak terganggu. Perubahan

lingkungan fisik ruangan seperti fasilitas tempat tidur yang sempit dan kurang

nyaman, tingkat kebersihan kurang,dan pencahayaan yang terlalu terang atau

terlalu redup. Selain itu suara yang gaduh dapat membuat anak merasa

terganggu atau bahkan menjadi ketakutan. Keadaan dan warna dinding maupun

tirai dapat membuat anak marasa kurang nyaman. Perubahan lingkungan fisik

selama dirawat dirumah sakit dapat membuat anak merasa asing. Hal

tersebutakan menjadikan anak merasa tidak aman dan tidak nyaman (Keliat,

2005 dikutip dalam Sarti, 2017).

Perubahan lingkungan psiko-sosial. Sebagai akibatnya,anak akan

merasakan tekanan dan mengalami kecemasan,baik kecemasan yang bersifat

ringan,sedang,berat,hingga panik. Pada saat anak menjalani masa perawatan,

anak harus berpisah dari lingkungannya serta orang-orang yang terdekat

dengannya. Anak biasanya memiliki hubungan yang sangat dekat dengan

25
ibunya, akibatnya perpisahan dengan ibu akan meninggalkan rasa kehilangan

pada anak, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan perasaan tidak aman dan

rasa cemas (Nursalam, dkk 2005 dikutip dalam Sarti, 2017).

Kecemasan yang timbul baik akibat perubahan fisik maupun psiko-

sosial pada anak yang dirawat dirumah sakit membuat anak merasa tidak

nyaman dan tertekan. Kondisi tersebut akan menimbulkan stress pada anak

selama masa perawatan di rumah sakit dan sering dikenal dengan stress

hospitalisasi (Sarti, 2017).

3. Reaksi Anak Usia PrasekolahTerhadap Penyakit dan Hos pitalisasi

Reaksi anak terhadap sakit dan rawat inap dirumah sakit berbeda pada

masing- masing anak.Menurut Adriana (2015),reaksi anak prasekolah terhadap

hospitalisasi yaitu:

1) Mekanisme pertahanan adalah regresi. Anak akan bereaksi terhadap

perpisahan dengan regresi dan menolak untuk bekerjasama.

2) Merasa kehilangan Kendali akibat kehilangan control terhadap diri mereka

sendiri.

3) Takut terhadap cedera tubuh dan nyeri,mengarah kepada rasa takut terhadap

mutilasi dan prosedur yang menyakitkan.

4) Menginterpretasikan hospitalisasi sebagai hukuman dan perpisahan dengan

orangtua sebagai kehilangan kasih sayang.

5) Keterbatasan pengetahuan mengenai tubuh meningkatkan rasa takut yang

khas, misalnya membuat jalur intravena dan prosedur pengambilan darah

akan menyebabkan bagian dalam tubuhnya bocor.

Adapun reaksi anak usia prasekolah terhadap penyakit menurut

Adriana(2015)yaitu:

26
1) Anak usia prasekolah merasa fenomena nyata yang tidak berhubungan

sebagai penyebab penyakit.

2) Cara berfikir magis menyebabkan anak memandang penyakit sebagai suatu

hukuman.Selain itu,anak usia prasekolah mengalami konflik psikososial

dan takut terhadap mutilasi, menyebabkan anak terutama takut terhadap

pengukuran suhu rectal dan kateterisasi urin.

Reaksi anak usia prasekolah terhadap perpisahan adalah kecemasan karena

berpisah dengan lingkungan yang nyaman,penuh kasih sayang, lingkungan

bermain, permainan, danteman bermain. Reaksi kehilangan kontrol anak merasa

takut dan khawatir serta mengalami kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan

tubuh dan nyeri dengan menggigit bibir dan memegang sesuatu yang erat.

Biasanya anak akan melontarkan beberapa pertanyaan karena bingung dan anak

tidak mengetahui keadaan di sekelilingnya.Selain itu, anak juga akan menangis,

bingung, khususnya bila keluar darah atau mengalami nyeri pada anggota

tubuhnya.Ditambah lagi, beberapa prosedur medis dapat membuat anak

semakin takut, cemas, dan stress (Wong, 2004 dikutip dalam Sarti, 2017).

4. Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah

Anak yang dirawat dirumah sakit memiliki dampak hospitalisasi yang

berbeda-beda, pada anak usia prasekolah dampak hospitalisasi yang terjadi yaitu

stress,gangguan gaya hidup, cemas, takut, rasa bersalah, perasaan kehilangan,

kehilangan control dan adanya trauma.Perasaan tersebut dapat timbul karena

anak menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah dialami sebelumnya,rasa

tidak aman dan nyaman,perasaan kehilangan sesuatu yang biasa dialaminya dan

sesuatu yang dirasakan menyakitkan.Sehingga dari dampak tersebut akan

mengakibatkan krisis pada anak (Supartini,2004 dikutip dalam Sarti, 2017).

27
Krisis utama yang tampak pada anak pada saat dirawat dirumah sakit

yaitu karena anak stress akibat perubahan baik pada status kesehatannya

maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari- hari,dan anak mempunyai

sejumlah keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah

maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan (Nursalam, dkk2005 dikutip

dalam Sarti, 2017).Akibatdari hospitalisasi akan berbeda-beda pada anak, ada

yang bersifat individual dan sangat tergantung pada tahapan perkembangan

anak.

Akibat perpisahan anak akan memberikan respon berupa perubahan

perilaku. Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi menjadi tiga

tahap,yaitu tahap protes (phaseofprotest), tahap putusasa (phaseofdespair),dan

tahap menolak (phaseof denial)(Nursalam, dkk 2005 dikutip dalam Sarti, 2017).

1) Pada tahap protes, reaksi anak dimanifestasikan dengan menangis kuat-kuat,

menjerit,memanggil orangtuanya atau menggunakan tingkahlaku agresif

agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta

menolak perhatian orang asing atau oranglain.

2) Tahap putus asa menampilkan perilaku anak yang cenderung tampak

tenang, tidak aktif, menarik diri, menangis berkurang, kurang minat untuk

bermain, tidak nafsu makan, sedih,dan apatis.

3) Tahap berikutnya adalah tahap menolak dimana anak samar-samar

menerima perpisahan,membina hubungan dangkal dengan orang lains erta

terlihat menyukai lingkungan.Anak mulai kelihatan gembira. Fase ini

biasanya terjadi setelah anak berpisah lama dengan orangtua.

Selain akibat perpisahan,anak juga mengalami cemas akibat

kehilangan kendali atas dirinya.Akibatnya yaitu anak akan kehilangan

28
kebebasan dalam mengembangkan otonominya.Anak akan bereaksi negatif

terhadap ketergantungan yang dialaminya,terutam aanak akan menjadi

cepat marah danagresif (Nursalam, dkk 2005 dikutip dalam Sarti,

2017).Kecemasan yang muncul merupakan respon emosional terhadap

penilaian sesuatu yang berbahaya,berkaitan dengan perasaan tidak pasti

dan tidak berdaya(Stuart & Sundeen, 2006 dikutip dalam Sarti, 2017).

D. Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Dengan Masalah


Cemas

1. Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku

melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap

kecemasan. Menurut Stuart dan Sundeen 1995 (dikutip dalam Herwita (2016),

data fokus yang perlu dikaji pada klien yang mengalami ansietas adalah

sebagai berikut :

a. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan

fisiologis dan perilaku yang secara tidak langunsg melalui timbulnya

gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas.

b. Faktor predisposisi

c. Faktor presipitasi

d. Sumber koping

e. Mekanisme koping

2. Diagnosa

Diagnosa keperawatan yang umumnya muncul pada gangguan kebutuhan

rasa aman adalah ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan(PPNI, 2014).

29
3. Inte rvensi Keperawatan

Tabel 2.3 Rencana Keperawatan (Nurarif dan Kusuma, 2015)


Tujuan dan
No Diagnosa Keperawatan Intervensi
Kriteri a Hasil
1. Ansietas NOC NIC
Definisi : 1. Anxiety Level Anxiety Reduction
Perasaan tidak nyaman atau 2. Social Axiety (penurunan kecemasan)
kekhawat iran yang samar level 1. Guna kan pendekatan
disertai respon autonom Kriteri a Hasil : yang menenangkan
(sumber seringkali tidak 1. Klien mampu 2. Nyatakan dengan jelas
spesifik atau tidak diketahui mengidentifika harapan terhadap pelaku
oleh indifidu); perasaan takut si dan pasien
yang disebabkan oleh mengungkapka 3. Jelaskan semua prosedur
antisipasi terhadap bahaya. n gejala cemas dan apa yang dirasakan
Hal ini merupakan isyarat 2. Mengidentifika selama prosedur
kewaspadaan yang si dan 4. Pahami prefektif pasien
memperingati individu akan mengungkapka terhadap situasi stress
adanya bahaya dan n serta 5. Teman i pasien untuk
kemampuan individu untuk menunujukan memberikan keamanan
bertindak menghadapi teknik untuk dan mengurangi takut
ancaman. mengontrol 6. Lakukan Back/ Neck rub
cemas 7. Dengarkan dengan penuh
Batasan Karakteristik 3. Vital sign perhatian
Perilaku: dalam 8. Identifikasi tingkat
1. Penurununan produkvitas mengontrol kecemasan
2. Gerakan yang irelevan cemas 9. Bantu pasien mengenal
3. Gelisah 4. Postur tubuh, situasi yang menimbulkan
4. Melihat sepintas expresi wajah kecemasan
5. Insomnia dan tingkat 10. dorong pasien untuk
6. Kontak mata yang buruk aktifitas mengungkapkan
7. Mengekspresikan menunjukan perasaan, ketkutan dan
kekh watiran karena berkurangnya persepsi
perubahan dalam kecemasan. 11. Instruksikan pasien
peristiwa h idup menggunakan teknik
8. Agitasi relaxasi
9. Mengintai Relaxation Therapy
10. Tampak waspada 12. Jelaskan alasan untuk
mengenal relaxasi dan
Afektif: manfaat, batas dan jenis
1. Gelisah, Distres relaksasi yang tersedia
2. Kesedihan yang 13. Menciptakan lingkungan
mendalam yang tenang, dengan
3. Ketakutan cahaya redup dan suhu
4. Perasaan tidak Adekuat sentyaman mungkin
5. Berfokus pada diri sendiri
6. Peningkatan
ketidakberdayaan yang
persisten
7. Bingung
8. Menyesal
9. Ragu atau Tidak Percaya
diri
10. Khawatir

Fisiologis:
1. Wajah tegang
2. Peningkatan keringat
3. Peningkatan ketegangan

30
4. Suara bergetar,
5. Gemetar

Faktor yang berhubungan:


1. Perubahan dalam status
ekonomi, lingkungan,
status kesehatan, pola
interaksi, fungsi peran,
status peran.
2. Pemajanan Toksik
3. Terkait keluarga
4. Herediter
5. Penularan penyakit
interpersonal
6. Krisis maturasi
7. Stres ancaman kematian
8. Ancaman pada status
ekonomi, pola interaksi,
fungsi peran, status peran
dan konsep diri

4. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan(Setiadi, 2012).

Tujuan implementasi adalah melakukan membantu atau mengarahkan

kinerja aktifitas kehidupan sehari- hari, memberikan arahan keperawatan untuk

mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mencatat serta melakukan

pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan yang

berkelanjutan dari klien (Setiadi, 2012).

a. Macam- macam Implementasi:

1) Intervensi Keperawatan Independen :

Tindakan yang dilakukan perawat (nurse initiated

intervention). Tindakan ini tidak membutuhkan arahan dari

profesional kesehatan lainnya, seperti memberikan perawatan diri,

mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang terapeutik,

memberikan dorongan motivasi dan lain- lain.

2) Intervensi Keperawatan Dependen :

31
Tindakan yang membutuhkan arahan dari dokter atau

profesional kesehatan lainnya. Tindakan ini didasarkan pada respon

dokter atau tenaga kesehatan untuk menangani suatu diagnosis

medis, seperti pemberian nutrisi pada klien sesuai dengan diit yang

telah dibuat oleh ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai

dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

3) Intervensi Keperawatan Kolaboratif :

Tindakan yang membutuhkan gabungan pengetahuan,

keterampilan, dan keahlian berbagai profesional layanan kesehatan,

seperti pemberian obat-obatan sesuai dengan intruksi dokter. Jadi

jenis, dosis dan efek samping menjadi tanggung jawab dokter,

tetapi pemberian obat sampai atau tidak menjadi tanggung jawab

perawat.

5. Evaluasi

Menurut Asmadi (2015), tahap akhir dari proses keperawatan yang

merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang

teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan.

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan

terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,

dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga,

dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan mungukur keberhasilan

dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam

memenuhi kebutuhan klien.

a. Macam- macam Evaluasi

32
Macam- macam evaluasi menurut Asmadi (2015), adalah sebagai

berikut :

1) Evaluasi formatif

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan

hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera

setelah perawat mengimplementasikan rencana keperawatan guna

menilai keefektifan tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan.

Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang

dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan

klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan

data denagn teori), dan perencanaan.

2) Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah

semua aktivitas proses keperawatan seelsai dilakukan. Evalusi

sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan

keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan

pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir

layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan

keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Ada tiga

kemungkinan hasil evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan

keperawatan.

a) Tujuan tercapai jika klien menunjukkan perubahan sesuai

dengan standar yang telah ditentukan.

33
b) Tujuan tercapai sebagian atau klien masih dalam proses

pencapaian tujuan jika klien menunjukkan perubahan pada

sebagian kriteria yang telah ditetapkan.

c) Tujuan tidak tercapai jika klien hanya menunjukkan sedikit

perubahan dan tidak ada kemajauan sama sekali serta dapat

timbul masalah baru.

C. Terapi Bermain

1. DefinisiTerapiBermain

Terapi merupakan penerapan sistematis dari sekumpulan prinsip belajar

terhadap suatu kondisi atau tingkah laku yang dianggap menyimpang,dengan

tujuan melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud bias berarti

menghilangkan, mengurangi, meningkatkan,atau memodifikasi suatu kondisi

atau tingkah laku tertentu. Secara umum terdapat dua macam

terapi.Pertama,terapi jangka pendek untuk masalah ringan,yang dapat

diselesaikan dengan member dukungan,member ide, menghibur atau

membujuk anak. kedua, terapi jangka panjang untuk masalah yang

membutuhkan keteraturan dan kontinuitas demi perubahan tingkah laku anak

(Adriana, 2015).

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah

satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi

menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering

disertai stress berlebihan,maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan

rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam

menghadapi stress. Bermain sangat penting bagimental,emosional dan

kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain

34
tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anakdi rumah sakit (Wong, 2004

dikutip dalam Sarti, 2017).

Bermain dapat dijadikan sebagai suatu terapi karena berfokus pada

kebutuhan anak untuk mengekspresikan diri mereka melalui penggunaan

mainan dalam aktivitas bermain dan dapat juga digunakan untuk membantu

anak mengerti tentang penyakitnya (Supartini, 2004 dikutip dalam Sarti,

2017).

Terapi bermain merupakan usaha mengubah tingkah laku bermasalah,

dengan menempatkan anak dalam situasi bermain. Biasanya ada ruangan

khusus yang telah diatur sedemikian rupa sehingga anak bias merasa lebih

santai dan dapat mengekspresikan segala perasaaan dengan bebas.Dengan cara

ini dapat diketahui permasalahn anak dan bagaimana mengatsinya (Adriana,

2015).

2. TujuanTe rapi Bermain

Tujuan bermain pada anak usia prasekolah menurut Adriana (2015)

adalah sebagai berikut: Mengembangkan kemampuan menyamakan dan

membedakan, mengembangkan kemampuan berbahasa, mengembangkan

pengertian tentang berhitung (menambah dan mengurangi), merangsang daya

imajinasi dengan berbagaicara bermain pura-pura(sandiwara),membedakan

benda-benda dengan perabaan, menumbuhkan sportivitas, mengembngkan

kepercayaan diri, mengembangkan kreativitas,mengembangkan koordinasi

motorik (melompat, memanjat, lari dan lain- lain), mengembangkan

kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar, memperkenalkan

pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan misalnya pengertian terapung dan

tenggelam,memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong.

35
3. Fungsi Bermain di Rumah Sakit

Menurut Adriana (2015),fungsi bermain dirumah sakit adalah sebagai

berikut:

a. Memfasilitasi anak untuk beradaptasi dengan lingkungan yang asing.

b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan control.

c. Membantu mengurangi cemas terhadap perpisahan.

d. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang bagian-bagian tubuh,

fungsinyadan penyakit.

e. Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan

peralatan sertaprosedurmedis.

f. Memberiperalihan (distraksi) dan relaksasi.

g. Membantu anak untuk merasalebih aman dalam lingkunganyangasing

h. Memberi carauntuk mengurangi tekanan dan untuk mengeksplorasi

perasaan.

i. Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang

positif terhadap oranglain.

j. Memberi carauntuk mengekspresikan ide kreatifdan minat.

k. Memberi carauntuk tujuan terapeutik.

4. Bermain untukAnak yang Dirawat di Rumah Sakit

Perawatan anak di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh

dengan stress. Penyebab stress pada anak berupa lingkungan fisik rumah sakit

seperti bangunan atau ruang rawat,alat-alat, bau yang khas, pakaian putih

petugas kesehatan maupun lingkungan sosial, seperti sesama pasien anak,

ataupun interaksi dan sikap petugas kesehatan itu sendiri. Perasaan,seperti

takut, cemas, tegang, nyeri, dan perasaan yang tidak menyenangkan dapat

36
dialami anak (Supartini, 2004 dikutip dalam Sarti, 2017).

Untuk itu, bermain dapat membebaskan anak dari tekanan dan stress

akibat situasi lingkungan. Anak memerlukan media yang dapat

mengekspresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama dengan petugas

kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah dengan

kegiatan bermain.

Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi

anak merupakan aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan

tumbuh- kembang anak dan memungkinkan untuk dapat menggali dan

mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasaan nyeri, dan

relaksasi. Sehingga, kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari

pelayanan kesehatan anak di rumah sakit Supartini(2004 dikutip dalam Sarti

(2017).

5. Keuntungan Bermain di Rumah Sakit

Menurut Supartini (2004 dikutip dalam Sarti (2017), keuntungan

aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di rumah sakit sebagai

berikut:

a. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat

karena dengan melaksanakan kegiatan bermain, perawat mempunyai

kesempatan untuk membina hubungan yang baik dan menyenangkan

dengan anak dan keluarganya. Bermain merupakan alat komunikasi yang

efektif antara perawat danklien.

b. Perawatan dirumah sakit akan membatasai kemmpuan anak untuk

mandiri.

c. Aktivitass bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri

37
pada anak.

d. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan

rasa senang pada anak, juga akan membantu anak mengekspresikan

perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih,tegang, dan nyeri. Pada

beberapa anak yang belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikiran

secara verbal, permainan menggambar, mewarnai atau melukis akan

membantu mengekspresikan perasaan anak.

e. Permainan terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak

bersikap positif dan kooperatif terhadap tindakan perawatan.

f. Permainan yang memberikan kesempatan pada beberapa anak untuk

berkompetisi secara sehat, akan dapat menurunkan ketegangan pada

anakdan keluarganya.

6. Prinsip Pe rmainan pada Anak di Rumah Sakit

Menurut Supartini(2004) dikutip dalam Sarti (2017), prinsip permainan

pada anak yang dirawa tdi rumah sakit adalah sebagai berikut:

a. Tidak boleh bertentangan dengan terapi dan perawatan yang sedang di

jalankan. Apabila anak harus tirah baring, permainan yang dilakukan

cukup ditempat tidur. Dan anak tidak boleh diajak bermain dengan

kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada diruang rawat.

Misalnya, saat anak tiduran ditempat tidur, dan anak dapat dibacakan

buku cerita, atau komik khusus anak,mobil- mobilan yang tidak pakai

remote control,robot-robotan,dan permainan lain yang dapat dimainkan

anak dan orangtuanya sambil tiduran.

b. Tidak membutuhkan energy yang banyak, singkat dan sederhana. Pilih

jenis permainan yang tidak melelahkan anak,menggunakan alat

38
permainan yang ada pada anak atau yang tersedia diruangan. Kalaupun

akan membuat permainan sendiri, pilih yang sederhana agar tidak

melelahkan anak. Misalnya, menggambar atau mewarnai, bermain

boneka,dan membaca buku cerita.

c. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak.Alat permainan

yang digunakan harus aman bagi anak,tidak tajam, tidak merangsang

anak untuk berlari- lari dan bergerak secara berlebihan.

d. Permainan dilakukan pada kelompok umur yang sama. Apabila

permainan dilakukan khusus diruangan bermain secara berkelompok,

permainan dilakukan pada kelompok umur yang sama. Misalnya, pada

anak prasekolah diberikan permainan mewarnai.

e. Permainan melibatkan orang tua anak atau keluarga.Orang tua

berkewajiban untuk tetap memperhatikan tumbuh kembang anak

walaupun anak dirawat di rumah sakit, termasuk dalam aktivitas bermain

anaknya.Perawat sebagai fasilitator sehingga apabila permainan diinisiasi

oleh perawat, orang tua harus terlibat secara aktif dan mendampingi anak

mulai dari awal permainan sampai mengevaluasi hasil permainan anak

bersama dengan perawat dan orangtua anak lainnya.

7. Menggunakan Bermain dalam Prosedur di Rumah Sakit

Menurut Adriana(2015),bermain dalam prosedur dirumah sakit adalah

sebagai berikut:

a. Bermain bahasa

1) Sebutkan kata kerja yang ditemukan diRS dan apa yang

merekalakukan.Kenali gambardan kata mengenai peralatan di RS.

2) Sebutkan peralatan yang di temukan di RS.

39
3) Minta anak menulis :“sesuatu yang saya suka dan tidak suka

dirumah sakit”, “nasihat untuk dokter/perawat”.

4) Minta anak menggambar “bagian tubuh saya yang sakit”,“perawats

aya”, “dokter saya”, “teman sekamar saya”, dan“kamarsaya”.

b. Ilmiah

1) Pelajari tentang system tubuh. Sebutkan, dan urutkan berdasarkan

abjad buat sebuah gambar, dan buat organ dari lilin mainan.

2) Pelajari nutrisi secara umum dan alasan untuk diet khhusus.

3) Definisikan bagaimana cara kerja obat,traksidangips,serta

bagaimana kesembuhan itu memerlukan waktu.

c. Matematika

1) Gunakan materi rumah sakit untuk mendiskusikan systemmetric dan

membuat anak semakin mengenal berat, panjang, dan volume badan.

Ukur secara rutin dalam satuan yang tepat.

2) Gunakan situasi rumah sakit misalnya jika perawat bekerja 8 jam

pershift, berapa banyak perawat yang kamu perlukan dalam 1 hari?

d. Geografi

1) Buat petatentangunitatau rumah sakit.

2) Buatgambar tentang apayangdilihat anak dari jendela rumah sakit.

8. Aktivitas Bermain untuk Prosedur Khusus

Menurut Adriana(2015),bermain untuk prosedur khusus dirumah sakit

adalah sebagai berikut :

a. Injeksi

1) Biarkan anak memegang spuit,vial,swab alkohol,dan berikan injeksi

pada boneka atau binatang mainan.

40
2) Gambarkan lingkaran ajaib diarea injeksi sebelum injeksi

dilakukakan, gambar wajah tersenyum dalam gambar setelah

injeksi,hindari menggambar pada sisi yang disuntik.

3) Biarkan anak mengoleksi spuit tanpa jarum.

4) Minta anak menghitung 1 sampai 10 selama injeksi.

b. Ambulasi

1) Berikan anak sesuatu untuk didorong. Anak usia toddler,mainan tarik

dorong.Usia sekolah, mendekorasi tiang infuse.

2) Membuat paradetopi.

9. Terapi Bermain dengan Mewarnai Gambar

a. Pengertian Mewarnai

Menurut Nursetyaningsih tahun 2015 (dikutip dalam Purwati,

2017), mewarnai merupakan proses pemberi warna pada suatu media

yang sudah bergambar. Mewarnai buku gambar adalah terapi permainan

melalui buku gambar untuk mengembangan kreativitas pada anak untuk

mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada

anak.

Menurut Supartini tahun 2004 (dikutip dalam Purwati, 2017),

manfaat mewarnai gambar sebagai berikut :

1) Mewarnai gambar merupakan media berekspresi

2) Membantu mengenal perbedaan warna

3) Mewarna merupaan media terapi

4) Mewarnai melatih kemampuan koordinasi

5) Dapat membantu menggenggam pensil

6) Mewarnai membantu kemampuan motorik

41
7) Mewarnai meningatkan konsentrasi

8) Mewarnai gambar dapat melatih anak mengenal garis bidang

9) Mewarnai melatih anak membuat target

10) Warna sebagai media komunikasi.

Menurut Gusnadi tahun 2013 (dikutip dalam Purwati, 2017), tujuan

mewarnai gambar sebagi berikut :

1) Gerakan motoriknya lebih terarah

2) Berkembang kognitifnya

3) Dapat bermain sesuai tumbuh kembangnya

4) Dapat berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman sebaya.

b. Pengaruh pemberian terapi mewarnai

Menurut Faris tahun 2009 (dikutip dalam Purwati, 2017) dalam

otak manusia, terdapat struktur yang mengelilingi pangkal otak, yaitu

sistim limbik. Di dalam sitem limbik tersebut terdapat amigdala yang

berfungsi sebagai bank memori emosi otak, tempat menyimpan semua

kenangan baik tentang kejayaan dan kegagalan, harapan dan ketakutan,

kejengkelan dan frustasi. Struktur otak lainnya adalah hippocampus dan

neocortex. Dalam ingatan, amigdala dan hippocampus bekerja bersama-

sama, masing- masing menyimpan dan memunculkan kembali informasi

khusus secara mandiri. Bila hippocampus memunculkan kembali

informasi maka amigdala menentukan apakah informasi mempunyai

nilai emosi tertentu.

Menurut Potter tahun 2005 (dikutip dalam Purwati, 2017), sakit

dan dirawat di rumah sakit merupakan pengalaman yang tidak

menyenangkan bagi anak. Pada saat itu, data yang masuk melalui lima

42
panca indra (penglihatan, penciuman, pengecapan, pendengaran dan

sentuhan) semua masuk melalui otak tengah (thalamus) dan direkam,

disimpan secara tidak sadar oleh hipocampus dan muatan emosi

tersimpan di amigdala. Melalui mewarnai gambar, seorang dapat

menuangkan simbolisasi tekanan atau kondisi traumatis yang

dialaminya kedalam coretan dan pemilihan warna. Dinamika secara

psikologis menggambarkan bahwa individu dapat menyalurkan

perasaan-perasaan yang tersimpan dibawah sadarnya dan tidak dapat

dimunculkan kedalam realita melalui gambar. Melalui mewarnai

gambar, seseorang secara tidak sadar telah mengeluarkan muatan

amigdalanya, yaitu mengekspresikan rasa sedih, stres, tertekan

menciptakan gambaran-gambaran yang membuat kita merasa bahagia

dan membangkitkan masa- masa indah yang pernah kita alami bersama-

sama dengan orang-orang yang kita cintai. Melalui aktifitas mewarnai

gambar, emosai dan perasaan yang ada didalam diri bisa dikeluarkan,

sehingga dapat menciptakan koping yang positif. Koping positif ini

ditandai dengan perilaku dan emosi positif. Keadaan tersebut akan

membantu danalam mengurangi stress/cemas yang dialami anak.

43
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Studi Kasus

Jenis penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi

kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikanmengenai penerapan terapi

bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan

dengan gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak usia prasekolah (3-6

Tahun) di ruang Perawatan Anak Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Konawe.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang Perawatan

Anak BLUD Rumah Sakit Konawe yang mengalami gangguan kebutuhan rasa

aman dan nyaman dengan masalah cemas, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Krite ria Inklusi

a. Pasien dengan umur 3-6 tahun

b. Bersedia menjadi responden

c. Pasien dengan tingkat kecemasan sedang sampai berat

d. Pasien yang kooperatif

e. Pasien tidak dalam perawatan khusus/penyakit lain.

2. Krite ria Eksklusi

a. Pasien dengan tingkat kecemasan sangat berat

b. Pasien dengan diagnosa penyakit berat dengan kondisi umum sangat lemah

c. Anak dengan kebutuhan khusus

44
C. Fokus Studi

Fokus studi dalam penelitian ini adalahmenurunkan kecemasan anak setelah

pemberian terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk anak usia

prasekolah (3-6 Tahun) di ruang PerawatanAnak Badan Layanan Umum Daerah

Rumah Sakit Konawe.

D. Definisi Operasional

1. Terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar yaitupermainan melalui

media gambar dan pena gambar untuk mengalihkan stressor anak yang

mengalami cemas (sedang-berat) untuk menurunkan tingkat kecemasan.

2. Kecemasan adalah ketidaknyamanan hospitalisasi karena penyakit sehingga anak

merasa stress, takut terkait kondisi tubuh, tindakan keperawatan, pengobatan dan

lingkungan yang asing, ditandai bingung, merasa khawatirtampak gelisah,

tampak tegang dansulit tidur dengan tingkat kecemasan sedang dan berat.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrument penelitian menggunakan lembar instrument

Kecemasan Depression Anxiety Stress Scale (DASS) yang digunakan untuk

mengukur tingkat kecemasan.

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan dari tanggal 24 S/d 26 JuliTahun 2020 yang

bertempat di ruang Perawatan Anak BLUD RS Konawe.

G. Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan survey awal,

wawancara dan observasi dengan melakukan pemeriksaan secara inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

45
2. Langkah Pengumpulan Data

a. Mengurus surat penelitian dari Akper Pemkab Konawe ke Litbang Kab.

Konawe.

b. Mengurus perijinan penelitian dari kantor Litbang Kab. Konawe ke Institusi

terkait yaitu Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe.

c. Menjelaskan maksud, tujuan, dan waktu penelitian pada Kepala ruang atau

perawat penanggung jawab di tempat penelitian dan meminta persetujuan

untuk melibatkan subyek dalam penelitian.

d. Mengidentifikasi atau mendiskusikan pada pasien yang akan diberikan

terapi bermain pada klien yang mengalami kecemasan sedang-berat.

e. Menyepakati pasien yang akan dijadikan subyek penelitian

f. Melakukan pengkajian berfokus pada masalahgangguan kecemasan.

g. Menentukan rencana keperawatan dan mengimplementasikan dan

melakukan observasi keadaan pasien yang berbeda dengan masalah

keperawatan yang sama selama masa perawatan.

h. Melakukan evaluasi tingkat kecemasan.

H. Analisis dan Penyajian Data

Pada penelitian ini, data disajikan secara tekstular/narasi yang disertai dengan

cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data pendukung

peneliti dengan menggunakan analisis deskriptif.

I. Etika Penelitian

Menurut Sujarweni (2014), etika penelitian antara lain :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

46
penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap

menghormati hak- hak subjek.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan nama

responden tetapi lembar tersebut diberi kode.

3. Cofidentiality (Kerahasiaan)

Menjelaskan masalah- masalah responden yang harus dirahasiakan dalam

penelitian.Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4. Kejujuran

Jujur dalam pengumpulan bahan pustaka, pengumpulan data,

pelaksanaan metode dan prosedur penelitian dan publikasi hasil. Selain itu

jujur pada kekurangan dan kegagalan metode yang dilakukan.

5. Nonmalesifience (Terhindar dari Cedera)

Dalam penelitian baik peneliti maupun responden agar terhindar dari

cedera.

6. Benefience (Bermanfaat)

Diharapkan penelitian yang dilakukan bermanfaat baik bagi peneliti

maupun responden.

7. Autonomy

Klien memiliki hak untuk memustuskan sesuatu dalam pengambilan

tindakan terhadapnya.

47
BAB IV

HASIlL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil penelitian beserta pembahasannya yang meliputi

penjabaran data umum dan data khusus serta memberikan gambaran mengenai

Penerapan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar untuk menurunkan

tingkat kecemasan dengan gangguan kebutuhan rasa aman pada anak usia prasekolah

(3-6 Tahun) di ruang Perawatan Anak Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Konawe.

A. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Penelitian ini dilakukan di BLUD Rumah Sakit Konawe yang terletak di Jalan

Diponegoro No. 301 Kelurahan Tuoy, Kecamatan Unaaha, Kabupaten

Konawe,Sulawesi Tenggara.Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe

didirikan pada tahun 1987 dan diresmikan oleh Bapak Presiden Soeharto pada

tanggal 27 Agustus 1988 dengan klasifikasi Type D.Dalam proses

perkembangannya dan berdasarkan tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan yang

optimal maka RSUD Kab. Konawe ditingkatkan kelasnya menjadi Type C

berdasarkan Kep. Menteri Kesehatan RI No.1240 / MENKES / SK / X / 1997.

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe yaitu :“Menjadi rumah

sakit rujukan regional terbaik di Sulawesi Tenggara”. Sedangkan Misi yang harus

dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar tujuan organisasi (Visi) dapat tercapai

dan berhasil dengan baik. Maka, BLUD RS Konawe mempunyai misi :

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional, beretika dan berdaya

saing tinggi.

48
2. Memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta ditunjang dengan sistem

informasi berbasis ilmu dan teknologi.

3. Menjadikan unit penunjang medis dan non medis sebagai unit-unit penghasil

produk-produk unggulan rumah sakit.

4. Mewujudan kepuasan pasien, keluarga pasien dan masyarakat melalui

pelayanan yang berkualitas terstandar dan terukur.

5. Menciptakan iklim kerja yang harmonis, nyaman, aman dan sejahtera melalui

disiplin dengan pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan dan

akuntabel.

6. Budayakan lingkungan yang bersih dan sehat yang dimulai dari diri sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ruang Perawatan Anak yaitu

ruang perawatan anak yang masuk melalui ruang IGD maupun ruang operasi.

Adapun batas-batas ruang Perawatan Anak yaitu sebagai berikut ; sebelah utara

berbatasan dengan ruang Bersalin,sebelah selatan berbatasan dengan ruang VIP

Asoka, sebelah barat berbatasan langsung dengan pagar pembatas Rumah Sakit dan

sebelah timur berbatasan langsung dengan lapangan parkir BLUD RS Konawe.

Jumlah pasien yang ada di ruangan berubah setiap hari karena ruang

Perawatan Anak merupakan ruang perawatan dimana pasien datang dari

IGD.Bangunan ruang Perawatan Anak terdiri dari 2 ruangan yang dibatasi dengan

ruang pembatas yang terdiri dari kapasitas 8 tempat tidur pasien yang terpisah

diantara ruang perawat, ruang perawat berada di samping bed pasien.Meja perawat

terdiri dari 4, dan kursi perawat. 6 kursi untuk tamu dan teras halaman di depan

ruang Perawatan Anak.

49
B. Hasil Studi Kasus

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan dari tanggal 24-26Juli tahun 2020,

maka uraian hasil studi kasus dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Pengkajian Keperawatan

Subyek penelitian berinisial An. A umur 6 tahun, jenis kelamin laki- laki,

alamat Desa Lambangi, pendidikan SD, klien masuk rumah sakit dengan

diagnosa medis demam typoid. Klien masuk Rumah Sakit pada tanggal 23 Juli

2020 jam 11.00 WITA. Hasil pengkajian peneliti pada tanggal 24 Juli 2020 jam

09.00 WITA adalah ibu klien mengatakan klien masih demam dan merasa tidak

enak pada perut bagian atas serta merasa bosan. Tanda-tanda vital nadi : 99

x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 38,3 0 C, klien nampak gelisah, klien

nampak bingung, wajah tegang jika melihat petugas kesehatan, klien takut jika

diberi obat. Hasil penilaian tingkat kecemasan klien da lam kategori cemas berat

dengan nilai 96.

2. Pe ma para n Fokus Studi

a. Hasil Pe ngkajian Awal Terhadap Tingkat Kecemasan Sebelum


Penerapan Te rapi Menggambar dan Mewarnai Gambar

Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah pertama yang

harus dilakukan pada pasien dengan gangguan kebutuhan rasa aman adalah

pengkajian.Dalam studi kasus ini pengkajian awal yang dilakukan berfokus

pada kecemasan pasien.

Berdasarkan hasil studi, dapat diketahui bahwa saat pengkajian awal

terhadap tingkat kecemasan dapat dilihat seperti pada tabel 4.1.

50
Tabel 4.1 Observasi Tingkat KecemasanSebelum Dilakukan Terapi
Gambar dan Mewarnai Gambar

Hari 1
Skor Kecemasan Interpretasi Hasil
96 Kecemasan Berat

Berdasarkan tabel 4.1diketahui bahwa tingkat kecemasan subyek

berada dalam kategori kecemasan berat dengan hasil analisa berjumlah

96.Hal ini memenuhi syarat untuk menerapkan terapi bermain pada anak

yang mengalami kecemasan.

Setelah melakukan pengkajian (observasi) awal terkait tingkat

kecemasan, dilakukan intervensi keperawatan dengan menggunakan terapi

menggambar dan mewarnai gambar.Terapi menggambar dan mewarnai

gambar dilakukan untuk menatalaksanakan stress Karena hospitalisasi

menimbulkan krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering

disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk

mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping

dalam menghadapi stress.Kegiatan ini dilakukan setiap hari selama3 hari

berturut-turut dan masing- masing kegiatan dilakukan selama 40 menit.

Setelah selesai melakukan intervensi keperawatan menggunakan terapi

menggambar dan mewarnai gambar, dilakukan evaluasi setiap hari selama 3

hari untuk mengetahui perubahan kecemasan.

b. Hasil Evaluasi Tingkat Kecemasan Sesudah Dilakukan Inte rve ns i


Ke pe ra wata n Dengan T erapi Me nggambar dan Me warnai
Gambar

51
Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa sesudah dilakukan intervensi

keperawatan dengan menggunakan terapi menggambar dan mewarnai

gambar maka tingkat kecemasan subyek mengalami peningkatan seperti

tabel 4.2.

4.2 Tabel Evaluasi Tingkat Kecemasan Sesudah Dilakukan


Inte rve ns i Ke pe ra watan Dengan T erap iMe nggambar dan
Me warnai Gambar

Hari 3
Skor Kecemasan Interpretasi Hasil
68 Kecemasan Sedang

Adapun rangkuman hasil pengkajian sebelum dan sesudah d ilakukan

intervensi keperawatan dengan terapi mengga mbar dan mewarnai gambar

dapat dilihat pada tabel 4.3.

c. Tingkat Kecemasan Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Inte rve ns i


Ke pe ra wata n Dengan Terapi Me nggambar dan Me warnai Gambar

4.3Tabel Evaluasi Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Dilakukan


Inte rvensi Keperawatan Dengan Terapi Me ngga mbar dan
Me warnai

Hari 1 Hari 3
Sebelum Interpretasi Hasil Sesudah Interpretasi Hasil
96 Kecemasan Berat 68 Kecemasan Sedang

Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa terjadi perubahan tingkat

kecemasansetelah diberikan terapi menggambar dan mewarnai

gambar.Dimana pada hari pertama sebelum klien diberikan terapi,

kecemasan klien berada dalam kategori kecemasan berat dengan skor

96.Setelah diberikan terapi dihari ketiga menunjukkan perubahan kecemasan

menjadi sedang dengan skor 68.

52
C. Pembahasan

Darihasil penelitian tentang penerapan terapi bermain menggambar dan

mewarnai gambar yang dilakukan peneliti selama 3 hari perawatan pada pasien

cemas diperoleh hasil adanya perubahan tingkat kecemasan antara sebelum dan

sesudah dilakukan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar.

Pada subyek penelitian didapatkan hasil bahwas ebelum diberikan terapi,

masalah kecemasan klien sangat berat dibuktikan dari 42 aspek penilaian, ada 19

aspek penilaian skornya 3 (sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap

saat)salah satunya aspek penilaian nomor 6 yaitu cenderung bereaksi berlebihan

pada situasi. Kemudian ada 4 aspek penilaian dengan skor 1 (sesuai yang dialami

sampai tingkat tertentu / kadang- kadang ) yaitu aspek penilaian nomor 4 :

merasakan gangguan dalam bernafas, nomor 19 : berkeringat (misal: tangan

berkeringat), nomor 25 : perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa

stimulasi oleh latihan fisik, dan nomor 33 : berada pada keadaaan tegang.Setelah

diberikan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar selama tiga hari, maka

peneliti melakukan penilaian kembali terkait tingkat kecemasan klien. Hasil yang

diperoleh bahwa masalah kecemasan belum teratasi, karena berdasarkan dari 42

aspek penilaian,terdapat26 aspek penilaian dengan skor 2 (sering) dan 40 aspek

penilaian dengan skor 1 (sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang-

kadang). Jika dijumlahkan maka skor yang diperoleh yaitu 68 dengan kategori

kecemasan sedang.

Asumsi peneliti, karena keadaan umum klien yang masih lemah ditunjang

dengan faktor penyakit (demam typoid) yang belum pulih serta tanda dan gejala

yang dialami klien selain kecemasan membuat tingkat kecemasan masih dirasakan

53
oleh klien. Meskipun kecemasan masih ada tapi dengan adanya terapi menggambar

dan mewarnai gambar cukup efektif menurunkan tingkat kecemasan klien.

Penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Sarti (2017), bahwa

terapi bermain salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat

paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan

krisis dalam kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress

berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan

cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain

sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan

perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau

anak di rumah sakit.

Teori di atas dikuatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2017)

yang meneliti tentang “Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan

Anak Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Bangsal Melati

RSUD Dr. Soedirman Kebumen” dengan hasil ada pengaruh setelah diberikan

terapi bermain terhadap penurunan kecemasan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ratna (2018) yang meneliti tentang

“Aplikasi Penerapan Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Hospitalisasi di Usia Pra Sekolah Di BLUD RS Jatinagor” dengan hasil ada

pengaruh setelah diberikan terapi bermain terhadap penurunan kecemasan

selama 3 hari.

Sehingga dari hasil penelitian terdapat perbedaan sebelum dan sesudah

diberikan terapi bermain dimana pasien mengalami perubahan tingkat

kecemasan menjadi menurun sesudah diberikan terapi bermain menggambar dan

54
mewarnai gambar.

D. Keterbatasan

Dalam penelitian ini penulis menemui hambatan sehingga menjadi keterbatasan

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.Adapun keterbatasan penelitian yaitu

sebagai berikut :

1. Faktor demam klien menjadi penyebab proses penerapan tidak sesuai rencana

2. Pemilihan subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria sangat terbatas

sehingga peneliti harus menunggu subyek sesuai dengan kriteria inklusi.

55
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat kecemasan sebelum dilakukan penerapan terapi bermain menggambar

dan mewarnai gambar diperoleh skor 96 dengan kategori kecemasan berat.

2. Tingkat kecemasansesudah dilakukan penerapan terapi bermain menggambar

dan mewarnai gambar diperolehskor 68 dengan kategori cemas sedang.

3. Penilaian tingkat kecemasan yang lebih menunjukkan penurunan

kecemasanyaitu setelah diberikan penerapan terapi bermain daripada sebelum

dilakukan terapi.

B. Saran

1. Bagi Perawat

Saran peneliti untuk perawat khususnya di ruang Perawatan Anak yaitu

penerapan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambarperlu diwajibkan

dalam perawatan pasien yang mengalami cemas.Disamping efektifitasnya, terapi

bermain cukup mudah untuk diterapkan dan merupakan tindakan mandiri

keperawatan yang harus dipertahankan dalam implementasi keperawatan.

2. Bagi BLUD RS Konawe

Peneliti menyarankan agarruangan perawatan anak disediakan ruang

khusus bermain, agar anak tidak merasa jenuh saat menjalani perawatan.

56
3. Bagi Institusi Pendidikan Akper Pemkab Konawe

Agar penerapan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambar, bisa

menjadi rujukan untuk dilakukan penyuluhan, pengabdian masyarakat maupun

penelitian-penelitian selanjutnya sehingga memperkaya literatur di perpustakaan

serta pelaksanaan perkuliahan khusunya mata kuliah yang bersangkutan lebih

aplikatif.

4. Bagi Klien

Saran peneliti untuk klien yaitu dengan adanya penelitian tentang

penerapan terapi bermain menggambar dan mewarnai gambarbisa menjadi

referensi khususnya pada orang tua agar tetap memenuhi kebutuhan tumbuh

kembangnya.

57
DAFTAR PUSTAKA

Adriana,D. 2015.Tumbuh Kembang danTerapiBermainPadaAnak.Jakarta:


SalembaMedika.

Asmadi. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.


Boyoh D. 2018. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap Tingkat
Kecemasan Anak Usia Prasekolah Akibat Hospitalisasi Di Ruangan Anak di
Rumah Sakit Advent Bandar Lampung. Jurnal Penelitian Vol. 4 No.2.
https://doi.org/10.35974/jsk.v4i2.716. Dilihat pada tanggal 9 Mei 2020.

Evism. 2012. Ilmu Kesehatan Anak, edisi 15,vol. 3, editor edisi bahasa Indonesia
Wahab, S. A., Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

Hidayah. 2011.Tesis : Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Sekolah Dan
Pra SekolahYangMenjalani Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak BLUD Dr.
Slamet Garut. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Katinawati. 2011. Skripsi: Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap


Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Pra Sekolah Akibat Hospitalisasi Di
Ruangan Irina E BLU RSUP. Prof. DR. D. Kandou Manado. Manado:
Universitas Sam Ratulangi.

Nadhifati, L. 2018. Terapi Bermain Untuk Menurunkan Stres Hospitalisasi Pada Pasien
Anak Usia Prasekolah. Karya tulis Ilmiah. Yogyakarta. Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nurarif,A. H. dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction.

Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
PPNI.
Purwati D. 2017. Pengaruh Pemberian Terapi Bermain Mewarnai Gambar Terhadap
Tingkat Kecemasan Anak Prasekolah Selama Hospitalisasi Di RSUD Koyta
Madiun. Madiun. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Pramono. 2012.Tesis: Pengaruh Terapi Seni Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan


AnakUsiaSekolahYang MenjalaniHospitalisasiDiWilayahKabupatenBanyumas.
Jakarta:ProgramPascaSarjanaFakultasIlmuKeperawatanUniversitas Indonesia.

Purwandari, H. 2014. Terapi Bermain Untuk Menurunkan Kecemasan Perpisahan Pada


Anak Praseolah Yang mengalami Hospitalisasi di RSUD Margono Soekardjo
Purwokerto. Tidak dipublikasikan. Jurnal Keperawatan Profesional Indonesia,
52-59.

Ratna. 2018. Aplikasi Penerapan Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kecemasan

58
Anak Hospitalisasi di Usia Pra Sekolah Di BLUD RS Jatinagor. Bandung :
STIKES Karya Kencana.

Ridwan. 2009.BukuPintarAsuhanKeperawatanBayi DanBalita.Yogyakarta :


CakrawalaIlmu.

Sarti. 2017. Skripsi :Penerapan Terapi Bermain Dengan Menggambar Dan Mewarnai
Gambar Untuk Menurunkan Tingkat Kecemasan Anak Pra-Sekolah Di Ruang
Melati RSUD Dr. Soedirman Kebumen.Yogyakarta: STIK Muhammadiyah
Gombong.

Setiadi. 2012. Konsep Dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori Dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sujarweni V. W. 2014.Metodologi Penelitian Keperawatan, Yogyakarta : Gava Media.

Sutanto A.V. dan Fitriana Y. 2017. Kebutuhan Dasar MAnusia Teori Dan Aplikasi
Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta :Pustaka Baru Pres.

59
Lampiran 1

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Kami adalah Peneliti berasal dari institusi Akper Pemkab Konawe Dip loma III
Keperawatan dengan ini meminta anak bapak/ibu untuk berpartisipasi dengan
sukarela dalam penelitian yang berjudul “penerapan terapi bermain menggambar
dan mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan dengan gangguan
kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak usia prasekolah (3-6 Tahun) di ruang
Perawatan AnakBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe ”.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah penerapan terapi bermain menggambar
dan mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan denga n gangguan
kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak usia prasekolah (3-6 Tahun) di ruang
Perawatan AnakBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Konawe. Penelitian
ini akan berlangsung selama anak anda dirawat di Rumah Sakit.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan melalui proses pengkajian yang meliputi
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik yang akan berlangsung 15-20 menit.
Cara ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi pasien/orang tua tidak
perlu khawatir karena penelitian ini untuk kepentingan pe ngembangan
asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang pasien/orang tua pasien peroleh dalam keikutsertaan pada
penelitian ini adalah turut terlibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/tindakan
yang diberikan.
5. Nama dan jati diri pasien beserta seluruh informasi yang orang tua sampaikan akan
tetap dirahasiakan
6. Jika pasien/orang tua pasien membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian
ini, silahkan menghubungi peneliti pada nomor Hp : 085246498696.

Peneliti

Reynaldhi Armawan S.
Nim. 17.034

60
Lampiran 2

INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipasi)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat

penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan

oleh Reynaldhi Armawan S., Nim : 17.034 dengan judul “Penerapan terapi bermain

menggambar dan mewarnai gambar untuk menurunkan tingkat kecemasan anak usia

prasekolah (3-6 Tahun) di ruang Zaal AnakBadan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit

Konawe”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan

diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Unaaha, Juni 2020

Saksi Yang Memberikan Persetujuan

(………………….) (………………….)

Peneliti

(REYNALDHI ARMAWAN S.)


NIM. 17.034

61
Lampiran 3

INSTRUMEN PENILAIAN TINGKAT KECEMASAN


KECEMASAN DEPRESSION ANXIETY STRESS SCALE (DASS)

Keterangan :

0: tak ada atau tidak pernah

1: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang- kadang

2: sering

3: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Skor
No. Aspek penilaian
0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal sepele
2. Mulut terasa kering
3. Tidak dapat melihat hal yang positif suatu kejadian
4. Merasakan gangguan dalam bernafas
5. Merasa tidak kuat lagi melakukan suatu kegiatan
6. Cenderung bereaksi berleb ihan pada situasi
7. Kelemahan pada anggota tubuh
8. Kesulitan untuk relaksasi / bersantai
9. Cemas yang berlebihan dalam situasi namun bisa lega jika hal /
situasi itu berakh ir
10. Pesimis
11. Mudah merasa kesal
12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas
13. Merasa sedih dan depresi
14. Tidak sabaran
15. Kelelahan
16. Kehilangan minat pada banyak hal misalnya makan
17. Merasa diri t idak layak
18. Mudah tersinggung
19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat)
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21. Merasa hidup tidak bahagia
22. Sulit untuk beristirahat
23. Kesulitan untuk menelan
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan
25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimu lasi oleh
latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa
27. Mudah marah
28. Mudah panic
29. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu mengganggu
30. Takut terhambat oleh tugas -tugas yang tidak bisa dilaku kan
31. Sulit untuk antusias pada suatu hal
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang
dilakukan
33. Berada pada keadaaan tegang

62
34. Merasa tidak berharga
35. Tidak dapat memaklu mi hal apapun yang menghalangi anda untuk
menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan
36. Ketakutan
37. Tidak ada harapan untuk masa depan
38. Merasa hidup tidak berarti
39. Mudah gelisah
40. Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi panik
41. Gemetar
42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu
Sumber : Nursalam (2011)

Skor penilaian kecemasan berdasarkan DASS :

1. Normal : 0 – 29 4. Kecemasan berat : 90 – 119

2. Kecemasan ringan : 30 – 59 5. Sangat berat : > 120

3. Kecemasan sedang : 60 – 89

63
Lampiran 4

HASIL OBSERVASI PENILAIAN TINGKAT KECEMASAN


SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI BERMAIN

Keterangan :

0: tak ada atau tidak pernah

1: sesuai yang dialami sampai tingkat tertentu / kadang- kadang

2: sering

3: sangat sesuai dengan yang dialami, atau hampir setiap saat

Penilaian Tingkat Kecemasan Sebelum Terapi Bermain


Skor
No. Aspek penilaian
0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal sepele √
2. Mulut terasa kering √
3. Tidak dapat melihat hal yang positif suatu kejadian √
4. Merasakan gangguan dalam bernafas √
5. Merasa tidak kuat lagi melakukan suatu kegiatan √
6. Cenderung bereaksi berleb ihan pada situasi √
7. Kelemahan pada anggota tubuh √
8. Kesulitan untuk relaksasi / bersantai √
9. Cemas yang berlebihan dalam situasi namun bisa lega jika hal / √
situasi itu berakh ir
10. Pesimis √
11. Mudah merasa kesal √
12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas √
13. Merasa sedih dan depresi √
14. Tidak sabaran √
15. Kelelahan √
16. Kehilangan minat pada banyak hal misalnya makan √
17. Merasa diri t idak layak √
18. Mudah tersinggung √
19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat) √
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas √
21. Merasa hidup tidak bahagia √
22. Sulit untuk beristirahat √
23. Kesulitan untuk menelan √
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan √
25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi o leh √
latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa √
27. Mudah marah √
28. Mudah panic √
29. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu mengganggu √
30. Takut terhambat oleh tugas -tugas yang tidak bisa dilaku kan √
31. Sulit untuk antusias pada suatu hal √
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang √
dilakukan
33. Berada pada keadaaan tegang √

64
34. Merasa tidak berharga √
35. Tidak dapat memaklu mi hal apapun yang men ghalangi anda √
untuk menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan
36. Ketakutan √
37. Tidak ada harapan untuk masa depan √
38. Merasa hidup tidak berarti √
39. Mudah gelisah √
40. Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi panik √
41. Gemetar √
42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu √
4 38 54
Total 4 + 38 + 54 = 96

Penilaian Tingkat Kecemasan Sesudah Terapi Bermain


Skor
No. Aspek penilaian
0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal sepele √
2. Mulut terasa kering √
3. Tidak dapat melihat hal yang positif suatu kejadian √
4. Merasakan gangguan dalam bernafas √
5. Merasa tidak kuat lagi melakukan suatu kegiatan √
6. Cenderung bereaksi berleb ihan pada situasi √
7. Kelemahan pada anggota tubuh √
8. Kesulitan untuk relaksasi / bersantai √
9. Cemas yang berlebihan dalam situasi namun bisa lega jika hal / √
situasi itu berakh ir
10. Pesimis √
11. Mudah merasa kesal √
12. Merasa banyak menghabiskan energi karena cemas √
13. Merasa sedih dan depresi √
14. Tidak sabaran √
15. Kelelahan √
16. Kehilangan minat pada banyak hal misalnya makan √
17. Merasa diri t idak layak √
18. Mudah tersinggung √
19. Berkeringat (misal: tangan berkeringat) √
20. Ketakutan tanpa alasan yang jelas √
21. Merasa hidup tidak bahagia √
22. Sulit untuk beristirahat √
23. Kesulitan untuk menelan √
24. Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan √
25. Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi o leh √
latihan fisik
26. Merasa hilang harapan dan putus asa √
27. Mudah marah √
28. Mudah panic √
29. Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu mengganggu √
30. Takut terhambat oleh tugas -tugas yang tidak bisa dilaku kan √
31. Sulit untuk antusias pada suatu hal √
32. Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang sedang √
dilakukan
33. Berada pada keadaaan tegang √
34. Merasa tidak berharga √
35. Tidak dapat memaklu mi hal apapun yang menghalangi anda √
untuk menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan
36. Ketakutan √
37. Tidak ada harapan untuk masa depan √

65
38. Merasa hidup tidak berarti √
39. Mudah gelisah √
40. Khawatir dengan situasi saat diri anda mungkin menjadi panik √
41. Gemetar √
42. Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu √
16 52
Total 16 + 52 = 68

Skor penilaian kecemasan berdasarkan DASS :

1. Normal : 0 – 29 4. Kecemasan berat : 90 – 119

2. Kecemasan ringan : 30 – 59 5. Sangat berat : > 120

3. Kecemasan sedang : 60 – 89

66
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TERAPI BERMAIN

Topik : Terapi Bermain


Sub Topik : Menggambar dan Mewarnai Gambar
Hari/Tanggal : Juni 2020
Waktu : 10.00 – 10.40 (40 menit)
Tempat : Ruang Zaal Anak BLUD RS Konawe
Sasaran : Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Pertemuan : Pertama-Ketiga
Nama Penyuluh : Reynaldhi
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 40 menit anak diharapkan bisa merasa tenang
selama perawatan di Rumah Sakit dan tidak takut lagi terhadap perawat sehingga anak
bisa merasa nyaman selama dirawat di Rumah Sakit.
B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain menggambar dan mewarnai hambar Alat Transportasi
selama kurang lebih 40 menit diharapkan tingkat kecemasan anak usia 3-6 tahun dapat
berkurang.
1. Bisa merasa tenang selama dirawat
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan petugas kesehatan (dokter
atau perawat)
3. Mau melaksanakan anjuran dokter dan perawat
4. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
5. Kebutuhan bermain anak dapat terpenuhi
6. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembanan yan normal
7. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi anak terhadap suatu
permainan
8. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain yang tepat
9. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
10. Menurunkan tingkat kecemasan

67
11. Anak dapat merasakan suasana yang nyaman dan aman seperti di rumah sebagai
alat komunikasi antara perawat klien.
C. Metode Kegiatan
1. Ceramah
2. Diskusi/Tanya Jawab
3. Demonstrasi
D. Media
1. Sarana
Ruangan tempat bermain
2. Media
a. Mejabelajar
b. Bukugambar
c. Pensil / bolpoint
d. Pensil warna/ crayon
E. Rencana Pelaksanaan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran


1. 5 men it Pembukaan :
f. Perawat membu kakeg iatan dan Menjawab salam,
mengucapkan salam mendengarkan dan
g. Perawat memperkenalkan d iri memeperhatikan
h. Perawat men jelaskan tujuan dan
peraturan kegiatan
i. Perawat men jelaskan med iayang akan
dijadikan mediapermainan
j. Kontrak waktu
2. 25 menit Pelaksanaan :
h. Perawat mengaturposisi klien Berpindah posisi
i. Perawat membag ikan buku gambar, Menerimakertas dan pensil
Pensil / bolpoint, crayon/ pensil warna
warnakepadaklien
j. Perawat mengajak dan memotivasi Klien menggambaralat
klien (anak)untuk mengungkapkan Transportasi
gambaryangdiinginkanpadabuku
gambar
k. Memu lai mewarnai gambar dengan Klien mewarnai gambar alat
didamp ingi oleh perawat transportasi
l. Perawat member semanat pada anak
selama proses mewarnai
m. Perawat memotivasi anak untuk
dapat memilih warna yang
disukainya
n. Apabila anak tidak mau akt if,
melibatkan oran tua atau
pendamping anak untuk membantu
anak mewarnai gambar yang telah
diberikan.

68
3. 5 men it Evaluasi :
b. Menanyakan tentan perasaan anak Menjawab pertanyaan
setelah diberi terapi bermain
menggambar dan mewarnai gambar
alat transportasi

3. 5 men it Penutup :
c. perawat menutup acara permainan Memperhatikan
dengan memberikan reward kepada
klien Menjawab salam
d. mengucapkan terima kasih dan salam

69
Lampiran 6

70
Lampiran 7

71
La,piran 8

72
Lampiran 9

73
Lampiran 10

74
Lampiran 11

75
Lampiran 12

76
77
78
79
80
81
82
83
84
DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti sedang memberikan Informed consend pada Ibu Subyek Penelitian

Peneliti sedang menerapkan terapi bermain pada subyek penelitian dihari 1

85
Hari Ke 2 peneliti melakukan terapi bermain

Hari ke 3 Penerapan terapi bermain

86

Anda mungkin juga menyukai