Oleh:
Aditya Dwi Saputra, S.Kep 2030913310014
Muhammad Busyairi, S.Kep 2030913310020
Mustika Rahmadanti, S.Kep 2030913320010
Nopita Putri, S.Kep 2030913320005
Tazkia rahman, S.Kep 2030913320017
Yulia Octaviani, S.Kep 2030913320003
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Aditya Dwi Saputra, S.Kep 2030913310014
Muhammad Busyairi, S.Kep 2030913310020
Mustika Rahmadanti, S.Kep 2030913320010
Nopita Putri, S.Kep 2030913320005
Tazkia rahman, S.Kep 2030913320017
Yulia Octaviani, S.Kep 2030913320003
Mengetahui,
5. Faktor Penyebab DM
Penyebab dari diabetes melitus sebagai berikut (Nurrahmani & Kurniadi 2015):
e. Gen Diabetes dalam Keluarga
Diabetes melitus adalah penyakit yang dapat diwariskan. Gen adalah sel
pembawa sifat yang dapat diwariskan orangtua kepada keturunannya. Gen tidak
selalu berasal dari orangtua kandung, tetap bisa berasal dari kakek, nenek dan lain-
lain. Bahkan meski orangtua terhindar dari diabetes karena gaya hidup yang baik,
bukan berarti anaknya bisa terhindar dari faktor risiko diabetes di kemudian hari.
f. Insulin dan Gula Darah
Makanan dicerna di dalam saluran pencernaan, kemudian akan diubah
menjadi glukosa, glukosa diserap oleh dinding usus, beredar di dalam aliran darah,
selanjutnya didistribusikan ke sel-sel tubuh, insulin dilepaskan sesuai dengan tinggi
gula di dalam darah, selanjutnya insulin akan ikut aliran darah menuju sel-sel.
Insulin tersebut akan mulai membuka pintu sel satu per satu, sehingga gula dan zat
makanan lain bisa masuk ke dalam sel. Selama insulin berada dalam jumlah yang
cukup dan bekerja secara normal, maka gula di dalam darah akan masuk ke sel-sel
dengan lancar sesudah makan, sehingga kadar gula di dalam darah turun kembali ke
batas kadar sebelum makan, mekanisme ini bertujuan untuk menjaga gula darah agar
tidak naik terus sesudah makan dan tidak melebihi nilai aman.
g. Resistensi Insulin
Proses memasukkan gula ke dalam sel diperlukan insulin untuk membuka
pintu sel. Insulin di sini diibaratkan sebagai kunci yang harus cocok dengan lubang
kuncinya yaitu reseptor insulin yang terdapat pada dinding sel biasa disebut proses
key and lock. Jika proses key and lock berlangsung sempurna, maka gula dapat
masuk ke dalam sel, namun terkadang reseptor insulin tidak sensitif atau tidak peka
atas hadirnya gula, sehingga proses key and lock tidak terjadi. Gula tidak masuk ke
dalam sel, melainkan masih berada di dalam darah yang menyebabkan peningkatan
kadar gula darah, kondisi inilah yang disebut dengan resistensi insulin.
h. Obesitas
Obesitas adalah sel-sel lemak yang menggemuk yang menghasilkan zat
golongan adipositokin. Zat ini yang menyebabkan resistensi insulin, yaitu
terganggunya respon sel tubuh terhadap insulin. Sel lemak yang banyak
mengandung adipositokin yaitu yang melapisi organ-organ di dalam perut. Oleh
karena itu, untuk menilai apakah obesitas yang dialami dapat berdampak buruk ke
diabetes dapat diukur melalui lingkar pinggang yang besar.
6. Faktor Resiko DM
1. Dapat diubah
a. Gaya hidup
b. Diet yang tidak sehat
c. Obesitas
d. Tekanan darah tinggi
2. Tidak dapat diubah
a. Usia
b. Riwayat keluarga (Bilous, 2015)
Adapun beberapa makanan yang direkomendasikan untuk diet diabetes melitus, yaitu:
Sayuran
Buah-buahan
Biji-bijian
Akan lebih baik jika Anda memilih biji-bijian utuh, seperti halnya gandum, beras,
barley, dan quinoa, untuk dimasukkan ke dalam makanan Anda sehari-hari.
Protein
Asupan protein yang dapat Anda pilih, yaitu daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit,
ikan, telur, tahu, buncis, kacang polong, dan kacang-kacang lainnya.
Susu
Pilihlah susu tanpa lemak atau rendah lemak. Selain itu, Anda juga dapat
mengonsumsi yogurt atau keju rendah lemak.
8. Pencegahan
a. Pencegahan primer (Smeltzer, 2002)
Pencegahan primer merupakan salah satu upaya yang ditujukan kepada orang-
orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum
menderita, tetapi berpotensi untuk menderita Diabetes Melitus dengan
pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar gula darahnya.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk mencegah atau menghambat
terjadinya penyakit menahun, pada orang yang telah didiagnosa menderita
Diabetes Melitus, dengan melakukan pemeriksaan dan evaluasi laboratorium
secara continue atau terus menerus dan teratur.
c. Pencegahan tersier
Jika kemudian penyakit menahun DM ternyata terjadi juga, maka pengelola
harus berusaha mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut, dan merehabilitas
pasien sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap, dengan cara
pengendalian terhadap kadar gula darah, melalui olahraga dan diet, bukan saja
untuk mencegah kestabilan kadar gula darah, tetapi juga untuk mencegah
terjadinya komplikasi
2. Klasifikasi
a. Grade 0 Tidak ada ulkus pada penderita kaki risiko tinggi.
b. Grade I Ulkus superfisial terlokalisir.
c. Grade II Ulkus lebih dalam, mengenai tendon, ligamen, otot,sendi, belum
mengenai tulang, tanpa selulitis atau abses.
d. Grade III Ulkus lebih dalam sudah mengenai tulang sering komplikasi
osteomielitis, abses atau selulitis.
e. Grade IV Gangren jari kaki atau kaki bagian distal.
f. Grade V Gangren seluruh kaki (Dr. Rubby, Billous.2008)
6. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengelolaan yaitu untuk mengakses proses kearah penyembuhan luka
secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya amputasi dan kematian pasien diabetes.
Secara umum pengelolaannya meliputi (Smeltzer, 2002):
a. Perawatan luka
Menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab
b. Debridemen
Merupakan upaya untuk membersihkan semua jaringan nekrotik, karena luka tidak
akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable, debris dan fistula.
c. Penanganan bedah
Bedah kuratif diindikasikan bila ulkus tidak sembuh dengan perawatan konservatif,
misalnya angioplasti atau bedah vaskular.
d. Penanganan iskemia
Penilaian kompetensi vaskular pedis pada UKD (ulkus kaki diabetik) seringkali
memerlukan bantuan pemeriksaan penunjang seperti MRI angiogram, doppler
maupun angiografi
7. Pemeriksaan
Pemeriksaanya ada 3 macam yaitu sebagai berikut (Dr. Robert B, Cooper.1996.):
a. Glukosa darah puasa (fasting blood glucose) adalah pemeriksaan gula darah
terhadap seseorang yang telah dipuasakan semalaman. Nilai normal untuk dewasa
adalah 70-110 mg/dL. Seseorang dinyatakan diabetes melitus apabila kadar
glukosa darah puasanya lebih dari 126 mg/dL. Sedangkan kadar glukosa darah
puasa di antara 110 dan 126 mg/dL menunjukkan gangguan pada toleransi glukosa.
b. Glukosa darah sewaktu atau glukosa darah 2 jam postprandial (2 jam setelah
makan) adalah pemeriksaan gula darah terhadap seseorang yang tidak dipuasakan
terlebih dahulu. Seseorang dinyatakan diabetes melitus apabila kadar glukosa darah
sewaktunya lebih dari 200 mg/dL. Di antaranya dinyatakan mengalami gangguan
toleransi glukosa.
c. Glycosylated hemoglobin (HbA1c) adalah pemeriksaan penunjang diabetes melitus
yang ditujukan untuk menilai kontrol glikemik seorang pasien. HbA1c ini
menunjukkan kadar glukosa dalam 3 bulan terakhir, karena sesuai dengan umur
eritrosit (sel darah merah) yaitu 90-120 hari. Nilai HbA1c yang baik adalah 4-6%.
Nilai 6-8% menunjukkan kontrol glikemik sedang; dan lebih dari 8%-10%
menunjukkan kontrol yang buruk
8. Jalur perawatan pasien untuk skrining pasien untuk komplikasi kaki diabetic
(foot screening)
Skrining kaki pada diabetes merupakan bagian penting dari pemeriksaan yang
dilakukan oleh Departemen Podiatri. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
menentukan sedini mungkin faktor risiko komplikasi kaki diabetik seperti neuropati
dan iskemia, dan mengurangi amputasi dan ulserasi dengan rujukan tepat waktu.
Penelitian telah menunjukkan bahwa deteksi dan intervensi dini dapat mencegah
hingga 85% amputasi pada pasien diabetes.
Semua pasien yang mengunjungi klinik Diabetes di semua pusat kesehatan wajib
menjalani pemeriksaan kaki. Perawat yang memimpin klinik diabetes akan
memastikan bahwa pemeriksaan benar-benar dilakukan dan dokter merujuk pasien
yang sesuai.
Jalur perawatan ini telah dilakukan selama 4 tahun terakhir dan audit klinis telah
menunjukkan bahwa cara ini efektif dalam mengidentifikasi kasus awal patologi
vaskular dan neuropatik dan menghasilkan intervensi dini. Dengan demikian,
kualitas hidup pasien ini sangat ditingkatkan sambil mempertahankan kontrol
glikemik yang baik.
PATHWAY
Diabetes Melitus
Ekstremitas
Ulkus Diabetikum
KETIDAKEFEKTIFAN PERFUSI
JARINGAN PERIFER
KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT
NOC:
Pain Level NOC:
Pain control Integritas Lapisan : Kulit Dan Membran Mukosa
Kriteria Hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
1. integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
60 menit klien menunjukkan tanda penurunan nyeri (sensai, elastisitas, temperatur, hidrasi,
dengan kriteria hasil: pigmentasi)
1. Menggunakan analgesik yang direkomendasikan 2. Tidak ada luka/lesi pada kulit
2. Melaporkan nyeri berkurang 3. Perfusi jaringan baik
3. Ekspresi wajah menunjukkan nyeri berkurang 4. Menunjukkan pemahaman dalam proses
NIC perbaikan kulit dan mencegah terjadinya
Pain Management secara berulang.
5. Mampu melindungi kulit dan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif.
mempertahankan kelembapan kulit dan
2. Observasi tanda-tanda nyeri secara nonverbal
perawatan alami.
3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi NIC: Manajemen penekanan
(relaksasi, terapi musik, distraksi, kompres
1. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian
hangat/dingin, dan massage) yang longgar.
Analgesic Administration 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
1. Cek order medis untuk obat, dosis dan frekuensi 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
analgesik yang diberikan kering
2. Cek adanya alergi obat 4. Mobilisasi klien (tubuh posisi klien) setiap
3. Monitor TTV sebelum dan sesudah memberikan dua jam sekali.
analgesik narkotik 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
4. Dokumentasikan respon klien terhadap 6. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
penggunaan analgesik daerah yang tertekan
Daftar Pustaka
1. Bilous, Rudy dan Donelly, R. 2015. Buku Pegangan Diabetes Edisi ke 4. Jakarta : Bumi
Medika
2. Bulechek G M, Howard K B, Joanne M D, dan Cheryl M W. 2016. Nursing intervention
classification (NIC). Edisi 6. USA: Elsevier.
3. Dr. Robert B, Cooper.1996. Segala Sesuatu yang Anda perlu ketahui tentang
Pemeriksaan Medis.Jakarta:PT Grasindo.
4. Dr. Rubby, Billous.2008.Bimbingan Dokter pada Diabetes.Jakarta:Dian Rakyat.
5. Hartono, Radyanto IW 2012, Akupresur untuk berbagai penyakit, Katalog dalam Terbitan
(KDT), Perpustakaan Nasional.
6. Herdman, T H. 2018. Nanda Internasional Inc. Diagnosa keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
7. Moorhead S, Marion J, Meridean L M, dan Elizabeth S. 2016. Nursing outcomes
clasification (NOC): measurerement of heath outcomes. Edisi 5. USA: Elsevier.
8. Nurrahmani, U & Kurniadi, H 2015, STOP! gejala penyakit jantung koroner, kolesterol
tinggi, diabetes melitus, hipertensi, Istana Media, Yogyakarta.
9. Porth, CM 2007, Essentials of pathophysiology: Consept of altered health states, 2nd
edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA.
10. Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah: Brunner Suddarth, Vol. 2. Jakarta: EGC.