Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA SERVIKAL

Tanggal 19 s/d 31 Oktober 2020

Oleh:
KELOMPOK A
Ainun Kamilah,S.Kep NIM. 1930913320013
Nur Miftahul Jannah,S. Kep NIM. 1930913320023
Retno Febriyanti, S.Kep NIM. 1930913320020
Yulia Yunara, S.Kep NIM. 1930913320021
Muhammad Hapi, S.Kep NIM. 1930913310015

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA SERVIKAL

Tanggal 19 s/d 31 Oktober 2020

Oleh:

KELOMPOK A
Ainun Kamilah,S.Kep NIM. 1930913320013
Nur Miftahul Jannah,S. Kep NIM. 1930913320023
Retno Febriyanti, S.Kep NIM. 1930913320020
Yulia Yunara, S.Kep NIM. 1930913320021
Muhammad Hapi, S.Kep NIM. 1930913310015

Banjarbaru, 31 Oktober 2020

Mengesahkan,

Pembimbing Akademik

Novi Mustahdianti Nasri, S.Kep.,Ns., M.Kep


NIK. 1990 2014 1 153
PNEUMONIA

TRAUMA SERVIKAL
PENGERTIAN Patofisiologi
MANIFESTASI KLINIS
ETIOLOGI
Trauma servikal adalah cidera yang mengenai tulang Trauma pada tulang leher fraktur pusat-pusat
servikal akibat trauma yang dapat menyebabkan 1) Nyeri persarafan terganggu akibat saraf yang melalui daerah
1) Kecelakaan lalu lintas 2) Bengkak/edema
fraktur atau pergeseran satu atau lebih pada tulang 2) Kecelakaan olahraga vertebra terjepit kerja organ terganggu mengalami
vertebra sehingga mengakibatkan deficit neurologi. 3) Memar/ekimosis kelumpuhan. Fraktur servikal blok saraf parasimpatis
3) Terjatuh dari ketinggian 4) Spasme otot
4) Kecelakaan kerja iskemia dan hipoksemia gangguan kebutuhan oksigen.
5) Penurunan sensasi Fraktur servikal pelepasan mediator kimia nyeri
6) Gangguan fungsi syok spinal gangguan sistem saraf spinal gangguan
Epidemiologi
7) Mobilitas abnormal sistem saraf spinal kelumpuhan pada organ pernapasan,
Trauma medula spinalis terjadi pada 8) Krepitasi ektremitas, pencernaan dan sistem perkemihan. Cedera pada
30.000 pasien setiap tahun di Amerika serikat. 9) Deformitas C1 dan C2 ventilasi spontan tidak efektif. Cedera pada
Insidensi pada negera berkembang berkisar 10)Syok hipovolemik C3-C5 kerusakan nervus frenikus hilangnya inervasi
antara 11,5 hingga 53,4 kasus dalam otot pernapasan aksesori dan otot intercostal komplience
1.000.000 populasi. Umumnya terjadi pada paru menurun. Cedera pada C4-C7 kerusakan tulang
remaja dan dewasa muda. Penyebab tersering penjepitan medulla spinalis oleh ligamentum flavum di
adalah kecelakaan lalu lintas (50%), jatuh posterior dan kompresi osteosif/material diskus dari anterior
(25%) dan cedera yang berhubungan dengan nekrosis dan menstimulasi pelepasan mediator kimia
olahraga (10%). Sisanya akibat kekerasan dan kerusakan myelin dan akson gangguan sensorik motorik.
kecelakaan kerja. Hampir 40%-50% trauma Cedera pada C5-C7 mempengaruhi intercostal,
medulla spinalis mengakibatkan defisit parasternal, scalenus, otot-otot abdominal, intak pada
neurologis, sering menimbulkan gejala yang diafragma, otot trapezius,dan sebagian pectoralis mayor.
berat, dan terkadang menimbulkan kematian. Masalah yang akan terjadi adalah gangguan pola napas akibat
Angka mortalitas  diperkirakan 48% dalam 24 terganggunya persyarafan diafragma, gangguan eliminasi
jam pertama, dan lebih kurang 80% serta kelumpuhan pada ekstremitas akan mengakibatkan
meninggal di tempat kejadian. Di Indonesia gangguan mobilitas fisik dan gangguan integritas kulit.
kecelakaan merupakan penyebab kematian ke
empat, setelah penyakit jantung, kanker, dan
stroke, tercatat ±50 meningkat per 100.000
populasi tiap tahun, 3% penyebab kematian PEMERIKSAAN
ini karena trauma langsung medulla spinalis,
2% karena multiple trauma. Insiden trauma 1) CT Scan
pada laki-laki 5 kali lebih besar dari 2) MRI
perempuan. Ducker dan Perrot melaporkan Komplikasi 3) EMG
40% spinal cord injury disebabkan kecelakaan
lalu lintas, 20% jatuh, 40% luka tembak,
a. Syok neurogenic
sport, kecelakaan kerja. Lokasi fraktur atau PENATALAKSANAAN
b. Syok spinal
fraktur dislokasi cervical paling sering pada
c. Hipoventilasi
C2 diikuti dengan C5 dan C6 terutama pada 1. Imobilisasi dan traksi
usia dekade 3. Dampak trauma servikal d. Hiperfleksia
autonomic 2. Farmakoterapi
mengakibatkan syok neurogenik, syok spinal,
hipoventilasi, hiperfleksia autonomic,
gangguan pada pernafasan, gangguan fungsi
Pathway

Trauma/cedera

Mengenai ruas tulang belakang

Cedera pada servikal

Trauma servikal
servikalis

Gangguan saraf servikalis C1-C7

Blok saraf simpatis

Trauma pada C4-C7 Trauma pada C3-C5 Organ Organ Organ


ekstremitas perkemihan pencernaan

Medulla spinalis terjepit oleh Terjadi kerusakan nervus frenikus


ligamentum flavum di Nyeri Paralisis Ganggua Gangguan
posterior dan kompresi Hilangnya inervasi otot pernapasan n eliminasi
osteosit diskus dari anterior Pelepasan aksesori dan otot interkostal eliminasi alvi/konstipasi
mediator kimia
(prostaglandin, Kelumpuhan organ Tirah
Iskemik bradikinin) Hambata
pernapasan (diafragma) baring Gangguan integritas
n
mobilitas lama
Hipoksia Nekrosis fokal dan inflamasi
Menyebabkan ventilasi
Ekspansi paru menurun Pola napas
spontan tidak efektif
tidak
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
PENYAKIT TRAUMA SERVIKAL

Pengkajian Diagnosa keperawatan

1. Nyeri Akut
1. Identitas
2. Ketidakefektifan Pola nafas
2. Keluhan Utama 3. Hambatan mobilitas fisik
3. Riwayat Penyakit 4. Gangguan integritas kulit
4. Pola Fungsional Gordon 5. Gangguan eliminasi urin
5. Pemeriksaan Fisik 6. konstipasi

Nyeri akut Ketidakefektifan pola nafas


NOC: Pain level, pain control, comfort level
NOC: Respiratory Status: Ventilation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (1x60 menit) nyeri klien akan berkurang dengan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 60 menit pasien
kriteria hasil klien akan:
1. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan hal yang memperberat nyeri)
menunjukkan keefektifan pola nafas dengan kriteria hasil:
2. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik 1. RR dalam batas normal
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 2. Ritme pernafasan reguler
3. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri NIC: Oxygen Therapy
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 1. Bersihkan sekret pada daerah oral, nasal dan trakea
NIC: 2. Pertahankan patensi jalan nafas
Pain Management 3. Set peralatan oksigen dan berikan oksigen sesuai order
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komptehensif 4. Monitor aliran oksigen
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Respiratory Monitoring
3. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 1. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan usaha saat bernafas
4. Ajarkan teknik non farmakologi 2. Monitor adanya dispnea dan kejadian yang dapat menimbulkan dispnea
5. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
Analgesic administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat.
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
5. Pilih rute pemberian pengobatan nyeri
6. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
7. Berikan analgesik tepat waktu
8. Evaluasi efektifitas analgesik, tanda dan gejala
Hambatan mobilitas fisik Kerusakan Integritas Kulit Gangguan eliminasi urin Konstipasi
NOC: Mobility Balance NOC: Integritas jaringan : kulit & NOC: Urinary elimination NOC: Bowl Elimination, Hidration
membran mukosa Urinary Contiunence Setelah dilakukan tindakan keperawaran selama 1x24
Setelah dilakukan tindakan jam aktivitas klien meningkat dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
keperawaran selama 1x24 jam
keperawatan selama 1x24 jam keperawaran selama 1x24 jam
aktivitas klien meningkat dengan masalah kerusakan integritas 1. Pola BAB dalam batas normal
kriteria hasil : aktivitas klien meningkat dengan
kulit/jaringan pasien berkurang 2. Feses lunak
dengan kriteria hasil : kriteria hasil :
1. Klien 3. Cairan dan serat adekuat
1. Keadaan suhu, elastisitas,
meningkat dalam aktivitas tekstur, ketebalan dan integritas 1. Kandung kemih kosong 4. Aktivitas adekuat
fisik kulit membaik dari sangat secara penuh 5. Hidrasi adekua
2. Mengerti tujuan terganggu (1) ke sedikit 2. Tidak ada residu urine > 100-
dari peningkatan mobilitas terganggu (4). NIC : Manajemen konstipasi
200 cc
3. Mendemonstras 2. Pigmentasi abnormal menjadi 1. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
3. Intake cairan dalam rentang
ikan penggunaan alat bantu berkurang
mobilisasi normal konstipasi
3. Tanda-tanda proritus berkurang
NIC: Exercise therapy 4. Balance cairan seimbang 2. Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
1. Monitoring TTV sebelum dan NIC: Pengecekan kulit
NIC: Manajemen urin 3. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan pada
sesudah latihan
2. Bantu klien untuk 1. Amati warna, kehangatan, pasien
menggunakan tongkat saat bengkak, pulsasi, tekstur, 1. Ajarkan pasien tentang tanda 4. Konsultasikan dengan dokter tentang peningkatan dan
berjalan dan cegah terhadap edema, dan uluserasi pada dan gejala infeksi saluran
cidera ekstermitas. penurunan bising usus
kemih
3. Kaji kemampuan klien dalam 2. Monitor warna dan suhu kulit 2. Instruksikan pasien dan 5. Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi yang
mobilisasi 3. Periksa pakaian yang terlalu keluarga untuk mencatat
ketat menetap
4. Berikan alat bantu jika klien haluaran urine, bila
memerlukan 4. Lakukan langkah-langkah untuk diperlukan 6. Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat)
5. Ajarkan klien bagaimana mencegah kerusakan lebih lanjut 3. Instruksikan pasien untuk terhadap eliminasi
mengubah posisi (melapisi kasur dan berespons segera terhadap
menjadwalkan reporsisi) 7. Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
kebutuhan eliminasi, jika
5. Bandingkan dan catat setiap perlu laxative dalam waktu yang lama
perubahan kondisi kulit 4. Ajarkan pasien untuk minum
6. Reposisi pasien setiap 2 jam 8. kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan
200 ml cairan pada saat
makan, diantara waktu makan, 9. Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
dan diawal petang 10. Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
1. Manajemen fraktur servikal
a. Penatalaksanaan awal
Pasien dengan fraktur servikal biasanya memiliki beberapa trauma, sehingga
perlu dilakukan stabilisasi segera di tempat kejadian. Penatalaksanaan pertama cedera
servikal berdasarkan prinsip umum ATLS (advanced trauma life support) yaitu
evaluasi awal berdasarkan primary survey ABCD (airway and C-spine control,
breathing and ventilatory, circulation and stop bleeding, disability and environment).
Bila airway tidak adekuat, perlu dilakukan intubasi tanpa menggerakkan kepala (C-
spine protection). Evaluasi dan assesmen berulang diperlukan pada pasien dengan
trauma kepala dan karena pasien dengan kesadaran menurun tidak dapat mengetahui
adanya nyeri pada leher. Bila stabil dilanjutkan ke secondary survey (head to toe
examination). Stabilisasi tulang belakang, manajemen hemodinamik dan gangguan
otonom sangat penting pada trauma akut. Prinsip khusus penatalaksanaan cedera
servikal adalah reposisi/realignment, imobilisasi, dan fiksasi tulang belakang sesuai
indikasi.
b. Traksi dan imobilisasi
Pada fraktur sevikal dengan malalignment, sebelum terapi definitif, dilakukan
pemasangan servikal traksi dengan Crutchfield traction atau Halo Tong Traction
dengan beban sesuai dengan level kerusakan segmen servikalnya.
c. Farmakoterapi
Obat yang diberikan pada pasien cedera servikal adalah golongan kortikosteroid.
Steroid berfungsi memperbaiki cedera medula spinalis dan diberikan pada 8 jam
pertama setelah cedera. Methylprednisolon dapat menurunkan respon inflamasi dengan
menekan migrasi polymorphonuclear (PMN) dan menghambat peningkatan
permeabilitas vaskular.
Daftar Pustaka

1. Doctherman McCloskey Joanne, Bulecheck .N Gloria. 2008. Nursing interventions


Classification (NIC). United states of America : Mosby.
2. Moorhead Sue , Jonson Marion , L.Mass dkk. 2008 Nursing Outcomes Classification
(NOC). United states of America : Mosby.
3. Muttaqin, Arif. 2007. Pengantar Asuhan Keperawatan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Salemba
4. Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai