Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN RESUME

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN
NYERI AKUT PADA NY. N
DI RUANG KASUARI RSDI BANJARBARU

Tanggal 08 Februari – 13 Februari 2021

Oleh:
Yulia Octaviani, S. Kep
NIM. 2030913320003

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESUME
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN
NYERI AKUT PADA NY. N
DI RUANG KASUARI RSDI BANJARBARU

Tanggal 08 Februari – 13 Februari 2021

Oleh:
Yulia Octaviani, S. Kep
NIM. 2030913320003

Banjarbaru, Februari 2021


Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Devi Rahmayanti, Ns.,M.Imun Novi Astuti Kristiani Sihombing, S.Kep., Ns


NIP. 19780101 200812 2 002 NIP. 19811101 200604 2 023
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Konsep Nyeri Akut
1. Pengertian
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah
suatu kebutuhan individu. Nyeri merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan yang terkadang dialami individu. Kebutuhan terbebas dari
rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan
diberikannya asuhan keperawatan pada seorang pasien di rumah sakit (Perry
& Potter, 2009).
Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada
persepsinya.Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi
nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang
tidak menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang
berhubungan dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain,
sehingga individu merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan
mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain (Perry & Potter,
2009).
Menurut PPNI (2016) Nyeri Akut adalah pengalaman sensorik atau
emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional,
dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. Nyeri akut dapat dideskripsikan
sebagai nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau intervensi
bedah, dan memiliki awitan yang cepat, dengsn intensitas yang bervariasi
(ringan sampai berat) serta berlangsung singkat (kurang dari enam bulan)
dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan setelah keadaan pulih pada
area yang rusak. Nyeri akut biasanya berlangsung singkat. Pasien yang
mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala perspirasi meningkat,
denyut jantung dan tekanan darah meningkat serta pallor (Mubarak et al.,
2015).
2. Klasifikasi
Nyeri Akut Dibagi Menjadi 2 bagian:
a. Nyeri Somatik, jika organ yang terkena adalah organ soma seperti kulit,
otot, sendi, tulang, atau ligament karena di sini mengandung kaya akan
nosiseptor. Terminologi nyeri muskuloskeletal diartikan sebagai nyeri
somatik. Nosiseptor disini menjadi sensitif terhadap inflamasi, yang akan
terjadi jika terluka atau keseleo. Selain itu, nyeri juga bias terjadi akibat
iskemik, seperti pada kram otot. Hal inipun termasuk nyeri nosiseptif.
Gejala nyeri somatik umumnya tajam dan lokalisasinya jelas, sehingga
dapat ditunjuk dengan telunjuk. Jika kita menyentuh atau
menggerakanbagian yang cedera, nyerinya akan bertambah berat (Perry
& Potter, 2009).
b. Nyeri viseral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau organ
dalam yang meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga
abdomen (usus, limpa, hati dan ginjal), rongga pelvis (ovaruim, kantung
kemih dan kandungan). Berbeda dengan organ somatik, yang nyeri kalau
diinsisi, digunting atau dibakar, organ somatik justru tidak. Organ viseral
akan terasa sakit kalau mengalami inflamasi, iskemik atau teregang.
Selain itu nyeri viseral umumnya terasa tumpul, lokalisasinya tidak jelas
disertai dengan rasa mual - muntah bahkan sering terjadi nyeri refer yang
dirasakan pada kulit. (Perry & Potter, 2009).

3. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda menurut PPNI (2016) adalah sebagai berikut:
- Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif: mengeluh nyeri
Objektif: tampak meringis, bersikap protektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
- Gejala dan Tanda Minor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif: tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri
sendiri, dan diaphoresis.

4. Penyebab Nyeri Akut pada Gastritis


Nyeri ulu hati bukanlah merupakan suatu diagnosis medis, tapi merupakan
gejala dari suatu penyakit. Nyeri ulu hati dapat terjadi akibat adanya
peradangan pada mukosa lambung. Keluhan nyeri ulu hati adalah keluhan
fisik subjektif yang dirasakan oleh pasien di daerah epigastrium. Epigastrium
adalah bagian abdomen tengah atas. Nyeri pada daerah epigastrium adalah
nyeri yang berhubungan dengan rasa tajam dan terlokalisasi yang dirasakan
oleh seseorang pada daerah tengah atas perut(Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,
Simadibrata K, & Setiadi, 2010). Banyak faktor yang menyebabkan
peradangan pada mukosa lambung sehingga menimbulkan rasa nyeri yang
meliputi:
a. Faktor obat-obatan yang menyebabkan gastritis seperti OAINS
(Indomestasin, Ibuprofen, dan Asam Salisilat), Sulfonamide, Steroid,
Kokain, Salisilat dan digitalis bersifat mengiritasi mukosa lambung. Hal
tersebut menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Hal tersebut terjadi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau pemakaian yang berlebihan sehingga dapat mengakibatkan gastritis
dan peptic ulcer (Sudoyo et al., 2010).
b. Faktor-faktor penyebab gastritis lainnya yaitu minuman beralkohol,
seperti whisky, vodka dan gin. Alkohol dan kokain dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung
lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal
sehingga, dapat menyebabkan peradangan sampai perdarahan (Perry &
Potter, 2009).
c. Penyebab gastritis paling sering yaitu infeksi oleh bakteri H. Pylori,
namun dapat pula diakibatkan oleh bakteri lain seperti H. heilmanii,
Streptococci, Staphylococci, Protecus species, Clostridium species,
E.coli, Tuberculosis dan Secondary syphilis. Gastritis juga dapat
disebabkan oleh infeksivirus seperti Sitomegalovirus. Infeksi jamur
seperti Candidiasis, Histoplasmosis dan Phycomycosis juga termasuk
penyebab dari peradangan pada gastritis. Gatritis dapat terjadi pada
kondisi refluks garam empedu (komponen penting alkali untuk aktivasi
enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa lambung
sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.Terjadinya 12
iskemia, akibat penurunan aliran darah ke lambung, trauma langsung
lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung (Sudoyo et al.,
2010).
d. Mekanisme terjadinya peradangan pada lambung akibat stres adalah
penurunan efektifitas system imunitas tubuh melalui efek hormon
kortisol yang diproduksi oleh bagian korteks kelenjar adrenal. Kortisol
menurunkan produksi limfosit dari kelenjar timus dan kelenjar limfe.
Penurunan produksi limfosit menyebabkan respon imunitas individu
dalam melawan bakteri pathogen menurun sehingga individu rentan
untuk mengalami infeksi (Sudoyo et al., 2010).

5. Mekanisme Nyeri Akut


Antara suatu rangsang sampai dirasakannya sebagai persepsi nyeri terdapat 5
proses elektrofisiologik yang jelas, dimulai dengan proses transduksi,
konduksi, modulasi, transmisi dan persepsi. Keseluruhan proses ini disebut
nosisepsi (nociception) (Perry & Potter, 2009). Mekanisme Nyeri Akut
melalui proses nosisepsis adalah sebagai berikut:
a. Transduksi adalah proses di mana suatu stimulus kuat dubah menjadi
aktivitas listrik yang biasa disebut potensial aksi. Dalam hal nyeri akut
yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan akan melepaskan
mediator kimia, seperti prostaglandin, bradikinin, serotonin, substasi P,
dan histamin. Zat-zat kimia inilah yang mengsensitasi dan mengaktivasi
nosiseptor mengasilkan suatu potensial aksi (impuls listrik). Perubahan
zat-zat kimia menjadi impuls listrik inilah yang disebut proses
transduksi.
b. Konduksi adalah proses perambatan dan amplifikasi dari potensial aksi
atau impuls listrik tersebut dari nosiseptor sampai pada kornu posterior
medula spinalis pada tulang belakang.
c. Modulasi adalah proses inhibisi terhadap impuls listrik yang masuk ke
dalam kornu posterior, yang terjadi secara spontan yang kekuatanya
berbeda- beda setiap orang, (dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan,
kepercayaan atau budaya). Kekuatan modulasi inilah yang membedakan
persepsi nyeri orang per orang terhadap suatu stimlus yang sama.
d. Transmisi adalah proses perpindahan impuls listrik dari neuron pertama
ke neuron kedua terjadi dikornu posterior medula spinalis, dari mana ia
naik melalui traktus spinotalamikus ke talamus dan otak tengah.
Akhirnya, dari talamus, impuls mengirim pesan nosiseptif ke korteks
somatosensoris, dan sistem limbik.
e. Persepsi adalah proses yang sangat kompleks yang sampai saat ini belum
diketahui secara jelas. Namun, yang dapat disimpulkan di sini bahwa
persepsi nyeri merupakan pengalaman sadar dari penggabungan antara
aktivitas sensoris di korteks somatosensoris dengan aktivitas emosional
dari sistim limbik, yang akhirnya dirasakan sebagai persepsi nyeri berupa
“unpleasant sensory and emotional experience” (Perry & Potter, 2009).

6. Peniaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi
nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan
untuk menilai derajat nyeri.Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin
selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang
dirasakan.Penilaian terhadap intensitas nyeri dapat menggunakan beberapa
skala yaitu (Mubarak et al., 2015):
a. Skala Nyeri Deskriptif Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran
tingkat keparahan nyeri yang objektif. Skala ini juga disebut sebagai
skala pendeskripsian verbal /Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan
garis yang terdiri tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun
dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini mulai dari
“tidak terasa nyeri” sampai “nyeri tak tertahankan”, dan pasien diminta
untuk menunjukkan keadaan yang sesuai dengan keadaan nyeri saat ini
(Mubarak et al., 2015).

b. Numerical Rating Scale (NRS) (Skala numerik angka)


Pasien menyebutkan intensitas nyeri berdasarkan angka 0 – 10.Titik 0
berarti tidak nyeri, 5 nyeri sedang, dan 10 adalah nyeri berat yang tidak
tertahankan.NRS digunakan jika ingin menentukan berbagai perubahan
pada skala nyeri, dan juga menilai respon turunnya nyeri pasien terhadap
terapi yang diberikan (Mubarak et al., 2015).

c. Faces Scale (Skala wajah)


Pasien disuruh melihat skala gambar wajah.Gambar pertama tidak nyeri
(anak tenang) kedua sedikit nyeri dan selanjutnya lebih nyeri dan gambar
paling akhir, adalah orang dengan ekpresi nyeri yang sangat berat.
Setelah itu, pasien disuruh menunjuk gambar yang cocok dengan
nyerinya.Metode ini digunakan untuk pediatri, tetapi juga dapat
digunakan pada geriatri dengan gangguan kognitif (Mubarak et al.,
2015).

d.
7. Dampak Nyeri Akut pada Gastritis
Nyeri merupakan salah satu khas tanda dan gejala dari gastritis.Respon
fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukkan keadaan dan sifat nyeri serta ancaman
yang potensial terhadap kesejahteraan pasien. Saat awitan nyeri akut, denyut
jantung, tekanan darah dan frekuensi nafas akan mengalami peningkatan. Selain itu
pasien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang
khas dan berespon secara vocal serta mengalami kerusakan dalam interaksi sosial.
Pasien akan sering meringis, mengernyitkan dahi, menggigit bibir, gelisah,
imobilisasi, mengalami ketegangan otot, melakukan gerakan melindungi bagian
tubuh sampai dengan menghindari percakapan, menghindari kontak social, dan
hanya fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri yang akan menurunkan rentang
perhatian. Serta pasien akan kurang mampu berpartisipasi dalam aktivitas rutin,
seperti mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan kebersihan normal serta
dapat mengganggu aktivitas social dan hubungan social (Perry & Potter, 2009).

8. Penatalaksanaan Nyeri Akut dengan Tehnik Nafas Dalam


a) Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi merupakan salah satu terapi nonfarmakologis yang
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri (Tamsuri, 2007). Relaksasi merupakan
suatu tindakan untuk membebaskan mental maupun fisik dari ketegangan dan
stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri (Andarmoyo,
2013). Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas napas abdomen dengan
frekuensi yang lambat dan berirama (Smeltzer & Bare, 2002). Latihan napas
dalam yaitu bentuk latihan napas yang terdiri dari pernapasan abdominal
(diafragma) dan pursed lip breathing (Lusianah, Indaryani, & Suratun, 2012).

b) Tujuan Teknik Nafas Dalam


Tujuan dari teknik relaksasi napas dalam yaitu untuk meningkatkan
ventilasi alveoli, meningkatkan efisiensi batuk, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, dan mengurangi tingkat stres baik itu stres fisik
maupun emosional sehingga dapat menurunkan intesitas nyeri yang dirasakan
oleh individu (Smeltzer & Bare, 2002). Selain tujuan tersebut, terdapat
beberapa tujuan dari teknik napas dalam menurut Lusianah, Indaryani and
Suratun (2012), yaitu antara lain untuk mengatur frekuensi pola napas,
memperbaiki fungsi diafragma, menurunkan kecemasan, meningkatkan
relaksasi otot, mengurangi udara yang terperangkap, meningkatkan inflasi
alveolar, memperbaiki kekuatan otot-otot pernapasan, dan memperbaiki
mobilitas dada dan vertebra thorakalis

c) Prosedur Teknik Nafas Dalam


Berikut ini adalah langkah-langkah tindakan dalam melakukan teknik relaksasi
napas dalam menurut Lusianah, Indaryani and Suratun (2012):
1. Mengecek program terapi medik klien.
2. Mengucapkan salam terapeutik pada klien.
3. Melakukan evaluasi atau validasi.
4. Melakukan kontrak (waktu, tempat, dan topik) dengan klien.
5. Menjelaskan langkah-langkah tindakan atau prosedur pada klien.
6. Mempersiapkan alat : satu bantal
7. Memasang sampiran.
8. Mencuci tangan.
9. Mengatur posisi yang nyaman bagi klien dengan posisi setengah duduk di
tempat tidur atau di kursi atau dengan posisi lying position (posisi
berbaring) di tempat tidur atau di kursi dengan satu bantal.
10. Memfleksikan (membengkokkan) lutut klien untuk merilekskan otot
abdomen.
11. Menempatkan satu atau dua tangan klien pada abdomen yaitu tepat
dibawah tulang iga
12. Meminta klien untuk menarik napas dalam melalui hidung, menjaga mulut
tetap tertutup. Hitunglah sampai 3 selama inspirasi.
13. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan gerakan naiknya
abdomen sejauh mungkin, tetap dalam kondisi rileks dan cegah lengkung
pada punggung. Jika ada kesulitan menaikkan abdomen, tarik napas dengan
cepat, lalu napas kuat melalui hidung.
14. Meminta klien untuk menghembuskan udara melalui bibir, seperti meniup
dan ekspirasikan secara perlahan dan kuat sehingga terbentuk suara
hembusan tanpa mengembungkan pipi, teknik pursed lip breathing ini
menyebabkan resistensi pada pengeluaran udara paru, meningkatkan
tekanan di bronkus (jalan napas utama) dan meminimalkan kolapsnya jalan
napas yang sempit.
15. Meminta klien untuk berkonsentrasi dan merasakan turunnya abdomen
ketika ekspirasi. Hitunglah sampai 7 selama ekspirasi.
16. Menganjurkan klien untuk menggunakan latihan ini dan meningkatkannya
secara bertahap 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan dalam posisi tegap,
berdiri, dan berjalan.
17. Merapikan lingkungan dan kembalikan klien pada posisi semula.
18. Membereskan alat.
19. Mencuci tangan.
20. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan dan memantau respon
klien.
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
RASA NYAMAN PADA NY.N DENGAN NYERI AKUT

I. Identitas Klien
Nama : Ny.N
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun Ngelengkong
Pendidikan Terakhir : SMA
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : IRT
No. RM : 55 85 xx
Tanggal Pengkajian : 08 Februari 2021
Keluhan : Nyeri Abdomen
Diagnosis Medis : Colic Abdomen

II. Pengkajian
A. Alasan Masuk
Pasien rujukan RS Datu Sanggul masuk melalui IGD RS Idaman Banjarbaru
pada tanggal 04 Februari 2021 jam 00.21 wita karena nyeri perut sejak 7 hari
SMRS, disertai demam, batuk pilek, mual/muntah, BAB cair.

B. Keluhan Saat ini


Pasien mengatakan masih mengalami nyeri perut, mual. Keadaan umum
pasien tampak terlihat lemah, ekspresi wajah menahan rasa sakit dibagian
perut, kesadaran compos mentis E4V6M5. Hasil TTV: TD 130/80 mmHg,
HR 90 x/menit, RR 22 x/menit, T 36, 2 0C. Pengobatan yang diberikan Infus
RL 500 ml 20 tpm, injeksi ceftriaxone 2x1, injeksi omeprazole 1x1,
ondasetron 2x1, paracetamol 3x1, maltiron 1x1.
C. Riwayat Penyakit
Pasien mengatakan tidak ada riwayat alergi terhadap obat atau makanan,
pasien memiliki riwayat penyakit maag, riwayat perujukan di RS Datu
Sanggul selama 7 hari dimana 2 hari dirawat diruang biasa dan 5 hari
diruang isolasi Covid 19, pasien sudah dilakukan SWAB PCR tanggal 1 dan
2 februari dinyatakan negative.

D. Pemeriksaan Head to toe


No BAGIAN TEMUAN
1. Kepala Tidak terdapat benjolan pada kepala, rambut berwarna hitam dan
panjang. Tidak ada masalah pada kepala
2. Wajah Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil isokor, refleks cahaya
(+), mukosa bibir lembab, tidak terpasang NGT.
3. Servikalis Tidak ada trauma pada servikalis, tidak ada bendungan vena jugularis,
Dan Leher tidak ada deviasi trachea, tidak ada pembesaran tonsil.
4. Toraks I : Tidak ada memar pada dada, tidak ada retraksi dinding dada
P: Sonor pada lapang paru, redup pada batas jantung
P : Tidak ada nyeri atau trauma pada dada
A: Suara paru : Vesikuler suara jantung: s1 s2 tunggal, Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
5. Abdomen I : Tidak ada lesi pada abdomen
P: Ada nyeri tekan pada abdomen dikuadran 4 sebelah kiri
P: Timpani
A: Bising usus 12 x/menit
6. Pelvis Tidak ada luka atau jejas pada pelvis
7. Ekstremitas Suhu ekstremitas teraba hangat, tidak ada edema, tidak ada kekakuan,
tidak ada deformitas, skala kekuatan otot 5555,5555,5555,5555 dan
tidak menggunakan alat bantu (tongkat, walker, prostase).
8. Bagian Tidak ada luka atau jejas, tidak ada edema, bentuk tulang belakang
Punggung normal.
9. Neurologis Compos Mentis GCS E4V5M6, respon gerak +, refleks menggengam +
10. Perawatan Selama sakit pasien dibantu oleh suami dalam melakukan perawatan diri
Diri seperti makan, berpakaian, toileting dan mandi.
III. Analisa Data
Nama : Ny. N
Umur : 29 tahun
No RM : 55 85 xx
Ruang : Kasuari
Data
Etiologi Masalah
Subjektif Objektif
Data Subjektif: Data Objektif: Agen Cedera Nyeri Akut
- P: pasien - Pasien tampak meringis Biologis
mengatakan nyeri - Tingkah laku gelisah
meningkat apabila - Pasien terlihat memegangi
beraktivitas perut sebelah kiri bagian
- Q: Nyeri seperti di bawah
tusuk-tusuk - TD 128/86 mmHg
- R: Pasien - N: 100 x/ menit
mengatakan nyeri - R: 20 x/ menit
perut bagian kiri - T: 36, 6 0C
bawah kuadran 4 - Spo2: 98%
- S: Skala Nyeri 3
(ringan)
- T: Pasien
mengatakan nyeri
hilang timbul
kurang lebih 30
menit

IV. Diagnosis Keperawatan


Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
V. Intervensi Keperawatan

Diagnosis Rencana Keperawatan


No.
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri akut NOC: NIC:
Berhubungan Tingkat nyeri Manajemen nyeri
dengan Agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji keluhan nyeri secara
Cedera selama 1x2 jam diharapkan nyeri komprehensif
Biologis berkurang dengan kriteria hasil: 2. Observasi reaksi nonverbal
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dari ketidaknyamanan
(4 ke 5) 3. Kontrol lingkungan yang
2. Menyatakan rasa nyaman setelah dapat mempengaruhi nyeri
nyeri berkurang ( 4 ke 5) seperti suhu ruangan
3. Ekpresi nyeri wajah (4 ke 5) 4. Berikan posisi yang nyaman
Keterangan: 5. Anjurkan pasien untuk
1. Berat menggunakan teknik
2. Cukup Berat relaksasi napas dalam
3. Sedang 6. Cek TTV
4. Ringan 7. Fasilitasi istarahat
5. Tidak ada

Kontrol Nyeri
Setelah dilakukan tindakan asuhan
keperawatan 1x30 menit diharapkan
pasien mengontrol nyeri dengan
kriteria hasil:
1. Mengenali kapan nyeri terjadi ( 2
ke 4)
2. Menggunakan analgesic yang di
rekomendasikan (2 ke 4)
3. Melaporkan nyeri yang terkontrol
(2 ke 4)
Keterangan:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukkan
5. Secara konsisten menunjukkan

VI.Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Hari/Tangga
Implementasi Evaluasi TTD
l
Rabu, 10 Manajemen Nyeri: S:
Februari 2021 1. Mengkaji keluhan nyeri secara - Pasien mengatakan
komprehensif meliputi nyerinya berada diskala
Jam 10.00 –
(P,Q,R,S,T) nyeri 0 (tidak nyeri)
10.15 wita 2. Mengobservasi reaksi - Pasien mengatakan Yulia
nonverbal dari rasa nyeri sebelumnya mengatasi nyeri Octaviani,
3. Menjaga suhu lingkungan agar menggunakan kompres S. Kep
tetap stabil hangat
4. Memberikan posisi yang - Pasien mengatakan belum
nyaman (posisi semi fowler) pernah diajarkan teknik
5. Melatih pasien menggunakan terapi relaksasi nafas dalam
teknik relaksasi napas dalam - Pasien mengatakan
untuk mengurangi rasa nyeri memahami cara terapi
6. Memonitor TTV pasien relaksasi nafas dalam
meliputi (TD, HR, RR, T, - Pasien mengatakan akan
SPO2) mempraktekkannya apabila
7. Menyarankan pasien istarahat nyeri tersebut muncul lagi
ditempat tidur dan minum air
putih yang cukup. O:
- Pasien nampak koperatif
saat dilakukan pengkajian
- Pasien mampu
memperhatikan penjelasan
perawat tentang terapi
relaksasi nafas dalam
- Pasien mampu
memperagakan terapi
relaksasi nafas dalam secara
mandiri
- Pasien mampu melaporkan
nyeri yang berkurang dari
skala 3 (ringan) menjadi
skala 0 (tidak nyeri)
- Hasil TTV
TD: 120/80 mmHg
HR: 80 x/menit
RR: 20 x/menit
T: 36,1 0C
SPO2: 99 %

A: Masalah nyeri akut teratasi

P: Hentikan intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: PPNI.
Mubarak, I.W., et al., (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar (Buku 1). Salemba
Medika: Jakarta.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
Bulechek, G., et al. 2018. Nursing Intervention Classification (NIC): Six Edition.
St. Louise, Misouri: Mosby, Inc.

Herdman, TH & Kamitsuru, S. 2018. NANDA-I Diagnosis keperawatan: definisi


dan klasifikasi 2018-2020 Ed. 11 alih Bahasa Indonesia: Keliat,
Mediani & Tahlil. Jakarta: EGC.

Moorhead Sue , Jonson Marion , L.Mass dkk. 2018 Nursing Outcomes


Classification (NOC): Five Edition. United states of America: Mosby.

Tamsuri A. (2007). Konsep Dan penatalaksanaan nyeri . Jakarta: EGC.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Ar- Ruzz,


Yogyakarta.

Bare & Smeltzer.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta: EGC

Lusianah, Indaryani, E. D., & Suratun. (2012). Prosedur Keperawatan (p. 287).
Jakarta: Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai