Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN

RASA NYAMAN NYERI PADA Tn. W DI RUANG HUSADA


RS DKT Dr. SOETARTO

RODAME CHRISTOPEL PARSAORAN SIANIPAR


221100637

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA

2023

i
ii
LEMBAR PENGESAHAN

Nama: RODAME CHRISTOPEL PARSAORAN SIANIPAR


NIM : 221100637

Judul : Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri
Pada Tn. W Di Ruang Husada RS DKT Dr. Soetarto

Yogyakarta,……….Juli 2023

Pembibing akademik Pembimbing lahan

Rika Monika K, S.Kep., Ns, M.Kep.,Sp.,Kep Isnaini J. S.Kep., Ns

iii
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….
B. Rumusan Masalah …………………………………………………
C. Tujuan ……………………………………………………………..
D. Metode …………………………………………………………….
PEMBAHASAN
A. Definisi ……………………………………………………………
B. Tanda dan gejala…………………………………………………..
C. Etiologi…………………………………………………………….
D. Patofisiologi……………………………………………………….
E. Klasifikasi
Nyeri……………………………………………………………
F. Path way …………………………………………………………
G. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri…………………………
H. Penatalaksana…………………………………………………….
……………………………………………………………………
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian …………………………………………………….
2. Diagnose keperawatan ………………………………………...
3. Rencana keperawatan …………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan rasa nyaman merupakan keadaan atau perasaan kurang senang,
lega, dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospritual, lingkungan dan sosial (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Asuhan keperawatan masalah aktual terhadap
nyeri merupakan gangguan rasa nyaman nyeri dimana The Internasional
Association for The Study of Pain (IASP) mendefinisikan nyeri merupakan
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Berdasarkan definisi tersebut nyeri
merupakan suatu gabungan dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik
nyeri) dan komponen subjektif (aspek emosional dan psikologis) (Wiarto,2017
dalam Meilania Feron, 2019)
Nyeri merupakan pengalaman yang tidak dapat dihindari seiring proses
penuaan, lansia lebih berisiko mengalami bermacam gangguan yang berhubungan
dengan nyeri, lansia berisiko tinggi mengalami nyeri akut dan nyeri kronik yang
dapat berdampak serius dalam aktivitas mereka sehari-hari dan kualitas hidup
mereka (Maas,2011 dalam Meilania Feron, 2019 )
Nyeri berdasarkan tingkatannya terdiri dari nyeri ringan yaitu nyeri dengan
intensitas rendah. Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi. Nyeri berat,
yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi. Tidak nyeri = bila skala intensitas nyeri
numerik 0, nyeri ringan = bila skala intensitas nyeri numerik 1-4, nyeri sedang =
bila skala intensitas nyeri numerik 5-7, nyeri berat = bila skala intensitas nyeri
numerik 8-10 (Langganawa, 2014). Penelitian Nurhafizah & Erniyati (2012),
setelah dilakukan pengkajian nyeri di sebuah bangsal RSUP H.Adam Malik
Medan didapatkan pasien post operasi dengan intensitas nyeri ringan sebanyak
22,2 % pasien dengan nyeri sedang sebanyak 57,4% dan sisanya adalah pasien
dengan intensitas nyeri berat 20,4%, sedangkan menurut Marpuah dalam Kusyati
(2012), ibu primigravida mengalami nyeri dengan rata-rata nyeri sedang sebanyak
54% dan sisanya nyeri ringan sebanyak 46%
Pasien dalam merespon terhadap nyeri yang dialaminya dengan cara berbeda-
beda misalnya berteriak, meringis, menangis dan sebagainya, maka perawat harus

1
peka terhadap sensasi nyeri yang dialami oleh pasien (Asmadi dalam Saifullah,
2015). Perawat harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai
dalam semua aspek keperawatan mencangkup pemeliharaan suhu tubuh normal,
pernafasan yang optimal, bebas dari cidera, terutama meminimalkan nyeri dan
ketidaknyamanan (Baradero dalam Saifullah, 2015).
Ketika pasien merasakan nyeri, pasien tidak dapat menikmati kehidupan
dengan nyaman, pada kondisi ini perawat sebagai tenaga professional yang paling
banyak berinteraksi dengan pasien bertanggung jawab melakukan manajemen
nyeri yang tepat (Mustawan dalam Karendehi, 2015). Manajemen nyeri yang tidak
adekuat dapat menimbulkan konsekuensi terhadap pasien dan anggota keluarga.
Pasien dan keluarga akan merasakan ketidaknyamanan yang meningkatkan respon
stress sehingga mempengaruhi kondisi psikologi, emosi, dan kualitas hidup
(Purwandari, 2014).
Penelitian yang dilakukan Woldrhaimanot, Esheti & Kerie 2014, tentang
manajemen nyeri di Bangsal Bedah Jimma Ethiopia, dari 252 pasien yang
mengalami nyeri hanya 50% dari pasien yang cukup puas dengan menejemen
nyeri mereka. Sedangkan Human Rights Watch melaporkan bahwa hanya 10%
dari pasien yang menerima manajemen nyeri optimal, meskipun berbagai
workshop dan pertemuan puncak telah dilakukan se Uni Afrika dan menetapkan
bahwa nyeri merupakan sebagian dari hak dasar manusia (Human Right Watch
dalam Woldrhaimanot 2014).
Hasil wawancara dengan salah seorang perawat pada studi pendahuluan
tanggal 24 November 2015, didapatkan hasil dalam pelaksanaan intervensi pada
pasien nyeri perawat mengatakan selain memberikan intervensi kolaborasi
farmakologi atau obat-obatan perawat juga memberikan intervensi mandiri yaitu
non farmakologi yakni salah satunya mengajarkan pasien teknik nafas dalam serta
teknik distraksi dan relaksasi. Peneliti selanjutnya melakukan wawancara dengan
dua orang pasien, pasien mengaku hanya diberikan obat oleh perawat tanpa
diberikan intervensi lain seperti intervensi nyeri non farmakologi.

2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas maka akan ada beberapa
rumusan masalah yaitu:
1. Defenisi
2. Tanda dan Gejala
3. Etiologi
4. Path way
5. Penatalaksana
6. Diagnose keperawatan
7. Rencana keperawatan

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memahami gambaran umum mengenai asuhan keperawatan dasar gastroenteritis.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

b. Untuk mengetahui tanda dan gejala Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

c. Untuk mengetahui etiologi Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

d. Untuk mengetahui pathway Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

e. Untuk mengetahui penatalaksana Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

f. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

g. Untuk mengetahui rencana keperawatan Gangguan Rasa Nyaman Nyeri

3
D. Metode

1. Observasi

Bertujuan untuk mengumpulkan data melalui pengamatan secara langsung terhadap pasien

2. Pengukuran dan Pemeriksaan fisik

Pengukuran dan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi,palpasi,aulkultasi

3.Dokumentasi

Merupakan cara memperoleh data melalui catatan rekam medis dan keperawatan pasien.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Defenisi

Gangguan rasa nyaman nyeri adalah keadaan dimana terjadi sensasi


ketidaknyamanan akibat terjadi kerusakan jaringan dengan keluhan utama nyeri pada
daerah yang terjadi dekstruksi sehingga dampaknya mengurangi kenyamanan fisik
pasien dan memperpanjang masa hospitalisasi.

Nyeri merupakan kondisi perasaan yang tidak menyenangkan. Sifatnya sangat


subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala nyeri atau
tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya (Uliyah & Hidayat, 2015).

Secara umun nyeri diartikan sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan
diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional (Uliyah & Hidayat, 2015).

B. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda menurut PPNI(2016) adalah sebagai berikut :
Gejala dan tanda mayor :
1. Subjektif : mengeluh nyeri
2. Objektif : tampak meringis, bersikap proktektif (mis. waspada, posisi
menghindari nyeri), gelisah< frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.

Gejala dan Tanda Mayor :


1. Subjektif : tidak tersedia
2. Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan
berubah, proses berfikir terganggu, menarik diri, berfokus pda diri
sendiri, dan diaphoresis.

5
C. Etiologi
1. Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis. Secara fisik
misalnya, penyebab nyeri adalah trauma ( baik trauma mekanik, termis,
kimiawi, maupun elektrik), neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah.
Secara psikis, penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma
psikologis.
2. Nyeri yang dusebabkan oleh faktor psikis berkaitan dengan terganggunya
serabut saraf reseptor nyeri. Serabut saraf nyeri ini terletak dan tersebar pada
lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.
Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organic.

D. Patofisiologi

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya


rangsangan. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsangan nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya terhadap stimulus
kuat yang secara petensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga dengan nyeri
nisiseptor. Secara otomatis, reseptor nyeri (nosiseptor) ada yang bernilai dan
ada yang tidak bernilai dari saraf eferen.

Stimulus penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf


perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa berwarna abu-abu
di medulla spinalis. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebal, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman
dan pengetahuan yang lalu serta asosisai kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.

6
E. Klasifikasi Nyeri

Menurut Maryunani (2015), klasifikasi nyeri umunya dibagi 2, yaitu nyeri akut dan nyeri
kronis:

1) Nyeri Akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, tidak
melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan otot.
2) Nyeri Kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan biasanya berlangsung dalam
waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan yang termasuk dalam kategori nyeri
kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis dan psikosomatik.

Tabel perbedaan nyeri akut dan kronis

KARAKTERISTIK NYERI AKUT NYERI KRONIS

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau


penyakit dari dalam pengobatan yang terlalu
lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak,


berkembang dan
terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan, sampai


bertahun-tahun

Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak diketahui Daerah nyeri sulit


dengan pasti dibedakan intensitasnya,
sehingga sulit dievaluasi
(perubahan perasaan)

Gejala-gejala klinis Pola respons yang khas Pola respons yang


dengan gejala yang lebih bervariasi, sedikit gejala-

7
jelas gejala (adaptasi)

Pola Terbatas Berlangsung terus

F. Path way

8
G. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri
Menurut Uliyah & Hidayat (2015), pengalaman pada seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantarnya adalah:
1) Arti Nyeri
Arti nyeri bagi individu memiliki banyak perbedaan dan hampir Sebagian arti
nyeri tersebut merupakan arti yang negative, seperti membahayakan, merusak dan
lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin,
latar belakang social kultural, lingkungan dan pengalaman.
2) Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian sangat subjektif, tempatnya pada konteks
(pada fungsi evaluative secara kongnitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor
yang dapat memicu stimulasi nociceptor.
3) Toleransi Nyeri
Toleransi nyeri erat hubunganya dengan adanya intensitas nyeri yang dapat
mempengaruhi seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, pilates exercise
gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat dan lain-lain.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah,
bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit dan lain-lain.
4) Reaksi Terhadap Nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk
respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

H. Penatalaksana
1) Farmakologi
Menurut Wahyudi & Wahid (2016) menjelaskan bahwa penaganan nyeri
secara farmakologi adalah seperti berikut ini :
9
a. Analgetik Narkotik
Analgesic narkotik terdiri dari berbagai derativ opium seperti morfin
dan kodein. Narkotik memberikan efek penurunan nyeri dan
kegembiraan karena obat ini mengadakan ikatan dengan reseptor
opiate dan mengaktifkan penekanan nyeri endogen pada susunan saraf
pusat. Namun penggunaan obat ini menimbulkan efek menekan pusat
pernapasan di medulla batang otak.
b. Analgesic Non Narkotik
Analgesic non narkotik seperti aspirin, asetaminfen dan ibuprofen
selain memiliki efek anti nyeri juga memiliki efek anti inflamasi dan
antipiretik efek samping obat yang paling umum terjadi gangguan
pencernaan.
2) Non Farmakologi
Tindakan pengontrolan nyeri melalui tindakan non-farmakologi menurut para
ahli adalah sebagai berikut :
a. Membangun hubungan terapeutik perawat-klien
Terciptanya hubungan terapeutikan klien dengan perawat akan memberikan
pondasi dasar terlaksananya asuhan keperawatan yang efektif pada klien yang
mengalami nyeri.
b. Bimbingan Antisipasi
Menghilangkan kecemasan klien sangatlah perlu, terlebih apabila dengan
timbulnya kecemasan meningkatkan persepsi nyeri.
c. Relaksasi
Relaksasi adalah suatu Tindakan untuk “membebaskan” mental dan fisik dari
ketegangan dan stress, sehinggan dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
3) Imajinasi Terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah Upaya untuk menciptakan kesan dalam pikiran
klien, kemudia berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap
dapat menurunkan persepsi klien nyeri.
4) Distraksi
Merupakan Tindakan pengalihan klien ke hal-hal diluar nyeri, yang dengan
demikian diharpakan dapat menurunkan kewaspadaan klien terhadap nyeri.
5) Akupuntur

10
Akupuntur merupakan terpai pengobatan kini dari cina, dimana akupuntur
menstimulasi titik-titik tersebut pada tubuh untuk meningkatkan aliran energi
disepanjang jalur yang disebut jalur meridian
6) Biofeedback
Metode elektrik yang mengukur respon fisiologis seperti gelombang pada
otak, kontraksi otak, atau temperature kulit kemudian “mengembalikan”
memberikan informasi tersebut kepada klien.

7) Stimulasi Kutaneus
Teknik ini bekerja dengan menstimulasi permukaan kulit untuk mengontrol
nyeri. Sebagai contoh tindakan ini adalah mandi air hangat kompres air
dingin/panas, pijatan dengan menthol TENS (transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation)
8) Akupresur
Terdapat beberapa Teknik akupresur untuk membebaskan rasa nyeri yang
dapat dilakukan secara mandiri. Klien dapat menggunakan ibu jari atau jari
untuk memberikan tekanan pada titik akupresur untuk membebaskan
ketegangan pada otot, kepala, bahu atau leher.
9) Psikoterapi
Psikoterapi dapat menurunkan presepsi pada nyeri pada beberapa klien,
terutama pada klien yang sangat sulit sekali mengontrol nyeri, pada klien yang
megalami depresi, atau pada klien yang mempunyai Riwayat masalah.

I. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian

Pengkajian keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi


pengkajian khusu masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan
dengan kebutuhan nutrisi.

1) Identitas

11
Berisikan data umum dari pasien. Yang terdiri dari nama pasien, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, pekerjaan, aalamat, Pendidikan terakhir, tanggal masuk, nomor register,
diagnose medis, dan lain-lain.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien saat dilakukan pengkajian
b) Riwayat penyakit sekarang
Pasien bercerita tentang Riwayat penyakit, perjalanan dari rumah ke rumah sakit.
c) Riwayat penyakit dahulu
Data yang diperoleh dari pasien, apakah pasien mempunyai penyakit di masa lalu
meupun sekarang.

d) Riwayat penyakit keluarga


Data yang diperoleh dari pasien maupun keluarga pasien, apakah keluarga ada yang
memiliki Riwayat penyakit menurun maupun menular.
3) Pola istirahat/tidur
a) Waktu tidur
Waktu tidur yang dialami pasien pada saat sebelum sakit dan dilakukan
dirumah, waktu tidur yang diperlukan oleh pasien untuk dapat tidur
selama di rumah sakit.
b) Waktu bangun
Waktu yang diperlukan untuk mencapai dari suatu proses NERM ke
posisi yang rileks, waktu bangun dapat dikaji pada saat pasien sebelum
sakit dan pada saat pasien sudah di rumah sakit.
4) Karakteristik nyeri
P (profokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringanya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut
R (region) : daerah perjalananya nyeri
S (skala nyeri) : keparahan/intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri
Pengkajian Skala Nyeri
 Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak
terganggu)

12
 Skala nyeri 4-6 nyeri sedang (mengganggu aktivitas fisik)
 Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas
secara mandiri)
5) Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Baik, sedang, dan ringan.
2) Kesadaran
Composmentis, somnolen, delirum
3) Tanda-tanda vital
Ukuran dari beberapa kriteria mulai dari tekanan darah, nadi,
respirasi, dan suhu.

a. Diagnosa Keperawatan
a). Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik (mis. prosedur
pembedahan)
b). Gangguan pola tidur berhubungan dengan Hambatan lingkungan (mis.
tindakan)

b. Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria


Intervensi Rasional
hasil

Setelah diberikan Manajemen nyeri


intervensi selama (I.08238)
1x 24 jam maka Observasi: a. Manajemen Nyeri
diharapkan tingkat 1. Identifikasi :
nyeri menurun lokasi ,karakteristi 1) Memberikan
dengan kriteria k,durasi, frekuensi, perawatan
hasil : kualitas, intensitas, dengan tepat
nyeri 2) Membantu
Tingkat Nyeri 2. Identifikasi skali pasien dalam
(L.08066) nyeri pemenuhan

13
1. Kemampua 3. Identrifikasi terapi obat
n respons byeri non yang telah
menuntuska verbal ditentukan
n aktivitas 4. Identifikasi faktor 3) Memberi
meningkat yang memperberat informasi
(5) dan memperingan tentang nyeri
2. Keluhan nyeri agar
nyeri 5. Identifikasi pasien/keluarg
menurun oengaruh nyeri a mengetahui
dengan pada kualitas hidup penyebab,
skala nyeri 6. Monitor
1 (5) berapa lama
keberhasilan terapi
3. Pasien nyeri
komplementer
tampak dirasakan.
yang sudah
meringis diberikan
4) Mengatasi
menurun (5) nyeri
7. Monitor efek
4. Frekuensi menggunakan
nadi cukup samping
penggunaan teknik
membaik nonfarmakolog
(5) analgetic.
i dengan
5. Pola nafas
membaik Terapeutik: mendistraksi
(5) 5) Agar
6. Tekanan 1. Berikan eknik kebutuhan
darah nonfarmakologis istirahat/tidur
membaik untuk mengurangi
terpenuhi
(5) rasa nyeri (miss
7. Fungsi TENS, hypnosis,
akupresur, terapi b. Pemberian Obat :
berkemih
membaik music biofeedback, 1) Pemberian
(5) terapi pijat, obat- obatan
aromaterapi, terhadap
8. Pola tidur
membaik Teknik imajinasi pasien dengan
(5) terbimbing. mengikuti
2. Kontrol lingkungan standar SOP
yang memperberat yang ada
rasa nyeri(mis.
suhu ringan, 2) Agar menjaga
pencahayaan, keakuratan
kebisingan) dalam
3. Fasilitas istirahat pemberian
tidur obat dengan
4. Pertimbangkan kepatuhan
jenis dan sumber lima benar
nyeri dalam
3) Sebelum
pemilihan strategi
meredakan nyeri. pemberian
obat penting
Edukasi : untuk
mengecek

14
1. Jelaskan penyebab,
periode, vdan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredahkan nyeri
3. Anjurkan kembali
memonitor nyeri apakah obat
secara mandiri yang
4. Anjurkan
diberikan
menggunakan
analgetic secara
tepat sesuai dengan
5. Ajarkan Teknik
nonfarmokologis identitas
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

15
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi Jakarta: DPP PPNI

2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.

SDKI PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. DPP PPNI

SLKI PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI

SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP PPNI

16

Anda mungkin juga menyukai