Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN

NYAMAN (NYERI)
STASE KEPERAWATAN DASAR PROPESIONAL

Dosen Pembimbing Stase: Ns. Ali Maulana, S.Kep., M.Kep.

AFRIYANI
I4051201022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2021
1. Definisi
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya yang disebabkan oleh stimulus spesifik bersifat subyektif
karena dipengaruhi oleh faktor psikososial dan kultur dan endorphin
seseorang, sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri [CITATION
Apr15 \l 1057 ].
Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial
yang dapat digambakan dalam bentuk kerusakan tersebut (Utami, 2016).
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) nyeri
digolongkan sebagai gangguan sensorik posotif. Nyeri tidak dapat
ditafsirkan dan tidak dapat diukur, namun tidak dipungkiri bahwa nyeri
merupakan perasaan yang tidak menyenangkan serta menyakitkan
[ CITATION Inn19 \l 1057 ].
2. Etiologi
a. Agen cidera fisik : penyebab nyeri karena trauma fisik.
b. Agen cidera biologis : penyebab nyeri karena kerusakan fungsi
organ atau jaringan tubuh.
c. Agen cidera osikologis : penyebab nyeri bersifat psikologis seperti,
kelainan organik, neurologi traumatik dan ski9zofrenia.
d. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadi tekanan atau kerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri.
e. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat pembengkakan.
f. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada
pasien infark miokard dengan tanda nyeri pada dada khas.
3. Klasifikasi
Nyeri adalah kondisi suatu mekanisme prolektif tubuh yang timbul jika
jaringan mengalami kerusakan dan menyebabkan individu tersebut beraksi
untuk menghilangkan ransangan tersebut [ CITATION Kur15 \l 1057 ].
3.1 Nyeri Akut
Nyeri akut adalah keadaan dimana seseorang melaporkan adanya
ketidaknyamanan yang hebat. Nyeri akut bersifat mendadak,
durasinya singkat kurang dari 6 bulan.
3.2 Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
nyeri yang berlangsung terus menerus, akibat keganasan dan non
keganasan atau intermiten selama 6 bulan atau telib.
4. Patofisiologis
Proses perjalanan nyeri yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
4.1 Transduksi
Ransangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan
mediator biokimia (misalnya: histamin, prostaglandin, dan substansi
P). Mediator ini kemudian merangsang nosiseptor.
4.2 Transmisi
Proses penyaluran implus listrik yang dihasilkan oleh proses
transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul dicelah
simpatik mentranmisi informasi dari suatu neuron ke neuron
berikutnya.
4.3 Modulasi
Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ketanduk
dorsal medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor implus
supresif.
4.4 Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri
tersebut terjadi distruktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya
berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen
sensorik dan afektif nyeri.
5. Manifestasi Klinis
5.1 Vakolasi
1) Mengaduh
2) Menangis
3) Sesak nafas
4) Mendengkur
5.2 Ekspresi wajah
1) Meringis
2) Mengeletuk gigi
3) Menutup mata dan mulut dengan rapat
5.3 Gerakan tubuh
1) Gelisah
2) Imobilisasi
3) Ketegangan otot
4) Peningkatan gerakan jari dan tangan
5) Gerakan melindungi bagian tubuh
5.4 Interaksi Sosial
1) Menghindari percakapan
2) Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
3) Menghindar kontak sosial
4) Penurunan rentang perhatian
6. Pemeriksaan penunjang
Menurut Mubarak (2015) adapun pemeriksaan diagnostik sangat
penting dilakukan agar mengetaui apakah ada perubahan bentuk atau
fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan timbulnya rasa
nyeri seperti:
6.1 Melakukan pemeriksaan laboratorium darah dan pemeriksaan
radiologi.
6.2 Menggunakan skala nyeri:
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri paska pembedahan yang efektif. Skala penilaian nyeri dan
keterangan pasien digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas
nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi
dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.
Adapun skala nyeri pada penilaian nyeri terhadap pasien diantaranya.
1) Wong-Braker Face Pain Rating Scale
Skala enam wajah dengan gambar wajah dengan ekspresi yang
berbeda, dimulai dari senyuman sampai menangis karena
kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan gangguan
komunikasi, seperti anak-anak, lansia, dan pasien yang
kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan bahasa
lokal setempat.
2) Verbal Rating Scale (VRS)
Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan
berdasarkan skala lima poin. Contohnya: tidak nyeri, ringan,
sedang, berat, dan sangat berat.
3) Numerical Rating Scale (NRS)
Pertama kali dikemukakan oleh Downie dkk tahun 1978,
dimana pasien sitanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan
dengan menunjukkan angka 0-5 atau 0-10, dimana angka 0
menunjukkan tidak ada nyeri dan angka 5 atau 10 menunjukkan
nyeri yang hebat.
4) Visual Analogue Scale (VAS)
Skala ini pertama kali dikemukakan oleh Keele pada tahun 1948
yang merupakan skala dengan garis lurus 10 cm, dimana awal garis
(0) penanda tidak ada nyeri dan akhir garis (10) menandakan nyeri
hebat. Pasien diminta untuk membuat tanda garis tersebut untuk
mengekspresikan nyeri yang dirasakan. Penggunaan skala VAS
lebih gampang, efesien dan lebih mudah dipahami oleh penderita
dibandingkan dengan skala lainnya.
7. Penatalaksanaan
7.1 Menurut Putri (2020) adapun terapi non farmakologis yaitu
1) Teknik relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental an fisik dari ketegangan
dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri
ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi
pada nyeri. Imajinasi terbimbing dengan menciptakan kesan dalam
pikiran sehingga dapat mengurangi intensitas nyeri.
2) Tenik distraksi
Distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri
kestimulus yang lain. Beberapa jenis distraksi yaitu diatraksi
visual (melihat pertandingan, menonton televisi, dll) distraksi
pendengaran (mendengarkan musik), distraksi pernafasan, dan
distraksi intelektual (bermain kartu).
8. Komplikasi
1) Edema pulmonal
2) Hipertensi
3) Hipertermi
4) Gangguan pola istirahat dan tidur
5) Kejang
6) Masalah mobilitas
9. Pengkajian
a. Posisi yang terlihatkan dari pasien
1) Pasien tampak takut bergerak, dan berusaha merusak posisi yang
memberikan rasa nyaman.
b. Ekspresi umum
1) Tampak meringis, merintih
2) Cemas, wajah pucaat
3) Ketakutan bila nyeri timbuk mendadak
4) Keluar keringat dingin
5) Pasien tampak mengeliat kesakitan
c. Pasien dengan nyeri perlu diperhatikan saat pengkajian adalah
1) Lokasi nyeri
2) Waktu timbulnya nyeri
3) Reaksi fisik/psikologis pasien terhadap nyeri
4) Karakteristik nyeri
5) Cara yang pernah dilakukan untuk mengatasi nyeri
10. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen cidera fisik atau trauma
2) Nyeri kronis b/d kontrol nyeri yang tidak adekuat
3) Ansietas b/d perubahan status kesehatan
11. Intervensi
11.1 Nyeri akut b/d agen cidera fisik atau trauma
1. Manajemen nyeri
1) Kaji tingkayt nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2) Berikan informasi tentang nyeri
3) Ajarkan teknik relaksasi
4) Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
5) Turunkan dan hilangkan faktor yang dapat meningkatkan
nyeri.
2. Monitor TTV
3. Pemberian analgesik
11.2 Nyeri kronis b/d kontrol nyeri yang tidak adekuat
1. Manajemen nyeri
1) Kaji tingkayt nyeri, meliputi: lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi.
2) Kendalikan faktor yang dapat memperngaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan suara bising.
3) Bantu keluarga dalam mencari dan menyediakan dukungan
4) Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan nyeri
5) Dorong pasien untuk mengunakan obat-obatan penurun
nyeri dengan resep yng adekuat.
2. Manajeman pengobatan
1) Tentukan kemampuan pasien untuk mengobati diri sendiri
secara tepat
2) Monitor pasien mengenai efek terapeutik obat
11.3 Ansietas b/d perubahan status kesehatan
1. Pengurangan kecemasan
1) Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara
yang tepat
3) Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
4) Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan ketakutan.
DAFTAR PUSTAKA
Apriansyah, d. (2015, Januari). Hubungan antara tingkat kecemasan pre operasi
dengan derajat nyeri pada pasien post sectio caesarea di RS
Muhammadiyah Palembang. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, ISSN No.
23555459.
Innternational Association for the Study of Pain. (2019). IASP's Proposed New
Definition of Pain Released for Comment.
Kurniawan. (2015). Nyeri secara umum dalam continuing neurological education
4, vertigo dan nyeri. Malang: UB Press, Universitas Brawijaya.
Mubarak, W. I. (2015). Buku ajar ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Putri, M. E. (2020). Terapi komplementer sensory therapies movement untuk
mengurangi nyeri: Literature review. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes
Hang Tuah Surabaya, 15 (1), 17-27.
Soenarto, F. S. (2019). Pengkajian nyeri kronik: modul pelatihan keterampilan
dasar untuk mahasiswa dan profesional kesehatan. Jakarta: Universitas
Indoneia.
Tim Pokja SDKI PPNI. (2017). Standar diagnosis keperawatan indonesia definisi
dan indikator diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Anda mungkin juga menyukai