Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DYPSNEA


Disusun untuk Memenuhi Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:
Siti Rahmah : 2141312013
Kelompok V

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
A. Landasan Teoritis Penyakit
1. Defenisi

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai


dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea
dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).

Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap


karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2001)

2. Etiologi
a) Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang otak
(pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
b) Kelainan neurologis primer
Akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul dalam
pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari batang
otak terus ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan. Penyakit
pada saraf seperti gangguan medulla spinalis, otot-otot pernapasan atau
pertemuan neuromuskular yang terjadi pada pernapasan akan sangat
mempengaruhi ventilasi.
c) Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui
penghambatan ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti
paru yang mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera dan dapat
menyebabkan gagal nafas.
d) Trauma
Disebabkan oleh kendaraan bermotor dapat menjadi penyebab
gagal nafas. Kecelakaan yang mengakibatkan cidera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan dari hidung dan mulut dapat mengarah
pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan. Hemothoraks,
pnemothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan mungkin
menyebabkan gagal nafas. Flail chest dapat terjadi dan dapat mengarah
pada gagal nafas. Pengobatannya adalah untuk memperbaiki patologi yang
mendasar
e) Penyakit akut paru
Pnemonia disebabkan oleh bakteri dan virus. Pnemonia kimiawi
atau pnemonia diakibatkan oleh mengaspirasi uap yang mengiritasi dan
materi lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme
paru dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang menyebabkan
gagal nafas.

3. Manifestasi Klinis
a) Batuk dan produksi skutum

Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan
biasanya tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.

b) Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya
dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi,
terdapat berbagai alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan
sevagai perasaan yang bera dibagian dada. Rata – rata orang juga
mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang memegang
jantungnya.
c) Mengi
Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini
muncul ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi
adalah tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi
jelas terdengar sat ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi.
Mengi umumnya muncul ketika saluran napas menyempit atau adanya
hambatan pada saluran napas yang besar atau pada seseorag yang
mengalami gangguan pita suara.
d) napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.
4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik
a. Pemerikasan gas-gas darah arteri
Hipoksemia
Ringan :PaO2 < 80 mmHg
Sedang :PaO2 < 60 mmHg
Berat :PaO2 < 40 mmHg
b. Pemeriksaan rontgen dada
Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan proses penyakit
yang tidak diketahui
c. Hemodinamik
Tipe I : peningkatan PCWP
d. EKG
Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di sisi kanan
Disritmia

5. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a) Penatalaksanaan Medis
1) Quick relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot
saluran pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat
serangan datang. Contoh : bronkodilator
2) Long relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol
untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi
b) Penatalaksanaan Keperawatan
1. Oksigenasi
a) Penanganan Umum Dispnea
1) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau
berbaring dengan bantal yang tinggi
2) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit
tergantung derajat sesaknya
3) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita.
b) Terapi non farmakologi
1) Olahraga teratur
2) Menghindari allergen
3) Terapi emosi
6. Komplikasi

Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli


paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak
napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma, penggumpalan
darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat
disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2006). Dalam bentuk
kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit –
penyakit seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru lain.
Jika dyspnea parah dan berlanjut selama beberapa waktu, dapat
enyebabkan risiko gangguan kognitif sementara atau permanen. Ini juga bisa
menjadi tanda munculya atau memburuknya masalah medis lainnya
7. WOC
A. Landasan Teoritis Asuhan Kperawatan
a. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI,
ISPA, batuk.
d) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat
kesehatan keluarga pasien
2. Pemeriksaan fisik keperawatan

Pada penderita pneumonia hasil pemeriksaan fisik yang


biasanya muncul, yaitu:

a) Keadaan umum : tampak lemah dan sesak nafas


b) Kesadaran :tergantung tingkat keparahan bisa
somnolent
c) Tanda-tanda vital
1) TD : hipertensi
2) Nadi : takikardi
3) RR : , dispnea, nafas dangkal
4) Suhu : hipertermi
d) Kepala : tidak ada kelainan
e) Mata : konjungtiva bisa anemis
f) Hidung : jika sesak akan terdengar nafas cuping hidung
g) Paru
- Inspeksi : pengembangan paru berat, tidak simetris kiri dan
kanan, ada penggunaan otot bantu nafas
- Palpasi : adanya nyeri tekan, peningkatan vocal fremitus
pada daerah yang terkena.
- Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani.
- Auskultasi : bisa terdengar ronki
h) Jantung : jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan
jantung tidak ada kelemahan.
i) Ekstremitas : sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

3. Pola Pengkajian Gordon


a. Pola persepsi sehat-penatalaksanaan sehat
Keluarga sering menganggap seperti batuk biasa, dan
menganggap benar-benar sakit apabila sudah mengalami sesak
napas.
b. Pola metabolik nutrisi
Sering muncul anoreksia (akibat respon sistematik melalui
control saraf pusat), mual muntah karena terjadi peningkatan
rangsangan gaster dari dampak peningkatan toksik
mikroorganisme.
c. Pola eliminasi
Penderita mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan karena demam.
d. Pola tidur-istirahat
Data yang muncul adalah pasien kesulitan tidur karena sesak
napas. Penampilan lemah, sering menguap, dan tidak bisa tidur
di malam hari karena tidak kenyamanan tersebut.
e. Pola aktivitas-latihan
Aktivitas menurun dan terjadi kelemahan fisik.
f. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernsh
disampaikan biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi
dan oksigenasi pada otak.
g. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran keluarga terhadap pasien, karena pasien
diam.
h. Pola peran hubungan
Pasien terlihat malas jika diajak bicara dengan keluarga, pasien
lebih banyak diam.
i. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak saat menghadapi stress adalah
pasien selalu diam dan mudah marah.
j. Pola nilai-kepercayaan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan
untuk mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

4. Pemeriksaan Diagnostik:
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah menunjukkan leukosistosis dengan
predominan PMN atau dapat ditemukan leucopenia yang
menandakan prognosis buruk. Dapat ditemukan anemia ringan
atau sedang.
b. Pemeriksaan radiologis
1) Bercak konsolidasi merata pada bronkopneumonia
2) Bercak konsolidasi satu lobus pada pneumonia lobaris
3) Gambaran bronkopneumonia difus infiltrat intertisialis pada
pneumonia stafilokok.
5. SDKI, SLKI, SIKI

NO SDKI SLKI SIKI


1 Bersihan jalan napas Bersihan jalan napas Manajemen Jalan
tidak efektif Kriteria hasil: Napas
1. Produksi sputum Observasi:
2. Mengi  Monitor pola napas
3. Wheezing  Monitor bunyi napas
4. Dipsnea tambahan
5. Frekuensi napas  Monitor sputum
(jumlah,warna,aroma)
Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
 Posisikan semi fowler
atau fowler
 Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
 Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan
cairan 2000ml/hari,
jika tidak
kontraindikasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2 Pola nafas tidak Pola napas Pemantauan Respirasi
efektif Kriteria hasil: Observasi:
1. Dipsnea  Monitor pola
2. Penggunaan otot nafas, monitor saturasi
bantu napas oksigen
3. Frekuensi napas  Monitor
4. Kedalaman napas frekuensi, irama,
kedalaman dan upaya
napas
 Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
Terapeutik
 Atur Interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
 Informasikan
hasil pemantauan, jika
perlu
Terapi Oksigen
Observasi:
 Monitor
kecepatan aliran
oksigen
 Monitor posisi
alat terapi oksigen
 Monitor tanda-
tanda hipoventilasi
 Monitor integritas
mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
Terapeutik:
 Bersihkan sekret
pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
 Pertahankan
kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi
 Ajarkan keluarga
cara menggunakan O2
di rumah
Kolaborasi
 Kolaborasi penentuan
dosis oksigen
3 Defisit Nutrisi Status nutrisi Manajemen Nutrisi
Kriteria hasil: Observasi:
1. Porsi makanan yang  Identifikasi status
dihabiskan nutrisi
2. Berat Badan atau  Identifikasi alergi dan
IMT intoleransi makanan
3. Frekuensi makan  Identifikasi perlunya
4. Nafsu makan penggunaan selang
5. Perasaan cepat
nasogastric
kenyang
 Monitor asupan
makanan
 Monitor berat badan
Terapeutik:
 Lakukan oral hygiene
sebelum makan, Jika
perlu
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Hentikan pemberian
makanan melalui
selang nasogastric
jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
 Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual
dan muntah
Terapeutik
 Sediakan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien
 Berikan pujian
kepada pasien untuk
peningkatan yang
dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis
makanan yg bergizi
tinggi, terjang
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius
Doengoes, E. Marylinn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed.III. Jakarta :
EGC
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Edisi 1. Jakarta : PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai