Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN DYSPNEA

DISUSUN OLEH

NAMA : PUTRI UTAMI DIYANTI

NIM : 22223077

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN 2023/2024
A. Definisi
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan. (Price dan Wilson,2009)

Dispnea adalah perasaan


subyektif dimana
seseorang merasa
kekurangan
udara yang dibutuhkan untuk
bernapas dan biasanya
merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan
jantung dan paru – paru.
Dispnea adalah perasaan
subyektif dimana
seseorang merasa
kekurangan
udara yang dibutuhkan untuk
bernapas dan biasanya
merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan
jantung dan paru – paru.
Dispnea adalah perasaan
subyektif dimana
seseorang merasa
kekurangan
udara yang dibutuhkan untuk
bernapas dan biasanya
merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan
jantung dan paru – paru.
Dispnea adalah perasaan
subyektif dimana
seseorang merasa
kekurangan
udara yang dibutuhkan untuk
bernapas dan biasanya
merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan
jantung dan paru – paru.
Dispnea adalah perasaan
subyektif dimana
seseorang merasa
kekurangan
udara yang dibutuhkan untuk
bernapas dan biasanya
merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan
jantung dan paru – paru.
Dispnea adalah perasaan
subyektif dimana
seseorang merasa
kekurangan
udara yang dibutuhkan untuk
bernapas dan biasanya
merupakan keluhan utama
pada pasien dengan kelainan
jantung dan paru – paru.
Dispnea adalah perasaan subyektif dimana seseorang merasa
kekurangan udara yang dibutuhkan untuk bernapas dan biasanya merupakan
keluhan utama pada pasien dengan kelainan jantung dan paru – paru.

B. Etiologi
Dyspnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti
gangguan pada pertukaran gas O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan
ventilasi makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Menurut Asma
(2014) Penyebab umum dari dyspnea adalah :
a. Depresi Sistem saraf pusat
Mengakibatkan gagal nafas karena ventilasi tidak adekuat. Pusat
pernafasan yang mengendalikan pernapasan, terletak dibawah batang
otak (pons dan medulla) sehingga pernafasan lambat dan dangkal.
b. Kelainan neurologis primer
Kelainan ini akan mempengaruhi fungsi pernapasan. Impuls yang timbul
dalam pusat pernafasan menjalar melalui saraf yang membentang dari
batang otak ke saraf spinal ke reseptor pada otot-otot pernafasan.
c. Efusi pleura, hemotoraks dan pneumothoraks
Merupakan kondisi yang mengganggu ventilasi melalui penghambatan
ekspansi paru. Kondisi ini biasanya diakibatkan penyakti paru yang
mendasari, penyakit pleura atau trauma dan cedera yang dapat
menyebabkan gagal nafas.

d. Trauma
Trauma adalah suatu keadaan yang dapat mengakibatkan cedera kepala,
ketidaksadaran dan perdarahan pada hidung dan mulut dan dapat
mengarah pada obstruksi jalan nafas atas dan depresi pernapasan.
Hemothoraks, pneumothoraks dan fraktur tulang iga dapat terjadi dan
mungkin menyebabkan gagal nafas.
e. Penyakit akut paru
Penyakit paru akut seperti pneumonia disebabkan oleh bakteri dan virus.
Pneumonia diakibatkan oleh aspirasi uap yang mengiritasi materi
lambung yang bersifat asam. Asma bronkial, atelektasis, embolisme paru
dan edema paru adalah beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan
gagal nafas.
C. Manifestasi Klinik
Menurut Kozier, 2011 Manifestasi klinik dyspnea yaitu :
1. Batuk dan produksi skutum
Batuk adalah pengeluaran udara secara paksa yang tiba-tiba dan biasanya
tidak disadari dengan duara yang mudah dikenali.
2. Dada berat
Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri dada. Biasanya dada berat
diasosiakan dengan serangan jantung.
3. Mengi
Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi yan tinggi saat bernapas. Bunyi
ini muncul kerika udara mengalir melewati saluran yang sempit.
4. Napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernafasan.

D. Komplikasi
Dyspnea ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru ( emfisema, bronchitis, asma),kecemasan, emboli paru
dan penyakit paru interstisial atau alveolar. Sesak napas disebebkan oleh
beberapa penyakit seperti asma, pengumpulan darah paru-paru sampai
pneumonia.

E. Patofisiologi
Gagal nafas dibedakan menjadi 2 yaitu gagagl nafa akut dan gagal nafas
kronik. Gagagl nafas akut adalah gagagl nafas yang timbul pada pasien yang
parunya normal secara fungsional maupun structural sebelum penyakit timbul.
Gagal nafa kronik adalh terjadi pada pasien penyakit paru kronik seperti
bronchitis kronik, emfisem dan penyakit paru hitam ( penyakit penambang
batubara). Indicator gagagl nafas frekuensi pernafasan dan kapasitas vital,
frekuensi pernapasam normal16-20x/menit tindakan yang harus dilakukan
memberi bantuan ventilator kerja nafas menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan.
Gagal nafas penyebab terpenting yaitu ventilasi yang tidak adekuat
terjadi obstruksi jalan napas. Pusat pernafasan mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada pasien dengan gangguan
anestesi, cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitas, meningitis, hipoksia dan
hiperkapnia mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga
pernafasan menjadi lanbat dan dangkal. Periode postoperatis anestesi terjadi
pernafasan tidak adekuat terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang
dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik (Brunner & Sudarth,
2011).
F. Patway

Depresi system Kelainan Trauma kecelakaan


Efusi pleura
saraf pusat neurolofis primer

Ventilasi tidak Gangguan Penumpukan


adekuat medula Cidera kepala
cairan

Pernafasan Ganguan
dangkal Ekspansi paru Kesadaran
ventilasi

Dyspnea

Pola nafas tidak Gangguan pertukaran


efektif gas

(Oemiati, 2013)
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah
arteri dan pemeriksaan diagnotik foto thorak, dan Ekg (Kozier, 2011).
H. Penatalaksaan
1. Penanganan umum dyspnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai denga penyakit yang diderita
2. Terapi farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergan
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Pegobatan yang digynakan untuk merelaksasi otot-otot sauran
pernafasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang
b. Quick relief medicine
c. Long relief medicine
d. Pengobatan yang digunakan untuk mengobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mucus berlebih, memberikan control untuk
jangka waktu yang lama.
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama. Umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor
registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat
1. Keluhan utama
2. Riwayat pasien sekarang
3. Riwayat penyakit dahulu : apakah sebelumnya pernah mempunyai
penyakit yang sama atau oernah sesak dan pernah dirawat dirumah
sakit.
4. Riwayat penyakit keluarga
c. Pola Gordon
Hal-hal yang dikaji gangguan oksigenasi adalah :
1. Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
2. Pola metabolic-nutrisi
3. Pola eliminasi
4. Aktivitas-latihan
5. Pola istirahat- tidur
6. Pola persepsi-kognitif
7. Pola konsep diri-persepsi diri
8. Pola hubungan dan peran
9. Pola reproduksi-seksual
10. Pola toleransi koping-stress
11. Keyaninan dan nilai
d. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : keadaan menurut
b. TTV : peningkatkan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
1. Mata : konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianisis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie( karena
emboli atau endocarditis)
2. Mulut dan bibir : membrane mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerut mulut
3. Hidung : pernafasan dengan cuping hidung
4. Dada : pergerakan tidak simetris antara dada kana dan kiri dan
suara nafas tidak normal
5. Pola pernafasan : pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat dan
pernafasan lambat.
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi
3. Perencanaan keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan napas
berhubungan dengan hambatan selama 3x24 jam diharapkan sesak nafas (I.0101)
upaya nafas (D.0005) dapat teratasi dengan kriteia hasil : Observasi
Gejala dan tanda mayor 1. Penggunaan bantu nafas 1. Monitor pola
Subjektif 2. Frekuensi nafas membaik nafas (frekuensi,
1. Dyspnea 3. Kedalaman nafas membaik kedalaman, usaha
Objektif nafas)
1. Pengguunaan otot 2. Monitor bunyi
pernapasan napas tambahan
2. Fase ekspirasi memanjang 3. Monitor sputum
3. Pola napas abnormal (mis. Terapeuik
Takipnea, bradipnea, 1. Lakuakn
hiperventilasi, kussamaul, fisioterapi dada
cheyne-strikes) 2. Lakukan
pengisapan lender
kurang dari 15
detik
3. Berikan oksigen
4. Berikan minum
hangat
Edukasi
1. Anjurkan asupan
cairan
2000ml/hari, jika
tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakuakn tindakan keperawatan Terapi Oksigen
berhubungan dengan selama 3x24 jam duharaokan gangguan (I.01026)
ketidakseimbangan ventilasi- pertukaran gas dapat teratasi dengan 1. Monitor
perfusi (D.0003) kriteria hasil : kecepatan aliran
Gejala dan tanda mayor Pertukaran gas (L.01003) oksigen
Subjektif 1. Tidak ada bunyi nafas tambahan 2. Bersihkan secret
1. Dyspnea 2. Takikadi membaik pada mulut dan
Objektyif 3. PO2 membaik hicung
1. PCO2 meningkat/menurun 4. PCO2 membaik 3. Ajarkan pasien
2. PCO2 menurun cara
3. Takikardia menggunakan
4. pH arteri oksigen dirumah
meningkat/menurun 4. Kolaborasi
5. bunyi napas tambahan penentuan dosis
oksigen

4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang sudah
dibuat.
5. Evaluasi keperawatan
evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapka sebeumnya dalam
perencanaan, membadingkan hasil tindakan keperawatan yang telagh
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai
efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan
penatalaksanaan ( muvarak, 2011).

Anda mungkin juga menyukai