Anda di halaman 1dari 15

A.

DEFINISI DISPNEA
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi
ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa
penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis.
Dispnea atau sesak nafas merupakan keadaan yang sering ditemukan pada
penyakit paru maupun jantung. Bila nyeri dada merupakan keluhan yang paling
dominan pada penyakit jantung. Akan tetapi kedua gejala ini jelas dapat dilihat
pada emboli paru,bahkan sesak napas merupakan gejala utama pada payah
jantung.
Secara umum yang dimaksud dispnea adalah kesulitan bernapas,kesulitan
bernapas ini terlihat dengan adanya kontraksi dari otot-otot pernapasan tambahan.
Perubahan ini biasanya terjadi dengan lambat, akan tetapi dapat pula terjadi
dengan cepat.

B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan jenis dispnea yaitu :
a. Inspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu inspirasi yang
disebabkan oleh karena sulitnya udara untuk memasuki paru-paru.
b. Ekspiratori dispnea, yakni kesukaran bernapas pada waktu ekspirasi yang
disebabkan oleh karena sulitnya udara yang keluar dari paru-paru.
c. Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan primer penyakit jantung.
d. Exertional dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena olahraga.
e. Exspansional dispnea, dispnea yang disebabkan oleh karena kesulitan
exspansi dari rongga toraks.
f. Paroksismal dispnea, yakni dispnea yang terjadi sewaktu-waktu, baik pada
malam maupun siang hari.
g. Ortostatik dispnea, yakni dispnea yang berkurang pada waktu posisi duduk.
2. Berdasarkan etiologi maka dispnea dapat dibagi menjadi 4 bagian, yakni:
Kardiak dispnea, yakni dispnea yang disebabkan oleh karena adanya kelainan
pada jantung.
a. Pulmunal dispnea, dispnea yang terjadi pada penyakit jantung.
b. Hematogenous, dispnea yang disebabkan oleh karena adanya asidosis,
anemia atau anoksia, biasanya dispnea ini berhubungan dengan exertional
(latihan).
c. Neurogenik, dispnea terjadi oleh karena kerusakan pada jaringan otot-otot
pernapa
3. Berdasarkan waktu yaitu :
a. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
b. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan
pita suara.

C. ETIOLOGI
Penyebab dari sesak nafas dapat dibagi menjadi 4 tipe :
1. Kardiak
Gagal jantung, penyakit arteri koroner, infark miokard, kardiomiopati,
disfungsi katup, hipertrofi ventrikel kiri, hipertrofi asimetrik sptum,
pertikarditis, aritmia
2. Pulmoner
Penyakit Paru Obstruktif Kronis, Asma, Penyakit paru restriksi,
Gangguan penyakit paru, herediter, pneumotoraks
3. Campuran kardiak dan pulmoner
PPOK dengan hipertensi, pulmoner, emboli paru kronik, trauma
4. Non kardiak dan non pulmoner
Kondisi metabolik, nyeri, gangguan neuromuskular, gangguan panik,
hiperventilasi, psikogenik, gangguan asam basa, gangguan di saluran
pencernaan (reflux, spasme oesophagus, tukak peptic)
D. PATOFISIOLOGI
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika
ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada
pertukaran gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi
makin meningkat sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini
hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam
keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat.
Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran
gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat
terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin
rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan
transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan
pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa
bermacam salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat
fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang sama
E. PATWAY

Gg perfusi jaringan
F. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan
napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat
ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial
atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2006).
Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit
paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit
peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada, batuk adalah gejala
umum penyakit pernapasan. Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk
ke dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis
kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala
batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2006).
Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit
paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya
infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum,
konsistensi, dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya. Hemoptisis
adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang
biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan
dan kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar
kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses
paru, kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran
pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat
meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006).
Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan
pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas
besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis.
Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang.
Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang
mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit
jantung. Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh.
Terdengar lebih keras di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan
obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura
yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2008).

G. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita
2. Terapi Non Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan
datang. Contoh : bronkodilator
b. Long relief medicine
Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk
jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi
c. Terapi inhalasi
Pemberian obat secara langsung ke dalam saluan napas melalui
hirupan. Ada tiga macam alat terapi inhalasi :
1) Nebulizer
2) MDI (Metered Dose Inhaler)
3) DPI (Dry Power Inhaler)
Keuntungan terapi inhalasi dibandingkan dengan obat oral atau
suntikan, yaitu langsung ke organ sasaran, waktu kerja lebih singkat, dosis
obat lebih kecil, dan efek samping juga kecil. Biasanya digunakan dalam
bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas. Pemakaian Spacer (alat
perenggang) untuk mengurangi deposisi (penumpukan obat dalam mulut)
H. PENGKAJIAN
1. Survey primari
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronki, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah, tidak teratur
2) Takikardi
3) TD/ meningkat/ menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat sianosis
8) Out put urine menurun
d. Disability
Perhatikan bagaimana tingkat kesadaran klien, dengan penilain GCS,
dengan memperhatikan refleks pupil, diameter pupil.
e. Eksposure
Penampilan umum klien seperti apa, apakah adanya udem, pucat,
tampak lemah, adanya perlukaan atau adanya kelainan yang didapat secara
objektif.
2. Survey sekunder
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa
medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
2) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
3) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
4) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
c. Sistem kardiovaskuler
1) Takikardia, irama ireguler
2) S3S4/Irama gallop
3) Daerah PMI bergeser ke daerah mediastinal
4) Hamman’s sign (bunyi udara beriringan dengan denyut jantung
menandakan udara di mediastinum)
5) TD : hipertensi/hipotensi
d. Sistem pernafasan
1) Riwayat trauma dada, penyakit paru kronis, inflamasi paru , keganasan,
“lapar udara”, batuk
2) Takipnea, peningkatan kerja pernapasan, penggunaan otot asesori,
penurunan bunyi napas, penurunan fremitus vokal, perkusi :
hiperesonan di atas area berisi udara (pneumotorak), dullnes di area
berisi cairan (hemotorak); perkusi : pergerakan dada tidak seimbang,
reduksi ekskursi thorak.
e. Sistem integumen
Cyanosis, pucat, krepitasi sub kutan; mental: cemas, gelisah, bingung,
stupor
f. Sistem musculoskeletal
Edema pada ektremitas atas dan bawah, kekuatan otot dari 2- 4.
g. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
h. Sistem gastrointestinal
Adanya mual atau muntah. Kadang disertai konstipasi.
i. Sistem neurologi
Sakit kepala
j. Sistem urologi
Penurunan haluaran urine
k. Sistem indera
1) Penglihatan : penglihatan buram,diplopia, dengan atau tanpa kebutaan
tiba-tiba.
2) Pendengaran : telinga berdengung
3) Penciuman : tidak ada masalah dalam penciuman
4) Pengecap : tidak ada masalah dalam pengecap
5) Peraba : tidak ada masalah dalam peraba, sensasi terhadap panas/dingin
tajam/tumpul baik.
l. Sistem abdomen
Biasanya kondisi disertai atau tanpa demam.
m. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri pada satu sisi, nyeri tajam saat napas dalam, dapat menjalar
ke leher, bahu dan abdomen, serangan tiba-tiba saat batuk. Melindungi
bagian nyeri, perilaku distraksi, ekspresi meringis
I. DIAGNOSA KEERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan nafas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan abnormalitas ventilasi-perfusi
sekunder terhadap hipoventilasi
4. Kelebihan volume cairan b.d. edema pulmo
5. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

J. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan criteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Bersihan Jalan NOC : NIC :
Nafas tidak Efektif  Respiratory status : Airway suction
Faktor-faktor yang Ventilation  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
berhubungan:  Respiratory status : suctioning
- Lingkungan : Airway patency  Auskultasi suara nafas sebelum dan
merokok,  Aspiration Control sesudah suctioning.
menghirup  Informasikan pada klien dan keluarga
asap rokok, Kriteria Hasil : tentang suctioning
perokok  Mendemonstrasikan  Minta klien nafas dalam sebelum suction
pasif-POK, batuk efektif dan suara dilakukan.
infeksi nafas yang bersih, tidak Berikan O2 dengan menggunakan nasal
- Fisiologis : ada sianosis dan dyspneu untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
disfungsi (mampu mengeluarkan  Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
neuromuskula sputum, mampu bernafas tindakan
r, hiperplasia dengan mudah, tidak ada  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dinding pursed lips) dalam setelah kateter dikeluarkan dari
bronkus,  Menunjukkan jalan nafas nasotrakeal
alergi jalan yang paten (klien tidak  Monitor status oksigen pasien
nafas, asma. merasa tercekik, irama  Ajarkan keluarga bagaimana cara
- Obstruksi nafas, frekuensi melakukan suksion
jalan nafas : pernafasan dalam Hentikan suksion dan berikan oksigen
spasme jalan rentang normal, tidak apabila pasien menunjukkan bradikardi,
nafas, sekresi ada suara nafas peningkatan saturasi O2, dll.
tertahan, abnormal)
banyaknya  Mampu Airway Management
mukus, mengidentifikasikan dan  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
adanya jalan mencegah factor yang lift atau jaw thrust bila perlu
nafas buatan, dapat menghambat jalan  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
sekresi nafas ventilasi
bronkus,  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
adanya alat jalan nafas buatan
eksudat di  Pasang mayo bila perlu
alveolus,  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
adanya benda  Keluarkan sekret dengan batuk atau
asing di jalan suction
nafas.  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara Kassa basah
NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status O2
2 Pola Nafas tidak NOC : NIC :
efektif  Respiratory status : Airway Management
Faktor yang Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
berhubungan :  Respiratory status : lift atau jaw thrust bila perlu
- Hiperventilasi Airway patency  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Deformitas  Vital sign Status ventilasi
tulang Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
- Kelainan  Mendemonstrasikan alat jalan nafas buatan
bentuk batuk efektif dan suara  Pasang mayo bila perlu
dinding dada nafas yang bersih, tidak  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
- Penurunan ada sianosis dan dyspneu  Keluarkan sekret dengan batuk atau
energi/kelelah (mampu mengeluarkan suction
an sputum, mampu bernafas  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
- Perusakan/pel dengan mudah, tidak ada
tambahan
emahan pursed lips)
 Lakukan suction pada mayo
muskulo-  Menunjukkan jalan nafas
 Berikan bronkodilator bila perlu
skeletal yang paten (klien tidak
 Berikan pelembab udara Kassa basah
- Obesitas merasa tercekik, irama
NaCl Lembab
- Posisi tubuh nafas, frekuensi
 Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
- Kelelahan otot pernafasan dalam
keseimbangan.
pernafasan rentang normal, tidak
- Hipoventilasi ada suara nafas  Monitor respirasi dan status O2
sindrom abnormal)
- Nyeri  Tanda Tanda vital dalam
- Kecemasan rentang normal (tekanan Terapi Oksigen
- Disfungsi darah, nadi, pernafasan)  Bersihkan mulut, hidung dan secret
Neuromuskule trakea
r  Pertahankan jalan nafas yang paten
- Kerusakan  Atur peralatan oksigenasi
persepsi/kogni  Monitor aliran oksigen
tif  Pertahankan posisi pasien
- Perlukaan  Onservasi adanya tanda tanda
pada jaringan hipoventilasi
syaraf tulang  Monitor adanya kecemasan pasien
belakang terhadap oksigenasi
- Imaturitas
Neurologis Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
3 Gangguan NOC : NIC :
Pertukaran gas  Respiratory Status : Airway Management
Faktor faktor yang Gas exchange  Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
berhubungan :  Respiratory Status : lift atau jaw thrust bila perlu
 Ketidakseimban ventilation  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
gan perfusi  Vital Sign Status ventilasi
ventilasi Kriteria Hasil :  Identifikasi pasien perlunya pemasangan
 Perubahan  Mendemonstrasikan alat jalan nafas buatan
membran peningkatan ventilasi  Pasang mayo bila perlu
kapiler-alveolar dan oksigenasi yang  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
adekuat  Keluarkan sekret dengan batuk atau
 Memelihara kebersihan
paru paru dan bebas suction
dari tanda tanda distress  Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
pernafasan tambahan
 Mendemonstrasikan  Lakukan suction pada mayo
batuk efektif dan suara  Berika bronkodilator bial perlu
nafas yang bersih,  Barikan pelembab udara
tidak ada sianosis dan  Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
dyspneu (mampu keseimbangan.
mengeluarkan sputum,  Monitor respirasi dan status O2
mampu bernafas
dengan mudah, tidak Respiratory Monitoring
ada pursed lips)  Monitor rata – rata, kedalaman, irama dan
 Tanda tanda vital usaha respirasi
dalam rentang normal
 Catat pergerakan dada,amati
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
retraksi otot supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
 auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya
4 Kelebihan Volume NOC : NIC :
Cairan  Electrolit and acid base Fluid management
Faktor-faktor yang balance  Timbang popok/pembalut jika diperlukan
berhubungan :  Fluid balance  Pertahankan catatan intake dan output
- Mekanisme  Hydration yang akurat
pengaturan  Pasang urin kateter jika diperlukan
melemah Kriteria Hasil:  Monitor hasil lAb yang sesuai dengan
- Asupan cairan  Terbebas dari edema, retensi cairan (BUN , Hmt , osmolalitas
berlebihan efusi, anaskara urin )
- Asupan natrium  Bunyi nafas bersih, tidak  Monitor status hemodinamik termasuk
berlebihan ada dyspneu/ortopneu
 Terbebas dari distensi CVP, MAP, PAP, dan PCWP
vena jugularis, reflek  Monitor vital sign
hepatojugular (+)  Monitor indikasi retensi / kelebihan
 Memelihara tekanan cairan (cracles, CVP , edema, distensi
vena sentral, tekanan vena leher, asites)
kapiler paru, output  Kaji lokasi dan luas edema
jantung dan vital sign  Monitor masukan makanan / cairan dan
dalam batas normal hitung intake kalori harian
 Terbebas dari kelelahan,  Monitor status nutrisi
kecemasan atau  Berikan diuretik sesuai interuksi
kebingungan
 Batasi masukan cairan pada keadaan
 Menjelaskanindikator hiponatrermi dilusi dengan serum Na <
kelebihan cairan 130 mEq/l
 Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk

Fluid Monitoring
 Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
cairan dan eliminaSi
 Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidak seimbangan cairan (Hipertermia,
terapi diuretik, kelainan renal, gagal
jantung, diaporesis, disfungsi hati, dll )
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan elektrolit urine
 Monitor serum dan osmilalitas urine
 Monitor BP, HR, dan RR
 Monitor tekanan darah orthostatik dan
perubahan irama jantung
 Monitor parameter hemodinamik infasif
 Catat secara akutar intake dan output
 4Monitor adanya distensi leher, rinchi,
eodem perifer dan penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala dari odema
 Beri obat yang dapat meningkatkan
output urin

5 Perfusi jaringan NOC : NIC :


tidak efektif b/d  Circulation status Peripheral Sensation Management
menurunnya curah  Tissue Prefusion : (Manajemen sensasi perifer)
jantung, cerebral  Monitor adanya daerah tertentu yang
hipoksemia Kriteria Hasil : hanya peka terhadap
jaringan, asidosis a. mendemonstrasikan panas/dingin/tajam/tumpul
dan kemungkinan status sirkulasi yang  Monitor adanya paretese
thrombus atau ditandai dengan :  Instruksikan keluarga untuk
emboli  Tekanan systole mengobservasi kulit jika ada lsi atau
dandiastole dalam laserasi
rentang yang  Gunakan sarun tangan untuk proteksi
diharapkan  Batasi gerakan pada kepala, leher dan
 Tidak ada punggung
ortostatikhipertens  Monitor kemampuan BAB
i  Kolaborasi pemberian analgetik
 Tidak ada tanda  Monitor adanya tromboplebitis
tanda peningkatan  Diskusikan menganai penyebab
tekanan perubahan sensasi
intrakranial (tidak
lebih dari 15
mmHg)
b. mendemonstrasikan
kemampuan kognitif
yang ditandai dengan:
 berkomunikasi
dengan jelas dan
sesuai dengan
kemampuan
 menunjukkan
perhatian,
konsentrasi dan
orientasi
 memproses
informasi
 membuat
keputusan dengan
benar
c. menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh : tingkat
kesadaran mambaik,
tidak ada gerakan
gerakan involunter
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli; Purwoto, Johanes. (2006). Gagal Napas Akut. Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simandibrata, M., Setiati, S (Eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid 1. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2005, “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”,
edisi 9, Jakarta: EGC.
Latief, A. Said. (2002), Petunjuk Praktis Anestesiologi. Bagian Anestesiologi
dan Terapi Intesif, Jakarta: FK UI.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., (2006). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit”, volume 2, edisi 6, Jakarta : EGC.
Rahardjo, Sri. (2002). Gagal Napas. Modul Anestesi HSC UGM. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai