Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULAN DYSPNEA

DI RUANG IGD RUMAH SAKIT TK III SLAMET RIYADI


SURAKARTA

Disusun oleh:

GAMATARI SUBPRABA PURNAMA SARI

SN202010

PRODI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2021
I. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi

Sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika

melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari

beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak

napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of Breath”

Macam - Macam Sesak Napas (Dyspnea) :

a. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan

penyebab umum kunjungan ke ruang gawat darurat.

Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan

(paru- paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma

dada.

b. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma,

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema,

inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara. (Mansjoer,

2017).

2. Etiologi

Hal – hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :

a. Faktor psikis.

b. Peningkatan kerja pernapasan.

1) Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia,

hipoksia, asidosis metabolik).

2) Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru


meningkat, tahanan elastis dinding toraks meningkat,

peningkatan tahanan bronkial).

c. Otot pernapasan yang abnormal.

1) Penyakit otot ( Kelemahan otot, kelumpuhan otot,

distrofi).

2) Fungsi mekanis otot berkurang (Mansjoer, 2017).

3. Manifestasi Klinis

Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas

ditandai dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu

pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit

kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau

alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru

(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson,

2016). Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian

besar penyakit paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis

bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada pleura parietalis

menimbulkan nyeri dada.

Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal ini

disebabkan oleh :

1) stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke

dalam larink,

2) akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis

kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan


penyakit dengan gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma,

2016).

Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi

penyakit paru. Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna

untuk menilai adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel

ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi, dan sumber

sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya.

Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit

darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis

akut atau kronik, pneumonia, karsinoma  bronkogenik,

tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru. Jari tabuh adalah

perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan

kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus

berongga pada dasar kuku, dan ujung jari menjadi besar. Tanda

ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru,

penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran

pencernaan. Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi

kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi dalam

kapiler (Price dan Wilson, 2016). Ronki basah berupa suara

napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang

merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran

napas besar. Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung,

bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/ mengik berupa suara


kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat

terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas

yang mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis

kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah wheezing yang

terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras

di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi

parsial pada larink atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat

pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak

(Reviono, dkk, 2018).

4. Komplikasi

Dyspnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli

paru,penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding

dada, PPOK. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa

penyakit beberapa seperti asma, penggumpalan darah pada paru-

paru sampai pneuomonia (Price dan Wilson 2016).

5. Patofisiologi

Sesak nafas merupakan keluhan subjektif dari seseorang yang

menderita paru. Keluhan ini mempunyai jangkauan yang luas

sesuai dengan interprestasi seseorang mengenai arti sesak nafas.

Pada dasarnya sesak nafas baru akan timbul bila kebutuhan

ventilasi dapat meningkat pada beberapa keadaan seperti

aktivitas jasmani yang bertambah atau panas badan meningkat.

Berikut patofisiologi sesak nafas sebagai berikut:

Oksigenasi jaringan
menurun
Kebutuhan oksigen meningkat

Kerja napas
Kejadian sesak pernapasan meningkat
tergantung dari tingkat keparahan dan

sebabnya perasaan itu sendiri merupakan hasil dari

kombinasi impuls ke otak dari syaraf yang berakhir di paru-

paru, tulang iga, otot dada atau diagfragma, ditambah dengan

persepsi dan interpretasi pasien. Pada beberapa kasus sesak

nafas dipehebat karena kegelisahan memikirkan

penyebabnya .
6. Penatalaksanaan
a. Pencegahan terhadap pemajanan alergi

b. Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker

c. Terapi cairan parenteral

d. Terapi pengobatan sesuai program

e. Beta 2 - agonist untuk mengurangi bronkospasme,

mendilatasi otot polos bronchial Albuterol (proventil,

ventolin)

f. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2

dan PaO2 turun (alkalosis respiratori ringan akibat

hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2

dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik)


II. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Airway

1) Peningkatan sekresi pernapasan

2) Bunyi nafas krekels, ronki dan weezhing

b. Breathing

1) Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung,

takipneu/bradipneu, retraksi.

2) Menggunakan otot aksesori pernapasan

3) Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis

c. Circulation

1) Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

2) Sakit kepala

3) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau

mental, mengantuk

4) Papiledema

5) Penurunan haluaran urine

d. Pemeriksaan fisik
1) System pernafasaan :

Inpeksi : kembang kembis dada dan jalan nafasnya

Palpasi : simetris tidaknya dada saat paru ekspansi

dan pernafasaan tertinggal

Perkusi : suara nafas ( sonor, hipersonor atau pekak)

Auskultasi ; suara abnormal (wheezing dan ronchi)

System Kardiovaskuler :

Inspeksi adakah perdarahan aktif atau pasif yang

keluar dari daerah trauma

Palpasi ; bagaimana mengenai kulit, suhu daerah akral

Suara detak jantung menjauh atau menurun dan

adakah denyut jantung paradok System neurologis

Inpeksi ; gelisah atau tidak gelisah, adakah jejas di

kepala

Palpasi ; kelumpuhan atau laterarisasi pada anggota

gerak

Bagaimana tingkat kesadaran yang dialamu dengan

menggunakan Glasgow Coma Scale.

e. Pemeriksaan sekunder

1) Aktifitas

Gejala : Kelemahan, Kelelahan, Tidak dapat tidur,

Pola hidup menetap, Jadwal olah raga tidak teratur.

Tanda : Takikardi, Dispnea pada istirahat atau


aktifitas

2) Sirkulasi

Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri

koroner, masalah tekanan darah, diabetes mellitus,

gagal nafas

Tanda: Tekanan darah Dapat normal / naik / turun

Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk

atau berdiri, NadiDapat normal , penuh atau tidak kuat

atau lemah / kuat kualitasnya dengan pengisian

kapiler lambat, tidak teratus (disritmia), Bunyi jantung

Bunyi jantung ekstra : S3 atau S4 mungkin

menunjukkan gagal jantung atau penurunan

kontraktilits atau komplain ventrikel. Murmur : Bila

ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot

jantung, Friksi ; dicurigai Perikarditis, Irama jantung

dapat teratur atau tidak teratur, Edema, Distensi vena

juguler, edema dependent , perifer, edema

umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau

ventrikel, Warna Pucat atau sianosis, kuku datar ,

pada membran mukossa atau bibir.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif b.d. penurunan ekspansi paru

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap

hipoventilasi

c. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah jantung

3. Rencana tindakan keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien

dapat mempertahankan pola pernapasan yang efektif

Kriteria Hasil : Pasien menunjukkan Frekuensi, irama dan

kedalaman pernapasan normal, Adanya penurunan

dispneu, Gas-gas darah dalam batas normal

Intervensi :

1. Kaji frekuensi, kedalaman dan kualitas pernapasan

serta pola pernapasan.

2. Kaji tanda vital dan tingkat kesadaran setiap jam dan

prn

3. Monitor pemberian trakeostomi bila PaCo2 50

mmHg atau PaO2< 60 mmHg

4. Berikan oksigen dalam bantuan ventilasi dan

humidifier sesuai dengan pesanan

5. Pantau dan catat gas-gas darah sesuai indikasi : kaji

kecenderungan kenaikan PaCO2 atau kecendurungan

penurunan PaO2

b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan


abnormalitas ventilasi-perfusi sekunder terhadap

hipoventilasi

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan pasien

dapat mempertahankan pertukaran gas yang adekuat

Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan : Bunyi paru

bersih, Warna kulit normal, Gas-gas darah dalam batas

normal untuk usia yang diperkirakan

Intervensi :

1. Kaji terhadap tanda dan gejala hipoksia dan

hiperkapnia

2. Kaji TD, nadi apikal dan tingkat kesadaran setiap[

jam dan prn, laporkan perubahan tingkat kesadaran

pada dokter.

3. Pantau dan catat pemeriksaan gas darah, kaji adanya

kecenderungan kenaikan dalam PaCO2 atau

penurunan dalam PaO2

4. Bantu dengan pemberian ventilasi mekanik sesuai

indikasi, kaji perlunya CPAP atau PEEP.

5. Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi nafas

setiap jam

6. Tinjau kembali pemeriksaan sinar X dada harian,

perhatikan peningkatan atau penyimpangan

7. Pantau irama jantung


8. Berikan cairan parenteral sesuai pesanan

9. Berikan obat-obatan sesuai pesanan : bronkodilator,

antibiotik, steroid.

10. Evaluasi AKS dalam hubungannya dengan penurunan

kebutuhan oksigen

c. Gangguan perfusi jaringan b.d. penurunan curah

jantung

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien

mampu mempertahankan perfusi  jaringan. Kriteria Hasil :

Pasien mampu menunjukkan Status hemodinamik dalam bata

normal, TTV normal

Intervensi :

1. Kaji tingkat kesadaran

2. Kaji penurunan perfusi jaringan

3. Kaji status hemodinamik

4. Kaji irama EKG

5. Kaji sistem gastrointestinal

4. Evaluasi

Menurut (Setiadi, 2012) dalam buku konsep dan penulisan asuhan

keperawatan tahapan penilaian atau evaluasi adalah perbandingan

yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan

tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara


berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya. Terdapa dua jenis evaluasi:

a. Evaluasi Formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan

dan hasil tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini

dilakukan segera setelah perawat mengimplementasikan

rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi

formatif ini meliputi 4 komponen yang dikenal dengan istilah

SOAP :

1) S (subjektif) : Data subjektif dari hasil keluhan klien,

kecuali pada klien yang afasia.

2) O (objektif) : Data objektif dari hasi observasi yang

dilakukan oleh perawat.

3) A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan klien

yang dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data

objektif.

4) P (perencanaan) : Perencanaan kembali tentang

pengembangan tindakan keperawatan, baik yang

sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan

memperbaiki keadaan kesehatan klien.

b. Evaluasi Sumatif (Hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah


semua aktivitas proses keperawatan selesi dilakukan.

Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor

kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Ada 3

kemungkinan evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan

keperawatan (Setiadi, 2012), yaitu:

1) Tujuan tercapai atau masalah teratasi jika klien menunjukan

perubahan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

2) Tujuan tercapai sebagian atau masalah teratasi sebagian atau

klien masih dalam proses pencapaian tujuan jika klien

menunjukkan perubahan pada sebagian kriteria yang telah

ditetapkan.

3) Tujuan tidak tercapai atau masih belum teratasi jika klien

hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada

kemajuan sama sekali.


DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk. 2017.  Kapita Selekta Kedokteran. Ed. III. Jilid
2.Jakarta : Media Aesculapius

Asikin Z. (2018). Simposium Keperawatan Penderita Cidera kepala


Penatalaksanaan Penderita dengan Alat Bantu Napas. (Jakarta).

Corwin, Elizabeth. 2018. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Doengoes, E. Marylinn. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan.


Ed.III. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Beare.
2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Vol. 3. Jakarta :
EGC

Brunner & suddarth. (2017). Keperawatan medikal bedah .jakarta:


EGC

Wartonah & tarwoto. 2018. Kebutuhan dasar manusia & proses


keperawatan.jakarta: salemba medika

Anda mungkin juga menyukai