DISPNEA
RUANG INTERNE
Disusun Oleh:
G1B22306
Pembimbing Klinik:
UNIVERSITAS JAMBI
2024
LAPORAN PENDAHULUAN SYOK DISTRIBUTIF
A. Definisi
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai
dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea
dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2019).
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat
terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang
berisi cairan. Dispnea akan semakin parah apabila melakukan aktivitas yang
berat seperti naik tangga dan mengangkat beban yang berat. (Bradero,
2019).
Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2021)
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.
B. Etiologi
Hal-hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :
1) Faktor psikis.
2) Peningkatan kerja pernapasan.
Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia, asidosis
metabolik). Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat,
tahanan elastis dinding toraks meningkat, peningkatan tahanan bronkial).
3) Otot pernapasan yang abnormal.
Penyakit otot (kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi).Fungsi
mekanis otot berkurang.Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah
kepada lima hal antara lain :
a) Oksigenasi jaringan menurun.
b) Kebutuhan oksigen meningkat.
c) Kerja pernapasan meningkat.
d) Rangsangan pada sistem saraf pusat.
e) Penyakit neuromuskuler.
Etiologi yang lain :
1) Sesak Nafas karena Faktor Keturunan
2) Sesak Nafas karena Faktor lingkungan
3) Sesak Nafas karena kurangnya asupan cairan
4) Sesak Nafas karena ketidakstabilan emosi
C. Patofisiologi
Sesak napas merupakan keluhan subjektif dari seorang yang
menderita penyakit paru. Keluhan ini mempunyai jangkauan yanga luas,
sesuai dengan interpretasi seseorang mengenai arti sesak napas tadi. Pada
dasarnya, sesak napas baru akan timbul bila kebutuhan ventilasi dapat
meningkat pada beberapa keadaan seperti aktivitas jasmani yang bertambah
atau panas badan yang meningkat.
Patofisiologi sesak napas dibagi sebagai berikut :
D. Manifestas klinis
Menurut (Doengoes, E 2021)
1. Batuk dan produksi skutum
a. Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan
biasanya tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
2. Dada berat
a. Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya
dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat
berbagai alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai
perasaan yang bera dibagian dada. Rata – rata orang juga
mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang memegang
jantungnya.
3. Mengi
a. Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini
muncul ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi
adalah tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi
jelas terdengar sat ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi.
Mengi umumnya muncul ketika saluran napas menyempit atau adanya
hambatan pada saluran napas yang besar atau pada seseorag yang
mengalami gangguan pita suara.
4. napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.
E. Pemeriksaan penunjang.
1. Peningkatan Hb (empisema berat)
2. Peningkatan eosinofil/ asma
3. Penurunan alpha 1-antitrypsin
4. PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan
emfisema.
5. Chest X-ray: dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma
mendatar
6. EKG:deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat
dan atrialdisritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang
dan tinggi (brinkhitis danemfisema); dan aksis QRS vertikal
(emfisema)
F. Penatalaksanaan medis
1) Penanganan Umum Dispnea
a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring
dengan bantal yang tinggi.
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya.
c) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita.
2) Terapi Farmako
a) Olahraga teratur
b) Menghindari alergen
c) Terapi emosi
3) Farmako
a) Quick relief medicine
b) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat
serangan datang. Contoh : bronkodilator
c) Long relief medicine
d) Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol
untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk
inhalasi.
G. Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli
paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak
napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma,
penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga
dapat disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2019). Dalam
bentuk kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala
penyakit – penyakit seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru
lain.
I. Pathway
K. Analisa data
Analisa data merupakan kemampuankognitif dalam pengembangan
daya berfikir yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman dan pengertian keperawatan (Nasrul Effendy : 1998 :23).
Dasar analisa data didapatkan dari :
1) Anatomi dan Fisiologi
2) Patofisiologo penyakit
3) Mikrobiologi dan parasitologi
4) Farmakologi
5) Ilmu perilaku
6) Konsep-konsep manusia, sehat, sakit, stres adaptasi, etika keperawatan.
7) Tindakan dan prosedur keperawatan
8) Teori keperawatan dari berbagai sistem dan teori lain, yang berkaitan.
L. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Dispnea adalah :
1. Pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru (D.0005)
2. Gangguan perukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
3. Hipervolemia (Kelebihan volume cairan) b.d kelebihan asupan cairan
(D.0022)
4. Perfusi jaringan tidak efektif (Gangguan perfusi jaringan)b.d peurunan
aliran darah arteri dan/atau vena (D.0009)
M. Intetvensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Manajemen Jalan
posisi tubuh yang tindakan keperawatan Napas (I.01011)
menghambat ekspansi paru diharapkan mobilitas
(D.0005) fisik meningkat dengan Observasi
kriteria hasil:
Definisi : inspirasi dan/atau • Monitor pola napas
ekspirasi yang tidak • Dispnea (frekuensi, kedalaman,
memberian ventilasi menurun usaha napas)
adekuat • Penggunaan • Monitor bunyi napas
otot bantu napas tambahan (misalnya:
Gejala dan Tanda Mayor menurun gurgling, mengi,
Subjektif • Pemanjangan wheezing, ronchi kering)
fase ekspirasi • Monitor sputum (jumlah,
1. Dispnea menurun warna, aroma)
• Frekuensi napas
Objektif membaik Teraupeutik
• Kedalaman
1. Penggunaan otot napas membaik • Pertahankan kepatenan
bantu pernapasan jalan napas dengan head-
2. Fase ekspirasi tilt dan chin-lift (jaw
memanjang thrust jika curiga trauma
3. Pola napas fraktur servikal)
abnormal (mis, • Posisikan semi-fowler
takipnea, atau fowler
bradypnea, • Berikan minum hangat
hiperventilasi, • Lakukan fisioterapi
kussmual, Cheyne- dada, jika perlu
stokes)
• Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
Gejala dan Tanda Minor
detik
• Lakukan hiperoksigenasi
Subjektif
sebelum penghisapan
endotrakeal
1. Ortopnea
• Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
Objektif
forsep McGill
1. Pernapasan pursed- • Berikan oksigen, jika
lip perlu
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterioe-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit Edukasi
menurun
5. Kapasitas vital • Anjurkan asupan cairan
menurun Anjurkan 2000 ml/hari, jika tidak
asupan cairan 2000 ada kontraindikasi
ml/hari, jika tidak • Ajarkan Teknik batuk
ada kontraindikasi efektif
6. Ajarkan Teknik Kolaborasi
batuk efektif
7. Tekanan ekspirasi
menurun
8. Tekanan inspirasi
menurun
9. Ekskursi dada
berubah
• Anjurkan melapor
jika haluaran urin <
0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
• Anjurkan melapor
jika BB bertambah >
1 kg dalam sehari
• Ajarkan cara
membatasi cairan
Colaborasi
• Kolaborasi
pemberian diuretic
• Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
• Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT) jika perlu
4. Perfusi jaringan tidak Perawatan Sirkulasi
efektif (Gangguan perfusi Setelah dilakukan (I.02079)
jaringan)b.d peurunan tindakan keperawatan
aliran darah arteri dan/atau 3x24 jam maka perfusi Observasi:
vena (D.0009) perifer meningkat,
dengan kriteria hasil:
• Periksa sirkulasi perifer
Pengertian : 1. Pengisian kapiler
(mis: nadi perifer,
membaik
edema, pengisian
2. Akral membaik
Penurunan sirkulasi darah kapiler, warna, suhu,
3. Warna kulit pucat
pada level kapiler yang ankle-brachial index)
menurun
dapat mengganggu • Identifikasi faktor risiko
4. Turgor kulit
metabolisme tubuh. gangguan sirkulasi
membaik
(mis: diabetes, perokok,
Gejala dan Tanda Mayor – orang tua, hipertensi,
Subjektif : (Tidak tersedia). dan kadar kolesterol
Gejala dan Tanda Mayor – tinggi)
Objektif : • Monitor panas,
• Pengisian kapiler >3 kemerahan, nyeri, atau
detik. bengkak pada
ekstremitas
• Nadi perifer menurun
atau tidak teraba. Teraupetik :
• Akral teraba dingin.
• Warga kulit pucat. • Hindari pemasangan
• Turgor kulit menurun. infus, atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
• Hindari pengukuran
Gejala dan Tanda Minor – tekanan darah pada
Subjektif : ekstremitas dengan
1. Parastesia. keterbatasan perfusi
2. Nyeri • Hindari penekanan dan
ekstremitas pemasangan tourniquet
(klaudikasi pada area yang cidera
intermiten). • Lakukan pencegahan
infeksi
• Lakukan perawatan
Gejala dan Tanda Minor – kaki dan kuku
Objektif: • Lakukan hidrasi
• Edema.
• Penyembuhan luka Edukasi :
lambat.
• Indeks ankle-brachial • Anjurkan berhenti
< 0,90. merokok
• Bruit femoral. • Anjurkan berolahraga
rutin
• Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
• Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol,
jika perlu
• Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
• Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
• Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki)
• Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
• Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
• Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
• Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Price dan Wilson. (2019). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal
Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.