Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPNEA

RUANG INTERNE

Disusun Oleh:

Fadillah Nisa Afrilia

G1B22306

Pembimbing Klinik:

Ns. Levi Mariyami S.Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2024
LAPORAN PENDAHULUAN SYOK DISTRIBUTIF

A. Definisi
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai
dengan napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea
dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru
(emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson, 2019).
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat
terganggunya pertukaran oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang
berisi cairan. Dispnea akan semakin parah apabila melakukan aktivitas yang
berat seperti naik tangga dan mengangkat beban yang berat. (Bradero,
2019).
Sesak nafas terjadi bilamana pertukaran oksigen terhadap
karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju komsumsi
oksigen dan pembentukan karbon dioksida dalam sel-sel tubuh. Sehingga
menyebabkan tegangan oksigen kurang dari 50 mmHg (Hipoksemia) dan
peningkatan tekanan karbondioksida lebih besar dari 45 mmHg
(hiperkapnia). (Brunner & Sudarth, 2021)
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.
B. Etiologi
Hal-hal yang bisa menyebabkan sesak napas antara lain :
1) Faktor psikis.
2) Peningkatan kerja pernapasan.
Peningkatan ventilasi (Latihan jasmani, hiperkapnia, hipoksia, asidosis
metabolik). Sifat fisik yang berubah ( Tahanan elastis paru meningkat,
tahanan elastis dinding toraks meningkat, peningkatan tahanan bronkial).
3) Otot pernapasan yang abnormal.
Penyakit otot (kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi).Fungsi
mekanis otot berkurang.Semua penyebab sesak napas kembalinya adalah
kepada lima hal antara lain :
a) Oksigenasi jaringan menurun.
b) Kebutuhan oksigen meningkat.
c) Kerja pernapasan meningkat.
d) Rangsangan pada sistem saraf pusat.
e) Penyakit neuromuskuler.
Etiologi yang lain :
1) Sesak Nafas karena Faktor Keturunan
2) Sesak Nafas karena Faktor lingkungan
3) Sesak Nafas karena kurangnya asupan cairan
4) Sesak Nafas karena ketidakstabilan emosi

C. Patofisiologi
Sesak napas merupakan keluhan subjektif dari seorang yang
menderita penyakit paru. Keluhan ini mempunyai jangkauan yanga luas,
sesuai dengan interpretasi seseorang mengenai arti sesak napas tadi. Pada
dasarnya, sesak napas baru akan timbul bila kebutuhan ventilasi dapat
meningkat pada beberapa keadaan seperti aktivitas jasmani yang bertambah
atau panas badan yang meningkat.
Patofisiologi sesak napas dibagi sebagai berikut :

Oksigenasi jaringan menurun

Kebutuhan oksigenasi meningkat

Kerja Pernapasan Meningkat

Kejadian sesak napas tergantung dari tingkat keparahan dan


sebabnya. Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls ke
otak dari saraf yang berakhir di paru – paru, tulang iga, otot dada atau
diafragma, ditambah dengan persepsi dan interpretasi pasien. Pada bebrapa
kasus, sesak napas diperhebat karena kegelisahan memikirkan
penyebabnya. Pasien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara, sesak
napas yang tidak menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot
dada, merasa tercekik, atau rasa kejang di otot dada.

D. Manifestas klinis
Menurut (Doengoes, E 2021)
1. Batuk dan produksi skutum
a. Batuk adalah engeluaran udara secara paksa yang tiba – tiba dan
biasanya tidak disadari dengan suara yang mudah dikenali.
2. Dada berat
a. Dada berat umumnya disamakan dengan nyeri pada dada. Biasanya
dada berat diasosiasikan dengan serangan jantung. Akan tetapi, terdapat
berbagai alasan lain untuk dada berat. Dada berat diartikan sevagai
perasaan yang bera dibagian dada. Rata – rata orang juga
mendeskripsikannya seperti ada seseorang yang memegang
jantungnya.
3. Mengi
a. Mengi merupakan sunyi pich yang tinggi saat bernapas. Bunyi ini
muncul ktika udara mengalir melewati saluran yang sempit. Mengi
adalah tanda seseorang mengalami kesulitan bernapas. Bunyi mengi
jelas terdengar sat ekspirasi, namun bisa juga terdengar saat inspirasi.
Mengi umumnya muncul ketika saluran napas menyempit atau adanya
hambatan pada saluran napas yang besar atau pada seseorag yang
mengalami gangguan pita suara.
4. napas yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan.

E. Pemeriksaan penunjang.
1. Peningkatan Hb (empisema berat)
2. Peningkatan eosinofil/ asma
3. Penurunan alpha 1-antitrypsin
4. PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronkhitis kronis dan
emfisema.
5. Chest X-ray: dapat menunjukkan hiperinflasi paru-paru, diafragma
mendatar
6. EKG:deviasi aksis kanan; gelombang P tinggi (pada pasien asma berat
dan atrialdisritmia/bronkhitis); gel.P pada Leads II, III, AVF panjang
dan tinggi (brinkhitis danemfisema); dan aksis QRS vertikal
(emfisema)

F. Penatalaksanaan medis
1) Penanganan Umum Dispnea
a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring
dengan bantal yang tinggi.
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat
sesaknya.
c) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang
diderita.
2) Terapi Farmako
a) Olahraga teratur
b) Menghindari alergen
c) Terapi emosi
3) Farmako
a) Quick relief medicine
b) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran
pernapasan, memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat
serangan datang. Contoh : bronkodilator
c) Long relief medicine
d) Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak
nafas, mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol
untuk jangka waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk
inhalasi.

G. Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli
paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada,
penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan. Sesak
napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti asma,
penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga
dapat disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2019). Dalam
bentuk kronisnya, sesak napas atau dispnea merupakan suatu gejala
penyakit – penyakit seperti asma, emfisema, berupa penyakit paru – paru
lain.

H. Diagnose keperawatan kasus pemenuhan kebutuhan manusia


Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atauproses kehidupan yang
dialaminya, baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan yang mungkin
muncul pada pasien dengan Dispnea adalah :
1. Pola napas tidak efektif
2. Gangguan perukaran gas
3. Hipervolemia (Kelebihan volume cairan)
4. Perfusi jaringan tidak efektif (Gangguan perfusi jaringan)

I. Pathway

(Price dan Wilson, 2019)


J. Pengkajian
1. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
b) Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
c) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA,
batuk.
d) Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan
keluarga pasien
3. Pola kesehatan fungsional
Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi adalah :
a) Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
Bagaimana perilaku individu tersebut mengatasi masalah kesehatan,
adanya faktor risiko sehubungan dengan kesehatan yang berkaitan
dengan oksigen.
b) Pola metabolik-nutrisi
Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan mempengaruhi oksigenasi
karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang kurang gizi,
mengalami kelemahan otot pernafasan.
c) Pola eliminasi
Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat devekasi),
perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
d) Aktivitas-latihan Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih
dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga,
memiliki peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan
oksigen.
e) Pola istirahat-tidur
Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan pola
istirahat.
f) Pola persepsi-kognitif
Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera pasien
terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
g) Pola konsep diri-persepsi diri
Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi seseorang
(pekerjaan,situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap
diri sendiri (gemuk/kurus).
h) Pola hubungan dan peran
Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat yang memiliki
kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi seseorang
i) Pola reproduksi-seksual
Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi dikaji
j) Pola toleransi koping-stress
Adanya stress yang memengaruhi status oksigenasi pasien.
k) Keyakinan dan nilai
Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi oksigenasi, adanya
pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama pasien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
a) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena
hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli atau
endokarditis)
b) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
c) mengerutkan mulut
d) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
e) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara
dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
f) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)

K. Analisa data
Analisa data merupakan kemampuankognitif dalam pengembangan
daya berfikir yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan,
pengalaman dan pengertian keperawatan (Nasrul Effendy : 1998 :23).
Dasar analisa data didapatkan dari :
1) Anatomi dan Fisiologi
2) Patofisiologo penyakit
3) Mikrobiologi dan parasitologi
4) Farmakologi
5) Ilmu perilaku
6) Konsep-konsep manusia, sehat, sakit, stres adaptasi, etika keperawatan.
7) Tindakan dan prosedur keperawatan
8) Teori keperawatan dari berbagai sistem dan teori lain, yang berkaitan.

L. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
Dispnea adalah :
1. Pola napas tidak efektif b.d posisi tubuh yang menghambat ekspansi
paru (D.0005)
2. Gangguan perukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(D.0003)
3. Hipervolemia (Kelebihan volume cairan) b.d kelebihan asupan cairan
(D.0022)
4. Perfusi jaringan tidak efektif (Gangguan perfusi jaringan)b.d peurunan
aliran darah arteri dan/atau vena (D.0009)

M. Intetvensi
NO SDKI SLKI SIKI
1. Pola napas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Manajemen Jalan
posisi tubuh yang tindakan keperawatan Napas (I.01011)
menghambat ekspansi paru diharapkan mobilitas
(D.0005) fisik meningkat dengan Observasi
kriteria hasil:
Definisi : inspirasi dan/atau • Monitor pola napas
ekspirasi yang tidak • Dispnea (frekuensi, kedalaman,
memberian ventilasi menurun usaha napas)
adekuat • Penggunaan • Monitor bunyi napas
otot bantu napas tambahan (misalnya:
Gejala dan Tanda Mayor menurun gurgling, mengi,
Subjektif • Pemanjangan wheezing, ronchi kering)
fase ekspirasi • Monitor sputum (jumlah,
1. Dispnea menurun warna, aroma)
• Frekuensi napas
Objektif membaik Teraupeutik
• Kedalaman
1. Penggunaan otot napas membaik • Pertahankan kepatenan
bantu pernapasan jalan napas dengan head-
2. Fase ekspirasi tilt dan chin-lift (jaw
memanjang thrust jika curiga trauma
3. Pola napas fraktur servikal)
abnormal (mis, • Posisikan semi-fowler
takipnea, atau fowler
bradypnea, • Berikan minum hangat
hiperventilasi, • Lakukan fisioterapi
kussmual, Cheyne- dada, jika perlu
stokes)
• Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
Gejala dan Tanda Minor
detik
• Lakukan hiperoksigenasi
Subjektif
sebelum penghisapan
endotrakeal
1. Ortopnea
• Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
Objektif
forsep McGill
1. Pernapasan pursed- • Berikan oksigen, jika
lip perlu
2. Pernapasan cuping
hidung
3. Diameter thoraks
anterioe-posterior
meningkat
4. Ventilasi semenit Edukasi
menurun
5. Kapasitas vital • Anjurkan asupan cairan
menurun Anjurkan 2000 ml/hari, jika tidak
asupan cairan 2000 ada kontraindikasi
ml/hari, jika tidak • Ajarkan Teknik batuk
ada kontraindikasi efektif
6. Ajarkan Teknik Kolaborasi
batuk efektif
7. Tekanan ekspirasi
menurun
8. Tekanan inspirasi
menurun
9. Ekskursi dada
berubah

2. Gangguan Pertukaran gas Setelah dilakukan Pemantauan Respirasi


tindakan keperawatan (I.01014)
Defenisi : diharapkan pertukaran
gas meningkat dengan Observasi
Kelebihan atau kekurangan kriteria hasil :
oksigenasi dan atau • Monitor frekuensi,
eleminasi karbondioksida • Dispnea irama, kedalaman dan
pada membran alveolus- menurun upaya napas
kapiler. • Bunyi napas • Monitor pola napas
tambahan (seperti bradypnea,
Gejala dan Tanda Mayor : menurun takipnea,
• Takikardia hiperventilasi,
Objektif: menurun kussmaul, Cheyne-
• PCO2 membaik stokes, biot, ataksik)
• Ketidakseimbangan • PO2 membaik • Monitor kemampuan
ventilasi-perfusi. • pH arteri batuk efektif
• Perubahan membaik • Monitor adanya
membran alveolus- produksi sputum
kapiler. • Monitor adanya
sumbatan jalan napas
Subjek: • Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
• Dispnea • Auskultasi bunyi napas
• Menggunakan otot • Monitor saturasi
bantu pernapasan oksigen
• Fase ekspirasi
memanjang
• Pola napas abnormal • Monitor nilai analisa
(mis. Takipnea, gas darah
bradipnea, • Monitor hasil x-ray
hiverpentilasi thoraks
kussmaul, cheyne-
stoke). Terapeutik

Gejala dan Tanda Minor : • Atur interval


pemantauan respirasi
• Pusing. sesuai kondisi pasien
• Penglihatan kabur. • Dokumentasikan hasil
pemantauan
Subjektif :
Edukasi
• Ortopnea Objektif
• Pernapasan pursed- • Atur interval
lip pemantauan respirasi
• Pernapasan cuping sesuai kondisi pasien
hidung. • Dokumentasikan hasil
• Diameter thoraks pemantauan
anterior posterior
meningkat
• Ventilasi semenit
menurun
• Kapasitas vital
menurun/
• Tekana ekspirasi
menurun
• Tekanan inspirasi
menurun
• Ekskursi dada
berubah

3. Hipervolemia (Kelebihan Manajemen Hipervolemia


volume cairan) b.d Setelah dilakukan (I.03114)
kelebihan asupan cairan tindakan keperawatan
diharapkan
(D.0022) Observasi
keseimbangan cairan
Peningkatan meningkat dengan
Definisi: • Periksa tanda dan
volume cairan kriteria hasil: gejala hypervolemia
intravaskular, interstisial, • Asupan cairan
(mis: ortopnea,
dan / atau intraselular. meningkat
dispnea, edema,
• Output urin JVP/CVP
Gejalan dan Tanda Mayor meningkat meningkat, refleks
hepatojugular
Subjektif : • Membrane positif, suara napas
mukoa lembab tambahan)
• Ortopnea meningkat • Identifikasi
• Dispenea • Edema menurun penyebab
• Paroxysmal • Dehidrasi hypervolemia
nocturnal dyspnea menurun • Monitor status
(PND) • Tekanan darah hemodinamik (mis:
Objektif membaik frekuensi jantung,
• Ederma anasarka • Frekuensi nadi tekanan darah, MAP,
dan/atau ederma membaik CVP, PAP, PCWP,
perifer • Kekuatan nadi CO, CI) jika tersedia
• Berat badan membaik • Monitor intake dan
meningkat dalam • Tekanan arteri output cairan
waktu singkat rata-rata • Monitor tanda
• Jugular Venous membaik hemokonsentrasi
Pressure (JVP) • Mata cekung (mis: kadar natrium,
dan/atau Cental membaik BUN, hematokrit,
Venous Pressure • Turgor kulit berat jenis urine)
(CVP) meningkat membaik • Monitor tanda
• Refleks peningkatan tekanan
hepatojugular onkotik plasma (mis:
positif kadar protein dan
albumin meningkat)
• Monitor kecepatan
Gejalan dan Tanda Mayor infus secara ketat
• Monitor efek
Subjektif : (tidak tersedia) samping diuretic
Objektif : (mis: hipotensi
ortostatik,
• Ditensi vena hypovolemia,
jugularis hipokalemia,
• Terdengar suara hiponatremia)
nafas tembahan
• Hepatomegali Terapeutik
• Kadar Hb/Ht turun
• Oliguria • Timbang berat badan
• Intake lebih banyak setiap hari pada
dari output (balans waktu yang sama
cairan positif) • Batasi asupan cairan
• Kongesti paru dan garam
• Tinggikan kepala
tempat tidur 30 – 40
derajat
Edukasi

• Anjurkan melapor
jika haluaran urin <
0,5 mL/kg/jam
dalam 6 jam
• Anjurkan melapor
jika BB bertambah >
1 kg dalam sehari
• Ajarkan cara
membatasi cairan

Colaborasi

• Kolaborasi
pemberian diuretic
• Kolaborasi
penggantian
kehilangan kalium
akibat diuretic
• Kolaborasi
pemberian
continuous renal
replacement therapy
(CRRT) jika perlu
4. Perfusi jaringan tidak Perawatan Sirkulasi
efektif (Gangguan perfusi Setelah dilakukan (I.02079)
jaringan)b.d peurunan tindakan keperawatan
aliran darah arteri dan/atau 3x24 jam maka perfusi Observasi:
vena (D.0009) perifer meningkat,
dengan kriteria hasil:
• Periksa sirkulasi perifer
Pengertian : 1. Pengisian kapiler
(mis: nadi perifer,
membaik
edema, pengisian
2. Akral membaik
Penurunan sirkulasi darah kapiler, warna, suhu,
3. Warna kulit pucat
pada level kapiler yang ankle-brachial index)
menurun
dapat mengganggu • Identifikasi faktor risiko
4. Turgor kulit
metabolisme tubuh. gangguan sirkulasi
membaik
(mis: diabetes, perokok,
Gejala dan Tanda Mayor – orang tua, hipertensi,
Subjektif : (Tidak tersedia). dan kadar kolesterol
Gejala dan Tanda Mayor – tinggi)
Objektif : • Monitor panas,
• Pengisian kapiler >3 kemerahan, nyeri, atau
detik. bengkak pada
ekstremitas
• Nadi perifer menurun
atau tidak teraba. Teraupetik :
• Akral teraba dingin.
• Warga kulit pucat. • Hindari pemasangan
• Turgor kulit menurun. infus, atau pengambilan
darah di area
keterbatasan perfusi
• Hindari pengukuran
Gejala dan Tanda Minor – tekanan darah pada
Subjektif : ekstremitas dengan
1. Parastesia. keterbatasan perfusi
2. Nyeri • Hindari penekanan dan
ekstremitas pemasangan tourniquet
(klaudikasi pada area yang cidera
intermiten). • Lakukan pencegahan
infeksi
• Lakukan perawatan
Gejala dan Tanda Minor – kaki dan kuku
Objektif: • Lakukan hidrasi
• Edema.
• Penyembuhan luka Edukasi :
lambat.
• Indeks ankle-brachial • Anjurkan berhenti
< 0,90. merokok
• Bruit femoral. • Anjurkan berolahraga
rutin
• Anjurkan mengecek air
mandi untuk
menghindari kulit
terbakar
• Anjurkan menggunakan
obat penurun tekanan
darah, antikoagulan,
dan penurun kolesterol,
jika perlu
• Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan
darah secara teratur
• Anjurkan menghindari
penggunaan obat
penyekat beta
• Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat (mis:
melembabkan kulit
kering pada kaki)
• Anjurkan program
rehabilitasi vaskular
• Ajarkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi (mis: rendah
lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
• Informasikan tanda dan
gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis:
rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat,
luka tidak sembuh,
hilangnya rasa).

Kolaborasi :

• Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
• Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2021). Keperawatan medikal bedah.Jakarta: EGC.

Bradero. (2019). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.


Salemba Medika: Jakarta.

Price dan Wilson. (2019). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal
Keperwatan Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.

Doengoes, E. (2021). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan pernafasan.


Salemba Medika: Jakarta.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 (Cetakan III Revisi). Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Intervesi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai