Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DISPNEA


DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)
RUMAH SAKIT TUGUREJO SEMARANG

Disusun oleh:
FIRDA ANNISA
202202040050

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2022/2023
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan
dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah Shortness Of
Breath. Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
a. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan
ke ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan
(paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
b. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
2. Etiologi
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas
antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat
sehingga terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah
sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada
saluran pernapasn maka ruang mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi
peningkatan tahanan jalan napas maka pertukaran gas juga akan terganggu dan juga
dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami
penurunan terhadap compliance paru, semakin rendah kemampuan terhadap
compliance paru maka makinbesar gradien tekanan transmural yang harusdibentuk
selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru yang normal. Penyebab
menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah digantinya
jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan yang
sama.
3. Tanda dan gejala
a. Mengi
b. Nyeri dada
c. Kulit pucat
d. Napas berbunyi
e. Kulit dingin dan lembap
f. Kesulitan dalam mengatur napas
g. Kecemasan atau perasaan panik
h. Takipnea, yaitu kondisi ketika laju pernapasan seseorang lebih cepat dan pendek
dari kondisi normal.
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai
darah sendiri.sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada
hepar terganggu.gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini
menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.setelah lewat masanya, sel-sel
hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan
oleh sel-sel hepar baru yang sehat.oleh karenanya, sebagian besar klien yang
mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar
karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan
kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran
kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena
adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran
pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.selain itu juga terjadi kesulitan dalam
hal konjugasi.akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada
duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin
yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).jadi ikterus yang timbul disini
terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam
empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

5. Pathways

6. Gambaran Klinik
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas
yang pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada
penyakit 2 kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar,
gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma),
kecemasan (Price dan Wilson, 2006). paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian
besar penyakit paru tidak menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan
penyakit peradangan pada pleura parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah
gejala umum penyakit pernapasan, hal ini disebabkan oleh Stimulasi refleks batuk
oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, Akumulasi sekret pada saluran
pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan
penyakit dengan gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2006). Pemeriksaan
sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit paru. Sediaan apusan
gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi. Pemeriksaan sitologi
untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi, dan sumber sputum
dapat diidentifikasi jenis penyakitnya. Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum
dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau
kronik, pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli
paru. Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan
kaki, ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku,
dan ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru,
kanker paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan.
Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya
jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2016). Ronki basah berupa
suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang merupakan
petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar. Terdapat pada
pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/ mengik
berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat terjadi
bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit.
Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah
wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di
leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau
trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah
kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2018).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah
arteri dan pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG.
8. Komplikasi
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit
paru interstisial atau alveour, gangguan dinding dada penyakit obstruktif
paru(emfisema, bronkitis, asma)kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh
beberapa penyakit asma, penggumpalan darah pada paru-paru sampai pneumonia.
Sesak napas juga dapat disebabkankarena kehamilan(Price dan Wilson, 2018). Dalam
bentuk kronisnya, sesak napas atau disnea merupakan gejala penyakit-penyakit asma,
emfisema, berupa penyakit paru-paru.
9. Penatalaksanaan Medik
a. Oksigenasi
1) Penanganan umum dispnea
a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan
bantal yang tinggi
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-5lpm tergantung derajat sesaknya
c) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita
2) Terapi Farmako
a) Olahraga teratur
b) Menghindari alergen
c) Terapi emosi
3) Farmako
a) Quick Relief medicine
b) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapsan,
memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang.
Contoh : bronkodilator
c) Long relief medicine
d) Pengobatan yang digunakan untuk mengobati inflamasi pada sesak nafas,
mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka
waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhals
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah aktual/potensial
dari kondisi life threatning (berdampak terhadap kemampuan pasien untuk
mempertahankan hidup). Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi jika hal tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :
A = Airway dengan kontrol servikal
Kaji :
a. Bersihan jalan nafas
b. Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
c. Distress pernafasan
d. Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
B = Breathing dan ventilasi
Kaji :
a. Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b. Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
c. Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
C = Circulation
Kaji :
a. Denyut nadi karotis
b. Tekanan darah
c. Warna kulit, kelembaban kulit
d. Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
D = Disability
Kaji :
a. Tingkat kesadaran
b. Gerakan ekstremitas
c. GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal, P = pain/respon
nyeri, U = unresponsive.
d. Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
2. Pengkajian Sekunder
a. Identitas Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
- Keluhan utama: klien mengeluh sesak nafas, nyeri dada.
- Riwayat penyakit sekarang: asma, CHF, AMI, ISPA.
- Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita asma, CHF, AMI, ISPA, batuk.
- Riwayat penyakit keluarga: mendapatkan data riwayat kesehatan keluarga
pasien
c. Pola kesehatan fungsional Hal-hal yang dapat dikaji pada gangguan oksigenasi
adalah :
- Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan Bagaimana perilaku individu
tersebut mengatasi masalah kesehatan, adanya faktor risiko sehubungan
dengan kesehatan yang berkaitan dengan oksigen.
- Pola metabolik-nutrisi Kebiasaan diit buruk seperti obesitas akan
mempengaruhi oksigenasi karena ekspansi paru menjadi pendek. Klien yang
kurang gizi, mengalami kelemahan otot pernafasan.
- Pola eliminasi Perubahan pola defekasi (darah pada feses, nyeri saat
devekasi), perubahan berkemih (perubahan warna, jumlah, ferkuensi)
- Aktivitas-latihan Adanya kelemahan atau keletihan, aktivitas yang
mempengaruhi kebutuhan oksigenasi seseorang. Aktivitas berlebih
dibutuhkan oksigen yang banyak. Orang yang biasa olahraga, memiliki
peningkatan aktivitas metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
- Pola istirahat-tidur Adanya gangguan oksigenasi menyebabkan perubahan
pola istirahat.
- Pola persepsi-kognitif Rasa kecap lidah berfungsi atau tidak, gambaran indera
pasien terganggu atau tidak, penggunaaan alat bantu dalam penginderaan
pasien.
- Pola konsep diri-persepsi diri Keadaan social yang mempengaruhi oksigenasi
seseorang (pekerjaan, situasi keluarga, kelompok sosial), penilaian terhadap
diri sendiri (gemuk/ kurus).
- Pola hubungan dan peran Kebiasaan berkumpul dengan orang-orang terdekat
yang memiliki kebiasaan merokok sehingga mengganggu oksigenasi
seseorang.
- Pola reproduksi-seksual Perilaku seksual setelah terjadi gangguan oksigenasi
dikaji
- Pola toleransi koping-stress Adanya stress yang memengaruhi status
oksigenasi pasien.

- Keyakinan dan nilai Status ekonomi dan budaya yang mempengaruhi


oksigenasi, adanya pantangan atau larangan minuman tertentu dalam agama
pasien.
d. Pemeriksaan fisik
- Kesadaran: kesadaran menurun
- TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
- Head to toe
1) Mata: Konjungtiva pucat (karena anemia), konjungtiva sianosis
(karena hipoksemia), konjungtiva terdapat petechie ( karena emboli
atau endokarditis)
2) Mulut dan bibir: Membran mukosa sianosis, bernafas dengan
mengerutkan mulut
3) Hidung : Pernafasan dengan cuping hidung
4) Dada: Retraksi otot bantu nafas, pergerakan tidak simetris antara dada
kanan dan kiri, suara nafas tidak normal.
5) Pola pernafasan: pernafasan normal (apneu), pernafasan cepat
(tacypnea), pernafasan lambat (bradypnea)
3. Diagnosis Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas ( D. 0005)
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ( D.
0149)
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi ( D. 0003)
4. Rencana Keperawatan
Duagnosa Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
Pola nafas tidak Pola Nafas ( L. 01004) 1. Monitor pola nafas
efektif b.d Setelah dilakukan tindakan (I. 01014)
hambatan upaya keperawatan selama 1 X 24 2. Ajarkan mengubah
nafas( D.0005) jam diharapkan pola napas posisi secara
membaik dengan kriteria mandiri ( I. 01002)
hasil : 3. Kolaborasi
1. Frekuensi nafas pemasangan otot
normal 18-24 bantu napas
x/menit
2. Penggunaan otot
bantu nafa
smenurun, O2
menjadi 3lpm
Bersihan jalan Bersihan Jalan Napas ( L. Latihan batuk efektif ( I.
nafas tidak efektif 01001) 01006)
b.d sekresi yang Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
tertahan (D. 0149) keperawatan selama 1 X 24 kemampuan batuk
jam diharapkan jalan napas 2. Monitor adanya retensi
membaik dengan kriteria sputum
hasil : 3. Atur posisi semi fowle
1. Batuk efektif 4. Jelaskan tujuan dan
membaik, batuk prosedur batuk efektif
berkurang 5. Kolaborasi pemberian
2. Produksi sputum mukolitik
menurun, keluar
sputum
3. Sesak nafas
menurun 18-24
x/menit

Gangguan Pertukaran gas ( L. 01003)


pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan
ketidakseimbangan keperawatan selama 1 X 24
ventilasi-perfusi jam diharapkan oksigenasi
( D. 0003) membaik dengan kriteria
hasil :
1. Sesak nafas
menurun,
18-24x/menit
2. Pusing menurun,
skala pusing
menjadi3 dari 5
3. Bunyi napas
tambahan menurun,
tidak ada bunyi
ronkhi pada paru
paru
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2012). Keperawatan medikal bedah.jakarta: EGC.


Harahap. (2015). Oksigenasi dalam suatu asuhan keperawatan. Jurnal Keperwatan
Rufaidah Sumatera Utara Volume 1 hal 1-7. Medan: USU.
Muslihah. 2017.Keperawatan Gawat Darurat.Yogyakarta: Nuha Medika
Padila. 2019. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta: Nuha Medika
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. DPP PPNI.
Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai