Anda di halaman 1dari 37

ASKEP SISTEM PERNAFASAN

Kelompok 6
1. BELA PUSPITA SARI
2. ELSI FADILA SARI
3. NADIAH ULFAH FAJRIND
4. NORA AGUSTINA
5. SINTIA TRIO PUTRI
6. MAI SISKA AYU PUTRI
7. VIRA AFYUNITA
Defenisi

Abses paru adalah lesi


nekrotikan setempat pada
parankim paru yang
mengandung bahan perulen :
lesi mengalami kolabs dan
membentuk ruang.
Abses paru merupakan
pengumpulan nanah didalam
jaringan paru. Abses paru tunggal
dapat terjadi pada bagian distal dari
obstruksi bronkial,utamanya dari
bendaasingyangteraspirasi(muntah
an) atau tumor.
Beberapa Abses paru dapat mengikuti
pneumonia yang disebabkan oleh bakteri
nekrotik(seperti
Staphylococcusaureus,yangmencipataka
n jaringan paru nekrotik). Bakteri juga
dapat muncul dari emboli septik dari
fokus yang terinfeksi seperti plebitis
septik
Kuman dan bakteri penyebab retracementAbses paru-
paru bervariasi sesuai dengan teknik penelitia yang,
menurut vinegolal dan visliman penyebab abse paru
adalah kuman anaerob dari menurut asher dan
beaudry penyebab abses paru-paru adalah
stapillococousAuereus. Itu organisme penyebab abse
paru-paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob
Kuman atau bakteri penyebab
terjadinya abses paru bervariasi.
46% abses paru disebabkan
hanya oleh bakteri anaerob,
sedangkan 43% campuran
bakteri anaerob dan aerob.
Disebut abses primer apabila infeksi
diakibatkan aspirasi atau pneumonia yang
terjadi pada orang normal, sedangkan abses
sekunder apabila infeksi terjadi pada orang yang
sebelumnya sudah mempunyai kondisi seperti
obstruksi, bronkektasis dan gangguan
imunitasTerjadinya abses paru biasanya melalui
dua cara, yaitu aspirasi dan hematogen
Yang paling sering ditemukan
adalah abses paru bronkogenik
akibat aspirasi. Hal ini dapat
disebabkan oleh kelainan anatomis,
sumbatan bronkus maupun tumor.
Sedangkan abses paru melalui
hematogen biasanya berhubungan
dengan infeksi.
ANATOMI FISIOLOGI

Paru-paru adalah organ pada sistem


pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan
sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata
yang bernapas dengan udara. Fungsinya adalah
menukar oksigen dari udara dengan karbon
dioksida dari darah. Prosesnya disebut
"pernapasan eksternal" atau bernapas
Letak paru-paru di rongga dada datarannya
menghadap ke tengah rongga
dada/kavummediastinum.Pada bagian tengah
terdapat bagian tampuk paru-paru yang disebut hilus.
Pada mediastinum depan terdapat jantung. Paru-paru
dibungkus oleh selaput yang bernama pleura
Pleura dibagi menjadi dua:

1. Pleura visceral (selaput dada pembungkus), yaitu


selaput paru yang langsung membungkus paru
2.Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga
dada luar.Antara kedua pleura ini terdapat ronggga
(kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan
normal, kavum pleura ini hampa udara, sehingga
paru-paru dapat berkembang kempis dan juga
terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk
meminyaki permukaan pleura, menghindari gesekan
antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada
gerakan bernafas.
PATHOLOGI
Abses paru timbul bila parenkim paru terjadi
obstruksi, infeksi kemudian proses supurasi dan
nekrosis. Perubahan reaksi radang pertama
dimulai dari suppurasi dan trombosis pembuluh
darah lokal, yang menimbulkan nekrosis dan
likuifikasi.
Suatu saat abses pecah, lalu jaringan nekrosis keluar
bersama batuk, kadangterjadi aspirasi pada bagian
lain bronkus terbentuk abses baru. Sputumnya
biasanya berbau busuk, bila abses pecah ke rongga
pleuramaka terjadi empyema.
PATHOFISIOLOGI

Garry tahun 1993 mengemukakan terjadinya


abses paru disebutkan sebagaiberikut :
a. Merupakan proses lanjut pneumonia inhalasi
bakteria pada penderita dengan faktor
predisposisi. Bakteri mengadakan multiplikasi
dan merusak parenkim paru dengan proses
nekrosis. Bila berhubungan dengan bronkus,
maka terbentuklah air fluidlevel bakteria masuk
kedalam parenkim paru selain inhalasi bisa juga
dengan penyebaran hematogen (septik emboli)
atau denganperluasan langsung dari proses
abses ditempat lain (nesisitatum) misal abses
hepar.
b. Kavitas yang mengalami infeksi. Padabeberapa
penderita tuberkolosis dengan kavitas, akibat inhalasi
bakteri mengalami proses keradangansupurasi. Pada
penderitaemphisema paru atau polikisrik paru yang
mengalami infeksi sekunder.
c. Obstruksi bronkus dapat menyebabkan
pneumoniaberlajut sampai proses abses paru.
Hal ini sering terjadi pada obstruksi karena
kanker bronkogenik.
. d. Pembentukan kavitas pada kanker paru.
Pertumbuhan massa kankerbronkogenik yang
cepat tidak diimbangipeningkatan suplai
pembuluh darah, sehingga terjadi likuifikasi
nekrosis sentral. Bila terjadi infeksi dapat
terbentuk abses.
e. Tanda dan Gejala
Gejala abses paru biasanya terjadi dalam jangka
waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Beberapa gejala khas dari abses paru adalah:
 Demam

 Menggigil

 Berkeringat

 Batuk

 Bau dahak yang tidak enak


 Pasien juga sering mengalami terlihat lemas, lesu, dan
tidak bertenaga, nafsu makan menurun, serta
penurunan berat badan yang terjadi secara drastis.
Kadang-kadang pasien juga dapat mengeluarkan
dahak berdarah dan nyeri dada yang diperburuk oleh
batuk. Pasien juga dapat mengalami jantung
berdebar-debar, sesak napas, bengek, dan efusi pleura.
f. Manifestasi Klinis
Presentasi klinik abses paru dapat beragam dari
batuk produktif ringan sampai penyakit akut.
Sebagian besar pasien mengalami batuk produktif
dengan jumlah sputum sedang sampai banyak dan
berbau yang sering bercampur darah. Pleurisi, atau
dada pekak,dispnea,kelemahan,anoreksia,dan
penurunan berat badan biasa terjadi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan
leukositosis, meningkat lebih dari 12.000/mm3(90%
kasus) bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai
dengan 32.700/mm3. Laju endap darah ditemukan
meningkat > 58 mm / 1 jam. Pada hitung jenis sel
darah putih didapatkan pergeseran shittotheleft.
b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan
asam dan KOH merupakan pemeriksaan awal untuk
menentukan pemilihan antibiotik secara tepat.
 c.Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan
antibiotikan merupakan cara terbaik dalam
menegakkan diagnosa klinis dan etiologis.
H. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Medis
Abses paru merupakan kasus jarang dan
beberapa dokter meningkatkan pengetahuannya
dalam penatalaksanaannya. Antibiotik tunggal
tidak adakan menghasilkan keluaran yang
memuaskan kecuali pus bisa didrainase dari
kavitasabses. Pada kebanyakan pasien, drainase
spontan terjadi melalui cabang bronkus, dengan
produksi sputum purulen. Hal ini mungkin
terbantu melalui drainase postural.

B. . ANTIBIOTIK
Pada kebanyakan abses paru mengandung
streptokokus kelompok milleri dan anaerob,
antubiotik atau kombinasinya yang melawan
organisme ini harus dipilih. Terdapat banyak regimen
awal yang mungkin diberikan. Penisilin termasuk
sefalosporin, makrolide, kloramfenikol dan
klindamisin semuanya telah digunakan.

c.Drainase
d.Reseksi pembedahan
Komplikasi

Keberhasilan pengobatan abses paru


diindikasikan pertama melalui resolusi demam,
kedua melalui penutupan kavitas dan terakhir
melalui bersihnya gambaran radiologisinfiltrat
parenkim paru. Demam biasanya hilang dalam
beberapa hari, menetap dalam 2 minggu jarang
terjadi dan membuktikan tidak adekuatnya
drainase.
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN ABSES PARU

Pengkajian
a.Identitas pasien
Meliputi nama,umur,
jeniskelamin,alamat,pekerjaan,suku/bangsa,aga
ma,statusperkawinan,tanggal masuk rumah
sakit,nomor register dan diagnosa medik.
b.Keluhan utama
Keluhan utamanya adalah klien mengatakan sakit
kepala,demam,nyeri dan pusing
c. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan
pusing, berat badanberkurang, klien mengalami mual,
muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan
diare, klien mengeluh nyeri otot.
2.Riwayat Kesehatan Dahulu
adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita
penyakit seperti ini sebelumnya
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang
sama (penularan).
d.Pemeriksaan Fisik
Adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda
jenis penyakit.
e. Pola kebiasaan sehari-hari
1.Pola persepsi kesehatan
Biasanya pasien mengetahui tentang penyakitnya dan
cara yangdilakukan pasien menanggani
penyakitnya.
2.Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan kekebalan
tubuh,lemah dan lesu saat beraktivitas.Aktivitas klien
tergaggu karena lemeh dan lesu yang dirasakan
pasien
3.pola istirahat dan tidur
Biasanya istirahat dan tidur sering mengalami
gangguan karena nyeri yang dialami
4.Pola nutrisi
Biasanya kemampuan pasien dalam mengkonsumsi
makanan mengalami penurunan akibat nafsu makan
yang kurang karena mual,muntah saat makan
sehingga makannya hanya sedikit bahkan tidak
makan sama sekali.
5.Pola eliminasi
Eliminasi BAB dan BAK mengalami kontraksi karena
pola makan yang tidak teratur dan tidak sehat.
6.Pola kognitif Persepsual
Biasanya daya ingat pasien tifoid kebanyakan
dijumpai tidak tidak mengalami gangguan.
7.Pola konsep diriBiasanya perasaan menerima dari
pasien dengan keadaannya,kebanyakan pasien
mengaami gangguan konsep diri.
8.Pola koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh
pasien adalah dengan meminta pertolongan orang
lain.
Sebelum sakit :
 Pasien biasa tidur 8 jam dalam sehari dari pukul
21.00-04.00.
 Selama sakit:

a.pasien bisa tidur kurang lebih 5 jam


b.pasien sering terbangun karena hospitalisasi
f.pemeriksaan penunjang
a.pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan
hematologi,urinalis,kimiaklinik,imunoreologi,mikrobio
logi,dan biologi molekular. Pemeriksaan ini
ditunjukan untuk membantu mencegakan diagnosis
(adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis),
menetapkan prognosis,memantau perjalanan penyakit
dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit.
G. PENATALAKSANAAN
 tindakan-tindakan yang diberikan pada penderita
demam tifoid:
 Perawatan dirumah
 Perawatan dirumah dapat dilakukan apibila keadaan
umum dan kesadaran umum dan kesadaran pasien
lumayan baik,serta gejala dan tanda klinis tidak
menunjukan infeksi tifoidberlanjut.defekasi dan
buang air kecil perlu diperhatikan, karena kadang-
kadang obstipasi dan retensi urin.
 Rujukan kerumah sakit
 Pada keadaan tertentu,pasientifoid perlu menjalani
perawatan dirumahsakit.perawatan dapat dilakukan
dibangsal umum maupun ICU,tergantung pada
keadaan klinis pasien
 Diet
 Pada pasien tifoid,sebaiknya diberikan makanan dengan
gizi yang baik,mudahdicerna,danlunak.penderitatifoid juga
harus minum air yang cukup dan bisa ditambah dengan
sup atau jus untuk mencegah dehidrasi dan
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Proses pemulihan
 Penderita yang survvie akan masuk kedalam minggu
keempat dimanademam,status mental dan distensi
abdomen secara perlahan membaik untuk beberapa hari
selanjutnya.penderita harus tirah baring sampai minimal 7
hari bebas demam atau kurang lebih selama 14
hari.maksud tirah baring adalah untuk mencegah
terjadinya komplikasi pendarahan atau perforasi
usus.Berat badan dan kelemahan fisik akan berangsur
membaik setelah berbulan-bulan kemudian.
2.Diagnosa keperawatan
Suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status
kesehatan/resikoperubahan pola) dari individu/kelompkdimana
perawat secara akuntabilitasdapatmengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatanmenurunkan,membatasi,mencegah,merubah
(carpenito,200 dalam yulianingsih2015)potensial(peningkatan
kemampuan) berdasarkan pengumpulan data pada anilisis data
3.Intervensi keperawatan
Suatu petunjuk atau bukti tertulis yang menggambarkan secara
tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap
klien sesuai dengan kebutuhan nya berdasarkan diagnosa
keperawatan
4.Implementasi keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari pelaksana intervensi
untuk mencapai tujuan yang spesifik.tahap implementasi
dimulai setelah rencana intervensi tersusun dadiajkan pada
nursing untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan.oleh karena itu rencana intervensi yang spesifik
dilakukan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan klien.
5.Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah penilaiaan dengan cara membandingkan


perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) sesuai dengan
tahap perencanaan.adapun yang menggunakan pendekatan
dengan format SOAP adalah:
S : Data subjektif adalah perawat menuliskan keluhan pasien
yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
O : Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi perawat secara lansung kepada klien, dan
dirasakan klien setelah di lakukan tindakan keperawatan
A : Analisa data intervensi dari data subjektif dan data
objektif.
P : Planning, adalah perencanaan keperawatan yang
dilanjutkan, dihentikan, di modifikasi, atau ditambah dari
perencanaan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya.
KESIMPULAN

 Abses paru adalah infeksi dekstruktif berupa lesi


nekrotik pada jaringan paru yang terlokalisir
sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah
(pus) dalam parenkim paru pada satu lobus atau
lebih. Kuman atau bakteri penyebab terjadinya
abses paru bervariasi. 46% abses paru
disebabkan hanya oleh bakteri anaerob,
sedangkan 43% campuran bakteri anaerob dan
aerob.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai