Anda di halaman 1dari 32

SARI PUSTAKA

ASPERGILLOMA

Dosen Pembimbing :
dr.Syamsul Bihar, M.Ked (Paru), Sp.P (K),FISR

Disusun Oleh :

Arvind a/l Chelvaray @ Selvaraj 130100463


ASPERGILLOMA
LATAR BELAKANG
• Kasus-kasus paru di Indonesia umumnya berkisar antara TB, asma, kanker paru,
dan pneumonia. Empat penyakit ini sangat lazim ditemui di rumah-rumah sakit di
Indonesia, masyarakat awam pun relatif familiar dengan penyakit di atas. Namun
sebenarnya ada salah satu penyakit paru yang kejadiannya tidak terlalu sering
namun kerap terjadi karena terdapat penyakit paru lain yang mendasarinya.
Dialah spektrum penyakit infeksi paru akibat infeksi jamur, yakni aspergillosis.
Rumusan Masalah
Sari kepustakaan ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
serta tatalaksana dan prognosis aspergilloma.

Tujuan Penulisan
• Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu syarat menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Paru Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara, Medan.

• Tujuan Khusus
Untuk menambah pengetahuan mengenai aspergiloma.
DEFINISI
• Aspergilloma, juga dikenal sebagai mycetoma atau bola jamur (fungus
ball), adalah koloni jamur yang terdapat dalam kavitas tubuh seperti
paru-paru. Mycetoma biasanya terdiri dari Aspergillus fumigatus
(spesies aspergillus yang paling sering ditemukan), dan merupakan
bentuk non-invasif aspergillosis paru.
EPIDEMIOLOGI
Aspergilloma terjadi pada pasien dengan imunitas normal, tetapi secara
struktural paru-paru tidak normal, dengan rongga atau kavitas yang sudah ada
sebelumnya. Oleh karena itu secara demografi akan sesuai dengan kondisi
yang mendasari, seperti:4
• Tuberkulosis paru: paling sering, tercatat 25-80% kasus bergantung pada
prevalensi TB dalam populasi
• Sarkoidosis pulmonal
• Bronkiektasis karena berbagai sebab
• Kavitas pulmonal lainnya: kista bronkogenik, skustrasi pulmonal,
pneumatokel PCP
Etiologi
Aspergillus fumigatus, spesies yang paling sering ditemukan,
biasanya dihirup sebagai mikrospora (2-3 µm) yang tidak
mengenai orang-orang tanpa penyakit paru-paru yang
mendasarinya atau penyakit sistem kekebalan tubuh. Namun,
orang yang telah memiliki kelainan paru, terutama adanya
kavitas, yang biasanya disebabkan oleh TB, berisiko untuk
menderita aspergilloma.
Faktor Resiko
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
aspergilloma adalah :
• Menderita gangguan sistem kekebalan tubuh, seperti HIV/AIDS.
• Memiliki jumlah sel darah putih rendah.
• Memiliki rongga udara di paru (kavitas) yang terbentuk akibat radiasi
atau penyakit paru lainnya seperti tuberkulosis dan sarkoidosis.
• Menderita asma atau cystic fibrosis.
• Menjalani terapi kortikosteroid dalam jangka panjang.
GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang ditemukan bervariasi, dapat asimptomatik sampai batuk darah
yang mengancam nyawa.

Gejala klinis lain yang dapat muncul adalah batuk kronik, malaise, penurunan berat
badan, sesak, batuk produktif dengan dahak yang mukoid, dapat disertai pus atau
darah.

Kemungkinan penyebab batuk darah adalah:


(1) erosi (invasi lokal) pada pembuluh darah yang berdekatan;
(2) iritasi mekanis pada pembuluh darah yang terbuka pada kavitas;
(3) Pelepasan endotoksin dan trypsin like proteolytic enzyme oleh jamur.
DIAGNOSIS
• Misetoma ini dapat dilihat pada kedua foto polos dan CT sebagai
massa intrakaviti dikelilingi oleh crecent of air (udara berbentuk bulan
sabit). Crecent of air ini agak kontroversial digunakan dalam
aspergillosis. Hal ini digunakan oleh banyak orang untuk
menggambarkan udara di sekitar aspergilloma dan crecent of air yang
tampak dalam pemulihan aspergillosis angioinvasif. Beberapa orang
lebih suka istilah Monod sign dalam pengaturan aspergilloma,
meskipun kurang diakui secara luas (web medscep,2015).
• Foto polos
• Aspergilloma biasanya muncul sebagai massa tipis jaringan lunak
bulat atau bulat lonjong yang terletak di dalam sekitar kavitas dan
digariskan oleh suatu crecent of air. Dengan mengubah posisi pasien
biasanya menunjukkan bahwa massa tersebut dapat bergerak,
sehingga dapat mengkonfirmasikan diagnosis (web medscep,2015)
• TB dengan kavitas terkait dengan
aspergilloma. Frontal radiografi
menunjukkan rongga di lobus atas kiri (panah
hitam) dengan area jaringan lunak opag
tergantung (panah putih solid). Hiperlusen
pada area bulan sabit (panah terbuka)
merupakan sisa udara dalam rongga dan
disebut sebagai the air crescent sign (tanda
bulan sabit udara).
• Foto toraks posteroanterior menunjukkan
aspergilloma multiple pada pasien dengan
tuberkulosis. Perhatikan adanya beberapa air
crescent.
• Rontgen toraks posteroanterior diperoleh
pada wanita 36 tahun yang sebelumnya
diobati untuk TB paru. Pasien memiliki
misetoma pada lobus kiri atas dan muncul
dengan haemoptisis berulang yang
mengancam nyawa. Penyakit ini tidak respon
dengan terapi antifungi local dan sistemik.
CT-SCAN
• Gambarannya pada CT scan berupa kavitas yang terbentuk dengan
baik dengan massa jaringan lunak bulat tipis ditengahnya dikelilingi
oleh air crescent sign atau Monod sign. Massa ini biasanya berbentuk
bola atau bulat telur. Pada posisi pasien yang berbeda, massa dapat
ditunjukkan dapat bergerak. Massa tersebut suatu kesempatan dapat
sepenuhnya dapat mengisi kavitas sehingga mengambil bentuk
bentuk kavitas tersebut, menghilangkan gambaran crecent of air di
sekitarnya dan tidak dapat bergerak lagi (web medscep,2015).
• Aspergilloma di dalam kavitas yang telah ada
sebelumnya. Udara yang berbentuk bulan
sabit yang mengelilingi aspergilloma dikenal
sebagai the Monod sign.
• CT toraks: Kavitas bilateral dengan fungus
ball yang bergantung pada posisi
DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
• Pneumonia adalah suatu peradangan akut parenkim paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri,virus,jamur dan parasit).
Pneumonia yang di sebab kan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak
termasuk. Peradangan paru yang di sebabkan nonmikroorganisme
(bahan kimia, radiasi, aspirasi bahkan toksik, obat-obatan dan lain-
lain) disebut pneumonitis.
• Diagnosis
• Anamnesis
• Gambaran klinik biasanya ditandai dengan:
• Batuk
• Perubahan Karakteristik
• Suhu tubuh >38 derajat celcius (aksila)/ riwayat demam.
• Nyeri dada
• Sesak nafas
• Pemeriksaan Fisik
• Temuan pemeriksaan fisik dada tergantung dari luas lesi di paru. Pada
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal saat bernafas, pasa
palsapasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara nafas bronkovesikuler sammpai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah halus, yang kemudian menjadi
ronki kasar pada stadium resolusi.
• TB paru
• Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex yang dapat menyerang paru dan
organ tubuh lainnya. Hal ini biasanya menyerang paru-paru (disebut
TB paru), tetapi juga dapat mempengaruhi organ lainnya (TB
ektrapulmonal. Dugaan tuberkulosis mengacu pada individu yang
datang dengan gejala atau tanda tanda sugestif TB.
• Diagnosis
• Tuberkulosis sering dapat julukan the great imitator yaitu suatu
penyakit yang mempunyai kemiripan dengan penyakit-penyakit paru
lainnya. Diagnosis TB paru ditegakkan berdasarkan klinis, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan penunjang lainnya.
• Gejala Klinis
• Gejala klinis respiratoris berupa batuk, batuk darah, sesak nafas, nyeri
dada. Gejala respiratorik ini bervariasi, dari mulai tidak ada gejala
sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesinya.
Sedangkan gejala sistemik berupa demam, malaise, keringat malam,
anoreksia dan penurunan berat badan
ABSES PARU
Abses paru adalah proses infeksi paru supuratif yang menimbulkan
destruksi parenkim dan pembentukan satu atau lebih kaviti yang
mengandung pus sehingga membentuk gambaran radiologi Air Fluid
Level
• Anamnesis:
• Abses paru dapat bersifat akut maupun kronik. Gejala pada minggu
pertama berupa gejala prodromal ditandai dengan demam, sesak
napas, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, dan batuk
produktif. Batuk disertai produksi sputum kental, yang berbau busuk
(terutama apabila disertai infeksi kuman anaerob). Kira-kira 50 – 60%
penderita menunjukkan gejala batuk produktif yang disertai bau
busuk.
• Gejala lain adalah batuk darah, nyeri dada dan sianosis. Faktor risiko
utama terjadi abses paru adalah aspirasi sekret orofaring. Aspirasi
dapat terjadi pada orang normal ketika fase tidur dalam (deep sleep),
penurunan kesadaran karena akibat berbagai proses neurologis atau
intoksikasi zat, detek esophagus yang mengganggu proses menelan,
dan pemakaian pipa nasogastrik ataupun intubasi.
• Pemeriksaan fisik:
• Pemeriksaan fisik dapat normal, atau dapat dijumpai kelainan apabila
terdapat pneumonia, atelektasis ataupun efusi pleura. Bunyi napas
tambahan amforik.
• Kriteria diagnosis:
• Diagnosis abses paru didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik
serta beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya pemeriksaan
laboratorium, radiologi atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Tatalaksana

• Reseksi bedah
• bronchial artery embolization (BAE)
• instilasi endobronkial dan injeksi perkutaneus amfotericin
• antifungal (itrakonazol, variconazol, posaconazole )
Pencegahan
• Lindungi diri dari lingkungan :
• Hindari daerah yang banyak debu
• Hindari aktivitas yang melibatkan kontak langsung dengan tanah atau debu
• Bersihkan luka pada kulit dengan menggunakan sabun dan air hingga bersih
• Obat anti jamur
• Melakukan test untuk deteksi infeksi

Anda mungkin juga menyukai