Anda di halaman 1dari 4

https://www.academia.

edu/8958491/TB_paru

a. Komplikasi
Reaktivasi parut tuberculosis lama dapat terjadi bila seseorang pasien mengalami
gangguan imun. Kemoprofilaksis dengan isoniazid sering diberikan sebelum pengobatan
imunosupresif (kemoterapi, transplantasi organ). Bronkiektaksis dan kavitas paru dengan
infeksi jamur sekunder (misetoma), lesi nervus kranialis, dan obstruksi saluran ginjal
dapat terjadi akibat pembentukan parut yang disertai penyembuhan setelah TB.
Pengobatan yang tidak adekuat atau tidak patuh menyebabkan munculnya
strainmikrobakteri multiresisten yang dapat sulit dieradiksi. Supervisi kompulsif dan
isolasi pasien tersebut mungkin diperlukan (Jeremy dan Richard, 2007).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.   Data pasien
penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai
dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan
tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya kedalam rumah sangat minim
tuberkulosis pada nak dapat terjadi di usia berapapun , namun usia paling umum
antara 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru
(extrapulmonary) dibanding Tb paru-paru dengan perbandingan 3:1. Tuberkulosis
luar paru-paru adalah TB berat yang terutama yang ditemukan pada usia <3 tahun .
angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah,
kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB paru-paru menyerupai kasus
pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :

1. Demam : subfebris, febris (40-41 C) hilang timbul


2. Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai pada batuk yang kering
sampai dengan batuk purulen (menghasilkan sputum).
3. Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana ilfritasi radang sampai setengah paru-paru
4. Nyerri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila ilfritasi radang sampai
pleura sehingga menimbulkan pleuritis .
5. Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berta badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, dan keringat malam.
6. Sianosis, sesak nafas, dan kolaps : merupakan gejala analektesis. Bagian dada
pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit.
Pada foto toraks, pada sisi yang sakit tampak banyangan hitam dan diafragma
menonjol ke atas
7. Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit
infeksi menular
c. Pemeriksaan
1.    Pada tahap ini sulit diketahui
2. Ronki basah, kasar, dan nayring
3. Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi
memberikan suara umforik.
4. Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis.
5. Bila mengenai pleura terjadi effusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
d. Pemeriksaan tambahan
1.   Spultum culture : untuk memastikan apakah keberadaan M. Tubercullosis pada
stadium aktif.
2. Ziehl neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) posisi untuk BTA
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch) : reaksi positif (area indurasi
10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen intradenal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi tidak mengindikasikan
penyakit sedang aktif.
4. Chest X-ray : dapat mengindikasikan ilfiltrasi kecil pada lesi awal dibagian atas
paru-paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pleura.
Perubahan yang emngindikasikan TB yang lebih berta dapat mencakup area
berlubang dan fibrosa.
5. Histologi atau kultur jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, serta
biopsi kulit) : positif untuk M. Tuberkulosis.
6. Needle biopsi of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
7. Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi ;
misalnya hiponatremia megakibatkan retensi air, dapat ditemukan pada Tb paru-
paru kronis lanjut.
8. ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru-
paru
9.    Bronkografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkhus
atau kerusakan parau-paru karena TB.
10. Darah : lekositosis, LED menigkat
11. Tes fungsi paru-paru : VC menurun, dead space menigkat, TLC menigkat, dan
menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala sekunder dari fibrosis/infiltrasi
perenkim paru-paru dan penyakit pleura.
e. Penatalaksanaan
1.   Penyuluhan
2. Pencegahan
3. Pemberian obat-obatan:
4. OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
5. Bronkodilator
6. Ekspektoran
7.   OBH (Obat Batuk Hitam)
8.   Vitamin
9. Fisioterpai dan rehabilitasi
10.    Konsultasi secara teratur
BAB IV
PENUTUP

4.1     Simpulan
Tuberculosis paru-paru (TB Paru) merupakan penyakit infeksi kronis atau menahun yang
menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Manifestasi
klinis yang umum pada TB paru termasuk keletihan, penurunan berat badan, letargi, anoreksia
(kehilangan nafsu makan), dan demam ringan yang biasanya terjadi pada siang hari. Berkeringat
malam dan ansietas umum sering tampak. Dispnea, batuk purulen produktif disertai nyeri dada,
dan hemoptsis adalah juga temuan yang umum.

4.2     Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis mempunyai beberapa saran, diantaranya adalah :
1.Agar pembaca dapat mengenali tentang pengertian Tuberculosis paru-paru (TB Paru).
2.Agar pembaca dapat mengetahui tanda Tuberculosis paru-paru (TB Paru)

Anda mungkin juga menyukai