Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA Tn.J DENGAN TUBERKOLUSIS PARU


DI RUANG HESTI

DI SUSUN OLEH

NAMA : HERI TIBALY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)


MALUKU HUSADA
AMBON
2023
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1. Pengertian
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh basil Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernafasan bagian bawah yang sebagian besar basil tuberkolusis
masuk ke dalam jaringan paru melalui airbone infection.
Pengertian Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular
yang paling sering mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.TB paru dapat menyebar ke setiap bagian
tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer&Bare,
2015).
Menurut Robinson, dkk (2014),TB Paru merupakan infeksi akut atau
kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis di tandai dengan
adanya infiltrat paru, pembentukan granuloma dengan perkejuan, fibrosis
serta pembentukan kavitas.
1.1.2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang
dapat ditularkan ketika seseorang penderita penyakit paru aktif
mengeluarkan organisme.Individu yang rentan menghirup droplet dan
menjadi terinfeksi.Bakteria di transmisikan ke alveoli dan memperbanyak
diri.Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan
bronkopneumonia, granuloma, dan jaringan fibrosa (Smeltzer&Bare, 2015)
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan ukuran panjang 1-4 µm dan
tebal 1,3-0,6 µm, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta tahan
asam atau basil tahan asam.
1.1.3 Pathway

Mycobacterium
TB

Masuk ke jalan
nafas

Tinggal di alveolus

Reaksi inflamasi
Ketidaknyamanan
pada rongga dada
Alveolus mengalami dan diafragma
peradanagan

Nyeri Anoreksia

Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Masukan
peroral
menurun

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
1.1.4  Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak  ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan .keluhan yang terbanyak:
1.        Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang
pana badan dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama
dapat  sembuh sebentar ,tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza
ini ,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam
influenza. Keadaan ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien
dan berat ringannya infeksi kuman tuberkolosis masuk.
2.      Batuk/batuk berdarah
Gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus.batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk radang
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak
sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam
jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
produktif) kemudian setelah timbul peradagan menjadi
produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut adalah berupa
batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan
batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3.        Sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak
nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya
sudah meliputi setengah bagian paru-paru dan takipneu.
4.        Nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
5.        Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering
ditemukan berupa  anaoreksia  tidak ada nafsu makan,badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, keringat malam.
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik :
- Pada tahap dini sulit diketahui.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberi suara umforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai Pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara
pekak)
b. Pemeriksaan Radiologi :
- Pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas.
- Pada kavitas bayangan berupa cincin.
- Pada Kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan
densitas tinggi.
c. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan
bronchus atau kerusakan paru karena TB.
d. Laboratorium :
- Darah : leukosit meninggi, LED meningkat
- Sputum : pada kultur ditemukan BTA
e. Test Tuberkulin : Mantoux test (indurasi lebih dari 10-15 mm)

1.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) membagi penatalaksanaan tuberkulosis paru
menjadi tiga bagian, pengobatan, dan penemuan penderita (active case
finding).
1) pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul
erat dengan penderita TB paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes
tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka
pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan
mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila positif,
berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan
kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap
kelompokkelompok populasi tertentu misalnya:
a) Karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan.
b) Penghuni rumah tahanan.
3) Vaksinasi BCG Tabrani Rab (2010), Vaksinasi BCG dapat melindungi
anak yang berumur kurang dari 15 tahun sampai 80%, akan tetapi
dapat mengurangi makna pada tes tuberkulin. Dilakukan pemeriksaan
dan pengawasan pada pasien yang dicurigai menderita tuberkulosis,
yakni: Poltekkes Kemenkes Padang 18
a) Pada etnis kulit putih dan bangsa Asia dengan tes Heaf positif dan
pernah berkontak dengan pasien yang mempunyai sputum positif
harus diawasi.
b) Walaupun pemeriksaan BTA langsung negatif, namun tes
Heafnya positif dan pernah berkontak dengan pasien penyakit
paru.
c) Yang belum pernah mendapat kemoterapi dan mempunyai
kemungkinan terkena.
d) Bila tes tuberkulin negatif maka harus dilakukan tes ulang setelah
8 minggu dan ila tetap negatif maka dilakukan vaksinasi BCG.
Apabila tuberkulin sudah mengalami konversi, maka pengobatan
harus diberikan.
1.2 Konsep Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-41oC) hilang timbul. Poltekkes
Kemenkes Padang 21
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai
dari batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan
sputum).
3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Keringat malam.
5) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi
radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
6) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.
7) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit
nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas.
8) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh
2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh
3) Pernah berobat tetapi tidak teratur
4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru
5) Daya tahan tubuh yang menurun
6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur
7) Riwayat putus OAT.

Pemeriksaan Fisik Keadaan umum: biasanya KU sedang atau buruk TD :


Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat) Nadi : Pada umumnya
nadi pasien meningkat Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat
(normal : 16- 20x/i) Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam
hari. Suhumungkin tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam
1) Kepala Inspeksi : Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak
meringis, konjungtiva anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis,
mukosa bibir kering, biasanya adanya pergeseran trakea. 2) Thorak
Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,
biasanya pasien kesulitan saat inspirasi Palpasi : Fremitus paru yang
terinfeksi biasanya lemah Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara
pekak Auskultasi : Biasanya terdapat bronki 3) Abdomen Poltekkes
Kemenkes Padang 23 Inspeksi : biasanya tampak simetris Palpasi :
biasanya tidak ada pembesaran hepar Perkusi : biasanya terdapat suara
tympani Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar 4)
Ekremitas atas Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat,
tidak ada edema 5) Ekremitas bawah Biasanya CRT>3 detik, akral teraba
dingin, tampak pucat, tidak ada edema i. Pemeriksaan Diagnostik 1)
Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit. 2)
Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam). 3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas;
pada tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan
batas tidak jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi. 4)
Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru
karena TB paru. 5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah
(LED). 6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun.

1.1.2 Diagnosa Keperawatan


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya eksudat di
alveolus.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmempuan memasukkan makanan karena faktor biologi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologi.
1.1.3 Rencana Asuhan Keperawatan

No
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
.
1. Bersihan jalan nafas NOC: 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw
tidak efektif b.d. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, thrust bila perlu
adanya eksudat di diharapkan bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil: 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
alveolus
No Indikator Awal Target 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat bantu
1. Tidak didapatkan demam pernafasan
2. Tidak didapatkan 4. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kecemasan 5. keluarkan sekret dengan batuk atau suction
3. Frekuensi pernafasan 6. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
sesuai dengan yang 7. Berikan pelembab udara
diharapkan 8. Atur intake untuk cairan mengoptimlkan
4. Pengeluaran sputum pada
keseimbangan
jalan nafas
5. Bebas dari suara nafas 9. Monitor respirasi dan status O2
tambahan
Keterangan:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan
2. Ketidakseimbangan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 1. Kaji pola makan, kebiasaan makan dan makanan
nutrisi: kurang dari jam diharapkan kebutuhan nutrisi menjadi seimbang, dengan
yang disukai
kebutuhan tubuh b.d kriteria:
ketidaakmampuan 2. Berikan makanan sesuai diet dan berikan selagi
mencerna, hangat
memasukkan,
3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
mengasorbsi makanan
karena faktor biologi. N Targe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan nutrisi yang
Indikator Awal
o t adekuat
1. Masukan peroral
meningkat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet
2. Porsi makan yang sesuai indikasi
disediakan habis
3. Tidak terjadi 6. Ukur berat badan pasien
penurunan berat badan
4. Dapat mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Ket:
1=Keluhan ekstrim
2= Keluhan berat
3= Keluhan sedang
4= Keluhan ringan
5= Tidak ada keluhan

3. Nyeri (akut) berhubungan NOC : 1. Kaji nyeri secara komprehensif (skala, kualitas,
dengan agen injury Setelah dilakukan tindakan keperawatan , diharapkan nyeri
biologi hilang/terkendali dengan skala : lokasi dan intensitas)
1 = Tidak pernah
2 = Jarang 2. Observasi reaksi pasien terhadap nyeri
3 = Kadang-kadang
3. Jelaskan faktor penyebab nyeri
4 = Sering
5 = Konsisten menunjukkan 4. Gunakan komunikasi terapeutik
yang dibuktikan dengan indikator :
No Indikator Awal Target 5. Kaji TTV
1. Mengenali faktor penyebab 6. Berikan posisi yang nyaman
2. Mengenali lamanya (onset)
sakit (skala, intensitas, 7. Ajarkan teknik relaksasi (misal : nafas dalam, pijat
frekuensi dan tanda nyeri)
punggung )
3. Menggunakan metode non-
analgetik untuk 8. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
mengurangi nyeri
4. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
5. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
6. Tanda vital dalam rentang
normal
Daftar Pustaka

Black, J.M, et al, Luckman and Sorensen’s Medikal Nursing : A Nursing Process
Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company, 1995.

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6,


EGC, Jakarta

Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Johnson, Marion& Maas, Meidean. 2000. Nursing Outcome Classification. New


York : Mosby.

Mccloskey, Joanne& Bulechek, Gloria. 1996. Nursing Intervention Clasification.


New York: Mosby.

Mosby, NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima Medika

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,


EGC, Jakarta

Smelzer,Suzanne.C,2001.buku ajar keperawatan medikal bedah brunner dan


suddarth.Ed 8.Jakarta : EGC.
Soedarsono (2000), Tuberkulosis Paru-Aspek Klinis, Diagnosis dan Terapi, Lab.
Ilmu Penyakit Paru FK Unair/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai