Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

EDEMA PARU

DISUSUN OLEH :

NAMA : STENLY S MAITALE, S.Kep


NPM : 1490123118
KELOMPOK : III
RUANGAN : PATTIMURA

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MALUKU HUSADA
AMBON
2021
1.1 KONSEP DASAR TEORI

A. DEFINISI
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi
di ekstravaskuler dalam paru (Hanna, 2018).
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik
rongga interstitial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda
adanya kongesti paru tindak lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran
melalui dinding kapiler, merembes keluar menimbulkan dispneu sangat
berat. (Smeltzer & Bare, 2018).
Edema paru adalah kondisi yang disebabkan oleh kelebihan cairan
di paru-paru. Biasanya disebabkan oleh kondisi jantung. Penyebab lain
termasuk pneumonia, paparan racun dan obat-obatan tertentu (Smeltzer,
S. & Bare, B. 2018)

B. ETIOLOGI
Menurut Maria (2019) penyebab edema paru, yaitu:
1. Kardiogenik
Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya payah jantung
kiri dan adanya kelainan pada organ jantung. Misalnya, jantung tidak
bekerja semestinya seperti jantung memompa tidak bagus atau jantung
tidak kuat lagi memompa. Cardiogenic pulmonary edema berakibat
dari tekanan yang tinggi dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru
yang disebabkan oleh fungsi jantung yang buruk. Gagal jantung
kongestif yang disebabkan oleh fungsi pompa jantung yang buruk,
serangan-serangan jantung, atau klep-klep jantung yang abnormal
dapat menjurus pada akumulasi lebih dari jumlah darah yang biasa
dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-paru. Ini dapat
menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah didorong keluar
ke alveoli ketika tekanan membesar.
2. Non Kardiogenik
a. Infeksi pada paru
b. Lung injury, seperti emboli paru, infark paru
c. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)

Tabel Beda Gambaran Radiologi Edema Paru Kardiogenik dan Non


Kardiogenik :

NO. Gambaran Edema Kardiogenik Edema Non


Radiologi Kardiogenik
1 Ukuran Jantung Normal atau Biasanya Normal
membesar
2 Lebar pedikel Normal atau melebar Biasanya normal
Vaskuler
3 Distribusi Vaskuler Seimbang Normal/seimbang
4 Distribusi Edema rata / Sentral Patchy atau perifer
5 Efusi pleura Ada Biasanya tidak ada
6 Penebalan Ada Biasanya tidak ada
Peribronkial
7 Garis septal Ada Biasanya tidak ada
8 Air bronchogram Tidak selalu ada Selalu ada
C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang timbul dari edema paru yaitu:
1. Sesak Nafas
2. Mudah Lelah
3. Nafas yang cepat (Tachypnea)
4. Kelemahan
5. Hipoksia

D. WOC

Faktor Kardiogenik Faktor Non Kardiogenik

Gagal Jantung Kiri


Infeksi pada paru Lung Injury ARDS

Tekanan Kapiler
Paru Meningkat

Penumpukan
Cairan di alveoli

Rongga paru dipenuhi cairan Gangguan pertukaran CO2 dan O2

Penurunan ekspansi paru Gangguan pertukaran gas

sesak Penurunan O2 dalam darah

Ketidakefektifan pola nafas


Ketidakefektifan perfusi
Penurunan pemenuhan
jaringan perifer
kebutuhan O2

Berkurangnya energi

Lemah

Intorelansi Aktivitas

E. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang relevan diperlukan untuk mengkaji etiologi
edem paru. Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan hematologi/
darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas darah,
enzim jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide (BNP).
2. Foto Thorak
Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray dada.
Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat yang
menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah. X-ray dada yang
khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak
tampakan putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya.
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan EKG dapat menerangkan secara akurat adanya takikardi.
4. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi disfungsi ventrikel kiri. Ekhokardiografi
dapat mengevaluasi fungsi miokard dan fungsi katup sehingga dapat dipakai
dalam mendiagnosis penyebab edema paru.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan yang dapat dilakukan untuk edema paru yaitu :
1. Memberikan posisi setengah duduk.
2. Pemberian oksigen (40–50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan
masker.
3. Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah,
hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat),
maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
4. Monitor tekanan darah dan EKG.
5. Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon
dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau
sampai tekanan darah sistolik 85–90 mmHg pada pasien yang tadinya
mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital.
6. Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit.
7. Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
8. Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5
ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik.
9. Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan
oksigen.
I.2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.2.1 PENGKAJIAN

1. Keluhan Utama
Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :
sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan effusi pleura biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah pasienpernah menderita penyakit seperti
TBC paru, pneumoni, gagal jantung, trauma, asites dan sebagainya.Hal ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor predisposisi.
4. Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
5. Pengkajian Pola Fungsi
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
 Adanya tindakan medis danperawatan di rumah sakit mempengaruhi
perubahan persepsi tentang kesehatan, tapi kadang juga memunculkan
persepsi yang salah terhadap pemeliharaan kesehatan.
 Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok, minum alcohol dan
penggunaan obat-obatan bias menjadi faktor predisposisi timbulnya
penyakit.
 Pola nutrisi dan metabolism
 Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengetahui status
nutrisi pasien.
 Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan effusi pleura akan mengalami penurunan nafsu
makan akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
 Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit. pasien
dengan effusi pleura keadaan umumnyalemah.
6. Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum
pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bedrest sehingga akan
menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada struktur abdomen
menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus digestivus.
7. Pola aktivitas dan latihan
 Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi.
 Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
 Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya akibat
adanya nyeri dada.
 Untuk memenuhi kebutuhan ADL nya sebagian kebutuhan pasien
dibantu oleh perawat dan keluarganya.
8. Pola tidur dan istirahat
 Adanya nyeri dada, sesak nafas dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istirahat.
 Selain itu, akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang
yang mondar - mandir, berisik dan lain sebagainya.
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler
pulmonary
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan dan
pemasangan alat bantu nafas
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit ditandai dengan edema
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan dispnea setelah beraktivitas

B. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Gangguan Fungsi pertukaran 1. Berikan HE pada 1. Informasi
pertukaran Gas gas dapat maksimal pasien tentang yang adekuat
berhubungan setelah dilakukan penyakitnya dapat
dengan distensi tindakan keperawatan 2. Atur posisi membawa
kapiler pulmonary selama 3 × 24 jam pasien semi pasien lebih
dengan kriteria hasil : fowler kooperatif
1. Tidak terjadi 3. Bantu pasien dalam
sianosis untuk melakukan memberikan
2. Tidak sesak reposisi secara terapi
a. RR normal sering 2. Jalan nafas
(16-20 × / 4. Berikan terapi yang longgar
menit) oksigenasi dan tidak ada
b. BGA normal 5. Observasi tanda sumbatan
c. partial pressure – tanda vital proses
of oxygen 6. Kolaborasi respirasi
(PaO2): 75- dengan tim dapat berjalan
100 mm Hg medis dalam dengan lancer
d. partial pressure memberikan 3. Posisi yang
of carbon pengobatan berbeda
dioxide menurunkan
(PaCO2): 35- resiko
45 mm Hg perlukaan
3. oxygen content akibat
(O2CT): 15-23% imobilisasi
4. oxygen saturation 4. Pemberian
(SaO2): 94-100% oksigen
5. bicarbonate secara
(HCO3): 22-26 adequat dapat
mEq/liter mensuplai
6. pH: 7.35-7.45 dan
memberikan
cadangan
oksigen,
sehingga
mencegah
terjadinya
hipoksia
5. Dyspneu,
sianosis
merupakan
tanda
terjadinya
gangguan
nafas disertai
dengan kerja
jantung yang
menurun
timbul
takikardia dan
capilary refill
time yang
memanjang/la
ma.
6. Pengobatan
yang
diberikan
berdasar
indikasi
sangat
membantu
dalam proses
terapi
keperawatan
2 Ketidakefektifan Pola nafas kembali 1. Berikan HE 1. Informasi yang
pola nafas efektif setelah pada pasien adekuat dapat
berhubungan dilakukan tindakan tentang membawa
dengan kelelahan keperawatan selama penyakitnya pasien lebih
dan pemasangan 3 × 24 jam, dengan 2. Atur posisi semi kooperatif
alat bantu nafas kriteria hasil : fowler dalam
1. Tidak terjadi 3. Observasi tanda memberikan
hipoksia atau dan gejala terapi
hipoksemia sianosis 2. Jalan nafas
2. Tidak sesak 4. Berikan terapi yang longgar
3. RR normal (16-20 oksigenasi dan tidak ada
× / menit) 5. Observasi tanda- sumbatan
4. Tidak terdapat tanda vital proses
kontraksi otot 6. Observasi respirasi dapat
bantu nafas timbulnya gagal berjalan
5. Tidak terdapat nafas. dengan lancar.
sianosis 7. Kolaborasi 3. Sianosis
dengan tim merupakan
medis dalam salah satu
memberikan tanda
pengobatan manifestasi
ketidakadekuat
an suply O2
pada jaringan
tubuh perifer .
4. Pemberian
oksigen secara
adequat dapat
mensuplai dan
memberikan
cadangan
oksigen,
sehingga
mencegah
terjadinya
hipoksia.
5. Dyspneu,
sianosis
merupakan
tanda
terjadinya
gangguan
nafas disertai
dengan kerja
jantung yang
menurun
timbul
takikardia dan
capilary refill
time yang
memanjang/la
ma
6. Ketidakmamp
uan tubuh
dalam proses
respirasi
diperlukan
intervensi yang
kritis dengan
menggunakan
alat bantu
pernafasan
(mekanical
ventilation).
7. Pengobatan
yang diberikan
berdasar
indikasi sangat
membantu
dalam proses
terapi
keperawatan

3 Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitor tanda- 1. Mengupayaka


perfusi jaringan tindakan keperawatan tanda vital, n TTV pasien
perifer selama … x24 jam seperti suhu, tetap stabil
berhubungan diharapkan tekanan dara, 2. Mengetahui
dengan kurang ketidakefektifan nadi dan kestabilan
pengetahuan perfusi jaringan pernapasan pernapasan
tentang proses perifer pada klien 2. Monitor status pasien
penyakit ditandai teratasi dengan pernapasan, ABC 3. Mengetahui
dengan edema kriteria hasil : level, oksimetri ICP Dan CCP
1. Suhu kulit klien denyut nadi, pasien
di kisaran normal kedalaman, pola 4. Mengetahui
2. Integritas kulit dan laju ada tidaknya
yang baik bisa pernapasan tanda-tanda
dipertahankan 3. Monitor ICP Dan dan dehidrasi
3. Melaporkan CCP dari pasien
adanya gangguan 4. Monitor status 5. Mengetahui
sensasi nyeri pada dehidrasi kestabilan
daerah kulit yang (missal : TTV pasien
mengalami kelembaban 6. Menghindari
gangguan membrane kesalahan
4. Suhu ekstremitas mukosa, terapi pada
normal kecukupan pasien
denyut nadi dan
tekanan
darahortostatik)
dengan tepat
5. Monitor tanda-
tanda vital
dengan cepat
6. Berikan therapy
IV dengan tepat
4 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Evaluasi respon 1. Merupakan
berhubungan tindakan keperawatan pasien terhadap kemampuan,
dengan kelemahan dalam waktu….x24 aktivitas. kebutuhan
umum ditandai jam maka masalah 2. Berikan pasien dan
dengan dispnea keperawatan dapat lingkungan memudahkan
setelah beraktivitas diatasi dengan kriteia tenang dan pilihan
hasil : batasi interan.
1. Nafas normal pengunjung 2. Menurunkan
2. Sianosis selama fase akut stress dan
3. Irama jantung sesuai indikasi rangsangan
3. Bantu pasien berlebihan,
memilih posisi meningkatkan
nyaman untuk istirahat.
istirahat atau 3. Pasien
tidur. mungkin
4. Bantu aktivitas nyaman
perawatan diri dengan
yang diperlukan kepala tinggi,
tidur di kursi.
4. Meminimalka
n kelelahan
dan
membantu
keseimbangan
suplai dan
kebutuhan
oksigen

C. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah berkesinambungan dan interaktif dengan komponen
lain dari proses keperawatan. Selama implementasi, perawat mengkaji kembali
pasien, modifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang
diharapkan sesuai kebutuhan. Untuk implementasi yang efektif, perawat harus
berpengetahuan banyak tentang tipe-tipe intervensi,proses implementasi dan
metode implementasi. Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,
pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana, persiapan
pasien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi
dengn tujuan. Implementasi apat dilakukan dengan intervensi indeoenden,
dependen atau interdependen
c. Fase terminasi, merupakan terminasi perawat dengan pasien setelah
implementasi dilakukan (potter and pery, 2020)
D. EVALUASI
Fase terakhir proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi adalah keakuratan dan
kualitas data, teratasi atau tidaknya maslah pasien, serta pencapaian tujuan serta
ketepatan ntervensi keperawatan.
Tujuan evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencanaa
keperawatan, menilai dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan melalui
perbandingan pelayanan keperawatan mutu pelayanan keperawatan yang
diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah ditentukan terebih dahulu.
DAFTARA PUSTAKA

Bulechek, Gloria M. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) fifth edition.


USA: Mosby Inc an Affiliate of Elservier.

Herdman. T. Heather. 2019. Nanda Internasional Diagnosis Keperewatan Definisi


dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: Kedokteran EGC.

Moorhead, Sue. 2020. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA:
Mosby Inc an Affiliate of Elservier

Smeltzer, S. & Bare, B. 2018. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai