Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA NY. P DENGAN COR PULMONALE CHRONIS


DI RUANG ICU RSUD KAYEN PATI

DisusunOleh :
Nama : Iin Awalia Shofa
NIM : 112019030138
Prodi : S1 Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


2021/2022
A. PERNGERTIAN
Cor Pulmonal disebut juga dengan penyakitjantungpulmonal, terdiri atas
perbesaran ventrikel kanan (hipertrofi, dilatasimauapunkeduannya). Cor pulmonal adalah
keadaan hipertrofi ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau
struktur jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan jantung akibat kegagalan dari
fungsi ventrikel kiri atau akibat penyakit jantung bawaan.
Cor pulmonal adalah kondisi terjadinnya pembesaran jantung kanan (dengan atau
tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang mempengaruhi sturktur,
fungsi, atau vaskularisasi paru-paru. Tipe cor pulmonale disebut akut jika dilatasi belahan
jantung kanan setelah embolisasi akut paru, tipe kronis ditentukan lamanya gangguan
pulmoner yang membawa kepembesaran jantung. Berapa lama dan sampai tahap apa
jantung tetap membesarakan bergantung pada fluktuasi-fluktuasi pada ketinggian tekanan
arterial pulmoner.

B. ETIOLOGI
Penyebab yang paling sering adalah PPOM dimana terjadi perubahan struktur
jalan napas dan sekresi yang tertahan mengurangi ventilasi alveolar. Penyebab lainnya
adalah kondisi yang membatasi atau mengganggu fungsi ventilasi yang mengarah pada
hipoksia atau asidossi (deformitas sangkar iga dan obesitas massif) ataukondisi yang
negurangi jarring-jaring vascular paru (hipertensi arteri pulmonali diopatik primer dan
embolus paru).Secara umum cor pulmonal disebabkan oleh:
1. Penyakit paru-paru yang merata
Terutama emfisema, bronchitis kronis (salah satu penyakit COPD (Chronic obstructive
pulmonary disease) dan fibrosis akibat tuberkulosis
2. Penyakit pembuluh darah paru-paru
Terutama thrombosis dan embolus paru-paru, fibrosis
akibatpenyinaranmenyebabkanpenurunanelastisitaspembuluhdarahparu-paru
3. Hipoventilasi alveolar menahun
Merupakan semua 0enyakit yang menghalangipergerakan dada normal, misalnya:
a. Penebalan pleura bilateral
b. Kelainan neuro muskuler, seperti poli mielitis dan distrofiotot
c. Kiposkolisis yang mengakibatkan penurunan kapasitas rongga thoraks sehingga
pergerakan thoraks berkurang
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang muncul pada pasien dengan cor pulmonal adalah:
1. Akan berbeda sesuai dengan penyakit yang melatar belakanginya, misalnya COPD akan
menimbulkan gejala napas pendek dan batuk
2. Gagal vetrikel kanan: edema, distensi vena leher, organ hatiteraba, efusi pleura, ascites,
dan murmur jantung
3. Sakit kepala, bingung, dan somnolen terjadi akibat dari peningkatan PCO2
Gejala yang sering muncul yang terkompensasi berkaitand engan penyakit parunya
seperti batuk produktif kronik, dyspnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan
dan kelemahan. Tanda-tanda yang menunjukkan seseorang menderita cor pulmonale
antara lain: sainosis, clubbing, vena leher distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop
(atau keduannya), pulsasi sternum bawah atau epigastrum prominen, hati membesar dan
nyeri tekan dan edema dependen.

D. PATHOFISIOLOGI
Pembesaran ventrikel kanan pada cor pulmonal disebabkan karena peningkatan dalam
afterload. Afterload ventrikel kanan secara kronis meningkat jika volume paru-paru
membesar seperti pada penyakit COPD. Penyakit paru-paru dapat menyebabkan
perubahan fisiologis yang pada suatu waktu akan mempengaruhi jantung, menyebabkan
pembesaran ventrikel kanan, dan juga dapat menyebabkan kegagalan jantung. Beberapa
kondisi yang menyebabkan penurunan oksigenasi paru-paru dapat mengakibatkan
hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkapnia (peningkatan PaCO2) dan insufisiensi
ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokonstriksi arteri pulmonal
dan memungkinkan penurunan vaskularisasi pull-part’ seperti pada emfisema dan emboli
paru-parti. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada system sirkulasi pulmonal,
sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal dan dapat menimbulkan cor pulmonal.
Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti oleh gagal jantung kanan.
E. PATHWAY

Penyakit paru Penyakit pembuluh darah Hipoventilasi


alveolar menahun

Cor Pulmonale

Akut
Kronis

COPD
gangguan ventrikel
kanan

Penurunan curah
Nafas pendek batuk Gagal jantung kanan
jantung

Edema
Sputum sulit
Pola nafas tidak
keluar
efektif
Gangguan volume
cairan lebih dari
Peningkatan produksi
kebutuhan
Sputum

Bersihan jalan nafas tidak efektif


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar, perluasan hilus dapat dihitung dari perbandingan
jarak antara permulaan percabanganpertama arteri pulmonalis utama kanan dan kiri
dengan diameter transversal thorkas. Perbandingan> 0,36 menunjukkan hipertensi
pulmonal.
2. Ekokardiografi
Ekokardiografi memungkinkan digunakan untuk pemeriksaan ketebalan dinding
ventrikel kanan meskipun perubahan volume tidak dapat diukur, teknik ini dapat
memperlihatkan pembesaran kavitas ventrikel kanan dalam hubungannya dengan
pembesaran ventrikel kiri. Hasil pemeriksaan ekokardigrafi pasien dengan cor pulmonal:
a. Tampak gambaran pembesaran ventrikel kanan
b. Tampak gambaran regurgitasi saat sistole
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya polisitemia (Ht> 50%) tekanan oksigen
(PaO²) darah arteri < 60 mmHg tekanan karbondioksida (PaO²) > 0mmHg
4. Radiografi
a. Pembesaran jantung dimana ikhtus akan tampak bergeser kekiri atas
b. Arteri pulmonale kanan dikatakan melebar apabila lebih dari 16 mm dan kiri
lebih 18 mm
c. Tampak gambaran penyakit dasarannya
5. Kateterisasi Jantung
a. Peningkatan tekanan jantung kanan dan tahanan pembuluh paru
b. Tekanan atrium kiri dan tekanan kapiler paru normal menandakan hipertensi
pulmonal berasal dari prakapiler dan bukan berasal dari jantung kiri

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan medis ini bertujuan untuk meningkatka nventilasi pasien dan mengobati
penyakit melatar belakangi beserta manifestasi dari gagal jantungnya. Penatalaksanaan
medis secara umum:
1. Pada pasien dengan COPD: pemberian O2 sangat dianjurkan untuk
memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan tekanan arter ipulmonal serta tahanan
vaskuler pulmonal
2. Higienis bronchial: diberikan obat golongan bronco dilator
3. Jika terdapat gejala gagal jantung: perbaiki kondisi hipoksemiadan
hiperkapnia
4. Bedrest, diet rendah sodium, pemberian diuretic
5. Digitalis: bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan
menurunkan denyut jantung selain itu mempunyai efek digitalis ringan

H. PENGKAJIAN

1. Aktivitas dan Istirahat:


Gejala:
a. Keletihan ,kelemahan, malaise.
b. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas.
c. Ketidak mampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
d. Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau
latihan.

Tanda:
i. Keletihan.
ii. Gelisah,insomnia.
iii. Kelemahan umum atau kehilangan masaotot.

2. Sirkulasi:
Gejala:
Pembengkakan pada ekstrimitas
bawah Tanda:
- Peningkatan tekanan darah.
- Peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat atau disritmia.
- Distensi vena leher atau penyakit berat.
- Edema dependen ,tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
- Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan diameter AP dada)
- Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau
sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer.
- Puca tdapat menunjukkan anemia.

3. Ansietas, Ketakutan, Peka Rangsang Makana natau Cairan:


Gejala:
a. Mual atau muntah.

b. Nafsu makan buruk atau anoreksia (emfisema).


c. Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan.
d. Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan
e. Berat badan
f. Menunjukkan edema (bronchitis).

4. Pernafasan :
Gejala:
a. Nafa spendek, umumnya tersembunyi dengan dispnea sebaga
igejala menonjol pada emfisema , khususnya pada kerja, cuaca
atau episode berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan,
ketidakmampuan untuk bernafas (asma).
b. Laparudarakronis.
c. Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat
bangun selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun
sedikitnya 2tahun. Produksi sputum (hijau, putih atau kuning)
dapat banyak sekali (bronkhitiskronis).
d. Episode batuk hilang -timbul, biasanya tidak produktif pada
tahap dini meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
e. Riwayat pneumonia berulang, terpajang oleh polusi kimia atau
urutan pernafasan dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret
atau dibuat asap misalnya asbes, debu batu bara, ramik atun,
serbuk gergaji.
f. Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa antritipsin
(emfisema).
5. Penggunaan oksigen ada malam hari terus menerus:
Tanda:
a. Pernafasan biasanya cepat, dapat lambat, fase ekspirasi
memanjang dengan mendengkur, nafas bibir (emfisema).
b. Lebih memilih posisi 3 titik (tripot) untuk bernafas khususnya
dengan eksasebrasi akut (bronchitis kronis).
c. Penggunaan otot bantu pernafasan misalnya meninggikan bahu,
retraksi fosa supraklavikula, melebarkan hidung.
d. Dada dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
(bentuk barrel chest),gerakan diafragma minimal.
e. Bunyi nafas mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema),
menyebar, lembut, atau krekels lembab kasar (bronkhitis),
ronki, mengi, sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan
f. Selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau tak adanya
bunyi nafas(asma).
g. Perkusi ditemukan hiperesonan pada area paru misalnya jebakan
udara dengan emfisema, bunyi pekak pada area paru misalnya
konsolidasi, cairan, mukosa.
h. Kesulitan bicara kalimat atau lebih dari 4 sampai 5 kata sekaligus.
i. Warna pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku. Keabu-abuan
keseluruhan, warna merah (bronchitis kronis, biru
menggembung). Pasien dengan emfisema sedang sering disebut
pink puffer karena warna kulit normal meskipun pertukaran gas
tak normal dan frekuensi pernafasan cepat.

j. Tabuh pada jari-jari (emfisema).


6. Keamanan
- Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau factor lingkungan.
- Adanya atau berulangnya infeksi.
- Kemerahanatauberkeringan(asma)

7. Interaksi social
Gejala:
a. Hubungan ketergantungan.
b. Kurang system pendukung.
c. Kegagalan dukungan dari atau terhadap pasangan atau orangt erdekat.
d. Penyakit lama atau kemampuan

membaik.

Tanda:

e. Ketidakmampuan untuk membuat atau mempertahankan suara


karena distress pernafasan.
f. Keterbatasan mobilitas fisik.
g. Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

8. Penyuluhan atau Pembelajaran


a. Penggunaan atau penyalah gunaan obatpernafasan.
b. Kesulitan menghentikan merokok.
c. Penggunaan alcohol secara teratur.
d. Kegagalan untuk membaik.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidakefektif berhubungan dengan peningkatan produksi seputum
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan nafas pendek
c. Penurunan curah jantung berhubungan dnegan ventrikel kanan
d. Gangguan volume cairan lebih dari kebutuhan berhubungan dengan edema

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
no Dx Tujuandan criteria hasil NIC
1. 1 Setelah dilakuakan tindakan keperawatan  Monitor ttv
selama 2 x 24 jam diharakan bersihan  Posisikan pasien semi
jalan napas sebagian teratasi dengan fowler untuk meringankan
criteria hasil: sesak nafas
 Akumulasi sutum diertahankan  Intruksikan bagaimana agar
pada cukup berat 3 ditingkatkan bisa melakukan batuk
ke tidak ada 5 efektif
 Batuk dipertahankan pada berat 2  Kelola pengobatan dengan
ditingkatkan ke ringan 4 dokter
 kemampuan mengeluarkan secret
dipertahankan pada deviasi berat
dari kisaran normal 1
ditingkatkan ke deviasi ringan
dari kisaran normal 4
2 2 Setelah dilakukian tindakan keperawatan  Monitor ttv
selama 2 x 24 jam diharakan pasien  Posisikanpasien semi fowler
menunjukkan perbaikan pada ketidak untuk memaksimalkan
efektifan pola nafas, dengan criteria hasil ventilasi
:  Monitor status pernafasan
 Frekuensi pernafasan dan oksigenasi
diertahankan pada deviasi berat  Kolaborasikan dengan
dari kisaran normal 1 dokter mengenai pemberian
ditingkatkan ke deviasi ringan obat
dari kisaran normal 4
 kepatenan jalan nafas
dipertahankan pada deviasi
kisaran berat dari kisaran normal
ditingkatkan ke tidak ada deviasi
dari kisaran normal 5
3 3 Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor ttv
selama 2 x 24 jam diharakan pasien  Berikan oksigen sesuai
menunjukkan perbaikan pada penurunan kebutuhan
curah jantung dengan criteria hasil:  Instruksikan pasien dan
 Tanda dan gejala awal penyakit keluarga mengenai tanda
jantung dipertahankan pada tidak dan gejala penyakit jantung
ada pengetahuan 1 ditingkatkan dini
ke pengetahuan banyak 4  Lakukan terapi relaksasi
 Aktivitas fisik yang
direkomendasikan dipertahankan
pada tidak ada pengetahuan 1
ditingkatkan ke pengetahuan
sedang e
4 4 Setelah dilakuakan tindakan keperawatan  Monitor intake output
selama 2x 24 jam dihara4kan 4asien  Berikan cairandengan tepat
menunjukkan 4erbaikan 4ada gangguan  Dukung pasien dan keluarga
volume cairan dengan criteria hasil: untuk membantu dalam
 Edema pada tangan memberikan makanan
dipertahankan pada sedang 3 dengan baik
ditingkatkan ketidak ada 5  Konsultasikan dengan
 Keseimbangan intake output dokter jika tanda dan gejala
dalam 24 jam dipertahankan pada kelebihan volume cairan
cukup terganggu ditingkatkan ke meneta atau memburuk
tidak terganggu 5

K. REFERENSI

Amin, Hardhi. 2013. AplikasiAsuhanKeperawatanberdasarkanDiagnosaMedis


NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action.

Arikunto. 2002. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Yogyakarta : FIP.


IKIP.

Asih, NiluhGede Yasmin. 2003. KeperawatanMedikalBedahKliendengan


GangguanSistemPernafasan. Jakarta : EGC BukuKedokteran.

Brashers, Valentina L. 2007. AplikasiKlinisPatofisiologiPemeriksaandan


ManajemenEdisi 2. Jakarta : EGC BukuKedokteran.

Doenges, Marilynn E. 2012.


RencanaAsuhanKeperawatanPedomanUntukPerencanaandanPendokumentasianPerawat
anPasien. Jakarta : EGC BukuKedokteran.

Engram, Barbara. 2000. RencanaAsuhanKeperawatanMedikalBedah Volume 1.


Jakarta : EGC BukuKedokteran.

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy for The
Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.
Barcelona: Medical Communications Resources. Available from:
http://www.goldcopd.org

Hidayat, AzisAlimul. 2008. KebutuhanDasarManusiaAplikasiKonsepdan Proses


Keperawatan. Jakarta : SalembaMedika.

Kasanah. 2011. AnalisisKeakuratanKode Diagnosis PenyakitParuObstruksiKronis


EksasebrasiAkut B Berdasarkan ICD 10 PadaDokumenRekam

Anda mungkin juga menyukai