ABSTRAK
Cor Pulmonale Kronik merupakan suatu kelainan ventrikel jantung kanan yang
disebabkan oleh penyakit paru kronis. Penyebab tersering dari cor pulmonale kronik
adalah Penyakit Paru Obstruktif Kronis. Biasanya pasien datang sudah dengan gejala
yang berat. Diagnosis cor pulmonale kronik dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
Kateterisasi Jantung Kanan (Right Heart Cateterization). Tatalaksana diberikan
sesuai penyakit paru yang mendasari.
ABSTRACT
Chronic Cor Pulmonale is a right heart ventricular disease caused by chronic lung
disease. Most cases caused by Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Usually
patients came with severe manifestations. Chronic Cor Pulmonale can be diagnosed
with right heart cauterization. The treatment is given according to the underlying lung
disease.
PENDAHULUAN
DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Insiden dan prevalensi cor pulmonale kronik yang sebenarnya tidak diketahui
karensik dan tes rutin relatif kurang sensitif untuk mendeteksi hipertensi paru dan
disfungsi ventrikel kanan. Cor pulmonale diperkirakan menyumbang 6% sampai 7%
dari semua jenis penyakit jantung di Amerika Serikat. Insiden cor pulmonale juga
bervariasi antar negara. Hal tersebut tergantung dari polusi udara, prevalensi merokok
dan faktor resiko lain dari penyakit paru. 1
ETIOLOGI
Cor pulmonale kronis harus didasari oleh penyakit paru primer yang terjadi
secara kronis. Klasifikasi penyebab terjadinya cor pulmonale kronis dibagi menjadi
tiga, yaitu:
PATOFISIOLOGI
↓NO ↑ET-1
↑Resistensi
pembuluh darah
pulmonal
Hipertensi
pulmonal
Cor pulmonale
Gejala tersering adalah dispnea, kelelahan, lesu, sinkop dan nyeri dada saat
beraktivitas. Pasien juga kadang mengalami nyeri perut. Tanda klinis sering muncul
terlambat, oleh karena itu, perlu observasi lebih jauh setelah terjadinya hipertensi
pulmonal.1
Pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan:1
DIAGNOSIS
Right heart catheterization adalah gold standar untuk memastikan tekanan arteri
pulmonal (Pulmonary Artery Pressure/PAP).6 Karakteristik utama hipertensi
pulmonal pada penyakit pernapasan kronis adalah hipertensi derajat ringan sampai
sedang, dengan resting PAP dalam keadaan stabil yaitu antara 20-35 mmHg.2
Elektrokardiografi
Rontgen Thoraks
Rontgen thoraks dapat membantu dalam mengevaluasi pasien cor pulmonale kronik.
Hipertensi pulmonal kronis sering kali menyebabkan pembesaran arteri pulmonalis,
hilus, dan arteri pulmonalis kanan. Pada tampilan lateral, mungkin akan ada
kehilangan ruang udara retrosternal karena pembesaran ventrikel kanan.8
Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan metode yang cepat, non invasif dan akurat untuk
mengevaluasi fungsi ventrikel kanan, tekanan pengisian ventrikel kanan, fungsi
ventrikel kiri dan fungsi katup.9 Ekokardiografi Doppler digunakan untuk
memperkirakan tekanan arteri pulmonalis, memanfaatkan insufisiensi tricuspid yang
biasanya muncul pada hipertensi pulmonal.7
Gambar 4A. Perhatikan pendataran abnormal dari septum interventrikel dan tonjolan
abnormal ke dalam ventrikel kiri (LV), volume dan tekanan yang berlebihan pada
ventrikel kanan (RV); B. Pembengkokan abnormal dari septum interventikel ke arah
ventrikel kiri (LV) menunjukkan karakteristik volume dan tekanan berlebihan pada
ventrikel kanan (RV). Tampak pada ventrikel kanan yang sangat membesar dengan
hipertrofi.8
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Terkonfimasi Hipertensi
Pulmonal
Tes (-)
berkepanjangan berkepanjangan
Terapi spesifik
Hipertensi
Pulmonal Terapi
dilanjutkan
Pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), ketika tekanan parsial
Transplantasi paru
Respon tidak
oksigen di arteri secara konsisten <8 kPa atau saturasi oksigenatrium
Sestostomi <91%, pasien
adekuat
diberikan oksigen hingga tekanan oksigen di arteri >8 kPa dan saturasi oksigen
membaik.12
Diuretik
Penggunaan agen diuretik dilakukan karena adanya peningkatan yang tajam dalam
volume pengisian ventrikel kanan dan kaitannya dengan edema perifer. 7 Loop
diuretik yang umum digunakan adalah furosemide dengan dosis awal 20-40 mg setiap
hari.13
Penentuan CCB sebagai terapi yang tepat untuk pasien hipertensi pulmonal adalah
dengan pengujian vasoreaktivitas paru dengan menggunakan inhalasi NO.15
Dianjurkan pemberian mulai dari dosis rendah, yaitu 30 mg nifedipine atau 60 mg
diltiazem sebanyak tiga kali sehari atau 2,5 mg amlodipine sekali sehari dan di
naikkan secara hati-hati ke dosis maksimum.12
Phosphodiesterase-5 inhibitors
Prostacyclin analogues
Prostacyclin analogues
Terapi kombinasi
Pada pasien dengan pemberian satu obat tidak menimbulkan respon adekuat, maka
penambahan obat kedua atau ketiga diperlukan. Berdasarkan metaanalisis data
menunjukkan bahwa terapi kombinasi bermanfaat bagi pasien. Terapi kombinasi
yang direkomedasikan adalah (1) ambrisentan + tadalafil, (2) ERA + PDE-5i, (3)
Bosentan + sildenafil + epoprostenol dan (4) bosentan + epopeostenol.15
KESIMPULAN
Cor pulmonale kronik merupakan komplikasi dari penyakit paru kronis yang
mengganggu fungsi ventrikel kanan yang didasari dengan adanya hipertensi
pulmonal. Gejala awal dari cor pulmonale kronik tidak terlalu spesifik, sehingga
pasien biasanya datang dalam keadaan sesak berat dan terdapat tanda retensi cairan.
Pemeriksaan ekokardiografi merupakan langkah awal non-invasif yang dapat secara
cepat dilakukan untuk menentukan tatalaksana selanjutnya, walaupun gold standar
tetap kateterisasi jantung kanan. Terapi farmakologis diberikan berdasarkan penyakit
yang mendasari disertai dengan terapi spesifik berkaitan dengan hipertensi pulmonal.