Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupansehari-hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan dikelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral. Asam dan
Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga dapat kita bisa menentukan sifat
suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan bersifat asam atau basa, ada beberapa
cara.yang pertama menggunakan indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu
larutan dengan perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna
merah dalam larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang
bersifat basa. (Brønsted-Lowry,1923)
Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan mengukur pH-nya.
pHmerupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa memiliki pH lebih dari
7, sedangkan larutan netral memiliki pH=7. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan
indikator pH atau dengan pH meter.
Dengan penjelasan tersebut di atas penyusun ingin menjelaskan tentang
keseimbangan asam basa khususnya alkalosis repiratorik,serta berbagai macam faktor
atau hal - hal yang berkaitan dengan keseimbangan asam basa. Serta menjelaskan
bagaimana asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien dengan gangguan
alkalosis respiratorik.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu:
Tujuan Umum penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan secara terperinci
tentang Asuhuan Keperawatan dengan Klien Alkalosis Respitarorikbeserta asuhan
keperawatannya.
Tujuan Khusus dari makalah ini adalah :
1. Agar Mahasiswa/i mengetahui apa ituAsuhan Keperawatan dengan Klien
Alkalosis Respitarorik

ALKALOSIS RESPIRATORIK 1
2. Agar mahasiswa mengerti dan memahami Asuhan Keperawatan dengan Klien
Alkalosis Respitarorik

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini kami hanya membatasi masalah pada Asuhan
Keperawatan dengan Klien Alkalosis Respitarorik

D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode deskriptif yaitu metode
yang menggambarkan tentang pengertian dari Klien Alkalosis Respitarorik dengan
Asuhan Keperawatan

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

Pengertian

Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer PaCO2


(Hipokanpnia), sehingga terjadi penurunan primer PaCO2 < 35 mmHG dan PH > 7,45 .
kompensasi ginjal berupa penurunan eksresi H+ dengan akibat lebih sedikit absorpsi HCO3- ,
penurunan HCO3- serum berbeda-beda, bergantung pada keadaannya yang akut atau kronis.
(Saunders , 2002:52).

B. Etiologi

1. Hiperventilasi psikogenik yang disebabkan oleh stress emosional (yang paling sering
terjadi), demam, pengaruh overdosis aspirin pada pusat pernafasan, hipoksia karena tekanan
udara yang rendah didataran tinggi atau akibat anemia berat
2. Rangsangan hipoksemik :penyakit jantung dengan edema paru, penyakit jantung
dengan right to left shunt, anemia gravis
3. Stimulasi pusat pernafasan di medulla : kelainan neurologis, psikogenik (panic,
nyeri), gagal hati dengan ensefalopati, kehamilan
4. Keadaan hipermetabolik : demam, tirotoksikosis
5. Gangguan SSPkarena meningkatnya overeksitabilitas
6. Cedera kepala atau gangguan pembuluh darah otak
7. kadar oksigen darah yang rendah
8. penyakit paru (Pneumonia, Asma, dsb)

C. Patofisiologi

Penyebab mendasar alkalosis respiratorik adalah hiperventilasi alveolar atau eksresi


CO2 yang berlebihan pada udara ekspirasi. Pada frekuensi pernapasan normal, dapat terjadi
Hiperventilasi jika volume tidal meingkat.

3
Alkalosis respiratorik mungkin merupakan gangguan keseimbangan asam basa yang
paling sering terjadi, meskipun sering tidak dikenali. Alkalosis respiratorik juga dapat terjadi
akibat rangsangan pusat pernapasan di medula oblongata . Sejauh ini, penyebab tersering
adalah hiperventilasi fungsional akibat kecemasan dan stres emosional. Keadaan lain yang
merangsang pusat pernapasan adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh demam
atau tirotoksikosis serta lesi CNS seperti gangguan pembuluh darah otak, meningitis, cedera
kepala atau tumor otak.

Hipoksia adalah penyebab lazim hiperventilasi primer yang menyertai pneumonia,


edema paru atau fibrosis paru, dan gagal jantung kongestif. Hiperventilasi kronis terjadi
sebagai respons penyesuaian terhadap ketinggian. Alkalosis respiratorik sering disebabkan
faktor iatrogenik akibat ventilasi mekanis dengan ventilator siklus volume atau tekanan.
Alkalosis respiratorik sering terjadi pada sepsis gram negatif dan sirosis hati.

4
PATHWAY

Gangguan Stress Pneumonia, asma, edema


SSP,Cedera emosional paru dan pnyakit lainnya
Kepala/ gangguan
pembuluh darah

Terjadi rangsangan Proses peradangan


Dx 1: nyeri akut
pusat pernafasan ( toksin masuk ke dalam
berhubungan
di medula tubuh seperti
dengagan prognosis
mikroorganisme berupa
penyakit
bakteri,virus,jamur dll.
Dx 3 : gangguan
pertukaran gas yang
dispnea berhubungan dengan Dx 4 : Ansietas inflamasi
hiperventilasi berhubungan
dengan efek
alkalosis pada SSP
Hipokapnia ( Pa
CO2) Dx 2 : Hipertermia
berhubungan dengan
Buffer ginjal lesi CNS gangguan
hipoventilasi
(48-72 jam) pembuluh darah
otak.

KOMPENSASI
Menahan Retensi Eksresi
CO2 Hidrogen bikarbonat
(H+)

Mengembalikan
Mengembalikan ke pH
pH ke normal
ke normal

5
D. Manifestasi Klinis

 Pusing (dizziness) , karena kurangnya oksigen didalam otak


 Cemas/panik, dikarenakan kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya
 Bingung, karena Vasopasme serebral oleh hipokapnia
 Tetani/kejang, karena alkalosis secara langsung meningkatkan kepekaan terhadap
rangsang dari sistem neuromuskuler

E. Pemeriksaan Penunjang
 AGD: pH > 7,45
 PaCO2 < 35 mmHg
 HCO3 < 22 mEq/L
 Serum phosphate < 0,5 mg/dL
 EKG: disritmia

F. Penatalaksanaan Medis

 Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat


pernafasan.
 Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan
penyakit ini.
 Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
 Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali
karbondioksida yang dihembuskannya.
 Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama
mungkin, kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama
mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

6
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Pasien
a. Data subjektif :
1. Nyeri (dada, abdomen)
2. Sesak nafas
3. Toleransi aktifitas
4. Demam
5. Napas cepat
6. Berkeringat pada kaki dan tangan
b. Data subjektif :
1. Wajah cemas
2. Dipsnea
3. Sianosis bibir, area sirkumolar, dasar kuku, gusi, daun telinga, telapak kaki,
telapak tangan, pucat
4. Konfusi, gelisah
5. Halusinasi, peningkatan suhu tubuh
6. Diaforesis
7. Status jantung
c. Informasi latar belakang yang terkait
Misalnya:
1. Kanker
2. penyakit jantung
3. penyakit ginjal
4. penyakit hati
5. asites
6. polisitemia
7. obesitas
d. Riwayat medis sebelumnya
e. Riwayat keluarga
f. Riwayat sosial
g. Riwayat medikasi

7
h. Pemeriksaan diagnostik
1. AGD : variabel
pH > 7,45
    PaCO2 < 35 mmHg
    HCO3 < 22 mEq/L
2. EKG : disritmia
3. LAB : pH ↑ - pCO2 ↓ – bikarbonat ↓ - BE (-)

B. DIAGNOSA :

1. Nyeri akut berhubungan dengan prognosis penyakit


2. Hipertermia berhubungan dengan lesi CNS gangguan pembuluh darah otak, meningitis,
cedera kepala, tumor otak.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hiperventilasi.
4. Ansietas berhubungan dengan efek alkalosis pada sistem saraf pusat
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis penyakit

DX 1 : Nyeri akut Tujuan : Intervensi : Rasional:


berhubungan dengan
prognosis penyakit Rasa nyeri berkurang 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk
yang komprehensif mengumpulkan
Kriteria Hasil : meliputi lokasi , informasi pengkajian
Nyeri sampai tingkat karakteristik, awitan
kenyamanan yang dan durasi, frekuensi,
dapat diterima oleh kualitas, intensitas
pasien 1x24 jam atau keparahan nyeri,
faktor presipitasinya

2. Agar mengetahui
2. Observasi isyarat tingkat nyeri klien.
nonverbal
ketidaknyamanan,
khususnya pada

8
mereka yang tidak
mampu
berkomunikasi secara 3. Untuk mengetahui
efektif skala nyeri pasien

3. minta pasien untuk


mengkaji nyeri atau
ketidaknyamanan ,
khususnya pada
mereka yang tidak
mampu 4. Agar nyeri
berkomunikasi secara berkurang
efektif

5.Untuk menghindari
4. berikan analgetik faktor resiko
secara aman dan terjadinya nyeri.
efektif

5. mengenali faktor-
faktor yang 6. Untuk mengetahui
meningkatkan nyeri TTV dalam batas
dan melakukan normal
tindakan pencegahan
nyeri

6. pantau TTV dalam


batas normal

DX 2 : hipertermia Tujuan : Intervensi : Rasional :


berhubungan dengan
lesi CNS, gangguan suhu tubuh kembali 1. Pantau aktivitas 1. Mengetahui suhu
pembuluh darah otak normal. kejang. tubuh dalam aktifitas
Kriteria hasil : 2. Pantau turgor kulit, normal.

9
suhu tubuh 36,5 – kelembapan membran 2. Mengetahui klien
37,5 c. mukosa. tidak dehidrasi dan
mukosa tetap
lembab.

3. menentukan
3. Pantau TTV. kebersihan tindakan
atau mencegah
komplikasi.

Kolaborasi :
Membantu
Kolaborasi : menurunkan panas.
Berikan obat
antipiretik, jika perlu.

DX 3 : Tujuan : Intervensi : Rasional :


Gangguan
pertukaran gas klien dapat 1. Pantau tingkat 1.Mengidentifikasi
berhubungan kembali bernafas pernafasan, kedalaman perubahan dari pola
dengan normal. dan usaha jalan nafas. pernafasan.
hiperventilasi.
Kriteria hasil : 2. Pantau saturasi
oksigen dengan 2. Agar tidak terjadi
Klien kembali oksimetri nadi. hipoksia akut
mempunyai
fungsi paru 3. Pantau hasil gas 3. Agar AGD dalam
dalam batas darah (misalnya kadar batas normal
normal. PaO2 yang rendah
dan yang tinggi
menunjukkan
perburukan
pernafasan.

10
4. Tidak terjadi
4. Pantau kadar komplikasi lainnya.
elektrolit.

5. Untuk mengetahui
tingkat kesadaran
5. Pantau status klien.
mental misalnya
tingkat kesadaran,
gelisah dan konfusi. 6. Untuk memantau
pernafasan klien.

6. Observasi terhadap
sianosis, terutama
membran mukosa 7. Untuk mngetahui
mulut batas normal ttv

7. Pantau TTV dalam


batas normal

DX 4 : Ansietas Tujuan: Intervensi : Rasional :


berhubungan dengan
efek alkalosis pada Ansietas berkurang 1. Kaji dan 1. Untuk mengetahui
sistem saraf pusat. dibuktikan oleh dokumentasikan ansietas ringan atau
tingkat ansietas tingkat kecemasan berat
hanya ringan sampai pasien, termasuk
sedang dan reaksi fisik setiap 3
menunjukkan jam.
pengendalian diri 2. Membantu klien
terhadap ansietas. 2. Bantu klien untuk dalam
memfokuskan pada mepertahankan
situasi saat ini, mekanisme koping

11
sebagai cara untuk klien.
mengidentifikasi
mekanisme koping
yang dibutuhkan
Kriteria hasil : untuk mengurangi
ansietas. 3. Agar tidak ada
1. Klien akan perasaan negatif dari
meneruskan aktivitas 3. Beri dorongan diri klien
yang dibutuhkan kepada pasien untuk
meskipun mengalami mengungkapkan
kecemasan. secara verbal, pikiran
dan perasaan untuk
2.Mengomunikasikan mengeksternalisasika
kebutuhan dan n ansietas. 4. memotivasi pasien
perasaan negatif agar cepat sembuh
secara tepat. 4. Berikan penguatan dan tidak terlalu
Memiliki TTV dalam positif ketika pasien bergantung pada
batas normal. mampu meneruskan perawat/keluarga.
aktifitasnya sehari –
hari dan aktifitas
lainnya meskipun 5. Agar perawat
mengalami ansietas. dapat mengambil
langkah yang tepat
5. Dorong klien untuk untuk mengatasi
mengekspresikan masalah pasien dan
kemarahan dan iritasi pasien tidak stress.
serta pasien izinkan
menangis.

DX 5 : kurang Tujuan : Intervensi : Rasional :


pengetahuan
berhubungan dengan Pengetahuan 1. Tentukan persepsi 1. Membuat
kurangnya informasi keluarga meningkat klien tentang proses pengetahuan dasar
tentang penyakit penyakit. dan memberikan

12
prognosis dan kesadaran kebutuhan
pengobatan. belajar individu.
Kriteria hasil :
1. Pasien dan 2. Memberikan
keluarga menyatakan informasi tentang
pemahaman tentang 2. Kaji tingkat pengetahuan
penyakit, kondisi, pengetahuan keluarga keluarga.
prognosis dan tentang proses
program pengobatan. penyakit. 3. Meningkatkan
pemahaman dan
2. Pasien dan 3. Berikan dapat kerjasama
keluarga mampu kesempatan pada dalam program.
melaksanakan keluarga bila ada yang
prosedur yang belum dimengerti. 4. Meningkatkan
dijelaskan secara pemahaman dan
benar. 4. Libatkan keluarga dapat kerjasama
dalam pemberian dalam program.
3. Pasien dan tindakan pada klien.
keluarga mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat.

13
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

 Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan darah menjadi basa,Karena pernafasan


yang cepat dan dalam sehingga menyebabkan karbondioksida dalam darah menjadi
rendah.Penyebab mendasar alkalosis respiratorik adalah hiperventilasi atau eskresi
CO2 yang berlebihan pada udara ekspirasi. Keadaan lain yang merangsang pusat
pernafasan adalah keadaan hipermetabolik yang disebabkan oleh demam, atau
tirotoksitosis serta lesi CNS seperti gangguan pembuluh darah, Meningitis,Cidera
Kepala atau Tumor otak.
 Pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan, mengajarkan
penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian menarik nafas dangkal
dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini dilakukan berulang dalam
satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

14
Daftar Pustaka

Bare,Smeltze. 2001. Buku ajar Keperawatan medikal-bedah Jakarta:EGC

Long,Barbara C. 1996 Essentinal of medical-surgical Nursing.USA:The C.U mosby


company St.Louis

Wilson,Price. 1995 Patofisiologi Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M.2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

R.H. Petrucci, W.S. Harwood, and F.G. Herring, Kimia Dasar (Edisi 8, Prentice-Hall 2002),
hal.666

G.L. Miessler and D.A. Tarr, Kimia Anorganik (Edisi 2, Prentice-Hall 1998), hal.154

Horne, Myma M. 1995. Keseimbangan Cairan Elektrolit dan Asam Basa Edisi 2. Jakarta:
EGC.

Guyton, Arthur C.1987. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta:EGC

Price Sylvia Anderson; Wilson Mc. Carty.1993.Pathofisiologi Konsep Klinik Proses-proses


Penyakit. Jakarta:EGC

15

Anda mungkin juga menyukai