Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

Oleh:

VHANIA DHOMINICA BANI (01503220329)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2023
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Definisi

a) Gerontologi

Gerontologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari proses ketuaan dari kaitannya,
berasal dari bahasa yunani yaitu geros berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu.
Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah
yang terjadi pada lanjut usia (Artinawati, 2014). Sedangkan menurut Mildawani T
(2015) gerontologi adalah suatu pendekatan ilmiah yang mencoba menjawab
tantangan tersebut dengan mempelajari proses penuaan dan dunia kaum lansia dari
berbagai perspektif dengan bantuan berbagai pendekatan ilmu. Dalam gerontologi
pendekatan tersebut akan mencakup dari berbagai aspek penuaan yaitu lingkuangan
fisik, sosial, psikologis, ekonomi, kesehatan lingkungan, perilaku, gender, dan lain-
lain.

Menurut Mildawani T (2015) pada umumnya masalah gerontologi dikategorikan


menjadi 4 aspek, yaitu :

a) Aspek Kronologis, merujuk pada usia dan siklus hidup manusia yang
dihitung sejak lahir

b) Aspek Biologis, merujuk pada perubahan fisik dan berkurangnya


kemampuan sistem organ dalam menjalani fungsinya dan menjadi rentan
terhadap berbagai penyakit pada masa usia tua.

c) Aspek Sosial, merujuk pada perubahan – perubahan peran dan hubungan


dengan orang lain yang dialami para lansia.

d) Aspek psikis, merujuk pada berkurangnya kemampuan sistem saraf indrawi,


kognitif, perubahan pola perilaku para lansia terutama pasca kehilangan
pekerjaan atau peran yang biasa dijalankannya ditengah masyarakat.

b) Geriatrik

Menurut Artawa (2019) geriatrik adalah cabang ilmu dari gerontologi yang
mempelajari tingkat kesehatan pada lanjut usia termasuk pelayanan kesehatan
dengan mengkaji berbagai aspek berupa promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif yang mencakup kesehatan jasmani, jiwa, dan sosial. Pada prinsipnya
geriatrik mengusahakan masa tua yang bahagia dan berguna. Sedangkan menurut
Kemenkes (2014) geriatrik adalah cabang ilmu yang berfokus pada penanganan,
diagnosis, serta pencegahan penyakit dan gangguan kesehatan yang menyerang di
kalangan tingkat lansia.

Menurut Depkes RI (2016) pelayanan geriatrik memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mempertahankan tingkat kesehatan lansia supaya pada taraf yang optimal


sehingga terhindar dari gangguan kesehatan atau penyakit
2. Memelihara kondisi kesehatan lansia dengan aktivitas fisik dan aktivitas
mental yang dapat mendukung kondisi kesehatan lansia
3. Mencari dan melakukan upaya pengobatan yang tepat pada lansia

4. Memelihara dan meningkatkan kemandirian lansia secara maksimal

5. Melakukan screening secara dini dengamemadai dan secara tepat

6. Mendampingi dan memberikan bantuan moril, perawatan dan perhatian pada


lansia yang berada dalam fase terminal sehingga lansia dapat menghadapi
kematian dengan tenang dan bermartabat
c) Gerontik

Gerontik adalah suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang dikhususkan


pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari
biopsikososial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Damanik S, 2019). Menurut Dewi (2014) gerontik merupakan bentuk pelayanan
keperawatan professional yang didasarkan pada ilmu dan teknik keperawatan yang
bersifat komprehensif yang terdiri dari biopsikososial spiritual dan kultural yang
holistik dan ditujukan pada klien lanjut lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
1.2 Klasifikasi Lansia

1. Klasifikasi lansia menurut Kemenkes (2014), lanjut usia meliputi:

a. Pra lansia : usia 45 – 59 tahun

b. Lansia : usia 60 – 69 tahun

c. Lansia risiko tinggi : usia lebih dari 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah
kesehatan

2. Klasifikasi lansia menurut WHO (dikutip dalam Widiyawati & Sari, 2020):

a. Usia pertengahan (Middle age) = usia 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (Elderly) = usia 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (Old) = usia 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (Very old) = >90 tahun

1.3 Perubahan Pada Lansia (Manurung S, 2014)


a. Otot
Berkurangnya massa otot, perubahan degeneratif jaringan Konektif, osteoporosis,
kekuatan otot menurun, endurance dan koordinasi menurun, ROM terbatas, mudah
jatuh/fraktur
b. Kulit
Proliferasi epidermal menurun, kelembaban kulit menurun, suplai darah ke kulit
menurun, dermis menipis, kulit kering, pigmentasi irreguler, kuku mudah patah, kulit
berkerut, elastisitas berkurang, sensitivitas kulit menurun
c. Sexual
 Pada perempuan : post-menopause: atrofi dari organ reproduksi, vagina tipis
dan kering, panjang dan lebar vagina berkurang, Lubrikasi vagina berkurang
selama intercourse
 Pada Laki-laki : degeneratif organ reproduksi, intensitas respons terhadap
stimulus sex berkurang, gangguan Kelenjar prostat

d. Pola Tidur
Butuh waktu lebih lama untuk tidur, sering terbangun, mutu tidur berkurang, lebih lama
berada di tempat tidurnya

e. Fungsi Kognitif
Beberapa lansia menunjukkan penurunan keterampilan intelektual, tapi masih mampu
mengembangkan kemampuan kognitif, penurunan kemampuan mengingat/mengenali
memori, tidak ada/jarang penurunan intelegensi

f. Perubahan Penglihatan
Kornea kuning/keruh, size pupil mengecil/atropi M. Ciliaris, atropi sel-sel fotoreseptor,
penurunan suplai darah dan neuron ke retina, pengapuran lensa: katarak
Konsekuensi:
- Meningkatnya sensitivitas terhadap cahaya silau
- Respons lambat terhadap perubahan cahaya
- Lapangan pandang menyempit, perubahan persepsi warna
- Lambat dalam memproses informasi visual
- Sulit berkendara pada malam hari

g. Perubahan Kardiovaskular
Pengerasan pembuluh darah, hipertrofi dinding ventrikel kiri, vena tebal, kurang elastis,
perubahan mekanisme konduksi, peningkatan resistensi perifer
Konsekuensi:
- Tekanan darah meningkat
- Berkurangnya respons adaptif terhadap exercise
- Berkurangnya aliran darah ke otak
- Meningkatnya suseptibilitas untuk aritmia
- Atherosclerosis dan varicosis

h. Perubahan Fungsi Pendengaran


Hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi
atau suara atau nada tinggi, terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras
dikarenakan peningkatkan kratin.

i. Perubahan Fungsi Respirasi


Otot-otot reseptor melemah, kapasitas vital berkurang, berkurangnya elastisitas paru,
alveoli melebar, dinding dada mengeras

Konsekuensi:
- Meningkatnya penggunaan otot tertentu
- Meningkatnya energi yang dikeluarkan untuk respirasi
- Menurunnya efisiensi pertukaran gas
- Menurunnya tekanan oksigen arterial

j. Perubahan Fungsi Saraf :

Gangguan Fungsi Luhur, sukar bicara, gerakan otot (kagok), gangguan pengenalan
seseorang, sukar tidur (insomnia), daya ingat lemah (demensia): atrofi sel otak, inisiatif
turun, parkinson (otot-otot kaku, menggeletar)
BAB III

KONSEP TEORI DALAM KEPERAWATAN GERONTIK

Keperawatan gerontik merupakan suatu bentuk praktek keperawatan profesional yang


dikhususkan pada lansia baik sehat maupun sakit yang bersifat komprehensif terdiri dari
biopsikososial dan spiritual dengan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Damanik S,
2019).

3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan lansia merupakan tindakan yang dilakukan dalam melihat
kondisi yang dialami oleh lansia guna untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan
situasi penyakit yang dialami oleh lansia, untuk menetapkan diagnosa masalah yang dialami
oleh lansia. Data yang dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi
data bio, psiko, sosial, dan spiritual, dan data yang berhubungan dengan masalah yang
terjadi pada lansia serta data tentang keluarga dan lingkungan lansia. Pengkajian dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan wawancara (Kholifah, 2016).
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain sebagai berikut:
1. Perubahan fisik
Pengkajian perubahan fisik dapat dilakukan dengan wawancara, dimulai dari
pengkajian tentang pandangan lansia mengenai kesehatan, kegiatan yang masih
mampu dilakukan, kebiasaan merawat diri sendiri, kekuatan fisik: otot, sendi,
penglihatan, dan pendengaran, kebiasaan makan minum, istirahat/tidur dan
BAB/BAK, kebiasaan berolahraga atau gerak badan, perubahan fungsi tubuh yang
sangat dirasakan, dan kebiasaan dalam memelihara kesehatan serta kebiasaan dalam
minum obat.

2. Pemeriksaan fisik
Pengkajian perubahan fisik juga dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, seperti
inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada bagian sistem tubuh diantaranya adalah
pengkajian sistem persyarafan(kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran adanya
perubahan dari otak, penurunan daya ingat, dll), pengkajian mata(pergerakan mata,
kejelasan melihat dan ada tidaknya penyakit mata, kesamaan dan dilatasi pupil, dll),
ketajaman pendengaran(alat bantu dengan, serumen pada telinga, rasa nyeri pada
telinga), sistem kardiovaskular(sirkulasi perifer, auskultasi denyut nadi apikal,
pembengkakak vena jugularis, dll), sistem gastrointestinal(status gizi, keadaan mulut,
bising usus, dll), sistem genitourinarius(warna & bau urine, inkontinensia, distensi
kandung kemih, dll), sistem integument(kulit, keutuhan luka, perubahan pigmen, dll),
dan sistem musculoskeletal(keterbatasan gerak, kekuatan otot, alat bantu dalam
bergerak, dll).

3. Perubahan psikologis
Perubahan psikologis dapat dikaji dengan menanyakan bagaimana sikap lansia
terhadap proses penuaan, apakah lansia merasa di butuhkan atau tidak, apakah
optimis dalam memandang suatu kehidupan, bagaimana mengatasi stres yang di
alami, apakah mudah dalam menyesuaikan diri, apakah lansia sering mengalami
kegagalan, apakah harapan pada saat ini dan akan datang, serta pengkajian mengenai
fungsi kognitif seperti daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi, dan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah.

4. Perubahan sosial ekonomi


Perubahan sosial ekonomi dapat dikaji dengan menanyakan darimana sumber
keuangan lansia, apa saja yang menjadi kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang,
dengan siapa lansia tinggal, kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia, bagaimana
pandangan lansia terhadap lingkungannya, seberapa sering lansia berhubungan
dengan orang lain di luar rumah, siapa saja yang bisa mengunjungi lansia, seberapa
besar ketergantungan lansia, serta apakah lansia dapat menynalurkan hobi atau
keinginan dengan fasilitas yang tersedia.

5. Perubahan spiritual
Perubahan spiritual dapat dikaji dengan mewawancarai apakah lansia terlibat aktif
atau mengikuti kegiatan keagamaan misalnya organisasi keagamaan atau
penyantunan anak yatim atau fakir miskin, apakah lansia melakukan ibadah sesuai
keyakinan, bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah (apakah dengan cara
berdoa ataukah lansia terlihat tabah).
6. Pengkajian khusus pada lansia
Pengkajian ini dapat dikaji dengan menggunakan:

1) Pengkajian Status Kognitif :

- SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire)  melakukan penilaian


mengenai fungsi intelektual lansia

- MMSE (Mini Mental State Exam)  melakukan penilaian mengenai aspek


kognitif dari fungsi orientasi, registrasi, perhatian, mental, bahasa dan kalkulasi

2) Pengkajian Status Fungsional :

- Pemeriksaan Index Katz : alat ukur bagi perawat untuk dapat melihat status fungsi
pada klien lanjut usia dengan mengukur kemampuan mereka dalam melakukan
ADL, terdapat 6 komponen yaitu : mandi, berpakaian, toileting, berpindah,
kontinen, dan makanan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan adalah suatu penilaian klinis atau pengangkatan masalah yang
muncul atau mengenai respon pada lansia terhadap masalah kesehatan atau kesimpulan
yang dapat ditarik oleh perawat dari data yang telah terkumpul melalui hasil pengkajian
terhadap lansia. Diagnosis keperawatan ini bertujuan untuk mengindentifikasi respon lansia
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Rinawati P, 2018).

1. Diagnosa Keperawatan Aktual

Merupakan diagnosa yang menyajikan kondisi klinis yang telah di validasikan


melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi, contoh :
ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan pola nafas,
gangguan pola tidur, disfungsi proses keluarga dan ketidakefektifan manajemen
regimen terapeutik keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan Risiko

Merupakan keputusan klinis mengenai lansia yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dan menjelaskan masalah kesehatan yang nyata akan terjadi jika tidak
dilakukan intervensi, contoh : risiko kekurangan volume cairan, risiko terjadinya
infeksi, risiko intoleran aktifitas, risiko ketidakmampuan menjadi orang tuu dan
risiko distress spiritual.

3. Diagnosa Keperawatan Promosi Kesehatan

Merupakan keputusan klinis tentang keadaan lansia atau keluarga lansia tersebut
dalam melakukan transisi sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi.
Terdapat 2 kata kunci, yaitu : sesuatu yang menyenangkan pada tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi dan adanya status serta fungis yang efektif, contoh
: kesiapan meningkatkan nutrisi, kesiapan meningkatkan komunikasi, kesiapan
untuk meningkatkankemampuan pembuatan keputusan, kesiapan meningkatkan
pengetahuan dan kesiapan meningkatkan religiusitas.

4. Diagnosis Keperawatan Sindrom

Merupakan diagnosis keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosis aktual


atau resiko, yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi tertentu,
contoh : sindrom kelelahan lansia, sindrom tidak berguna, sindrom post trauma
dan sindrom kekerasan.

3.3 Perencanaan Keperawatan (Muhith & Siyoto, 2016)


3.3.1 Prioritas Masalah Keperawatan
a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa):
1. Prioritas tinggi: mencerminkan situasi mengancam kehidupan sehingga perlu
dilakukan terlebih dahulu seperti masalah bersihan jalan napas
2. Prioritas sedang: seituasi tidak gawat dan tidak mengancam kehidupan seperti
masalah personal hygiene
3. Prioritas rendah: situasi yang tidak berhubungan langsung dengan prognosis
dari suatu penyakit seperti masalah finansial atau lainnya.
b. Bedasarkan kebutuhan Maslow
Maslow menentukan prioritas diagnosis berdasarkan kebutuhan, diantaranya
kebutuhan fisiologis keselamatan dan keamanan, mencintai dan memiliki, serta
harga diri dan aktualisasi diri.
3.3.2 Rencana keperawatan (Widiyawati, 2020)
Berikut ini rencana tindakan dari beberapa masalah keperawatan yang biasanya terjadi
pada lansia.
a. Gangguan pola tidur (Haq, 2017)
1) Sediakan tempat tidur yang nyaman bagi lansia
2) Mengatur waktu tidur dengan lebih sering melakukan aktivitas sehari-hari di siang
hari
3) Atur lingkungan dengan ventilasi yang cukup, dan bebas dan bau tidak sedap
4) Latih lansia dengan latihan fisik ringan yang dapat membatu dalam memperlancar
sirkulasi darah dan melenturkan otot

b. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi


1) Berikan makanan sesuai dengan gizi yang dibutuhkan
2) Banyak minum dan kurangi makan makanan yang terlalu asin
3) Berikan makanan yang mengandung serat
4) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
5) Batasi mengonsumsi minum kopi dan teh

c. Gangguan keamanan dan keselamatan lansia


1) Latih lansia untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi
2) Pasang pengaman tempat tidur jika tidur
3) Bantu lansia untuk ke kamar mandi terutama bagi lansia yang menggunakan
obat penenang atau deuretik
4) Anjurkan lansia untuk memakai kacamata jika berjalan atau melakukan aktivitas
5) Usahakan untuk selalu menemani lansia jika berpergian
6) Tempatkan lansia diruangan yang mudah dijangkau
7) Letakkan bel didekat lansia dan ajarakan bagaimana penggunaannya
8) Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
9) Letakkan meja kecil didekat tempat tidur agar lansia dapat menempatkan alat-
alat yang biasa digunakannya
10) Selalu upayakan lantai bersih, rata, dan tidak licin/basah
11) Jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan lansia untuk memejamkan mata
sejenak
12) Menjauhi benda – benda disekitar lansia yang dapat membuat lansia tersandung

d. Defisit perawatan diri


1) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri
2) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun atau berikan skin lotion atau
pelembab pada bibir
3) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata
4) Bantu lansia untuk menggunting kuku

c. Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi


1) Berkomunikasi dengan lansia menggunakan kontak mata
2) Mengingkatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia
4) Memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan diri/perawat tanggap
terhadap respon verbal yang diberikan lansia
5) Menghargai pendapat lansia

d. Ansietas
1) Bantu lansia mengidentifikasi situasi yang mempercepat terjadinya cemas
2) Damping lansia untuk meningkatkan kenyamanan diri dan mengurangi
ketakutan
3) Identifikasi kondisi yang menyebabkan perubahan tingkat cemas
4) Latih lansia untuk menggunakan teknik relaksasi

Strategi mempertahankan kebutuhan aktifitas pada lansia meliputi:


1) Olahraga/exercise bagi lansia
2) Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

3.4 Evaluasi Keperawatan


Menurut Kholifah (2016) evaluasi keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Evaluasi struktur
Evaluasi struktur berfokus pada tata cara atau keadaan sekeliling tempat
pelayanan keperawatan seperti persediaan perlengkapan, fasilitas fisik, rasio
perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan pengembangan
kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

2. Evaluasi proses
Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, jenis informasi serta
validasi dari perumusan diagnosa keperawatan dan kemampuan teknikal
perawat.

3. Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi lansia akibat dari intervensi
keperawatandan akan terlihat pada pencapaian tujuan dan kriteria hasil.
DAFTAR PUSTAKA

Artawa, K, A. (2019). Penerapan Proses Asuhan Gizi Terstandar Terhadap Asupan Zat Gizi
Makro Dan Lama Hari Rawat Pada Pasien Geriatri Di Rumah Sakit. Kementerian
Kesehatan Ri: Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar. 1 – 16.
Artinawati. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish CV Budi
Utama.
Damanik, Sri Melfa and Hasian, (2019). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Program
Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Kristen Indonesia
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Analisis Lansia di Indonesia. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta Selatan: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. In M. Dwisatyadini (Ed.), Modul Bahan Ajar
Cetak Keperawatan (pp. 1-105). Pusdik SDM Kesehatan.
Manurung S. (2014). Keperawatan Gerontik. Deepublish: Jakarta. 1 – 44.
Mildani T, S. (2015). Gerontologi Sebuah Pengantar. Lestari Kiranatama: Jakarta. 1 – 128.
Muhith, A. & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Retrieved from :
https://books.google.co.id/books?id=U6ApDgAAQBAJ&pg=PA105&dq=Gerontologi
Rinawati P. (2018). Kompetensi Perawat Dalam Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada
Pasien Di Ruang Rawat Inap Rsud Tugurejo Semarang. Repository Universitas
Muhamadiyah Semarang.
UTAMI, T. (2019). Sanksi Bagi Anak yang Menelantarkan Orang Tuanya yang Lansia
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga dan Hukum Islam (Doctoral dissertation, UIN Raden Fatah
Palembang).
Haq, F. (2017). Pola Tidur dan Kesehatan Jasmani Lansia. Surabaya: Universitas Airlangga.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Deepublish.
Widiyawati, W., & Sari, D. J. E. (2020). Keperawatan Gerontik. Literasi Nusantara.
Kemenkes. (2014). Situasi Dan Analisis Lanjut Usia. Jakarta: Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai