Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH BERMAIN PUZZLE TERHADAP KEMAMPUAN

SENSOR MOTORIK PADA PERKEMBANGAN ANAK PRA


SEKOLAH

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Tugas


Metodologi Riset

Oleh :
ABDILLAH FIRDAUS
NIM. 202001001

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES KARYA HUSADA KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusunan Proposal Penelitian ini dapat terselesaikan. Proposal Penelitian
dengan judul “Pengaruh bermain puzzle terhadap kemampuan sensor motorik pada perkembangan
anak pra sekolah”. Selama proses penyusunan penulis dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Efa Nur Aini, S.Kep.Ns.,M.Kep selaku penanggungjawab mata kuliah metedeologi
riset yang telah membimbing dalam pembuatan proposal ini
2. Ibu Eko Arik S.Kep.Ns.,M.Kep.S.J selaku dosen fasilitator

Penulis tentu menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan dan proposal ini dapat
memberikan manfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih

Kediri, 19 Maret 2023

Peneliti

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8
E. Relevansi ............................................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 10
A. Perkembangan ..................................................................................... 10
B. Motorik Halus ...................................................................................... 12
C. Anak Prasekolah .................................................................................. 21
D. Permainan Puzzle ................................................................................. 24
E. Pengaruh Metode Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik
Halus Anak Prasekolah ........................................................................ 30
G. Kerangka Konsep................................................................................. 33
H. Hipotesis Penelitian ............................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 34
A. Desain Penelitian ................................................................................. 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................... 35
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 35

D. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................... 37


E. Instrument Penelitian ........................................................................... 38
F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 38
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 56
A. Kesimpulan .......................................................................................... 56
B. Saran .................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 58
LAMPIRAN

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang

lebih kompleks dalam kemampun gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa

serta sosialisasi dan kemandirian. Seringkali orang tua tidak menyadari ketika

anaknya mengalami keterlambatan perkembangan,. keterlambatan perkembangan

salah satunya dapat berupa keterlambatan perkembangan motorik halus (Dela et

al, 2019).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa secara global,

tercatat 149,2 juta anak-anak yang lebih muda dari 5 tahun mengalami gangguan

perkembangan tahun 2020. Sekitar 95 % anak-anak yang mengalami gangguan

perkembangan hidup dinegara dengan pendapatan rendah dan menengah.

Pravelensi penyimpangan perkembangan pada anak usia dibawah 5 tahun di

Indonesia yang dilaporkan WHO pada tahun 2018 adalah 7.512,6 per 100.000

populasi (7,51%) (WHO, 2021).

Hasil survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2018) indeks anak usia 36-

59 bulan untuk aspek literasi sebesar 64,6%, aspek fisik sebesar 97,8%, aspek

sosial emosional sebesar 69,9%, dan aspek learning sebesar 95,2% dan total

indeks perkembangan Indonesia tahun 2018 sebesar 88,3% sehingga11,7% anak

usia 36-59 bulan mengalami gangguan perkembangan dimana provinsi Bengkulu

menyumbang pravelensi balita usia 36-59 bulan yang mengalami gangguan

perkembangan sebesar 8,3%.

1
2

Gerak halus atau motorik halus merupakan aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi

yang cermat serta mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya (RI,

2012). Kemampuan motorik halus anak usia prasekolah mulai berkembang

dimana anak mulai dapat menggunakan jari-jarinya untuk menulis, menggambar

dan lain-lain. Proses tahapan perkembangan setiap anak sama, yaitu merupakan

proses pematangan organ motorik. Namun dalam pencapaiannya, setiap anak

memiliki kecepatan yang berbeda-beda (Panzilion et al., 2020)

Dampak dari motorik halus yang terlambat berdasarkan hasil penelitian

Katagiri et al (2021) menyatakan bahwa kesulitan motorik halus pada anak

prasekolah membawa risiko bermanifestasi tidak hanya masalah teman sebaya ,

gejala emosional dan masalah perilaku diseluruh sekolah dasar tetapi juga

mempengaruhi prestasi akademik di luar sekolah. Yang artinya keterampilan

motorik halus dapat mempengaruhi maladaptasi psikososial dan prestasi akademik

dikemudian hari.

Selain itu dampak motorik halus yang terlambat dapat mengakibatkan

perkembangan anak tersebut menjadi terhambat dan tidak sesuai dengan usia,

cenderung adanya gangguan pada sistem saraf atau cerebral palsi. Anak yang

sudah mengalami cerebral palsi mempunyai karakteristik gerakan abnormal pada

sistem pergerakan seperti susah menulis, mengancing baju dan berjalan tidak

stabil, kesulitan melakukan gerakan yang cepat dan tepat (Magfuroh, 2018).

Agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal maka anak perlu
3

mendapatkan stimulasi rutin sedini mungkin dan terus-menerus pada setiap

kesempatan. Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah

salah satunya adalah kemampuan gerak halus atau motorik halus. Untuk

menstimulasi perkembangan motorik halus anak pra sekolah usia 4-5 tahun yaitu

salah satunya dengan mengajak anak untuk bermain puzzle. (RI, 2012)

Metode bermain puzzle berpengaruh pada perkembangan motorik halus

anak usia pra sekolah, sebab bermain puzzle dapat mengkoordinasi gerak mata

dan tangan anak, dengan demikian tanpa mereka sadari motorik halus mereka

terus berlatih dan berkembang dengan bagus. Selain itu, ketika mereka bermain

puzlle anak dapat berlatih untuk mengenal bentuk dan bagaimana mereka mengisi

ruang kosong dimana potongan-potongan tersebut diperlukan. Puzzle juga

mendorong anak untuk mengenali persamaan, seperti bagaimana warna yang

merah atau garis tebal didalam suatu potongan sesuai dengan corak yang sama

pada potongan yang lain. Melalui permainan ini anak-anak dapat belajar bahwa

suatu benda atau objek tersusun dan bagian-bagian kecil. Permainan ini

mendorong anak mengerti cara mengkombinasikan unsur-unsur yang berbeda

(Maghfuroh, 2018)

Di Jawa Timur 3.657.353 anak prasekolah mengalami masalah

keterlambatan tumbuh kembang. Di kota kediri sendiri dari 24.532 anak

prasekolah terdapat 7.622 anak yang sudah dideteksi mengalami gangguan

ADHD (Attention Deficit Diperactivity Disorder) yang merupakan salah satu

faktor yang dapat mengganggu perkembangan kognitif anak (Dinas Kesehatan

Jawa Timur, 2014).

Perkembangan kognitif dapat dipengaruhi oleh 2 faktor diantaranya faktor

herediter dan faktor lingkungan, faktor lingkungan terdiri dari tiga unsur yaitu

keluarga, sekolah dan teman sebaya. Dalam proses pembelajaran anak seringkali
4
dihadapkan dengan persoalan yang menuntut mereka untuk memecahakan

masalah, kegiatan ini tidak hanya dilakukan secara fisik tapi juga secara mental

yaitu aspek kognitif. Suasana belajar yang menegangkan akan menimbulkan

kecemasan dan membuat anak bersikap pasif, sehingga tidak ada kegiatan timbal

balik antara keduanya. Terkadang anak juga mengalami kesulitan dalam

berkonsentrasi (atensi) dan memahami pembelajaran yang disampaikan sehingga

mengakibatkan rendahnya perhatian dan motivasi anak dalam mengikuti

pembelajaran. Selain itu metode belajar yang kurang bervariasi dapat

menimbulkan kejenuhan dalam belajar. Pada saat seperti ini anak akan mengalami

penurunan daya ingat (memori) dan tidak mampu lagi mengakomodasikan

informasi atau pengalaman baru (Tri Artika, dkk 2014).

Ada banyak sekali metode atau cara yang dapat digunakan untuk membantu

perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah, diantara metode bercerita,

eksperimen, demonstrasi dan bermain. Bermain merupakan kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan dari anak-anak, Sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk

bermain. Menurut piaget dalam (Khadijah, 2016) bermain merupakan latihan

untuk mengkonsolidasi berbagai pengetahuandan keterampilan kognitif yang baru

dikuasai dengan cara yang menyenangkan sehingga dapat berfungsi secara efektif

dan cepat ditangkap oleh anak. Adapun Jenis permainan yang dapat digunakan

untuk mengembangkan kognitif anak usia prasekolah ada beberapa macam

diantaranya bermain eksploratif, energetik, keterampilan, sosial, imajinatif dan

teka-teki.

Novan Ardy Wiyani berpendapat bahwa dalam bermain simbolik

(roleplay action figure) akan memberikan kontribusidalam

mengoptimalisasikan perkembangan kognitif pada anak usia dini, hal itu

disebabkan karena dalam kegiatan bermain kognitif anak secara bergantian

akan terjadi asimilasi an akomodasi. Kegiatan bermain simbolik akan

dikembangkan anak untuk berfikir abstrak dan kemungkinan pura-pura,


5
serta mempelajrai kata-kata maupun ungkapan baru yang besumber dari

peran yang dimainkan oleh anak dalam situasi serba baru(Wiyani, 2014, p.

91). Menurut Rini Hildayani, dkk yang dikutip oleh Novan Ardy Wiyani

mengartikan bahwa bermain simbolik (roleplay action figure) dilakukan dengan

dasar kemampuan untuk mempresentasikan pengalaman yang aktual atau

khayalnya. Dengan penggunaan berbagai bahasa, gerakan dan objek. Sebagai

contoh dalam kegiatan bermain masak-masakan, dokter-dokteran, polisi

polisian dan bermain kemah-kemahan dan lain sebagainya.(Wiyani, 2014, p. 91).

Berdasarkan penjabaran diatas apat dsimoulkan bahwa bermin peran (role

playing) adalah sah satu metode yang digunakanuntuk meningkatkan

pekembangan berbagai aspek usia dini salah satunya adalah perkembangan

kognitif. Hal tersebut dikarenakan kegitan bermain simbolik (roleplay action

figure) merupakan kegiatan permainan yang dapat memberikan kontribusi

dalam mengoptimalisasikan perkembangan kognitif pada anak usia dini sbab

bermiannyapun secara bergantian. Kegiatan bermain simbolik (roleplay

action figure) dikembangkan untuk kemampuan berfikir anak dan memungkinkan

untuk berpura-pura, serta mempelajari kata atau ungkapan baru yang

bersumber dari situasi dan kondisi serbabaru.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul "Pengaruh Roleplay Action Figure terhadap Perkembangan Kognitif

Anak Usia Pra Sekolah".

B. Rumusan Masalah

Berdasar latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang peneliti

rumuskan adalah “Apakah Ada Pengaruh bermain puzzle terhadap kemampuan

sensor motorik pada perkembangan anak pra sekolah?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum

Diketahui pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan motorik halus


6
anak pra sekolah usia 4-5 tahun

2. Tujuan Khusus

a) Diketahui rata-rata skor perkembangan motorik halus anak prasekolah usia

4-5 tahun sebelum dan setelah diberikan perlakuan bermian puzzle pada

kelompok intervensi dan kelompok kontrol

b) Diketahui perbedaan perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 4-

5 tahun pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol

c) Diketahui pengaruh pendapatan keluarga dan pendidikan ayah/ibu

terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 4-5 tahun


D. Manfaat Penelitian
1. Bagi perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbang pemikiran dalam

masalah perkembangan anak, terutama perkembangan motorik halus anak

prasekolah.

2. Bagi Institusi

Manfaat bagi institusi yaitu dapat dimanfaatkan untuk mengahasilkan bidan

unggul sebagai penggerak masyarakat dalam deteksi dini resiko kebidanan

komunitas tingkat nasional. Menambah informasi, menambah wawasan serta

dijadikan sebagai bahan pustaka tambahan poltekkes kemenkes Bengkulu

khususnya jurusan kebidanan.

3. Penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data dasar atau

pembanding bagi penelitian selanjutnya dalam mengembangkan dan

menyempurnakan penelitian yang akan datang.

E. Relevansi
Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah

dan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 0486/1992 tentang taman kanak-

kanak menjelaskan bahwa pendidikan taman kanak-kanak bertujuan membantu meletakkan

dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang

diperlukan oleh anak gigi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk

pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Peraturan menteri kesehatan republik

Indonesia nomor 66 tahun 2014, tentang pemantauan pertumbuhan, perkembangan dan

gangguan tumbuh kembang anak. Dan merupakan bagian dari kegiatan pelayanan kesehatan

yang dilakukan terhadap bayi, anak balita dan anak prasekolah. Pemantauan ini dilakukan

untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan anak memasuki
jenjang pendidikan formal, serta meningkatkan status kesehatan gizi kognitif, mental, dan

psikososial anak titik yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan taman

kanak-kanak, diselenggarakan oleh guru taman kanak-kanak dan kerjasama dengan orang

tua anak didik serta tenaga kesehatan. pemantauan pertumbuhan perkembangan dan

gangguan tumbuh kembang anak harus diselenggarakan secara komprehensif dan

berkualitas melalui kegiatan: stimulasi yang memadai, deteksi dan intervensi dini gangguan

tumbuh kembang anak. Salah satu kegiatan untuk menstimulasi yang memadai, deteksi dan

intervensi dini gangguan tumbuh kembang anak yaitu melalui pengaplikasian bermian

puzzle terhadap perkembangan anak prasekolah. Di mana bermain puzzle dapat

meningkatkan kemampuan pada usia anak prasekolah tersebut sehingga penelitian

mengenai pengaruh bermain puzzle terhadap kemampuan sensor motirik pada

perkembangan anak usia prasekolah sangat sesuai dengan peraturan kementerian kesehatan

nomor 66 tahun 2014.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan
1. Pengertian perkembangan

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) perkembangan adalah

bertambahnya kemampuan dan struktur/fugsi tubuh yang lebih kompleks

dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai hasil dan

proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang

terorganisasi (Suhartanti et al., 2019)

Menurut Dr Siti Aminah Soepalarto, (2012) perkembangan adalah

suatu proses yang berlangsung sejak lahir dan sesudahnya, dimana badan,

otak, kemampuan dan tingkah lakunya pada usia dini, anak-anak dan dewasa

menjadi lebih kompleks dan berlanjut, dengan kematangan sepanjang hidup.

Menurut Dictionary of psychology dan The penguin of psychology

(2013) perkembangan adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif dan

terjadi dalam rentang kehidupan manusia dan organisme lain tanpa membeda-

bedakan aspek yang terdapat dalam diri organisme tersebut.

2. Ciri-ciri Perkembangan

Perkembangan memiliki karakteristik yang dapat diramalkan dan memiliki

ciri-ciri sehingga dapat diperhitungkan. Ciri-ciri tersebut menurut

Soetjiningsih (1995) dalam (Suhartanti et al., 2019) sebagai berikut:

a)Perkembangan adalah proses yang kontinu dari konsepsi sampai maturasi. b)

dalam periode tertentu ada masa percepatan atau masa perlambatan. c)

perkembangan memiliki pola yang sama pada setiap anak, tetapi kecepatannya

10
11

berbeda. d) perkembangan dipengaruhi system saraf pusat. e) arah

perkembangan anak adalah sefalokaudal. f) reflex primitive seperti reflex

memegang dan berjalan akan menghilanh sebelum gerakan volunteer tercapai.

3. Aspek-aspek perkembangan

Menurutut Depkes RI (2012) perkembangan anak berlangsung secara teratur

saling berkaitn dan berkesinambungan. Maka aspek-aspek perkembangan

yang perlu dipantau yaitu:

a) Gerakan dasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan

otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya.

b) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan anak melakukan gerakan dan sikap tubuh yang melibatkan

bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi

memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu,

menjempit, menulis dan sebagainya.

c) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara seperti berbicara,

berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

kemampuan mandiei anak (makan sendiri, membereskan mainan setelah

selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi,

berinteraksi dengan lingkungan dan sebagainya.


12

B. Motorik Halus
1. Definisi motorik halus

Kemampuan motorik halus adalah kemampuan memanipulasi halus

(fine manipulative skiils) yang melibatkan penggunaan tangan dan jari secara

tepat seperti dalam kegiatan menulis dan menggambar. Kemampuan motorik

halus fokus pada kemampuan koordinasi tangan dan mata. Pada umumnya,

anak akan menunjukkan kemajuan perilaku kontrol motorik halus sederhana

4-6 tahun. Kemampuan motorik halus semakin meningkat pada usia 5-12

tahun yang ditandai dengan meningkatnya keterampilan motorik halus secara

signifikan di bagian pergelangan tangannya (Sit, 2019)

Perkembangan motorik halus adalah gerakan terbatas dari bagian-

bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan dibagian jari-jari tangan.

Contohnya adalah menulis, menggambar, memegang sesuatu. Pada masa ini,

kemampuan anak bergerak sudah semakin tinggi karena perkembangan fisik

motoriknya serta koordinasi saraf-sarafnya sudah semakin baik sehingga anak

semakin kompeten untuk berjalan, berlari dan memanjat sesuatu (Sigit, 2019)

Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian

tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat serta mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan

sebagainya (RI, 2012).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan motorik halus adalah

kemampuan anak dalam menggunakan otot-otot kecil seperti jari-jari dan

menggunakan atau mengkoordinasikan penggunaan mata dan tangan anak.


13

2. Alasan pentingnya mengembangkan kemampuan motorik halus

Berdasarkan hasil penelitian Katagiri et al (2021) menyatakan bahwa

kesulitan motorik halus pada anak prasekolah membawa risiko bermanifestasi

tidak hanya masalah teman sebaya , gejala emosional dan masalah perilaku

diseluruh sekolah dasar tetapi juga mempengaruhi prestasi akademik di luar

sekolah. Yang artinya keterampilan motorik halus dapat mempengaruhi

maladaptasi psikososial dan prestasi akademik dikemudian hari..

C. Anak Prasekolah

1. Pengertian

Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam usia ini

anak umumnya mengikuti program anak( 3-5 tahun) dan kelompok bermain

usia (3 tahun), sedangkan pada usia4-6 tahun biasanya mereka mengikuti

program taman kanak-kanak (Yuniati, 2018).

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam

tahun. Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam

potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak

tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya

pengembangan potensi-potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah.

Taman kanak-kanak adalah salah satu bentuk Pendidikan prasekolah yang

menyediakan program pendidikan dasar (Indrawan, 2020)

Masa prasekolah menurut menundar merupakan masa-masa untuk bermain

dan mulai memasuki taman kanak-kanak. Waktu bermain merupakan sarana


14

untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal. Pada

tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak mulai menguasai berbagai

keterampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa percaya diri

untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Indrawan, 2020).

2. Ciri-Ciri Anak Prasekolah

Anak pra sekolah sering disebut sebagai golden age. Hal ini karena

pada masa ini pondasi otak manusia sedang dibangun, pondasi yang kuat akan

menghasilkan bangunan yang kuat dan tahan lama. Perkembangan anak pada

tahap pra sekolah dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usia 2-3 tahun dan

4-6 tahun. Anak pada usia 2-3 tahun memiliki beberapa kesamaan

karakteristik dengan masa bayi (0-2 tahun). Tujuan dari Pendidikan anak usia

dini adalah kesiapan anak memasuki Pendidikan lebih lanjut, mengurangi

angka mengulang kelas, mengurangi angka putus sekolah (DO), mempercepat

pencapaiam wajib belajar Pendidikan dasar 9 tahun, menyelamatkan anak dari

kelalaiam didikan Wanita karis dan ibu Pendidikan rendah, meningkatkan

mutu Pendidikan, mengurangi angka buta huruf muda, memperbaiki derajat

Kesehatan dan gizi anak usia dini, meningkatkan Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) (Indrawan, 2020).

D. Permainan Puzzle

1. Definisi bermain puzzle

Menurut Jerome Singer bermain memberikan suatu cara bagi anak

untuk memajukan kecepatan masuknya perangsangan (stimulasi), baik dari

dunia luar maupun dari dalam yaitu aktivitas otak yang konstan memainkan

kembali dan merekam pengalaman. Melalui bermain anak dapat

mengoptimalkan lau stimulasi dari luar dan dalam, karena itu mengalami

emosi yang menyenangkan. Tidak menjadikan anak bengong karena terlalu

banyak stimulasi atau bosan karena kurangnya stimulasi (Mutiah, 2010)


15
Bermain membantu anak menguasai keterampilan motorik halus. Melalui

bermain anak dapat mempraktikan keterampilan motorik halus mereka seperti

menjahit, menata puzzle, memaku paku ke papan dan mengecat (Mursid, 2018).

Beberapa dari kegiatan bermain yang anak pikirkan mungkin melibatkan kemampuan

fisik. Kegiatan ini bisa berupa permainan di halaman bermain seperti bermain kejar-

kejaran, lompat tali, melempar dan menangkap, petak umpet, atau permainan yang lebih

terorganisir seperti sepak bola atau kriket. Bahkan permainan yang mungkin belum

anda kenal sebagai permainan

fisik mungkin pernah melibatkan kemmampuan motorik halus seperti

mendandani boneka, bermain dengan benda-benda kecil, atau membuat

sesuatu (Beckly, 2018).

Salah satu kegiatan bermain yang dapat mengembangkan kemampuan

motorik halus anak dengan bermain puzzle. Permainan puzzle merupakan

sarana menarik untuk belajar tentang bentuk, warna dan hubungan dengan

benda-benda. Yang termasuk puzzle adalah benda tiga dimensi yang bisa di

bongkar pasang anak. Menurut Nurjatmika bermain puzzle merupakan

permainan yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam

merangkainya. Oleh karena itu dengan terbiasanya bermain puzzle, lambat

laun membuat mental anak terbiasa tenang, tekun dan sabar dalam

menyelesaikan sesuatu (Syari’ati, 2014)

Sementara itu menurut Tilong bermain puzzzle merupakan kegiatan

memecahkan masalah yaitu menyusun gambar. Dengan sedikit arahan contoh

dari guru, anak sudah dapat mengembangkan kognitifnya dengan mencoba

menyesuaikan bentuk maupun menyesuaikan warna. Sebelum mengerjakan

puzzle, anak harus tahu bentuk awalnya. Setelah dirombak, ia akan

mengandalkan ingatannya agar ia bisa menyusun puzzle sesuai dengan bentuk

awalnya. Kegiatan merangkai potongan puzzle ini juga merupakan bentuk

perbaikan diri baginya, karena potongan puzzle berbeda-beda, sehingga mau


16
tidak mau ia harus merangkainya ditempat yang pas dengan potongan tersebut

(Syari’ati, 2014).

E. Pengaruh Metode Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik


Halus Anak Prasekolah
Metode bermain puzzle berpengaruh pada perkembangan motorik halus

anak usia pra sekolah, sebab bermain puzzle dapat mengkoordinasi gerak mata

dan tangan anak, dengan demikian tanpa mereka sadari motorik halus mereka

terus berlatih dan berkembang dengan bagus. Selain itu, ketika mereka

bermain puzlle anak dapat berlatih untuk mengenal bentuk dan bagaimana

mereka mengisi ruang kosong dimana potongan-potongan tersebut diperlukan.

Puzzle juga mendorong anak untuk mengenali persamaan, seperti bagaimana

warna yang merah atau garis tebal didalam suatu potongan sesuai dengan

corak yang sama pada potongan yang lain. Melalui permainan ini anak-anak

dapat belajar bahwa suatu benda atau objek tersusun dan bagian-bagian kecil.

Permainan ini mendorong anak mengerti cara mengkombinasikan unsur-unsur

yang berbeda.
17
F. Kerangka Teori
Bagan 2.1 kerangka teori

Anak prasekolah usia 4-5


tahun

Perkembangan motorik
halus

faktor yang mempengaruhi Stimulasi Perkembangan Motorik


perkembangan motorik halus: Halus Anak Usia 4-5 Tahun :
1. Faktor genetik 1. Finger painting
2. Kesehatan dan gizi 2. Melipat
3. Premature 3. Menggambar dengan krayon
4. kebudayaan 4. Main lilin/dough
5. stimulasi 5. Bermain puzzle
6. Pendapatan keluarga 6. Meronce
7. Pendidikan ayah/ ibu 7. Melukis dengan air
8. Tracing

Meningkatkan
perkembangan motorik
Keterangan :
Diteliti : 1.
2. Huruf yang dicetak tebal
Sumber :(Teori modifikasi Rudiyanto, 2016, Abristiana et al., 2020)
18

G. Kerangka Konsep

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Bermain puzzle Perkembangan


motorik halus

Faktor luar:
1. Pendapatan keluarga
2. Pendidikan ayah/ibu

H. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada pengaruh bermain puzzle terhadap perkembangan motorik

halus anakusia 4-5


19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian quasie

eksperimental design dengan rancangan non equivalent control group design,

penelitian ini terdiri dari 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang

diberi perlakuan berbeda. Pada kelas eksperimen, peneliti menggunakan media

bermain puzzle dalam kegiatan pembelajaran sedangkan pada kelas kontrol tidak

diberikan intervensi apapun hanya dilakukan observasi kegiatan di sekolah.

Bagan 3.1 Desain penelitian


I : O1 X1 O2
K : O3 X2 O4
sumber: (Purwanto, 2020)

Keterangan:

O1 : Pretest kelompok intervensi

O2 : Posttest kelompok intervensi

X 1: Kelompok intervensi yang telah diberikan perlakuan menggunakan metode

bermain puzzle

X2 : kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan (apa adanya)

O3 : Pretest kelompok kontrol

O4 : Posttest kelompok kontrol

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


a. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Taman kanak-kanak atau taman posyandu.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek peneliti (Arikunto, 2014). Populasi yang
20
digunakan peneliti yaitu anak usia prasekolah usia 4-6 tahun.

2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2009). Menurut Nursalam (2011) sampel
merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek
penelitian melalui sampling. Sampel yang digunakan peneliti yaitu anak usia prasekolah di
sekolah X yang berjumlah 30.
3. Kriteria Sampel

Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil

penelitian, khususnya jika terapat variabel-variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh

terhadap variabel yang kita teliti (Nursalam, 2013). Adapun kriteria sampel pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti)

Kriteria umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan

diteliti, yaitu:

1. Anak usia prasekolah (4-6 tahun)

2. Anak yang kooperatif

3. Anak yang di izinkan menjadi responden oleh orang tua atau pengasuh.

b. Kriteria ekslusi ( kriteria yang tidak layak diteliti)

Kriteria inklus adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria

inklusi karna berbagai sebab, diantaranya: Anak yang tidak hadir pada saat penelitian

4. Tehnik Sampling

Sampling atau tehnik pengambilan sampel adalah sebuah proses penyeleksian

jumlah dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang ditempuh dalam pengambilan sampel, untu memperoleh sample yang sesuai

dengan subjek penelitian (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini menggunakan simple

random sampling. Sugiono (2017:82) Simple Random Sampling adalah pengambilan

anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang

ada dalam populasi.

D. Variabel dan Definisi Operasional


A. Identifikasi Variabel
21
1. Variabel Independen
Variabel independen (bebas) adalah variabel yang nilainya membutuhkan
variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
roleplay
2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terkait) adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain (Nursalam, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah

B. Definisi Oprasional
Definisi oprasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk memahami arti
setiap variabel penelitian sebelum dilakukan Analisa (Sujarweni,2014).
Variabel Definisi Oprasional Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
A. Variabel Dependen
Perkembangan motorik kemampuan Mengguna Peneliti Dinyatakan Ratio
halus memanipulasi halus (fine kan lembar mengisi nilai 0-6
manipulative skiils) yang DDST II lembar
melibatkan penggunaan usia 4-5 DDST II
tangan dan jari secara tahun aspek
tepat seperti dalam aspek motorik
kegiatan menulis dan motorik halus
menggambar. hslus
Pemeriksaaan dilakukan
dengan 6 item
pemeriksaan, 3 item
disebelah kiri garis usia
dan 3 item disebelah
kanan garis usia. Jika
anak dapat melakukan
tes diberi skor 1 dan jika
anak tidak dapat
melakukan tes maka
anak diberikan skor 0.
Setelah 6 item terlaksana
hasil tes dijumlah
B. Variabel Independen
Bermain puzzle puzzle merupakan Lembar Mengisi 1. Dapat Nominal
permainan edukatif yang ceklist lembar menyusun
dimainkan dengan cara puzzle dan ceklist puzzle
membongkar pasang stopwatch permainan dalam waktu
keping puzzle berdasar puzzle 20 menit
pasangannya. Anak dapat
menyusun puzzle yang 2. tidak dapat
telah dibongkar peneliti menyusun
dilakukan 8 kali puzzle
pertemuan 2 kali dalam dalam waktu
seminggu dan menysun 20 menit
puzzle dengan durasi 20
menit dalam 1 kali
pertemuan
22

Pendapatan keluarga Pendapatan keluarga Lembar Mengisi 1.Rendah Ordinal


yang memadai akan kuesioner lembar 2.Sedang
menunjang tumbuh biodata kuesioner 3.Tinggi
kembang anak, karena responden biodata 4. Sangat
orangtua dapat responden Tinggi
menyediakan semua
kebutuhan anak baik
primer maupun sekunder
Pendidikan ayah/ibu Pendidikan orang tua Lembar Lembar Ibu: Ordinal
merupakan salah satu kuesioner kuesioner 1. Dasar
faktor yang penting biodata biodata 2.Menengah
dalam tumbuh kembang responden responden 3. Tinggi
anak karena dengan
pendidikan yang baik
maka orang tua dapat Ayah:
menerima segala 1. Dasar
informasi dari luar 2. Menengah
terutama cara 3. Tinggi
pengasuhan anak yang
baik dan bagaimana
menjaga kesehatan
anaknya

E. Instrument Penelitian
1. Lembar DDST II aspek motorik halus anak pra sekolah usia 4-5 tahun

2. SOP permainan puzzle

3. Media puzzle

4. Lembar ceklist puzzle

5. Kuesioner biodata responden

F. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data


A. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan karakteristik

subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian, langkah-langkah daam pengumpulan data

bergantung pada rancangan penelitian dan tehnik instrumen yang digunakan (Nursalam,

2013).

B. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah proses pendekatan kepada subjek dan pengumpulan karakteristik
23
subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).

C. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan untuk merubah data mentah menjadi bentuk data

yang lebih ringkas dan disajikan serta dianalisis sebagai dasar pengambilan keputusan

pengolahan data dilakukan (Nazier, 2009).

1. Editing

Editing adalah kegiatan untuk memeriksa kelengkapan jawaban yang diberikan, jika

ada jawaban yang belum di isi maka diminta untuk melengkapi.

Coding

2. Coding adalah kegiatan untuk mengklasifikasi data menurut kategorinya masing-

masing. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa kode pada bagian-bagian

tertentu untuk mempermudah waktu pentambulasian dan analisa data. Kode pada

data umum meliputi :

3. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian berupa skor. Dalam penelitian ini untuk

mengukur perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah penliti menggunakan

skala guttman yang memberikan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan

yang ditanyakan, yaitu "Benar- Salah". Untuk jawaban "Benar" diberi skor 1 dan

jawaban "Salah" diberi skor 0 (Sugiyono, 2009).

D. Analisa Data

Analisa data adalah suatu prosedur pengolahan data dengan cara mengelompokan serta

mentabulasi data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data dari setiap

variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan

menguji hipotesis yang telah diajukan (Nursalam, 2011).

G. Etika penelitian
Penelitian menggunakan objek manusia dan tidak boleh bertentangan dengan etika

agar hak responden dapat dilindungi, penilitian ini menggunakan etika sebagai berikut:
24
1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini akan diedarkan kepada respon sebelum melaksanakan penelitian

agar responden mengetahui maksud dan tujuan dilakukannya penelitian. Jika responden

bersedia diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan, jika responden

tidak bersedia maka peneliti harus menghormati keputusan responden, responden pada

penelitian ini adalah pengasuh anak prasekoah dan guru

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasian responden peneliti tidak anak mencantumkan nama responden

pada lembar pengumpulan data (kuisioner), cukup dengan menggunakan kode tertentu

pada lembar kuisioner.

3. Confidentiality (Kerahasian)

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dan kerahasian responden itu dijamin oleh

peneliti (Nursalam, 2011).


25

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh metode bermain puzzle

terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia 4-5 tahun. maka

dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemberian metode bermain puzzle pada anak prasekolah usia 4-5 tahun

berpengaruh terhadap perkembangan motorik halus anak

2. Terdapat peningkatan nilai rata-rata perkembangan motorik halus anak

prasekolah usia 4-5 tahun sebelum dan setelah diberikan intervensi pada

kelompok intervensi yang diberikan metode bermain puzzle dan kelompok

kontrol yang diamati kegiatan kesehariannya disekolah.

3. Menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan perkembangan motorik

halus anak prasekolah usia 4-5 tahun pada kelompok intervensi dan

kontrol sebelum dan setelah diberikan intervensi.

4. Pendidikan ibu ada pengaruh terhadap perkembangan motorik halus anak

prasekolah usia 4-5 tahun.

B. Saran
Saran yang bisa dilakukan dalam proposal penelitian ini, antara lain 1. Implementasi dalam

proposal penelitian perlu memperhatikan etik yang akan digunakan agar efektif dalam penerapan

dan tidak melanggar etik penelitian. 2. Implementasi proposal penelitian air rebusan daun salam

dan air rebusan daun sirsak perlu direalisasikan untuk mengatasi permasalahan yang ada seperti

angka kejadian hipertensi dan mendapatkan hasil maksimal


2
6

DAFTAR PUSTAKA

Abristiana, P. O., Kristanti, A., & Aisyatul W., A. (2020). Pengenalan Angka
Menggunakan Permainan Puzzle dan Pengaruhnya Terhadap
Perkembangan Emosi dan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini di
Play Group Se- Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Laplace :
Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 70–86.
https://doi.org/10.31537/laplace.v3i1.314

Ananda, Y. (2019). Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Perkembangan


Motorik Halus Pada Anak Pra Sekolah Di Tk Inti Gugus Tulip Iii Padang
Tahun 2018. Jurnal Keperawatan Abdurrab, 2(2), 29–35.
https://doi.org/10.36341/jka.v2i2.622
Maghfuroh, L. (2018). Metode Bermain Puzzle Berpengaruh Pada
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Prasekolah. Jurnal Endurance,
3(1), 55. https://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2488

Masarrang, F. (2019). Pengaruh Permainan Origami Terhadap Perkembangan


Motorik Halus Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun).

Mursid. (2018). Belajar dan Pembelajaran Paud. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai