Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti mendambakan kesehatan sepanjang hidupnya,
baik kesehatan fisik dan psikis. Karena perubahan gaya hidup masyarakat
modern seperti makan makanan siap saji (fast food), makan tinggi lemak/
kolesterol, kebiasaan minum minuman beralkohol, merokok mengakibatkan
timbulnya berbagai macam penyakit.
Cerebrovascular Disease/CVD/Stroke merupakan salah satu penyakit
pembunuh ketiga setelah penyakit infeksi dan jantung koroner. Selain itu
stroke merupakan penyebab kecacatan terbanyak pada kelompok usia
dewasa. Jumlah penderita stroke di Indonesia terus meningkat dari tahun ke
tahun, dari data dasar rumah sakit terdapat 63,52 per 100.000 penduduk pada
kelompok usia di atas 65 tahun menderita stroke, secara kasar tiap hari dua
orang di Indonesia terkena serangan stroke (http/www.Kompas.com/
Kesehatan Kompas, Stroke Hilangkan Waktu Produktif, Senin 11 Juli 2005).
Para penderita stroke tidak hanya memerlukan biaya tinggi untuk pengobatan
maupun rehabilitasi namun terancam kehilangan waktu produktifnya. CVD
biasanya akibat/kelanjutan dari penyakit-penyakit sebelumnya seperti DM,
Hipertensi.
Di sini peran perawat sangat diperlukan untuk mengurangi jumlah
penderita CVD dengan cara memberikan penyuluhan “mengenai CVD
tentang penyebab, tanda gejala, faktor-faktor orang yang beresiko terkena
CVD, komplikasi, perawatan pada pasien CVD, maupun cara mencegah
terjadinya CVD berulang. Oleh karena itu peran perawat melalui home care
sangat dibutuhkan di keluarga-keluarga yang mempunyai anggota keluarga
menderita CVD. Selain itu pendampingan secara fisik dan psikologis dari
keluarga sangat diperlukan oleh pasien sendiri dalam menjalani hidup.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui dan memahami tentang CVD meliputi tanda dan gejala,
etiologi, komplikasi dan pencegahannya.

1
2. Memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan CVD/stroke.
3. Memperoleh gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan
langsung di lapangan.

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah:
1. Studi kepustakaan
Mengambil beberapa literatur sebagai sumber dan acuan teori dalam
penulisan makalah mengenai CVD.
2. Studi kasus dengan melakukan pengamatan langsung di unit Fransiskus.
3. Wawancara dengan pasien dan keluarga.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini yaitu dimulai dengan Bab I
Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan
dan sistematika penulisan. Pada Bab II yaitu Tinjauan teoritis dibagi menjadi
dua yaitu konsep dasar medik berisikan tentang definisi, klasifikasi, anatomi
fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik,
komplikasi dan terapi dan pengelolaan medik selain itu yaitu konsep dasar
asuhan keperawatan berisi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan menurut teori dan perencanaan pulang dan diakhiri dengan
patoflowdiagram
Selanjutnya pada Bab III terdapat pengamatan kasus berisikan
pengkajian, analisa data dan diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Pada Bab
IV berisi tentang pembahasan kasus dan Bab V berisi tentang kesimpulan
dari keseluruhan makalah. Dan pada akhir makalah dilampirkan daftar
pustaka.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
 Cerebrovascular Disease adalah: gangguan yang mempengaruhi aliran
darah ke otak dan dapat mengakibatkan gangguan neurologik. (Lewis,
2000, hal. 1645).
 Cerebrovascular Disease adalah: kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner
and Suddarth, 2002, hal. 2131).

2. Klasifikasi
CVD/Stroke umumnya dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Stroke perdarahan
b. Stroke non perdarahan

3. Anatomi Fisiologi
Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf
perifer. Otak dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu cerebrum, cerebellum
dan batang otak, semua berada dalam satu bagian struktur tulang disebut
tengkorak yang melindungi dari cidera. Empat tulang yang berhubungan
membentuk tulang tengkorak yaitu tulang frontal, parietal, temporal dan
oksipital. Meningen terletak di bawah tengkorak, komposisi meningen
berupa jaringan serabut penghubung yang melindungi, mendukung dan
memelihara otak.
Meningen terdiri dari duramater, arakhnoid dan piamater.
 Duramater merupakan lapisan paling luar, menutup otak dan medula
spinalis. Sifat duramater liat, tebal, tidak elastis, berupa serabut dan
berwarna abu-abu.
 Arakhnoid merupakan membran bagian tengah, membran yang
bersifat tipis dan lembut ini menyerupai sarang laba-laba, membran
ini berwarna putih karena tidak dialiri darah.

3
 Piamater merupakan membran paling dalam berupa dinding yang
tipis, transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan.
Serebrum terdiri dari dua hemisfer yaitu kiri dan kanan, empat
lobus yaitu:
 Lobus frontal berfungsi mengontrol perilaku individu, membuat
keputusan, kepribadian dan menahan diri.
 Lobus parietal merupakan lobus sensori berfungsi
menginterpretasikan sensasi, berfungsi mengatur individu mampu
mengetahui posisi dan letak bagian tubuhnya.
 Lobus temporal berfungsi menginterpretasikan sensasi kecap, bau,
pendengaran dan ingatan jangka pendek.
 Lobus oksipital bertanggung jawab menginterpretasikan penglihatan
Batang otak terletak di fosa anterior terdiri dari otak tengah, pons
dan medula oblongata, otak tengah merupakan bagian jalur sensorik dan
motorik juga sebagai pusat pendengaran dan penglihatan. Pons di depan
serebelum antara otak tengah dan medula yang berisi jaras sensorik dan
motorik. Medula oblongata berguna untuk meneruskan serabut motorik
dari otak ke medula spinalis dan sebaliknya. Serebelum terletak pada fosa
posterior yang berfungsi merangsang dan menghambat koordinasi dan
gerakan halus.
Sirkulasi willisi terletak di dasar otak di sekitar kelenjar hipofisis
berbentuk lingkaran arteri dari rangkaian arteri karotis internal. Arteri ini
secara langsung mempengaruhi sirkulasi anterior dan posterior, sirkulus
willisi memberi rute alternatif pada aliran darah jika ada arteri yang
fungsinya terganggu. Aliran vena untuk otak tidak menyertai sirkulasi
arteri sebagaimana pada struktur organ lain.

4. Etiologi
- Trombosis
- Emboli
- Perdarahan (Perdarahan Intraserebral dan Perdarahan Subarahnoid)
Faktor Resiko
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko CVD:
- Gaya hidup
 Konsumsi alkohol

4
 Merokok
 Obesitas
 Makan makanan berkadar lemak tinggi
 Penggunaan obat-obatan dan narkotika.
- Kondisi patologis
 Cardiac disease
 DM
 Hipertensi
 Anemia
 Migrain/sakit kepala hebat

5. Patofisiologi
* Trombus
Timbunan / kumpulan plak lemak yang menempel pada pembuluh darah
akan mengganggu aliran darah bila terjadi diotak maka akan
menyebabkan aterosklerosis pembuluh darah sehingga akan
mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan nutrisi ke otak bila dalam
waktu yang lama maka akan mengakibatkan iskemik dan akhirnya infark
dan terjadi kematian jaringan otak.
* Emboli.
Emboli yaitu lepasnya plak lemak, udara, pada pembuluh darah yang
akan mengikuti aliran darah hingga sampai pada otak dan akan menempel
pada pembuluh darah di otak. Bila terjadi pada pembuluh darah kecil
akan menimbulkan sumbatan, Gejala muncul tergantung dari daerah yang
disuplai oleh pembuluh darah tersebut.
* Hemoragi Intraserrebral.
Pecah pembuluh darah akan menekan jaringan otak dan menurunkan
aliran darah sehingga terjadi iskemi dan akhirnya infark.
* Hemoragi Subarakhnoid.
Aneurisma akan menimbulkan perdarahan otak akan sehingga terjadi
edema serebri yang dapat menekan pembuluh darah sehingga terjadi di
hipoksia lalu iskemik dan bila terjadi lama maka akan infark dan
akhirnya kematian jaringan.

5
6. Tanda dan Gejala
- Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi bagian tubuh)
- Paralisis
- Gangguan komunikasi (aphasia)
- Keterbatasan lapang pandang
- Kesulitan menelan (dispagia)
- Inkontinensia urine
- Pusing, tidak nafsu makan, mual, muntah.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. CT Scan (Computerized Tomography Scan)
Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark.
b. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik
c. Angiografi serebral
Menentukan penyebab stroke seperti: perdarahan.
d. EEG (Electro Encephalogram)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
e. Pungsi Lumbal
Menunjukkan adanya tekanan, biasanya ada trombosis, emboli
serebral dan TIA.

8. Komplikasi
a. Hipoksia serebral karena terjadi sebagai akibat dari oksigen yang ke
otak tidak adekuat
b. Edema cerebri: karena adanya infark di otak menyebabkan Na + dalam
cairan ekstrasel terdepolarisasi masuk ke intrasel sehingga menarik
cairan ke intra sel yang mengakibatkan terjadinya edema serebri.
c. Disritmia jantung: irama jantung terganggu karena adanya sumbatan
di otak.

9. Terapi dan Pengelolaan Medik


a. Terapi kortikosteroid

6
b. Diuretika: untuk mengurangi edema.
c. Antikoagulan: mencegah terjadinya trombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
d. Pemberian oksigen sesuai kebutuhan.
e. Pemberian nutrisi dan cairan intravena yang adekuat.
f. Istirahat tirah baring.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat hipertensi, DM, penyakit DM.
- Riwayat CVD sebelumnya
- Merokok
b. Pola nutrisi metabolik
- Anoreksia
- Mual
- Muntah
- Dispagia (kesulitan menelan)
- Gangguan pengecapan dan menelan
c. Pola eliminasi
- Inkontinensia urine dan alvi
- Oliguri
- Konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
- Gangguan tonus otot (spastik)
- Kehilangan koordinasi keseimbangan
- Hemiparesis
- Hemiplegia
e. Pola tidur dan istirahat
- Sulit tidur
f. Pola persepsi kognitif
- Kehilangan memori
- Gangguan bicara
- Nyeri/sakit kepala, kaku kuduk

7
- Gangguan fungsi sensori penglihatan, penghiduan, pendengaran,
perabaan, pengecapan.
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Perubahan kepribadian dan emosi
- Rendah diri
- Cemas
h. Pola peran dan hubungan dengan sesama
- Emosi labil
- Perubahan tingkah laku dan peran
i. Pola reproduksi seksualitas
- Perubahan pola hubungan seksual
j. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
- Depresi
- Penyangkalan terhadap penyakit
- Cara mengatasi masalah
k. Pola sistem nilai kepercayaan
- Ketidakmampuan penatalaksanaan ibadah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
aliran darah ke otak.
b. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan kelemahan/paralisis
otot.
c. Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan/paralisis otot
menelan.
d. Perubahan eliminasi: urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengontrol urin.
e. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan sebagian
tubuh.
g. Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan fungsi peran.
h. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan aphasia.
i. Ketidakefektifan manajemen terapeutik berhubungan dengan
kurangnya informasi.

8
3. Perencanaan Keperawatan
DP.1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan aliran darah ke otak.
HYD: Klien tidak mengalami peningkatan TIK, tidak terjadi penurunan
tingkat kesadaran, tidak mengeluh sakit kepala, stabilnya atau
meningkatnya nilai GCS.
Intervensi:
a. Monitor tanda-tanda adanya peningkatan TIK tiap jam.
R/ Peningkatan TIK menyebabkan terganggunya perfusi jaringan
serebral.
b. Kaji tanda-tanda delirium dan gelisah.
R/ Sebagai indikator adanya peningkatan TIK.
c. Observasi TTV (S, N, TD, HR).
R/ Indikator yang menunjukkan gangguan sirkulasi.
d. Observasi status neurologis dan bandingkan dengan keadaan normal.
R/ Menunjukkan perubahan tingkat kesadaran dan potensial
peningkatan TIK.
e. Tinggikan kepala 30 oC.
R/ Meningkatkan sirkulasi/perfusi serebral dan mengurangi resiko
peningkatan TIK.
f. Berikan istirahat/tirah baring.
R/ Aktivitas berlebih dapat meningkatkan TIK.
g. Cegah mengeja saat defekasi.
R/ Defekasi dapat merangsang terjadinya valsava manuver dapat
meningkatkan TIK dan memperbesar resiko perdarahan.
h. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antikoagulasi.
R/ Meningkatkan dan memperbaiki aliran darah serebral dan
mencegah terjadinya trombus.

DP.2. Gangguan menelan berhubungan dengan kelemahan/paralisis otot


menelan.
HYD: - Klien dapat menelan dan tidak tersedak.
- Intake makan meningkat
Intervensi:
a. Kaji kemampuan pasien dalam menelan.

9
R/ Mengetahui sejauh mana pasien dapat menelan.
b. Beri posisi duduk saat makan atau sesudah makan + 30 menit.
R/ Mencegah aspirasi.
c. Berikan makan dalam porsi kecil.
R/ Stimulus untuk latihan menelan.
d. Periksa rongga mulut sesudah pasien.
R/ Mencegah terkumpulnya makanan di rongga mulut.
e. Berikan makan lunak.
R/ Mempermudah dalam menelan.
f. Kolaborasi dengan petugas gizi untuk pemberian diit yang sesuai.
R/ Menentukan diit yang sesuai dengan pasien.

DP.2. Resiko terjadinya aspirasi berhubungan dengan kelemahan/


paralisis otot.
HYD: - Tidak ada tanda dan gejala aspirasi
- Mampu menelan makanan dan minuman tanpa tersedak.
Intervensi:
a. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk menelan.
R/ Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
b. Berikan perawatan oral setelah makan.
R/ Menjaga kebersihan mulut.
c. Berikan posisi duduk atau setengah duduk ketika makan dan 30 menit
setelah makan.
R/ Merupakan teknik gravitasi untuk mencegah terjadinya aspirasi.
d. Ajarkan pasien untuk menggigit makanan sedikit demi sedikit dan
meletakkan di bagian mulut yang tidak lumpuh.
R/ Menstimulasi kemampuan menelan dan menghindari terjadinya
aspirasi.
e. Konsultasikan dengan ahli diit kebutuhan akan perubahan makanan/
minuman bila diperlukan.
R/ Kolaborasi dalam merencanakan asuhan keperawatan untuk diit
yang tepat.

10
DP.3. Perubahan eliminasi: urine berhubungan dengan ketidakmampuan
mengontrol urin.
HYD: Urine dalam keadaan normal + 1500 cc/hari.
Intervensi:
a. Kaji adanya inkontinensia urine.
R/ Menentukan intervensi selanjutnya.
b. Kaji warna dan jumlah urine tiap hari.
R/ Mendeteksi adanya infeksi.
c. Anjurkan minum 2000 cc/hari bila tidak ada kontraindikasi.
R/ Meningkatkan jumlah urine.
d. Rawat kateter tiap hari bila pasien menggunakan kateter.
R/ Mencegah timbulnya infeksi.

DP.4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan.


HYD: - Klien dapat mobilisasi secara bertahap.
- Klien dapat menggerakkan ekstremitas yang mengalami
kelemahan secara bertahap.
Intervensi:
a. Berikan latihan ROM pada ekstremitas sejak awal.
R/ Mempertahankan tonus otot, meningkatkan sirkulasi dan
mencegah kontraktur.
b. Ubah posisi tiap 2 jam.
R/ Mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit.
c. Beri sokongan pada ekstremitas.
R/ Mencegah terjadinya kontraktur.
d. Anjurkan klien melakukan latihan ROM sendiri selama 15-30 menit
bila memungkinkan.
R/ Mencegah kekakuan otot.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi relaksasi otot,
antispasmodik sesuai indikasi, seperti baklofen, dan trolen.
R/ Diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas
yang terganggu.

11
DP.5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan sebagian
tubuh.
HYD: Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.
Intervensi:
a. Kaji tingkat kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
R/ Mengetahui kebutuhan klien yang perlu bantuan.
b. Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan seperti: mandi, makan, BAK,
BAB, berpakaian.
R/ Membantu kebutuhan dasar pasien sesuai kemampuannya.
c. Dekatkan alat-alat bantu dan peralatan yang biasa dipakai klien.
R/ Klien dapat menjangkau dengan mudah.
d. Pasang hek tempat tidur klien.
R/ Mencegah terjadinya cidera.
e. Berikan umpan balik positif untuk usaha yang dilakukan klien.
R/ Meningkatkan kemandirian dan mendorong pasien untuk berusaha
secara kontinu.

DP.6. Gangguan harga diri berhubungan dengan kehilangan fungsi


peran.
HYD: - Klien dapat berkomunikasi dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang telah terjadi.
- Klien mampu mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri.
Intervensi:
a. Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat
ketidakmampuan.
R/ Penentuan faktor-faktor secara individu membantu dalam
menyusun perencanaan asuhan keperawatan.
b. Identifikasi arti dari kehilangan/disfungsi perubahan pada pasien.
R/ Respon klien berbeda bisa efektif dan tidak efektif.
c. Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ Mengidentifikasikan terhadap penerimaan/penolakan klien
terhadap keadaannya.
d. Gunakan teknik mendengarkan pada saat bersama klien.
R/ Menunjukkan perhatian kepada klien.

12
e. Kolaborasi ke psikolog bila klien mengalami gangguan jiwa karena
keadaannya.
R/ Psikolog dapat memberikan bantuan penuh terhadap gangguan
jiwa klien.

DP.7. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan aphasia.


HYD: - Klien dapat memahami komunikasi dengan orang lain.
- Klien dapat menggunakan bahasa isyarat untuk berkomunikasi.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi secara verbal.
R/ Mengetahui tingkat kemampuan klien untuk bicara.
b. Beri dukungan klien untuk aktif berkomunikasi secara verbal.
R/ Melatih dan mengembalikan minat bicara secara bertahap.
c. Anjurkan keluarga/orang terdekat untuk mempertahankan usahanya
untuk berkomunikasi dengan klien.
R/ Mengurangi isolasi sosial klien dan menciptakan komunikasi yang
efektif.
d. Berdiri di depan klien saat berbicara.
R/ Membantu klien untuk dapat membaca gerakan bibir dan tangan
perawat untuk memperlancar komunikasi.
e. Bicara dengan nada normal dan hindari percakapan cepat.
R/ Nada tinggi dapat merusak fungsi telinga dan menimbulkan pasien
marah.
f. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara.
R/ Membantu klien latihan wicara.

DP.8. Ketidakefektifan manajemen terapeutik berhubungan dengan


kurangnya informasi.
HYD: - Klien mampu mendemonstrasikan latihan gerak secara aktif
dan pasif.
- Mampu mengungkapkan pemahaman tentang kondisi dan
aturan terapeutik.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga.
R/ Menentukan intervensi/tindakan selanjutnya.

13
b. Berikan penjelasan kepada klien/keluarga tentang proses penyakit,
perawatan, diet dan obat.
R/ Klien dan keluarga dapat merawat selama di rumah.
c. Jelaskan tentang pentingnya pengobatan lanjutan di rumah dan kontrol
teratur.
R/ Mencegah penyakit berulang dan tambah parah.
d. Jelaskan ke klien tentang latihan aktif dan pasif.
R/ Mencegah kekakuan otot ekstremitas.

4. Perencanaan Pulang
a. Anjurkan pasien untuk tidak merokok dan minum minuman
beralkohol.
b. Anjurkan pasien untuk menggunakan koping mekanisme adaptif
dalam menangani stres.
c. Anjurkan pasien untuk mematuhi diitnya.
d. Jelaskan ke pasien dan keluarga tentang penyakit yaitu penyebab,
tanda dan gejala, pencegahan, perawatan selama di rumah.
e. Anjurkan keluarga untuk ikut serta dalam merawat pasien selama di
rumah.
f. Anjurkan pasien untuk ikut kelompok/wadah penderita stroke.
g. Jelaskan pada keluarga dan pasien tanda-tanda stroke berulang.

14
C. PATOFLOWDIAGRAM

15
BAB III
PENGAMATAN KASUS

Pengamatan dilakukan pada Tn. Y umur 39 tahun beragama Katolik


masuk ke PK Sint Carolus pada tanggal 21-7-2005, dirawat di Unit Fransiskus
Kamar 49-5 dengan diagnosa medik CVD Hemoragik.
Keluhan utama saat masuk adalah pasien tiba-tiba muntah, muncrat
sewaktu makan disertai badan lemas terutama sebelah kiri dan kesadaran
menurun sejak 2 minggu yang lalu. di rumah pasien dipijat-pijat kepalanya oleh
istri pasien. Karena keadaan pasien semakin memburuk maka pasien dibawa ke
RS Kesdam dan dirawat selama 6 hari, dengan diagnosa medik CVD Hemoragik.
Karena tidak ada dokter neurologi di RS Kesdam maka oleh pihak RS, pasien
dirujuk ke PK Sint Carolus.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 5-8-2005, klien mengeluh sakit kepala
sejak 5 hari yang lalu, sakit kepala terasa nyut-nyutan, sakit kepala muncul
setiap saat baik beraktivitas maupun istirahat. Selain itu klien mengatakan belum
buang air besar sejak 2 hari yang lalu. keadaan umum: pasien tampak sakit
ringan, kesadaran compos mentis, mobilisasi mandiri.
Hasil observasi tanda-tanda vital diperoleh S: 36,5 oC, N: 75 x/mnt, HR:
78 x/mnt, P: 12 x/mnt. Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 29-7-2005
diperoleh Ht 36%, Na + 131 mol/L, Cl+ 90 mol/L. hasil CT Scan tanggal 20-7-
2005 kesan: perdarahan di Lobus Temporal Kiri. Hasil CT Scan 2-8-2005 kesan:
Perdarahan temporalis kiri kemungkinan aneurisma serebri media kiri dibanding
CT Scan tanggal 20-702005.
Adapun terapi yang didapat oleh pasien yaitu: Inpepsa 3x15 cc, NaCl 0,5
mg 3x1 kapsul, Nifedipine 3x5 mg, Laxadine 2x2 sdm, Neurocet 1200 mg 1x1
tab (pagi), Cefadroxil 2x1 tab. Diit RG II Lunak. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan masalah utama yang diangkat sebagai diagnosa keperawatan yaitu
perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah
ke otak, kekurangan volume cairan tubuh dan elektrolit berhubungan dengan
penurunan kadar natrium, risti perubahan pola eliminasi: konstipasi berhubungan
dengan penurunan peristaltik usus, gangguan pola tidur berhubungan dengan
adanya sakit kepala, ketidakefektifan regimen terapeutik berhubungan dengan

16
kurang pengetahuan tentang penyakit, gangguan persepsi sensori: pendengaran
berhubungan dengan disfungsi lobus temporalis.
Perencanaan dan pelaksanaan dilakukan yaitu mengobservasi TTV,
mengkaji keluhan pasien, memberikan penyuluhan dan melaksanakan program
medik. Sampai akhir pengamatan semua tindakan pemberian asuhan
keperawatan pada pasien masih dilanjutkan oleh perawat ruangan.

17
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Setelah melakukan pengamatan pada Tn.Y, umur 39 th, di Unit


Fransiskus kamar 39-5, penulis mendapatkan persamaan dan perbedaan
yang ada pada teori dengan kasus nyata di lapangan, yaitu sebagai
berikut:
E. Pengkajian
Pada teori dikatakan penyebab CVD adalah trombus, emboli, hemoragi
(dapat dibagi dua yaitu :hemoragi intracerebral dan hemoragi
subarachnoid).Pada klien ditemukan penyebab CVD pada klien yaitu
hemoragi subarachnoid karena klien mengalami aneurisma serebri media
kiri. Tanda dan gejala pada teori adalah hemiparesis, paralisis, gangguan
komunikasi, keterbatasan lapang pandang, kesulitan mengunyah dan
menelan, sakit kepala, tidak nafsu makan, mual dan muntah. Sedangkan
tanda dan gejala yang dirasakan oleh Tn.Y, yaitu sakit kepala,
keterbatasan mendengar. Saat pengkajian tanda dan gejala lain tidak
ditemukan pada klien karena kondisi klien sudah mulai membaik. Test
diagnostik yang harus dilakukan pada penderita CVD yaitu CT Scan
,MRI, Angiografi Serebral, EEG, Pungsi Lumbal, sedangkan test
diagnostik yang dilakukan pada klien yaitu CT Scan dengan hasilnya
perdarahan dilobus temporalis kiri(tanggal 20 juli 2005). Dan perdarahan
temporalis kiri kemungkinan aneurisma serebri media kiri dibanding hasil
tanggal 20 juli 2005. Untuk tes diagnostik lain tidak dilakukan pada klien
karena faktor ekonomi.

F. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan di lapangan yang sesuai dengan teori
yaitu :
 Perubahan perfusi jaringan serebral b.d penurunan aliran darah ke
otak
Diangkat karena klien mengeluh nyeri kepala dan hasil PF
ditemukan hasilnya +(positif)

18
 Risiko Tinggi perubahan pola eliminasi : konstipasi b.d penurunan
peristaltik usus
Diangkat karena pasien belum BAB selama 2 hari dan ditakutkan
pasien mengalami konstipasi akan mengejan saat BAB dan hal ini
akan memicu terjadinya peningkatan TIK
 Gangguan Pola tidur b.d adanya sakit kepala.
Diangkat karena klien sering terbangun waktu tidur akibat dari
sakit kepala.
 Perubahan Persepsi sensori : pendengaran b.d kerusakan lobus
temporal
Diangkat karena pada PF ditemukan pada pasien tidak mampu
mendengar gesekan tangan perawat pada telinga kanan dan kiri
dan saat komunikasi pasien sering menanyakan u lang pertanyaan
dari perawat.
 Ketidakefektifan regiment terapeutik b.d kurang pengetahuan
tentang penyakitnya
Diangkat karena pasien sama sekali tidak mengetahui tentang
penyakitnya.
Sedangkan DP yang tidak sesuai teori adalah:
- Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d penurunan kadar natrium
Diangkat karena hasil laboratorium ditemukan natrium 131
mmol/L dan Cl: 90 mmol/L. Dengan berkurangnya kadar Natrium
akan mengakibatkan kelemahan otot.

Perencanaan Keperawatan
Perencanaan disusun berdasarkan masalah yang ada dan prioritas
masalah disesuaikan dengan kondisi klien saat ini. Perencanaan untuk
klien yaitu penanganan terhadap nyeri kepala: yaitu dengan membatasi
aktifitas klien untuk mencegah terjadinya peningkatan TIK, berikan
posisi tirah baring dengan tinggikan posisi kepala 30 , kaji TTV
(S,N,HR,TD). Untuk resiko tinggi perubahan pola eliminasi: konstipasi
b.d penurunan peristaltik usus perencanaannya: anjurkan pasien minum
air putih 2-2.5 ltr /hari, berikan obat laksansia. Perubahan persepsi
sensori: pendengaran b.d disfungsi lobus temporalis. Perencanaannya
dengan bicara volume atau nada normal tidak dengan teriak, ungkapan

19
bahasa yang jelas. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d
penurunan kadar natrium, perencanaanya anjurkan klien minum air putih
2-2.5 ltr /hari. Berikan obat: NaCl 0.5 mg sesuai pesanan.
Ketidakefektifan regimen terapeutik b.d kurang pengetahuan terhadap
penyakitnya perencanaannya berikan pengetahuan tentang penyakitnya.

Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan yang telah dilakukan adalah: mengobservasi TTV,
mengkaji keluhan dan keadaan umum klien, memberikan obat oral,
memberikan penyuluhan mengenai diit klien, mengurangi stress,
mengurangi merokok, mengurangi aktivitas berlebih, tidak boleh
mengejan saat BAB, teratur kontrol dokter.

Evaluasi
Evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang sudah dilakukan yaitu:
klien masih mengeluh sakit kepala, gangguan pendengaran, klien masih
belum BAB dan klien masih mengalami gangguan pola tidur.

20
BAB V
KESIMPULAN

CVD/Stroke merupakan penyakit kelanjutan dari penyakit-


penyakit yang ada sebelumnya,seperti :hipertensi, DM. Dan karena kurangnya
suplai oksigen dan nutrisi ke otak sehingga otak mengalami nekrose/kematian
jaringan.
Penyakit stroke dapat dicegah,diobati dan direhabilitasi.Strategi untuk
menurunkan angka kecacatan dan kematian mencakup pencegahan primer dan
pencegahan sekunder.Pencegahan Primer yaitu dengan mengendalikan berbagai
faktor resiko pada individu yang beresiko tinggi terhadap CVD yaitu pada
perokok berat,peminum alkohol,kegemukan,konsumsi makanan tinggi lemak dan
kolesterol .Pencegahan sekunder yaitu upaya untuk mencegah timbulnya stoke
berulang. Untuk itu diperlukan peran perawat dan keluarga dalam
menanggulangi sebagian atau hampir semua hal mengenai stroke agar klien
dapat kembali pada pola hidup yang lebih sehat dan dapat bersosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Disini peran perawat sangat penting yaitu dengan memberikan
penyuluhan pada pasien dan keluarga mengenai diit yang
dikonsumsi,menghindari merokok,tidak melakukan aktivitas berat,tidak
mengejan saat defekasi karena akan beresiko terjadi peningkatan tekanan intra
kranial yang akan berakibat terjadinya perdarahan diotak berulang kembali. Dan
penyuluhan tentang cara dini mengenali terjadinya stroke berulang seperti badan
tiba-tiba lemas separo atau sebagian,sakit kepala hebat,tekanan darah
tinggi,kesadaran menurun.

21
G. DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.(2001). Textbook of Medical Surgical Nursing . Alih


Bahasa: dr.Andry Hartono (2002) Keperawatan Medikal Bedah . Edisi
8 Volume 3. Jakarta . EGC
Doengoes Marilynn E. (1993). Nursing Care Plan,Guidelnes for Planning and
Documenting Patient Care. Alih Bahasa: I Made Kariasa SKp (1993).
Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta EGC
Guyton & Hall. (1996). Textbook Of Medical Physiologi. Alih Bahasa:
dr.Irawati Setiawan(1996). Fisilogi Kedokteran. Jakarta .EGC
Hardjasaputra Purwanto(2002). Data Obat Indonesia Edisi 10.
Jakarta.Grafidian Medipress.
Http://www.Kompas.com/ Kesehatan Kompas. Stroke Hilangkan Waktu
Produktif, Senin 11Juli 2005.
Ignativisius D.Donna VB.Marilynn (2002). Medical Surgical Nursing
Assesment and Management fo rContinuity of Care. Fifth Edition .
Philadelphia. W.B Saunders Company.
Iskadar J.Dr. (2002). Pencegahan Dan Pengobatan Stroke. Jakarta. PT. Buana
Ilmu Populer.
Lewis,Sharon Mantik (2002). Medical Surgical Assesment And
Managementof Clinical Problems, Fifth Edition .Mosby Inc.
Luckman and Sorensens (1993). Medical Surgical Nursing a
Psychophysiologic Approach. Fifth Edition. W.B Saunders Company.

22
C. Patoflowdiagram CVD

CVD Non Hemorragik CVD Hemorragik

Trombosis Emboli Hemorragik Hemorragik sub


intraserebral arachnoid
Infiltrasi lemak pada lap Udara, lemak, bekuan
intima arteri serebral darah dari organ lain
lepas Hematom
Plak aterosklerosis
Ikut aliran darah ke
Penyempitan lumen otak Edema serebral Peningkatan
pembuluh darah TIK
Obstruksi arteri
Peningkatan tekanan arteri serebral Menekan pemb. - Pusing
darah - Nyeri kepala
Ruptur pemb darah arteri Aliran darah serebral
berkurang
Hipoksia
DP. Gangguan
Sakit kepala pola tidur
Muntah proyektil b.d sakit kepala
Peningkatan TIK Kesadaran menurun
Papilla edema
TD , S
N, P

Iskemik DP1. Gangguan perfusi jar serebral b.d penurunan


suplai O2 ke otak

Infark serebri

Arteri serebri arterior Arteri serebri media Arteri karotis interna

Lobus frontal Lobus parietal Lobus temporalis Lobus Oksipital


- Emosi tidak stabil - Gangguan fungsi - Gangguan fungsi - Gangguan lapang
- Tidak mampu sensori sensori bau, rasa pandang
membuat - Tidak mampu dan pendengaran - Gangguan
keputusan mengetahui posisi - Aphasia penglihatan
- Apatis dan letak tubuhnya - Gangguan ingatan
- Ggn. kognitif
- Dispagia DP. Risti terjadi
DP. Gangguan - Hemiplegia DP. Gangguan
- Hemiparese injuri b.d
harga diri b.d. komunikasi
gangguan
kehilangan DP. Perubahan verbal b.d
penglihatan
fungsi peran nutrisi kurang aphasia.
DP. Gangguan
maupun fisik. DP. Perubahan
dari kebutuhan persepsi sensori: persepsi
tubuh b.d pendengaran b.d
DP. Keterbatasan aktivitas b.d kerusakan
hemiplegia,lobus
hemiparese sensori: 23
dispagia. temporalis.
DP. Gangguan mobilisasi fisik b.d kelemahan penglihatan b.d
DP. Gangguan
kerusakan lobus

Anda mungkin juga menyukai