Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi Hipertensi
 Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari
90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik lebih dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
mmHg. (Brunner and Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
 Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada orang dewasa, dan
dikatakan hipertensi bila tekanan darah sistoliknya lebih dari atau
sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastoliknya lebih dari
atau sama dengan 90 mmHg. (Sharon Mantik Lewis, Medikal Surgical
Nursing, 2000).

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII Mei 2003


Sistolik Diastolik
Normal < 120 mmHg dan < 80 mmHg
Pre hipertensi 130-139 mmHg atau 80-89 mmHg
Hipertensi stage I 140-159 mmHg atau 90-99 mmHg
Hipertensi stage II 160-179 mmHg atau 100-109 mmHg
Hipertensi stage III 180-209 mmHg atau 110-119 mmHg
Hipertensi stage IV > 210 > 120

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:


 Hipertensi esensial (primer)
Hipertensi esensial tidak diketahui penyebabnya dan biasanya dimulai
sebagai proses labil (intermiten) pada individu di akhir usia 30-an dan
awal 50-an dan secara bertahap menetap.
 Hipertensi sekunder
Kenaikan tekanan darah dengan penyebab tertentu seperti:
penyempitan arteri renalis atau penyakit parenkim ginjal, berbagai
obat, disfungsi organ, tumor dan kehamilan.
2. Anatomi Pembuluh Darah
a. Arteri
Adalah tuba tempat darah dialirkan ke jaringan dan organ.
Arteri terdiri atas suatu selaput terdalam (intima), lapisan tengah dari
jaringan elastis atau otot. Aorta dan percabangannya yang merupakan
mengalirkan darah ke organ-organ arteri yang lebih kecil mempunyai
lapisan tengah otot (yang dapat mengatur suplai darah ke organ)
perubahan dari satu tipe jaringan ke tipe yang lainnya adalah
bertahap, lapisan luar yang merupakan jaringan penunjang.
b. Arteriole
Merupakan pembuluh darah dengan dindingnya yang relatif tebal
terbentuk dari otot polos. Otot dari pembuluh arteriole dapat
berkontraksi atau relaksasi. Normalnya dinding tersebut dalam
keadaan kontraksi parsial kontraksi menyebabkan konstriksi dari
diameter pembuluh darah. Bila terjadi konstriksi secara umum, maka
tekanan darah akan meningkat. Tingkat atau kekuatan, kontraksi dari
arteriole, dikendalikan oleh impuls saraf, substansi kimia yang
terkandung dalam darah.
c. Jalur-jalur pembuluh dan kapiler
Jalur-jalur pembuluh merupakan pembuluh yang berdinding tipis yang
menjalar langsung dari arteriole ke venula. Kapiler merupakan
jaringan dari pembuluh-pembuluh yang lebih kecil pembukaan dari
jalur-jalur ini. Pintu masuk ke kapiler dilingkari oleh spingter yang
terbentuk dari otot polos. Bilamana spincter ini terbuka darah
memasuki kapiler. Bilamana spincter tersebut tertutup darah langsung
dari arteriole ke venula dan tidak ke kapiler. Tekanan kapiler akan
meningkat bila arteriole berdilatasi dan spincter per kapiler relaksasi
dan lebih banyak darah masuk ke dalam kapiler.
d. Vena-vena dan venula
Venula adalah vena kecil yang dibentuk oleh sekumpulan kapiler.
Vena-vena dibentuk oleh sekumpulan venula.

3
a. Aliran darah jantung
Atrium menerima darah dari saluran tubuh melalui vena cava
superior/inferior. Dari atrium darah diteruskan ke ventrikel kanan d an
bermuara arteri pulmonal dan pada muara ini akan melalui katup
trikuspidalis dan dari ventrikel kanan, darah dialirkan ke paru-paru
untuk dioksigenisasi.
b. Aliran darah sistemik
Darah masuk dari atrium kiri melalui vena pulmonalis. Dari atrium
kiri darah diteruskan ke ventrikel kiri bermuara ke aorta yang
bercabang-cabang menjadi arteri yang akan memperdarahi seluruh
bagian tubuh dan pada muara tersebut terdapat katup aorta yang hanya
bisa membuka ke arah terdapat zat-zat nutrisi dan oksigen yang
dibutuhkan oleh setiap sel tubuh. Darah akan dipompa ke seluruh
tubuh melalui sirkulasi pulmonal dan sirkulasi sistemik.
Dalam sirkulasi darah terdapat dua fase:
 Fase kontraksi (sistolik)
Fase pemompaan darah jantung, otot jantung berkontraksi,
sehingga jantung mengempis, darah dipompa dari ventrikel kiri
aorta kemudian ke seluruh tubuh melalui sistem arteri.
 Fase relaksasi (diastolik)
Rangkaian fase diastolik jantung mengembang lagi dan terjadi
pengikisan jantung rangkaian satu fase sistolik dan diastolik
disebut cardiac output cycle. Fungsi dari jantung dipengaruhi oleh
darah. Faktor ini berhubungan erat sekali dalam menentukan isi
sekuncup dan curah jantung, cardiac output ditentukan oleh isi
sekuncup dan frekuensi jantung.

- Frekuensi Jantung
Cardiac output yang merupakan faktor utama yang perlu dalam
sirkulasi karena cardiac output yang bertanggung jawab untuk
sirkulasi karena cardiac output yang bertanggung jawab untuk
memberikan kandungan nutrisi.
Sistem kontrol yang berperan dalam mempertahankan tekanan
darah arteri.

4
a. Sistem baroreseptor
Baroreseptor pada sinus carotis dan arkus aorta yang akan
menyampaikan impuls ke pusat syaraf simpatitis di medula.
Impuls tersebut akan menghambat stimulasi sistem syaraf
simpatetis. Bila tekanan arteri meningkat, maka ujung-ujung
baroreseptor akan teregang. Sehingga bangkit dan menghambat
pusat simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat
simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arterial
mengalami dilatasi dan tekanan arteri kembali ke level awal.
Hal yang sebaliknya terjadi bila ada penurunan tekanan arteri.
Baroreseptor mengontrol perubahan sementara dalam tekanan
darah.
b. Sistem renin angiotensin
Renin yang diproduksi oleh ginjal akibat aliran darah ke ginjal,
menurun akibatnya terbentuknya angiotensin I, yang akan
berubah menjadi angiotensin II, angiotensin II meningkatkan
tekanan darah dengan mengakibatkan kontraksi arterioral.
Secara tidak langsung merangsang pelepasan aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium dan air meningkat dalam ginjal.
respon tersebut meningkatkan volume cairan ekstra seluler,
yang pada gilirannya meningkatkan aliran darah yang kembali
ke jantung, sehingga meningkatkan isi sekuncup dan curah
jantung.
c. Pengaturan volume cairan tubuh
Perubahan dalam volume cairan mempengaruhi tekanan
arteriol sistemik. Bila tubuh mengandung kelebihan cairan dan
air tekanan darah naik oleh mekanisme fisiologis yang rumit
dan merubah pengembalian pembuluh balik ke jantung dengan
menghasilkan kenaikan dalam tekanan arterial sistemik
menghasilkan diuresis dan penurunan tekanan. Keadaan
patologis yang merubah garis pembatasan tekanan yang mana
ginjal mengeluarkan garam dan air yang merubah tekanan
arteriol sistemik.
d. Autoregulasi vaskuler
Mekanisme lain yang mungkin pada hipertensi autoregulasi
vaskuler adalah proses yang memelihara perfusi jaringan tubuh

5
konstan. Bila aliran berubah, proses regulasi mengurangi
tekanan perifer vaskuler sebagai peningkatan aliran.
Autoregulasi merupakan mekanisme penting yang
menyebabkan hipertensi akibat kelebihan air dan garam.

3. Etiologi
Berdasarkan etiologi dibagi menjadi dua:
a. Hipertensi primer (idiopatik)
90% tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada faktor pendukung:
- Stress psikososial
- Obesitas
- Kurang olah raga
- Merokok
b. Hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain, yaitu:
- Penyakit ginjal, kehamilan, obat-obatan (kontrasepsi).
Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi;
 Usia
 Riwayat keluarga
 Gaya hidup, konsumsi garam-garaman.

4. Patofisiologi
Pada mulanya hipertensi esensial atau primer yang belum
diketahui secara pasti penyebabnya. Mekanisme yang mengontrol
konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada pusat vasomotor,
pada medula otak. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem syaraf simpatis ke
ganglia simpatis. Neuron preganglia melepaskan asetilkolin yang akan
merangsang serabut syaraf pasca ganglia ke pembuluh darah. Kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan konstriksi. Pada saat bersamaan dimana, sistem syaraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan aktivitas vasokonstriksi.
Medula adrenal mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi
korteks adrenal. Mensekresi kortisol dan steroid lainnya yang dapat

6
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah vasokonstriktor,
kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal dan menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Faktor
tersebut mencetuskan terjadinya hipertensi. Hipertensi ini lama kelamaan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah besar, kecil pada jantung,
otak, ginjal dan pembuluh darah perifer-perifer. Sehingga aliran darah ke
organ-organ tersebut dapat terhambat sampai terjadi perdarahan akibat
penyumbatan. Bila arteriola menyempit maka tahanan perifer meningkat,
jantung harus bekerja dan memompa lebih keras lagi untuk
mempertahankan cardiac output tetap normal. Bila hal ini terus berlanjut
dapat terjadi hipertrofi pada otot jantung, khususnya pada ventrikel kiri.
Pada b atas yang melewati kompensasi jantung, akan terjadi gagal
jantung. Gangguan endokrin/hormonal, gangguan ginjal, gangguan
pembuluh darah, neurologis dapat menyebabkan terjadinya hipertensi.
Kadar kolesterol yang tinggi pada obesitas dapat menimbulkan
penyempitan pembuluh darah karena pelemakan pada dinding jantung
(intima) pembuluh darah. Dalam waktu yang sama jantung tidak dapat
melakukan kompensasi lagi sehingga terjadi gagal ginjal.

5. Tanda dan Gejala


Individu yang mengalami hipertensi kandang tidak menampakkan gejala
sampai bertahun-tahun, gejala timbul bila ada biasanya menunjukan
kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai dengan organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
Gejala yang sering terjadi antara lain:
 TD > 140 / > 90 mmHg
 Tachikardia
 Pusing, sakit kepala
 Palpitasi
 Mata berkunang-kunang, pandangan kabur
 Rasa berat di tengkuk
 Sukar tidur

7
6. Tes Diagnostik
a. Thorax foto
Untuk mengetahui besar/pembesaran jantung.
b. ECG(Electrocardiografy)
Untuk mengetahui fungsi jantung/kelainan pada jantung.
c. Pheochromocyehoma
Pemeriksaan urine mengenal ada tidaknya katekolamin.
d. Renal arteriography
Untuk mengetahui lokasi pasti dari lesi atau tingkat observasi dan
perubahan dasar patologis arteri ginjal.
e. Pemeriksaan laboratorium
 Adanya protein, eritrosit di urine
 Peningkatan BUN dan serum creatinine (penyakit ginjal)
 Peningkatan serum kortikoid dan kortikosteroid dalam urine
(cushing syndrome).

7. Terapi
- Tirah baring
- Diit rendah garam, rendah lemak
- Obat-obatan anti hipertensi
- Angiotensin Confert Enzim (ACE): catropil, ramipril
- Beta adrenergik bloker: pronalol
- Diuretik (furosemide)
- Vasodilator
- Hindari/berhenti merokok
- Mengatasi stres dengan rekreasi, konseling untuk memecahkan
masalah

8. Komplikasi
a. Stroke : akibat perdarahan pada tekanan tinggi di otak atau
embolus yang terlepas dan pembuluh darah, arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal
sehingga aliran darah ke otak berkurang dan akibatnya
aneurisma.
b. MCI : akibat terjadinya arterosklerosis pada arteri koroner yang
menyebabkan suplai O 2 berkurang  iskemik  infark

8
adanya trombus sehingga terjadi hipertropi ventrikel 
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
maka terjadi disritmia dan hipoksia jantung.
c. Gagal ginjal: tekanan tinggi pada kapiler ginjal dan glomerulus darah
yang mengalir ke unit fungsi ginjal nefron terganggu
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang maka
terjadi edema pada hipertensi kronik.
d. Enselofati : terjadi pada hipertensi maligna. Tekanan yang sangat
tinggi menyebabkan peningkatan kapiler dan mendorong
cairan ke dalam ruang intestinum di seluruh susunan
saraf pusat. Nefron sekitarnya kolaps maka terjadi
koma/kematian.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat hipertensi, kebiasaan merokok, minum alkohol
- Kaji kebiasaan makan pasien (kebiasaan mengkonsumsi garam
berlebihan)
- Kaji riwayat keluarga yang menderita hipertensi.
b. Pola nutrisi metabolik
- Makanan yang disukai
- Riwayat penggunaan obat diuretik
- Kebiasaan minum kopi
- Keluhan mual, muntah
- Banyak berkeringat
c. Pola eliminasi
- Adanya riwayat gangguan (susah bak, sering berkemih pada
malam hari).
d. Pola aktivitas dan latihan
- Jenis pekerjaan
- Olah raga yang berlebihan
- Nyeri dada, pusing (sakit kepala)
- Sesak nafas
- Palpitasi
- Kram otot

9
- Fatique
e. Pola persepsi kognitif
- Adanya gangguan penglihatan
- Keluhan pusing atau pening/dizziness
f. Pola tidur dan istirahat
- Keluhan susah tidur, kurang istirahat
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Perasaan takut dan cemas
h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stres
- Mudah marah, tersinggung
- Bagaimana cara mengatasi stres

2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman: sakit kepala b.d. peningkatan vaskuler
serebral.
b. Gangguan perfusi jaringan sistemik b.d. peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer.
c. Tidak toleransi beraktivitas b.d. kelemahan fisik, menurunnya
oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.
d. Risiko tinggi penurunan curah jantung b.d. hipertrofi ventrikuler,
peningkatan afterload, iskemik miokardiak.
e. Risiko tinggi inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik b.d.
kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan,
faktor dan perawatan tindak lanjut.

3. Perencanaan Keperawatan Hipertensi


a. Gangguan rasa nyaman: sakit kepala b.d. peningkatan vaskuler
serebral.
HYD: - Sakit kepala berkurang
- Ekspresi wajah rileks
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg).
Intervensi:
1) Kaji tanda verbal dan non verbal pasien, tanyakan keluhan sakit
kepala.
R/ Mengetahui tingkat berat ringannya nyeri.
2) Monitor TD, S, N, P tiap 4 jam.

10
R/ Peningkatan TD, S, N, P menunjukan peningkatan tekanan
pembuluh darah otak.
3) Kaji faktor-faktor yang dapat memperberat dan meringankan sakit
kepala.
R/ Mencari alternatif lain untuk mengurangi sakit kepala.
4) Meminimalkan aktivitas vasokonstriksi yang dapat menyebabkan
sakit kepala misalnya batuk yang panjang, mengejan waktu bab.
R/ Aktivitas yang meningkatkan vasokonstriksi menyebabkan
sakit kepala dengan adanya peningkatan vaskuler serebral.
5) Beri lingkungan yang nyaman.
R/ Membantu untuk mengurangi rangsang simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
6) Beri obat analgetik sesuai program medik.
R/ Menurunkan/mengontrol nyeri.

b. Gangguan perfusi jaringan sistemik b.d. peningkatan tahanan


pembuluh darah perifer.
HYD: - Tekanan darah berkurang sampai batas normal (120/80
mmHg).
- Kapilary refill kembali dalam 2 detik.
- Nadi perifer teraba.
- Kulit hangat dan tidak pucat.
Intervensi:
1) Monitor dan catat tanda dan gejala perfusi jaringan sistemik yang
berkurang, seperti kulit pucat, suhu dingin, capillary refill lama.
R/ Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan capillary refill lama
berkaitan dengan vasokonstriksi mencerminkan penurunan
curah jantung.
2) Anjurkan pasien untuk berhenti merokok.
R/ Merokok bisa meningkatkan CO2 dalam tubuh dan mengurangi
O2 .
3) Kaji faktor-faktor yang dapat memperberat dan meringankan sakit
kepala.
R/ Memonitor adanya peningkatan tahanan perifer.

11
4) Bila penglihatan pasien terganggu orientasikan pasien pada
lingkungan, benda-benda, dekatkan bel, pasang pengaman hek
tempat tidur.
R/ Membantu mengorientasikan pada lingkungan dan mencegah
cidera.

c. Tidak toleransi beraktivitas b.d. kelemahan fisik, menurunnya


oksigenisasi jaringan karena perfusi jaringan yang tidak adekuat.
HYD: - Klien berpartisipasi dalam aktivitas.
- Klien mampu melakukan aktivitas secara bertahap hingga
mandiri.
Intervensi:
1) Kaji respon pasien terhadap aktivitas sehari-hari.
R/ Membantu dalam mengkaji respon pasien.
2) Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik penghematan
energi misalnya beraktivitas secara perlahan-lahan.
R/ Teknik ini mengurangi penggunaan energi dan membantu
keseimbangan suplai O 2 .
3) Beri dorongan untuk melakukan aktivitas secara bertahap.
R/ Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja
jantung secara tiba-tiba.
4) Rencanakan jadwal pengobatan, pemberian prosedur.
R/ Meminimalkan stimulasi pada waktu istirahat.
5) Anjurkan pasien bila kemampuan beraktivitas menurun, hentikan
aktivitas yang menyebabkan sesak, pusing, kelelahan.
R/ Indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas.
6) Optimalkan pemasukan nutrisi.
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi dan menambah tenaga.
7) Tempatkan barang-barang kebutuhan pasien pada tempat yang
mudah dijangkau.
R/ Barang yang mudah dijangkau akan mengurangi energi yang
digunakan.

d. Risiko tinggi penurunan curah jantung b.d. hipertrofi ventrikuler,


peningkatan afterload, iskemik miokardiak.

12
HYD: - Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD/beban
kerja jantung.
- Mempertahankan TD normal (120/80 mmHg).
- Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil.
Intervensi:
1) Pantau tekanan darah.
R/ Waspada terhadap peningkatan tekanan darah sehingga bisa
segera dilakukan antisipasi.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.
R/ Denyutan karotis, radialis, femoralis, mungkin teramati,
denyut pada tungkai mungkin menurun, mencerminkan efek
dari vasokonstriksi.
3) Amati warna kulit, kelembaban suhu dan capillary refill.
R/ Adanya kelainan mencerminkan vasokonstriksi atau
penurunan curah jantung.
4) Catat edema.
R/ Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskuler.
5) Beri lingkungan tenang dan nyaman.
R/ Membantu menurunkan rangsangan simpatis dan
meningkatkan relaksasi.
6) Pertahankan pembatasan aktivitas.
R/ Menurunkan stres dan ketegangan yang mempengaruhi
tekanan darah.
7) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imaginasi.
R/ Anjurkan teknik relaksasi, panduan imaginasi.
8) Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah.
R/ Waspada terhadap adanya efek samping obat.
9) Berikan obat sesuai instruksi dokter.
R/ Mempercepat penyembuhan.

e. Risiko tinggi inefektif penatalaksanaan regiment terapeutik b.d.


kurang pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet, obat-obatan,
faktor dan perawatan tindak lanjut.
HYD: - Mampu mengungkapkan pengetahuan tentang penyakit
hipertensi.

13
- Pasien dapat mengidentifikasi. Faktor-faktor yang
menyebabkan hipertensi.
- Pasien mampu mengungkapkan cara kerja obat dan efek
samping obat.
Intervensi:
1) Kaji kesiapan dan hambatan dalam menerima informasi.
R/ Menentukan metode dan cara penyampaian informasi.
2) Tetapkan dan nyatakan batas TD normal, jelaskan efeknya pada
jantung.
R/ Memberikan pemahaman tentang hubungan tekanan darah
yang naik dengan komplikasi.
3) Beri informasi pada klien tentang faktor-faktor yang dapat
menimbulkan penyakit vaskuler seperti obesitas, merokok, stres.
R/ Faktor-faktor risiko dapat menunjukan hubungan antara pola
hidup dengan penyakit hipertensi.
4) Atasi masalah dengan pasien mengidentifikasi cara dimana
mengubah gaya hidup yang tepat untuk mengurangi faktor-faktor
tersebut.
R/ Faktor-faktor risiko dapat meningkatkan proses penyakit,
dukungan petunjuk dan empati meningkatkan keberhasilan
pasien.
5) Diskusikan tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik
cepat seperti peningkatan kelelahan, nafas pendek, edema.
R/ Pemahaman sendiri meningkatkan tanggung jawab pasien
dalam pemeliharaan kesehatan dan mencegah komplikasi.
6) Beri penjelasan tentang alasan pemberian obat dan efek samping
obat.
R/ Informasi yang adekuat dan pemahaman tentang efek samping
obat akan meningkatkan kerjasama rencana pengobatan.

4. Discharge Planning Hipertensi


a. Persiapan pulang untuk pasien adalah:
- Persiapan “home care”.
- Jika mungkin, pasien sebaiknya memiliki alat pengukuran TD
sehingga TD-nya dapat dimonitor. Dalam hal ini perawat perlu

14
mengevaluasi kemampuan pasien/keluarganya dalam
menggunakan alat tersebut.
- Sebaiknya pasien memiliki alat timbang BB.
b. Penyuluhan pasien/anggota keluarga tentang:
- Pembatasan garam.
- Mempertahankan/mengurangi BB.
- Pembatasan minuman beralkohol.
- Mengurangi stres.
- Keterangan tentang obat hipertensi yang diterima.
- Mencatat hasil pengukuran sehingga perkembangan dapat dipantau
- Perawat memberitahu pasien bahwa dengan terlibatnya pasien
dalam proses perawatan dapat membantu mengontrol penyakit dan
mencegah komplikasi.
c. Sumber daya perawatan kesehatan
- Perawatan “home care” mungkin diperlukan untuk memonitor dan
mengevaluasi kemampuan klien/anggota keluarga untuk
menggunakan alat pengukuran TD.

15

Anda mungkin juga menyukai