HIPERTENSI
DISUSUN OLEH:
4
3. Pathways
4. Patosiologi
Mekanisme mengendalikan konstriksi serta relaksasi pada pembuluh
darah posisinya pusat vasomotor, medulla diotak. Pada vasomotor semula
berjaras ke saraf simpatis, melanjutkan ke bawah ke korda spinalis serta
5
mengeluarkan dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis pada toraks serta
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor menghantarkan pada wujud impuls
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Oleh
sebab tersebut, neuron preganglion membebaskan asetilkolin, yang hendak
memicu serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin menyebabkan konstriksi pembuluh darah.
Beberapa faktor semacam kepanikan serta ketakutan dapat mempengaruhi
reaksi pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Orang yang
terkena hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, walaupun tak dikenal
nyata kenapa tersebut dapat kejadian.
Ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsangan emosi, kelenjar adrenal pula terangsang, menyebabkan penambahan
kegiatan vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menimbulkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol serta steroid
yang lain, yang bisa menguatkan respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang menyebabkan penyusutan aliran ke ginjal, menimbulkan
lepasnya renin. Renin mendapatkan rangsangan terhadap rangsangan
angiotensin I yang lalu berubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
yang kuat, pada giliran memicu sekresi aldosterone terhadap korteks adrenal.
Hormon ini menimbulkan retensi natrium serta air pada tubulus ginjal,
menimbulkan kenaikan volume intra vaskuler. Semua aspek ini bercenderung
mengakibatkan kondisi tekanan darah.
Untuk mempertimbangkan gerontologis dimana terjadinya perubahan
structural serta fungsional oleh sistem pembuluh perifer yang mempertanggung
jawabkan adanya berubah tekanan darah yang terjadi pada lanjut umur.
Perubahan semacam aterosklerosis, hilang elastisitas jaringan ikat serta
penyusutan relaksasi otot polos pembuluh darah, ketika giliran mengurangi
kekuatan distensi serta daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya aorta
serta arteri besar menurunkan kekuatan akomodasi volume darah yang dipompa
jantung (volume sekuncup) sebab penyusutan curah jantung serta kenaikan
6
penahanan perifer (Rahmawati, 2012). Lanjut umur memerlukan perhatikan
mungkin terdapatnya “hipertensi palsu” diakibatkan kekerasan arteri brachialis
hingga tidak mengompres pada cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2010).
5. Manifestasi klinis
Gejala serta tanda-tanda adanya hipertensi merupakan (Aspiani 2019)
disebut gejala umum yang menimbulkan hipertensi ataupun tekanan darah
besar berbeda oleh tiap masyarakat, mungkin kadang muncul adanya tanpa
tanda gejala. Secara global gejala yang dikeluhkan penderita hipertensi
berbagai macam yaitu:
a. Sakit kepala
b. Merasakan capek serta tak aman di bagian tengkuk
c. Merasakan memutar
d. Menebarkan ataupun berdetak jantung secara cepat
e. Telinga denging membutuhkan pertolongan cepat
Penderita hipertensi alami sakit kepala hingga tengkuk sebab terjadinya
sempit pembuluh darah yang diakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah
hendak menimbulkan kenaikan tekanan vasculer cerebral, kondisi ini hendak
menimbulkan nyeri kepala sampe tengkuk pada penderita hipertensi.
6. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hb/Ht : kaji adanya sel terhadap volume cairan(viskositas) serta bisa indikasi
faktor pemicu yaitu : hipokoagulabilitas, kekurangan darah.
b. BUN / kreatinin : menginformasikan data perfusi ataupun fungsi ginjal.
c. Glucosa : Hiperglikemi (DM merupakan penyebab hipertensi) bisa berakibat
keluar kadar ketokolamin.
d. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal serta
terdapat DM.
e. CT Scan : Kaji ada tumor cerebral, encelopati.
f. EKG : Bisa memberitahu pola keregangan, dimana luas, ketinggian
gelombang P merupakan ciri menandakan penyakit jantung hipertensi.
g. IUP : mengenal penyebab hipertensi semacam : Batu ginjal perbaikan ginjal.
7
h. Photo dada : Tunjuk destruksi kalsifikasi di area katup, pembesaran jantung.
7. Komplikasi
Hipertensi bisa dikendalikan jika penangannya dengan baik semenjak
sekarang. Tetapi kebanyakan penderita hipertensi yang baru sadar ketika
menderita hipertensi pada saat mengalami sebuah penyakit hipertensi. Ada
beberapa hal yang bisa menimbulkan sebuah penyakit hipertensi, contohnya
merupakan stres. Ketika seorang mengalami stres menjadikan tubuh akan
produksi hormon yang bisa tingkatkan tekanan darah, Kenaikan tekanan
darah inilah yang jadi sebuah penyakit hipertensi. ObservasiKomite Nasional
Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi melaporkan
tekanan darah yang bisa tingkatkan serangan jantung, gagal jantung, stroke
serta gagal ginjal (Richard 2013).
Hipertensi ialah pemicuawal terbentuknya sebuah penyakit
kardiovaskular serta ialah permasalahan awal kesehatan warga yang lagi
hadapi masa peralihan sosial ekonomi. Dibanding manusia yang mempunyai
tekanan darah alami, pengidap hipertensi mempunyai kendala terkena penyakit
jantung koroner 2 kali lebih meningkat serta resiko lebih tinggi agar
terkena stroke. Jika tak diatasi, kurang lebih setengah penderita hipertensi
buat meninggal yang diakibat penyakit jantung serta sekitar 33% buat
meninggal sebab stroke 10 sampai 15 % namun meninggal sebab gagal ginjal.
Maka karena pengecekan tekanan darah ialah kondisi sangat berharga (Junaidi,
2010).