Dosen Pembimbing :
Akademik : Mujahidin, S.Kep., Ns., M.Kes
Klinik : Teguh Widodo L, SKM
Disusun oleh
Yolanda Febyyanica
22.14901.14.01
Etiologi
2. 8
1. Genetik : adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. 70-
80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Nuraini, 2015)
2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah
pada kebanyakan kelompok etnik di segala umur. Yakni akan
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,dan perubahan fisik
pada ginjal (Nuraini, 2015).
3. Stress : dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin
akan meningkat sewaktu kita stress, dan itu bisa mengakibatkan jantung
memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
(Nuraini, 2015)
4. Lingkungan : berbagai paparan dari lingkungan sekitar, termasuk dari
komponen nutrisi seperti terlalu banyak asupan sodium, kekurangan
asupan potasium, kalsium, magnesium, protein, serat dan minyak ikan.
Diet yang buruk. Kurangnya aktifitas fisik dan terlalu banyak
mengkonsumsi alkohol, baik sendiri atau kombinasi, adalah salah satu
sumber dari hipertensi (Whelton et al, 2017).
5. Penyakit kronis: yakni pada pasien dengan hipertensi sekunder.
Biasanya yang mengakibatkan hipertensi sekunder adalah penyakit
ginjal, kelainan hormon aldosteronism, Obstruksi Sleep Apnea dan obat
serta alkohol (Whelton et al, 2017
E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
4. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat- tempat kelenjar
seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
7. Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus harapan.
Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah
yang kurang sehingga pertukaran udara kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak
cukup sinar matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
8. Pola fungsi kesehatan.
Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota keluarga
banyak, lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka sehingga sinar
matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang,
sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali,nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien Hipertensii penurunan karena sesak nafas, mudah lelah,
tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, merasa sakit kepala Pola
kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, sedangkan dalam
hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran)
jarang ditemukan adanya gangguan.
Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan dan kecemasan
akan muncul pada penderita Hipertensi dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan cemas dn
marah
Pola peran – hubungan
Penderita dengan Hipertensi tidak mengalami gangguan dalam hal hubungan
dan peran..
Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita Hipertensi pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan sakit kepala.
Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sakit kepala dan lemas berkurang aktifitas ibadah klien.
9. Pemeriksaan fisik
10. Berdasarkan sistem – sistem tubuh
Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : tidak ada tandatanda apapun normal
Palpasi : normal
Perkusi : normal
Auskultasi : normal
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015)
dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi
(Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017)
afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan curah jantung meningkat Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
1) Tanda vital dalam rentang normal
2) Nadi teraba kuat
3) Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis: dispnea, kelelahan,
edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
( mis: peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitortekanandarah
4) Monitorintakedanoutputcairan
5) Monitorkeluhannyeridada
6) Berikandietjantungyangsesuai
7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees,
jika perlu
8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10)Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat jatuh menurun. Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)
a. Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit
kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, neuropati)
b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap
shift atau sesuai dengan kebijakan institusi
c. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
risiko jstuh (mis. Morse scale, humpty dumpty)
d. Pasang handrail tempat tidur
e. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io tahapan diagnose keperawatan pada pasien
Hartati et al dkk, 2016 diagnosa keperawatan hipertensi
Whelton et al, 2017 Hipertensi
P2ptpm.kemenkes.go.id