Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Dosen Pembimbing :
Akademik : Mujahidin, S.Kep., Ns., M.Kes
Klinik : Teguh Widodo L, SKM

Disusun oleh
Yolanda Febyyanica
22.14901.14.01

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA
PALEMBANG
TA. 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN
Hipertensi
 Definisi
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis kronis dengan
tekanan darah di arteri meningkat (Hartati et al, 2016). Definisi lain adalah
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dalam selang waktu lima
menit dalam keadaan tenang/istirahat (Sabilla et al, 2016). Namun dalam definisi
terbaru hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah terbaca 130/80 mmHg
atau lebih tinggi (American Heart Association, 2017). Hipertensi sering disebut
dengan pembunuh yang diam-diam (silent killer), karena penderitanya mengalami
kejadian tanpa gejala selama beberapa tahun dan dapat menimbulkan komplikasi.
Penyakit ini juga berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler, stroke dan
penyakit ginjal (Nadila, 2014).
Namun yang paling penting adalah tentang persistensi dari naiknya
tekanan darah itu sendiri harus terbukti. Karena bisa saja peningkatan tekanan
darah tersebut bersifat transient atau hanya merupakan peningkatan diurnal dari
tekanan darah normal sesuai siklus sikardian (pagi sampai siang tekanan darah
meningkat, malam hari tekanan darah menurun, tetapi masih dalam batas variasi
normal)(Yogiantoro, 2015). Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa
(mmHg) dan di tulis dalam 2 nomor yang saling berurutan. Nomor yang pertama
merupakan tekanan darah sistolik yakni tekanan tertinggi di pembuluh darah dan
terjadi saat kontraksi jantung atau denyut jantung. Sedangkan nomor yang lebih
rendah adalah tekanan darah diastolik yakni tekanan paling rendah di pembuluh
darah yang terjadi diantara denyut jantung atau saat jantung relaksasi (WHO,
2013)
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Hipertensi
2. A. Jantung
3. Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas kanannya
terdapat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri pada
linea midclavicular.
4. Hubungan jantung adalah:
5. Atas- : pembuluh darah besar
6. Bawah- : diafragma
7. Setiap sisi : paru-
8. Belakang : aorta desendens, esophagus, columna vertebralis
9. 1. Arteri
10. Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri
dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan
cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin
(untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan
tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).
11. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa teriadi melalui beberapa cara:
12. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
13. Arteri bear kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri
kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau
hormon di dalam darah.
14. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hal ini teriadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang
sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat,
sehingga tekanan darah juga meningkat.
15. Sebaliknya, jika:
16. Aktivitas memompa jantung berkurang
17. Arteri mengalami pelebaran
18. Banyak cairan keluar dari sirkulasi
19. Maka tekanan darah akan menurun atau meniadi lebih kecil.
20. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis).
21. Perubahan fungsi ginjal
22. Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang
akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air,
sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu
pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai
penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.
Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa
menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.
1. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol
dapat berkontraksi.
Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal,
suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah
akan meningkat
1. Pembuluh darah utama dan kapiler
Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari
arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh
darah utama.
1. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga sampai empat
kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan sel sistem retikulo-
endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami kontak langsung dengan sel-
sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang jaringan
1. Vena dan venul
Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan
venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain.

Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.


Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan tekanan perifer. Faktor yang
mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain :

2. 8
1. Genetik : adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. 70-
80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga
(Nuraini, 2015)
2. Obesitas: berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah
pada kebanyakan kelompok etnik di segala umur. Yakni akan
menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia,
aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,dan perubahan fisik
pada ginjal (Nuraini, 2015).
3. Stress : dapat meningkatkan tekanan darah sewaktu. Hormon adrenalin
akan meningkat sewaktu kita stress, dan itu bisa mengakibatkan jantung
memompa darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
(Nuraini, 2015)
4. Lingkungan : berbagai paparan dari lingkungan sekitar, termasuk dari
komponen nutrisi seperti terlalu banyak asupan sodium, kekurangan
asupan potasium, kalsium, magnesium, protein, serat dan minyak ikan.
Diet yang buruk. Kurangnya aktifitas fisik dan terlalu banyak
mengkonsumsi alkohol, baik sendiri atau kombinasi, adalah salah satu
sumber dari hipertensi (Whelton et al, 2017).
5. Penyakit kronis: yakni pada pasien dengan hipertensi sekunder.
Biasanya yang mengakibatkan hipertensi sekunder adalah penyakit
ginjal, kelainan hormon aldosteronism, Obstruksi Sleep Apnea dan obat
serta alkohol (Whelton et al, 2017

B. Tanda dan Gejala


1. Mual dan muntah
2. Sakit kepala
3. Mimisan
4. Sesak napas
5. Nyeri dada
6. Gangguan penglihatan
7. Telinga berdenging
8. Gangguan irama jantung
Adapun klasifikasi hipertensi terbagi menjadi :
1. Berdasarkan penyebab
a) Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik),
walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup
seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.
b) Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-
10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2% penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (Infodatin, 2014).
2. Berdasarkan bentuk hipertensi
Ada beberapa pasien yang hanya meningkat tekanan sistoliknya
saja disebut isolated systolic hypertension (ISH), atau yang
meningkat hanya tekanan diastoliknya saja disebut isolated
diastolic hypertension (IDH). Ada juga yang disebut white coat
hypertension yakni tekanan darah yang meningkat waktu diperiksa
di tempat praktek, sedangkan saat tekanan diukur sendiri di rumah
tenyata selalu terukur normal (Yogiantoro, 2015).

Sedangkan menurut American Heart Association, pembagiannya melalui


tabel berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah
Kategori tekanan
darah
Tekanan darah
sistole (mmHg)
Dan/atau Tekanan darah
diastole (mmHg)
Normal <120mmHg Dan <80mmHg
Naik 120-129mmHg Dan <80mmHg
Hipertensi stadium
1
130-139mmHg Atau 80-89mmHg
Hipertensi stadium
2
>140mmHg Atau >90mmHg
( American Heart Association 2017)
2.1.3 Epidemiologi
Hipertensi telah menjadi epidemik diseluruh dunia, merupakan penyakit
kronik yang paling sering ditemui dan merupakan salah satu faktor yang sering
menyebabkan infark miokard, arteriosclerosis, stroke dan penyakit ginjal kronik.
Perkiraan sekitar 25% dari populasi dewasa didunia menderita hipertensi dan
setidaknya akan meningkat menjadi 30% di tahun 2025 (Landazuri, 2017).
Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sebanyak 36%
orang dewasa menderita hipertensi dan penyakit ini telah membunuh 1,5 juta
setiap tahunnya. Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan hasil pengukuran,
pada umur lebih dari 18 tahun ditemukan sekitar 25,8% menderita hipertensi.
(Mutmainah et al, 2016). Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka
nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) (Sabilla dan
Soleha, 2016).
C. Patofisiologis
D. Hipertensi dibagi menjadi 2 yakni primer dan sekunder. Kejadian umum
pada kedua jenis hipertensi diatas adalah akibat dari gangguan dari beberapa
mekanisme yang bekerja dalam mempertahankan tekanan darah normal.
Contohnya seperti sistem saraf simpatis, sistem renin-angiotensin-adosterone,
serta fungsi endotel ditambah dengan retensi dari sodium dan air. Cardiac output
dan peripheral vascular resistance adalah 2 faktor penting dalam pengendalian
tekanan darah normal dan telah dipercaya bahwa dengan peningkatan cardiac
output akibat dari disfungsi simpatis adalah pemicu dari hipertensi dan kenaikan
dari peripheral vascular resistance adalah respon fisiologis untuk mengakomodasi
dari perubahan tekanan dan menjaga homeostasis (Delacroix et al, 2014).
Untuk pengendalian dari tekanan darah ada 2 reaksi yakni reaksi cepat dari
sistem saraf pusat dan sistem pengendalian lambat dari sistem yang dikontrol dari
hormon angiotensin dan vasopresin (Nuraini, 2015). Sistem saraf simpatis telah
diidentifikasi menjadi salah satu penyebab dengan cara stimulasi simpatis dari
jantung, peripheral vasculature dan ginjal yang nantinya akan menaikkan cardiac
output. Meski begitu, yang memiliki peran terbesar adalah sistem saraf simpatis
dari ginjal yang mengatur tekanan darah dari 2 jalur, jalur eferen dan aferen. Jalur
eferen melalui penyaluran signal dari sistem saraf simpatis menuju ke ginjal dan
mengakibatkan peningkatan dari renin yang mengaktifkan sistem renin-
angiotensinogen-aldosteron dan meningkatkan retensi air dan sodium yang
berakhir dengan naiknya tekanan darah. Hal ini juga menyebabkan aliran darah ke
ginjal menjadi menurun dan untuk meningkatkan perfusi maka ginjal memicu
jalur aferen yang membawa signal menuju ek sistem saraf simpatis yang akhinya
10
memperberat aktivitas saraf simpatis lalu mempertahankan tekanan darah yang
tinggi (Delacroix et al, 2014).
Sistem endokrin adalah sistem yang paling penting yang dapat
mengkontrol tekanan darah. Terjadinya hipertensi melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin converting enzym (ACE),
yang memegang peran dalam pengaturan tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi hati, kemudian oleh hormon renin yang
diproduksi ginjal akan diubah menjadi angiotensin I. Angiotensin I diubah
menjadi angiotensin II oleh ACE yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II
berpotensi besar meningkatkan tekanan darah karena bersifat sebagai
vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu: Meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH), menyebabkan sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh
(antidiuresis) sehingga urin menjadi pekat dan tinggi osmolalitas, akibatnya
terjadi penarikan cairan instraseluler. Sehingga, volume darah meningkat dan
akhirnya tekanan darah meningkat. Menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteksadrenal, aldosteron menyebabkan retensi natrium klorida (NaCl) dengan
cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler menyebabkan
meningkatnya volume dan tekanan darah (Nadila, 2014). Selain itu adanya
kerusakan endotel yang mengakibatkan berkurangnya ketersediaan nitric oxide
(NO). Hubungan dari kerusakan endotel adalah dengan tingkat dari hipertensi itu

sendiri (Delacroix et al, 2014)

E. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
4. Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat- tempat kelenjar
seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
5. Riwayat penyakit dahulu
6. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
7. Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
 Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
 Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang
lama dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus harapan.
 Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah
yang kurang sehingga pertukaran udara kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak
cukup sinar matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
8. Pola fungsi kesehatan.
 Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota keluarga
banyak, lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka sehingga sinar
matahari tidak dapat masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang,
sejak kecil anggita keluarga tidak dibiasakan imunisasi.
 Pola nutrisi - metabolik.
Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
 Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali,nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
 Pola aktifitas – latihan
Pola aktivitas pada pasien Hipertensii penurunan karena sesak nafas, mudah lelah,
tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
 Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, merasa sakit kepala Pola
kognitif – perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, sedangkan dalam
hal daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran)
jarang ditemukan adanya gangguan.
 Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan dan kecemasan
akan muncul pada penderita Hipertensi dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan cemas dn
marah
 Pola peran – hubungan
Penderita dengan Hipertensi tidak mengalami gangguan dalam hal hubungan
dan peran..
 Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita Hipertensi pada pola reproduksi dan seksual akan berubah karena
kelemahan dan sakit kepala.
 Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada
penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap pengobatan.
 Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sakit kepala dan lemas berkurang aktifitas ibadah klien.
9.  Pemeriksaan fisik
10. Berdasarkan sistem – sistem tubuh
 Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
 Sistem pernapasan
 Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
  inspeksi :  tidak ada tandatanda apapun normal
 Palpasi   : normal
 Perkusi      : normal
 Auskultasi : normal
Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Timbul
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien menurut (Nurarif, 2015)
dengan hipertensi :
a. Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload
b. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia
c. Kelebihan volume cairan
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
e. Ketidakefektifan koping
f. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
g. Resiko cedera
h. Defisiensi pengetahuan
i. Ansietas
Berikut adalah diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi
(Nurarif ,2015 dan Tim pokja SDKI DPP PPNI 2017)

Tujuan Rencana Keperawatan Perdiagnosa Keperawatan


tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg. Prahipertensi adalah
tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang
berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke
waktu.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspre…
tekanan darah normal adalah tekanan darah di bawah 120/80 mmHg. Prahipertensi adalah
tekanan sistolik yang berkisar dari 120–139 mmHg, atau tekanan darah diastolik yang
berkisar dari 80–89 mmHg. Prahipertensi cenderung dapat memburuk dari waktu ke
waktu.
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan
pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang
dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik,
edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)
1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2
2) Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana tindakan : (Manajemen nyeri I.08238)
1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
4) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri (mis: akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback,
teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)
5) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer meningkat
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)
1) Nadi perifer teraba kuat
2) Akral teraba hangat
3) Warna kulit tidak pucat
Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )
1) Memonitor tekanan darah
2) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
3) Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)
4) Memonitor suhu tubuh
5) Memonitor oksimetri nadi
6) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
7) Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
8) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
c. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan meningkat
Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)
1) Terbebas dari edema
2) Haluaran urin meningkat
3) Mampu mengontrol asupan cairan
Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)
1) Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema, JVP/CVP
meningkat, suara nafas tambahan)
2) Monitor intake dan output cairan
3) Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik,
hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
4) Batasi asupan cairan dan garam
5) Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6
jam
6) Ajarkan cara membatasi cairan
7) Kolaborasi pemberian diuretic
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
toleransi aktivitas meningkat
Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)
1) Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari
2) Pasien mampu berpindah tanpa bantuan
3) pasien mengatakan keluhan lemah berkurang
Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)
1) Monitor kelelahan fisik dan emosional
2) Monitor pola dan jam tidur
3) Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)
4) Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
5) Anjurkan tirah baring
6) Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
8) meningkatkan asupan makanan
e. Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan
(L.12111)
1) Pasien melakukan sesuai anjuran
2) Pasien tampak mampu menjelaskan kembali
materi yang disampaikan
3) Pasien mengajukan pertanyaan
Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2) identifikasi factor-faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat
3) sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
4) jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
5) berikan kesempatan untuk bertanya
6) jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
7) ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
8) ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
f. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat ansietas menurun Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)
1) Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya
2) Pasien tampak tenang
3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )
1) identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.
Kondisi, waktu, stressor)
2) gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman
3) informasikan secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan , dan prognosis
g. Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan

afterload
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan curah jantung meningkat Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)
1) Tanda vital dalam rentang normal
2) Nadi teraba kuat
3) Pasien tidak mengeluh lelah
Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)
1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis: dispnea, kelelahan,
edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
( mis: peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi
basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3) Monitortekanandarah
4) Monitorintakedanoutputcairan
5) Monitorkeluhannyeridada
6) Berikandietjantungyangsesuai
7) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees,
jika perlu
8) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi
9) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap
10)Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
h. Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan tingkat jatuh menurun. Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)
1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun
Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)
a. Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit
kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan,
gangguan penglihatan, neuropati)
b. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap
shift atau sesuai dengan kebijakan institusi
c. Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan
risiko jstuh (mis. Morse scale, humpty dumpty)
d. Pasang handrail tempat tidur
e. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan

DAFTAR PUSTAKA
https://osf.io tahapan diagnose keperawatan pada pasien
Hartati et al dkk, 2016 diagnosa keperawatan hipertensi
Whelton et al, 2017 Hipertensi
P2ptpm.kemenkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai