BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi
2. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menopause berisiko tinggi.
3. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4. Berat badan : obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
5. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah
Hipertensi Sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan
tubuh.
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian oral
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
2. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
3. Gangguan endokrin
Difungsikan medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated-hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin.
4. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
5
2.2.1 Pengkajian
1. Aktivitas Istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : Frekuensi jantung meningka, perubahan trauma jantung
(takipnea).
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis.
Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak).
Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis.
Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat.
Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia.
Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan
vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
13
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan/Cairan
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam, episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan, episode epistaksis
7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),Nyeri
hilang timbul pada tungkai/klaudikasi, Sakit kepala oksipital berat
seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Nyeri abdomen / massa.
8. Pernapasan
Gejala : Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja, riwayat
merokok, batuk dengan / tanpa seputum.
Tanda : Distres respirasi, bunyi nafas tambahan, Sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinas / cara berjalan, Hipotesia pastural
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung
(takipnea).
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.
2.2.3 Perencanaan
Diagnosa keperawatan I
Intervensi :
Pantau TD
Catat keberadaan
Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi
Rasionalisasi :
Intervensi :
Rasionalisasi :
Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.
Intervensi :
Rasionalisasi :
Diagnosa IV
Intervensi :
Rasionalisasi :
19
Diagnosa V
Intervensi :
Rasionalisasi :
• Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan
Diagnosa keperawatan IV
Intervensi :
Rasionalisasi :
• Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat
2.2.4 Implementasi
Diagnosa keperawatan I :
• Memantau TD
• Mencatat keberadaan
Diagnosa keperawatan II :
Diagnosa keperawatan IV
Diagnosa keperawatan V
Diagnosa keperawatan VI :
2.2.5 Evaluasi
Diagnosa I
Diagnosa II
24
Diagnosa III
Diagnosa IV
Diagnosa V
Diagnosa VI
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
GAMBARAN KASUS
3.1.1 PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
A: 24x/menit,menggunakan otot bantu pernafasan, penurunan tekanan
ekspirasi
B: TD = 170/110 mmHg, Nadi = 92x/menit
26
Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan Umum : klien tampak rapi dengan wajah pucat dan lemas
a. Tanda- tanda vital
TD : 170/110 mmHg
N : 92x/menit
RR : 24x/menit
b. TB : 170cm
BB : 75kg
c. Kesadaran : compos mentis, lemah, turgor kulit baik
Pemeriksaan Head to Toe
A. Kepala : Rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka.
Inspeksi : Bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna
rambut hitam.
B. Mata : Bentuk simetris, sclera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+,
reflek cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekanan.
C. Hidung : Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada
peradangan, tidak ada secret pada hidung, penciuman cukup baik.
D. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada sariawan, gigi dan lidah bersih.
E. Tenggorokan : Terasa sakit saat menelan.
F. Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
G. Abdomen
Inpeksi : Tidak ada lesi.
Auskultasi : Terdengar bissing usus.
Perkusi : Tidak terdapat massa dalam abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
H. Genetalia : Penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.
I. Integument : Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan
kulit.
27
Pemeriksaan Penunjang
Hemoglobin : 14,6 g/dl ( N : 11-16,5 g/dl )
Hematokrit : 42,7% ( N : 35-50% )
Trombosit : 285.000/ml ( N : 150.000-390.000/ml )
GDS : 152 mg/dl ( N : < 200 mg/dl )
Status nutrisi:
28
a. Antropometri: Berat
badan:75kg, Tinggi badan:
170 cm.
d. Dietary: BRG 1
DO : Semua kebutuhan
pasien dibantu oleh keluarga
Rencana Tindakan :
1. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
2. Motivasi pasien untuk menghabiskan makanannya
3. Beri higien oral sebelum dan sesudah makan
4. Awasi pemasukan diit
5. Kaji ulang pola makan
6. Berikan diet,makanan ringan tambahan yang disukai pasien
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Diagnosa Keperawatan III
Intolerasi aktivitas berhubungan kelemahan fisik
Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara maksimal
Kriteria hasil : Aktifitas dapat dilakukan secara mandiri
Rencana Tindakan :
1. Observasi keadaan umum
2. Kaji tingkat aktivitas pasien
3. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
4. Beri support kepada pasien
5. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
6. Instruksikan pasien tentang teknik penghemat energy
7. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri
31
3.6 Evaluasi
BAB IV
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Hipertensi A. Simpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus
didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.H didapatkan hasil pasien
mengatakan pusing, tangan terasa kaku ( jimpe – jimpe ) serta perut terasa
mual dan ingin muntah, pasien juga tampak lemah dan menahan rasa
sakit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu: Gangguan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi yang muncul dalam teori, tidak sepenuhnya dijadikan
intervensi oleh penulis, untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral
intervensi yang penulis utamakan yaitu: pantau tekanan darah, ajari teknik
relaksasi, kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik.
Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intervensi yang
diutamakan yaitu: beri makanan sedikit tapi sering. untuk diagnosa
intoleransi aktivitas intervensinya yaitu : bantu pasien dalam melakukan
aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan
pasien. Ada beberapa intervensi yang tidak penulis cantumkan karena
memang Implementasikan yang penulis lakukan untuk diagnosa
gangguan perfusi jaringan serebral yaitu: menanyakan keluhan pasien,
mengukur tanda – tanda vital, memberikan tindakan nonfarmakologis
(melakukan pijitan pada pundak ). Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh implementasi yang dilakukan: memberikan makanan
pada pasien, memotivasi pasien, memberikan snack tambahan. Untuk
diagnosa intoleransi aktivitas implementasi yang dilakukan adalah
34