Anda di halaman 1dari 34

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari
seluruh lapisan masyarakat karena dapat menimbulkan dampak jangka
pendek maupun jangka panjang (Ismarina dkk, 2015). Berdasarkan
penyebabnya hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu hipertensi primer
dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang disebabkan
oleh beragam penyebab yang tidak diketahui sehingga hipertensi ini disebut
dengan hipertensi esensial atau idiopatik, sedangkan hipertensi sekunder
adalah hipertensi yang terjadi akibat masalah primer lain, seperti beberapa
contoh berikut ini yaitu hipertensi ginjal,hipertensi endokrin dan hipertensi
neurogenik (Smeltzer,2008).
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar, hipertensi merupakan urutan
ketiga penyebab kematian di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2013 menunjukkan kecenderungan prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan berdasarkan wawancara tahun
2013 9,5% lebih tinggi dibanding tahun 2007 7,6% yaitu Bangka Belitung
menempati posisi tertinggi penderita hipertensi sebesar 30,9% sedangkan di
Provinsi Jawa Timur menunjukan prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis
tenaga kesehatan sebesar 10,7 % (Riskesdas, 2013).
Hipertensi selalu berada pada urutan tiga penyakit terbanyak dan
penyakit degeneratif nomor satu terbanyak menurut kunjungan di puskesmas
di Jawa Timur (Nurwidayanti dkk, 2013). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Ponorogo tahun 2016 jumlah penderita Hipertensi tertinggi berada di
Puskesmas Siman dengan jumlah 22.161 orang (8.640 berjenis kelamin laki-
laki, 13.521 berjenis kelamin perempuan).
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari hipertensi?
2. Apa etiologi yang mendasari terjadinya hipertensi?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya hipertensi?
4. Bagaimana manifestasi klinis yang dihasilkan dari hipertensi?
5. Bagaimana komplikasi dari hipertensi?
6. Bagaimana penatalaksanaan medis pada hipertensi?
7. Bagaimana klasifikasi hipertensi?
8. Bagaimana WOC dari hipertensi?
1.3 Tujuan
1) Tujuan Umum
Dapat memberikan gambaran penanganan pada pasien hipertensi
dari sisi asuhan keperawatan.
2) Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi dari hipertensi?
2. Menyebutkan etiologi yang mendasari terjadinya hipertensi?
3. Menjelaskan patofisiologi terjadinya hipertensi?
4. Menguraikan manifestasi klinis yang dihasilkan dari hipertensi?
5. Menyebutkan komplikasi dari hipertensi?
6. Menjelaskan penatalaksanaan medis pada hipertensi?
7. Menjelaskan klasifikasi hipertensi?
8. Memaparkan WOC hipertensi?
1.4 Manfaat
1) Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai tambahan literatur dan wawasan tentang
konsep penanganan dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan hipertensi.
2) Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai standar pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan hipertensi.
3

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan


darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong
dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah
dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan
jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat)
dan daya tahan pembuluh darahnya.

Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari


140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada
bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara
itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam
keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.

Perlu diketahui bahwa tekanan sistolik adalah tekanan maksimal


karena jantung berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan
terendah di antara kontraksi (jantung beristirahat). Hipertensi adalah salah
satu penyakit yang sering disebut dengan “pembunuh diam-diam” karena
penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun, penyakit ini
mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa layaknya
penyakit jantung.

2.2.2 Etiologi Hipertensi

 Hipertensi Primer atau Esensial Hipertensi Primer artinya hipertensi


yang belum diketahui penyebab dengan jelas.
1. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi berisiko tinggi.
4

2. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita
pasca menopause berisiko tinggi.
3. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
4. Berat badan : obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
5. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah
 Hipertensi Sekunder yang penyebabnya sudah di ketahui, umumnya
berupa penyakit atau kerusakan organ yang berhubungan dengan cairan
tubuh.
1. Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
Dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediated volume expansion. Dengan penghentian oral
kontrasepsi, tekanan darah normal kembali setelah beberapa bulan.
2. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi


renovaskular berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri
besar yang secara langsung membawa darah ke ginjal.

3. Gangguan endokrin
Difungsikan medulla adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated-hypertension
disebabkan kelebihan primer aldosterone, kortisol, dan katekolamin.
4. Coarctation aorta
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin
terjadi beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal.
Penyempitan ini menghambat aliran darah melalui lengkung aorta
dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.
5

2.2.3 Patofisiologi Hipertensi

Menurut (Triyanto,2014) Meningkatnya tekanan darah didalam arteri


bisa terjadi melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat
sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Darah di setiap denyutan jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat


mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat
bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.

Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat


memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler.

2.2.4 Manifestasi Klinis Hipertensi

Menurut (Ahmad, 2011) sebagian besar penderita tekanan darah


tinggi umumnya tidak menyadari kehadirannya. Bila ada gejala, penderita
darah tinggi mungkin merasakan keluhan-keluhan berupa :
6

1. Kelelahan atau lemas


2. Bingung
3. Perut mual atau muntah
4. Masalah pengelihatan
5. Keringat berlebihan
6. Kulit pucat atau merah
7. Mimisan
8. Sesak nafas
9. Detak jantung keras atau tidak beraturan (Palpasi)
2.2.5 Komplikasi Hipertensi

Adapun komplikasi yang terjadi pada penyakit hipertensi adalah


diantaranya :

 Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, pendarahan otak, transient


ischemic attack (TIA).
 Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pektoris, infark miocard
acut (IMA)
 Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.
 Penyakit mata seperti pendarahan retina, penebalan retina, oedema
pupil.

Dengan adanya faktor-faktor yang dapat dihindarkan tersebut,


tentunya hipertensi dapat dicegah dan bagi penderita hipertensi agar
terhindar dari komplikasi yang fatal. Usaha- usaha pencegahan dan
pengobatan yang dapat dilakukan yaitu :

1. Mengurangi konsumsi garam dalam diet sehari-hari, maksimal 2 gram


garam dapur. Batasi pula makanan yang mengandung garam natrium
seperti corned beef, ikan kalengan, lauk atau sayuran instan, saus
botolan, mi instan, dan kue kering. Pembatasan konsumsi garam
mengakibatkan pengurangan natrium yang menyebabkan peningkatan
7

asupan kalium. Ini akan menurunkan natrium intrasel yang akan


mengurangi efek hipertensi.
2. Menghindari kegemukan (obesitas). Batasan kegemukan adalah jika
berat badan lebih 10% dari berat badan normal. Pada penderita muda
dengan hipertensi terdapat kecenderungan menjadi gemuk dan
sebaliknya pada penderita muda dengan obesitas akan cenderung
hipertensi. Pada orang gemuk akan terjadi peningkatan tonus simpatis
yang diduga dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat.
3. Membatasi konsumsi lemak. Ini dilakukan agar kadar kolesterol darah
tidak terlalu tinggi karena kolesterol darah yang tinggi dapat
menyebabkan endapan kolesterol. Hal ini akan menyumbat pembuluh
darah dan mengganggu peredaran darah sehingga memperberat kerja
jantung dan memperparah hipertensi. Kadar kolesterol normal dalam
darah yaitu 200-250 mg per 100cc serum darah.
4. Berolahraga teratur dapat menyerap dan menghilangkan endapan
kolesterol pada pembuluh nadi. Olah raga yang dimaksud adalah gerak
jalan, berenang, naik sepeda dan tidak dianjurkan melakukan olah raga
yang menegangkan seperti tinju, gulat atau angkat besi karena latihan
yang berat dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan buah-buahan dan sayuran segar amat bermanfaat karena banyak
mengandung vitamin dan mineral kalium yang dapat membantu
menurunkan tekanan darah.
6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol karena diketahui rokok dan
alkohol dapat meningkatkan tekanan darah. Menghindari rokok dan
alkohol berarti menghindari kemungkinan hipertensi.
7. Latihan relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stres atau
ketegangan jiwa. Kendorkan otot tubuh sambil membayangkan sesuatu
yang damai dan menyenangkan, mendengarkan musik dan bernyanyi
sehingga mengurangi respons susunan saraf pusat melalui penurunan
aktivitas simpatetik sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
8

8. Merangkai hidup yang positif. Hal ini dimaksudkan agar seseorang


mengurangi tekanan atau beban stres dengan cara mengeluarkan isi hati
dan memecahkan masalah yang mengganjal dalam hati. Komunikasi
dengan orang dapat membuat hati menjadi lega dan dari sini dapat
timbul ide untuk menyelesaikan masalah.
9. Memberi kesempatan tubuh untuk istirahat dan bersantai dari pekerjaan
sehari-hari yang menjadi beban jika tidak terselesaikan. Jika hal ini
terjadi pada Anda, lebih baik melakukan kegiatan santai dulu. Setelah
pikiran segar kembali akan ditemukan cara untuk mengatasi kesulitan
itu.
10. Membagi tugas yang kita tidak bisa selesaikan dengan sendiri dapat
mengurangi beban kita. Orang yang berpendapat dirinya mampu
melakukan segala hal dengan sempurna biasa disebut perfeksionis,
orang ini akan selalu stres dan menanggung beban kerja dan pikiran
berlebihan. Kita harus sadar bahwa kemampuan setiap orang terbatas
untuk mampu mengerjakan segala-galanya. Dengan memberi
kesempatan pada orang lain untuk membantu menyelesaikan tugas kita,
beban kita dapat berkurang dan kita juga banyak teman, yang tentunya
akan menimbulkan rasa bahagia.
11. Menghilangkan perasaan iri atau dengki juga mengurangi ketegangan
jiwa sehingga hati kita menjadi tentram. Menolong orang lain dengan
tulus dan memupuk sikap perdamaian juga akan memberikan kepuasan
yang tersendiri pada kita. Dengan memupuk sikap-sikap seperti itu,
tentu kita akan mengurangi ketegangan, beban, stres yang timbul
sehingga hipertensi dapat dihindari

2.2.6 Penatalaksanaan Medis Hipertensi

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan


mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
9

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi Penatalaksanaan


Medis Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis penatalaksanaan yaitu :

1. Penatalaksanaan Non Farmakologis


a. Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam. Penurunan BB
dapat menurunkan tekanan darah dengan penurunan aktivitas rennin
dalam plasma dan kadar adosteron dalam plasma.
b. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan
disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan, jogging, bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulkan intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
10

2.2.7 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan


tekanan darah diastolik dalam satuan mmhg dibagi menjadi beberapa
stadium.

Kategori Sistolik (mmhg) Diastolik (mmhg)

Normal <120 mmhg <80 mmhg

Pre hipertensi 120-139 mmhg 80-89 mmhg

Hipertensi tahap 1 140-159 mmhg 90-99 mmhg

Hipertensi tahap 2 >160 mmhg >100 mmhg


11

2.2.8 WOC Hipertensi


12

2.2 Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan


dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu
pendekatan problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan
interversional dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien.(Iyert el, al,
1996).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui


kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dapat pasien
guna mengetahui berbagai permasalahan yang ada. (Aziz Alimul. 2009:85).

Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut Doengoes, et al


(2001) adalah :

1. Aktivitas Istirahat
Gejala : Kelelahan umum, kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
Tanda : Frekuensi jantung meningka, perubahan trauma jantung
(takipnea).
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi ateros klerosis, penyakit jantung koroner /
katup dan penyakit screbiovakuolar, episode palpitasi, perpirasi.
Tanda : Kenaikan TD (pengukuran serial dan kenaikan TD diperlukan
untuk menaikkan diagnosis.
 Hipotensi postural (mungkin berhubungan dengan regimen otak).
 Nada denyutan jelas dari karotis, juguralis, radialis.
 Denyut apical : Pm, kemungkinan bergeser dan sangat kuat.
 Frekuensi/irama : Tarikardia berbagai distrimia.
 Bunyi, jantung terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini) S4 (pengerasan
vertikel kiri / hipertrofi vertical kiri).
13

3. Integritas ego

Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi eufuria atau


jarah kronis (dapat mengidentifikasi kerusakan serebral ) faktor-faktor
inulhfel, hubungan keuangan yang berkaitan dengan pekerjaan.

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontiniu perhatian,


tangisan yang meledak, gerak tangan empeti otot muka tegang
(khususnya sekitar mata) gerakkan fisik cepat, pernafasan mengelam
peningkatan pola bicara.

4. Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal sakit ini atau yang lalu

5. Makanan/Cairan

Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi


garam, tinggi lemak, tinggi kolestrol, mual, muntah, perubahan berat
badan (meningkatkan/menurun) riwayat pengguna diuretik.

Tanda : Berat badan normal atau obesitas, Adanya edema (mungkin


umum atau tertentu), ongestiva, Glikosuria (hampir 10% hipertensi
adalah diabetik).

6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening/pusing, berdenyut, sakit kepala suboksipital
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan setelah beberapa
jam, episode kebas dan kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan, episode epistaksis

Tanda : Status mental perubahan keterjagaan orientasi, pola isi bicara,


efek, proses fikir atau memori.
14

7. Nyeri/Ketidak nyamanan
Gejala : Angma (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung),Nyeri
hilang timbul pada tungkai/klaudikasi, Sakit kepala oksipital berat
seperti yang pernah terjadi sebelumnya, Nyeri abdomen / massa.
8. Pernapasan
Gejala : Dispenea yang berkaitan dengan aktivitas kerja, riwayat
merokok, batuk dengan / tanpa seputum.
Tanda : Distres respirasi, bunyi nafas tambahan, Sianosis
9. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinas / cara berjalan, Hipotesia pastural
Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan trauma jantung
(takipnea).
10. Pembelajaran/Penyebab
Gejala : Faktor resiko keluarga : hipertensi, aterosporosis, penyakit
jantung, DM.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai


seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul, 2009:92).

Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan


klinik tentang respon individu. Keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan
kewenangan perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh
data. Dimana menurut Nanda diartikan sebagai defensial arakteristik
definisi karakteristik tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat
diobservasi dan gejala sesuai yang dirasakan oleh klien.
15

Menurut Doengoes, et al (2001), diagnosa keperawatan yang


mungkin ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :

1. Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi d/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis
actual.
2. Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler selebral d/d
melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regiu
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan
setelah beberapa waktu.
3. Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum d/d laporan verbal tentang
kelebihan atau kelemahan.
4. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan
dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal
untuk tinggi dan bentuk tubuh.
5. Koping, individual, infektif b/d krisis situasional/maturasional,
perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk
mengatasi atau meminta bantuan.
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan b/d kurang pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan
masalah, meminta informasi.

2.2.3 Perencanaan

Perencanaan adalah proses penyusunan berbagai intervensi


keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi masalah pasien.(Aziz Alimul. 2009 : h 106).

Perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi menurut


dongoes et al (2000) adalah :
16

 Diagnosa keperawatan I

Curah jantung, penurunan, resiko tinggi terhadap b/d peningkatan


afterload, vasokontruksi, iskemia miorkadia, hipertrofi b/d tidak dapat
diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala yang menetapkan diagnosis
actual.

Intervensi :

 Pantau TD
 Catat keberadaan
 Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas
 Berikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas/keributan
lingkungan
 Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Rasionalisasi :

 Perbandingan dari tekanan memberi gambaran yang lebih lengkap


tentang keterlibatan/bidang masalah kaskuler
 Mencerminkan efek dari kosakontraksi (peningkatan SVR 0 dan
kongesti vena)
 Dapat mengidentifikasi kongesti paru sekunder terhadap terjadinya atau
gagal jantung kronik
 Adanya pucat, dingin, kulit, lembab dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin keterkaitan dengan kosokentreksi atau mencerminkan
kekomposisi/penurunan curah jantung
 Dapat mengidentifikasi gagal jantung, kerusakan ginjal atau vaskuler
 Membantu untuk menurunkan rangsang simpatis meningkatkan
relaksasi
 Menurunkan stress dan ketegangan yang mempengaruhi TP dan
perjalanan penyakit hipertensi
17

 Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress, membuat


efek tenang sehingga tak menurunkan TD
 Karena efek samping obat tersebut maka penting untuk menggunakan
obat dalam jumlah penting sedikit dan dosis paling rendah.
 Diagnosa Keperawatan II

Nyeri (akut), sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler


selebral d/d melaporkan tentang nyeri berdenyut yang terletak pada regium
suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang secara spontan setelah
beberapa waktu.

Intervensi :

• Kaji respon pasien terhadap aktivitas

• Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas

• Instruksikan pasien terhadap teknik penghematan energi

Rasionalisasi :

• Tekhnik menghemat energy, mengurangi penggunaan energy, membantu


keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

• Kemajuan aktifitas berharap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba

Diagnosa keperawatan III

Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum b/d laporan verbal tentang kelebihan atau
kelemahan.

Intervensi :

• Bicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan


lemak, garam dan gula sesuai indikasi

• Tetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan


18

• Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet

Rasionalisasi :

• Meminimalkan stimulus / meningkatkan relaksasi

• Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan yang


memperlambat / memblok respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit
kepala dan komlikasinya

• Aktifitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala


adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral

• Pusing dan penglihatan kabur sehingga b/d sakit kepala

• Menurunkan / mengontrol nyeri dan menurunkan rangsang system saraf


simfatis

• Dapat mengurangi tegangan dan ketidak nyamanan yang diperberat.

Diagnosa IV

Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh b/d masukan berlebihan


dengan kebutuhan merabolik d/d berat badan 10%-20% lebih dari ideal untuk
tinggi dan bentuk tubuh.

Intervensi :

• Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

• Saraf laporan gangguan tidur

• Bantu pasien untuk mengidentifikasi sresor spesifik dan kemungkinan


startegi untuk mengatasinya

• Dorong pasien untuk mengevaluasi prioitas tubuh.

Rasionalisasi :
19

• Kegemukan adalah resiko tambahan pada tekanan darah tinggi karena


disproporsi antara kapasitas aorta dan peningkatan curah jantung berkaitan dengan
peningkatan masa tubuh

• Kesalahan kebiasaan makanan menunjang terjadinya ateroskelrosis dan


kegemukan yang merupakan preposisi untuk hipertensi dan komlikasinya

• Motivasi untuk penurunan berat badan adalah internal, individu harus


berkeinginan untuk menurunkan berat badan, bila tidak maka program sama
sekali tidak berhasil

• Mengindikasikan kekuatan/kelemahan dalam menentukan kebutuhan


individu untuk penyesuaian / penyuluhan

• Penurunan masukan kalori seseorang sebanyak 50 kalori per hari secara


teori dapat menurunkan BB 0,5 kg/hari

• Membantu untuk memfokuskan perhatian pada faktor mana pasien


telah/dapat mengontrol perubahan

• Penting untuk mencegah perkembangan heterogenesis

• Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet


individual.

Diagnosa V

Koping, individual, infektif b/d krisis situasional / maturasional,


perubahan hidup beragam d/d menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi
atau meminta bantuan.

Intervensi :

• Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

• Tetapkan dan nyatakan batas Hd normal

• Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskular


20

• Bahan pentingnya menghentikan merokok

Rasionalisasi :

• Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang mengatasi


hipertensi klanik menginterasikan tetapi yang diharuskan ke dalam kehidupan
sehari-hari

• Manifestasi mekanisme koping maladaftif mungkin merupakan indicator


yang ditekan dan diketahui telah menjadi penentu utama TD distolik

• Fokus perhatian pasien pada realitas situasi yang ada relative terhadap
pandangan pasien tentang apa yang diinginkan

• Perubahan yang perlu harus diprioritaskan secara realistik untuk


menghindari rasa yang tidak menentu dan tidak berdaya.

Diagnosa keperawatan IV

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana


pengobatan b/d pengetahuan / daya ingat d/d menyatakan masalah, menerima
informasi

Intervensi :

• Bela penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut

• Jelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional

• Sarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

Rasionalisasi :

• Bila pasien tidak menerima realities bahwa membutuhkan pengobatan


kontinyu, maka perubahan perilaku tidak akan dipertahanakan
21

• Pemahaman bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk
memungkinkan pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketidak merasa sehat

• Faktor-faktor ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi


dan penyakit kardiovaskular

• Nikotin meningkatakan pelepasan katekolomamin, mengakibatkan


peningkatan frekwensi jantung, TD fasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan
dan meningkatkan beban kerja miokardium.(Doengoes et al, 2001 : 41-49)

2.2.4 Implementasi

Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai


strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yaitu telah direncanakan. (Aziz
Alimuml. 2001 : h 11)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan


yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan pencegahan
penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan tindakan
keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien mempunyai
keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan selama
tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih
tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien tindakan.

Adapun implementasi pada pasien hipertensi adalah :

Diagnosa keperawatan I :

• Memantau TD

• Mencatat keberadaan

• Aukultasi tonus jantung dan bunyi nafas

• Memberikan lingkungan yang tenang, nyaman, kurang aktivitas / keributan


lingkungan
22

• Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

Diagnosa keperawatan II :

• Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas

• Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas

• Mengintruksikan pasien terhadap teknik penghematan energy

Diagnosa keperawatan III :

• Membicarakan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan


lemak, garam dan gula sesuai indikasi

• Menetapkan keinginan pasien menurunkan berat badan

• Mengkaji ulang masukkan kalori harian dan pilihan diet

Diagnosa keperawatan IV

• Mengkaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi prilaku

• Mencatat laporan gangguan tidur

• Membantu pasien untuk mengidentifikasi stesor spesifik dan kemungkinan


strategi untuk mengatasinya

• Mendorong pasien untuk mengevaluasi prioritas tubuh

Diagnosa keperawatan V

• Mengkaji kesiapan dan hambatan dalam belajar

• Menetapkan dan nyatakan batas Hd normal

• Membantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor resiko


kardiovaskuler

• Membahas pentingnya menghentikan merokok


23

Diagnosa keperawatan VI :

• Memberi penguatan pentingnya kerjasama dalam regimen pengobatan dan


mempertahankan perjanjian tindak lanjut

• Menjelaskan tentang obat yang diresep bersamaan dengan rasional

• Menyarankan untuk sering mengubah posisi, olaraga kaki saat baring

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai


sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Aziz Alimul.
2009 : hi 12)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai


tujuan. Hal ini dapat dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga
perawat dapat mengambil keputusan:

1. Mengakhiri tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang


ditetapkan)

2. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang


lebih lama untuk mencapai tujuan)(lyer, at al, 1996)

Adapun evaluasi keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :

Diagnosa I

• Berpatisipasi dalam aktivitas yang menurunkan Td beban kerja jantung

• Mempertahankan Td dalam rentang individu yang dapat diterima

• Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil dalam rentang normal


pasien

Diagnosa II
24

• Berpatisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan

• Melaporkan tindakan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur

• Menunjukkan penurunan dalam tanda intoleransi fisiologi

Diagnosa III

• Melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol

• Mengungkan metode yang memberikan pengurangan

• Mengikuti reqman farmokologi yang diresepkan

Diagnosa IV

• Mengidentifikasi hubungan antara hipertensi dan kegemukan

• Menunjukkan perubahan pola makan

• Melakukan / mempertahankan program olaraga yang tepat seacar individual

Diagnosa V

• Mengidentifikasi prilaku koping efektif konsekuensinya

• Mendemontrasikan penggunaan keterampilan / metode koping efektif

Diagnosa VI

• Menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen

• Mempertahankan Td dalam perimeter normal


25

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

GAMBARAN KASUS

Nama Tn. H, Umur 60 tahun, mengalami keluhan kepala terasa pusing,


tengkuk kepala terasa kaku , tangan terasa kesemutan, lemas, tenggorokan
terasa sakit saat menelan, tangan dan kaki merasa kaku.
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh kepala terasa pusing, tengkuk kepala terasa kaku,
tangan terasa kesemutan, lemas, tenggorokan terasa sakit saat menelan,
tangan dan kaki merasa kesemutan.
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu : Pasien sudah lama menderita
hipertensi, dan sering mengeluh sakit kepala, tetapi belom sampai
dibawa kerumah sakit.
2. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan kepalanya terasa
pusing, tangan terasa kesemutan, lemas, tenggorokan terasa sakit
saat menelan, tangan dan kaki merasa kaku.
3. Riwayat penyakit keluarga : Pasien mengatakan tidak memiliki
penyakit menular dan hanya mempunyai penyakit menurun yaitu
hipertensi, keluarga pasien mengatakan ada salah satu anggota
keluarganya yang memiliki penyakit hipertensi.

3.1.1 PENGKAJIAN

 Pengkajian Primer
A: 24x/menit,menggunakan otot bantu pernafasan, penurunan tekanan
ekspirasi
B: TD = 170/110 mmHg, Nadi = 92x/menit
26

 Pengkajian Sekunder
 Pemeriksaan Fisik :
1. Keadaan Umum : klien tampak rapi dengan wajah pucat dan lemas
a. Tanda- tanda vital
TD : 170/110 mmHg
N : 92x/menit
RR : 24x/menit
b. TB : 170cm
BB : 75kg
c. Kesadaran : compos mentis, lemah, turgor kulit baik
 Pemeriksaan Head to Toe
A. Kepala : Rambut tampak ubanan, dan kelihatan kotor, tidak ada luka.
Inspeksi : Bentuk bulat, tidak ada lesi, distribusi rambut baik, warna
rambut hitam.
B. Mata : Bentuk simetris, sclera ikterik -/-, konjungtiva anemis +/+,
reflek cahaya +/+, pupil isokor, tidak ada nyeri tekanan.
C. Hidung : Bentuk tampak simetris, tidak ada luka, tidak ada
peradangan, tidak ada secret pada hidung, penciuman cukup baik.
D. Mulut : Mukosa bibir kering, tidak ada sariawan, gigi dan lidah bersih.
E. Tenggorokan : Terasa sakit saat menelan.
F. Dada : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
G. Abdomen
Inpeksi : Tidak ada lesi.
Auskultasi : Terdengar bissing usus.
Perkusi : Tidak terdapat massa dalam abdomen, bunyi timpani.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
H. Genetalia : Penyebaran rambut pubis merata, kebersihan baik.
I. Integument : Turgor kulit normal, akral hangat, tidak ada kelainan
kulit.
27

 Pemeriksaan Penunjang
 Hemoglobin : 14,6 g/dl ( N : 11-16,5 g/dl )
 Hematokrit : 42,7% ( N : 35-50% )
 Trombosit : 285.000/ml ( N : 150.000-390.000/ml )
 GDS : 152 mg/dl ( N : < 200 mg/dl )

3.2 Analisa Data


No Data Fokus Problem Etiologi

1. DS : Pasien mengatakan Gangguan perfusi Peningkatan


kepala terasa pusing, tengkuk jaringan serebral tekanan
terasa kaku, tangan terasa Intrakranial
kesemutan (jimpe-jimpe)

DO : Pasien tampak lemas,


mata sulit untuk di buka,
Tekanan darah 170/110
mmHg, Nadi; 92 x/mennit,
pernapasan; 24 x/menit, suhu
36,8˚ c

2. DS : Pasien mengatakan Nutrisi kurang dari Intake yang


makan hanya habis ½ porsi kebutuhan tubuh tidak adekuat
tenggorokanya sakit saat
menelan.

DO : Mukosa bibir kering,


Berat badan sebelum sakit 75
kg. Status nutrisi: a.
Antropometri: Berat
badan:75kg,

Status nutrisi:
28

a. Antropometri: Berat
badan:75kg, Tinggi badan:
170 cm.

b. Biochemical Data: Hb 14,6


g/dl., Hematokrit 42,7,
Trombosit 285.000, GDS
152 mg/dl.

c. Clinical Sign: Kesadaran


compos mentis, keadaan
lemah,turgor kulit baik.

d. Dietary: BRG 1

3 DS : Pasien mengatakan Intoleransi aktivitas Kelemahan


tangan kirinya sulit untuk fisik
digerakkan (mengeggam ),
belum bisa duduk, kaki juga
masih kaku untuk digerakkan,
belum bisa banyak gerak.

DO : Semua kebutuhan
pasien dibantu oleh keluarga

3.3 Diagnosa Keperawatan dan Prioritas

Berdasarkan analisa data yang penulis peroleh, maka prioritas


masalah yang dapat ditegakkan :

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan


tekanan intracranial. Gangguan perfusi jaringan serebral adalah suatu
keadaan dimana individu mengalami penurunan dalam nutrisi dan
29

oksigenasi pada tingkat selular sehubungan dengan kurangnya suplai darah


kapiler.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah
suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko
mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Intoleransi
aktivitas adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis maupun
psikologis untuk men eruskan/menyelesaikan aktifitas yang diminta atau
aktivitas sehari- hari.
3.4 Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan I
Gangguan perfusi jaringan selebral berhubungan dengan peningkatan
tekanan intracranial.
Tujuan : Supaya pasien tidak terjadi kerusakan organ
Kriteria hasil : Hasil tekanan darah dalam batas normal ( 130/90 mmHg –
140/90 mmHg )
Rencana Tindakan :
1. Pantau tekanan darah
2. Pertahankan tirah baring selama fase akut
3. Ajari teknik relaksasi
4. Beri tindakan non farmakologis untuk menghilangkan rasa sakit
missal : kompres dingin pada dahi, pijat punggung atau leher
5. Anjurkan pasien untuk meminimalkan aktivitas yang dapat
menyebabkan kepala pusing missal : mengejan saat buang air besar,
batuk panjang, membungkuk
6. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
7. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi
2. Diagnosa Keperawatan II
30

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake yang tidak kuat
Tujuan : Kebutuhan nutrisi pada pasien dapat terpenuhi
Kriteria hasil : Mukosa bibir lembab, diit dari rumah sakit bisa habis 2/3
porsi

Rencana Tindakan :
1. Beri makanan dalam porsi sedikit tapi sering
2. Motivasi pasien untuk menghabiskan makanannya
3. Beri higien oral sebelum dan sesudah makan
4. Awasi pemasukan diit
5. Kaji ulang pola makan
6. Berikan diet,makanan ringan tambahan yang disukai pasien
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Diagnosa Keperawatan III
Intolerasi aktivitas berhubungan kelemahan fisik
Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara maksimal
Kriteria hasil : Aktifitas dapat dilakukan secara mandiri
Rencana Tindakan :
1. Observasi keadaan umum
2. Kaji tingkat aktivitas pasien
3. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas
4. Beri support kepada pasien
5. Anjurkan keluarga untuk membantu pasien dalam memenuhi
kebutuhannya
6. Instruksikan pasien tentang teknik penghemat energy
7. Beri dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri
31

3.5 Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau


implementasi didasarkan atas intervensi yang disusun sebelumnya, maka
tindakan untuk :
1. Diagnosa ke 1 dilakukan tindakan keperawatan yaitu :
 Melakukan pengkajian dan menanyakan keluhan pasien
 Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
 Mengajarkan teknik napas dalam
 Memberikan tindakan nonfarmakologis yaitu memberikan pijatan
pada pundak
 Memberikan obat oral analsik 2 x 2 mg dalam 24 jam
 Memberikan injeksi gastrofer 25 mg/ 12 jam obat masuk melalui
selang infus.
2. Diagnosa ke 2 dilakukan tindakan keperawatan yaitu:
 Mengobservasi keadaan umum pasien
 menanyakan keluhan pasien
 memberikan makanan ringan tambahan pada pasien sesuai dengan
diit hipertensi
 memberikan injeksi dexametazone 5 mg/8 jam obat masuk melalui
selang infus, carnevit 1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan
brain act 250 mg/12 jam obat masuk melalui selang infus
3. Diagnosa ke 3 dilakukan tindakan keperawatan yaitu :
 Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
 Memberikan mengajarkan pasien untuk menggerakkan tangannya
dan menekukkan kaki
 Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya membantu pasien
untuk duduk
 Menganjurkan keluarga untuk selalu membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhannya.
32

3.6 Evaluasi

Evaluasi Keperawatan Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi


jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal yaitu ( 130/90 mmHg-
140/95 mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala masih
pusing, masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg, sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian dan penulis memodifikasi planning yaitu
dengan memberikan ruangan dan suasana yang tenang dan nyaman dengan
cara membatasi pengunjung, tidak membiarkan semua keluarga untuk
menungguhi pasien.

Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis
harapkan nafsu makan dapat meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi
2/3 porsi, pasien mengatakan nafsu makan sudah bertambah,mampu
menghabiskan makanan sebanyak 2/3 porsi, tenggorokan sudah tidak sakit
saat menelan, sehingga masalah keperawatan teratasi, penulis menambahkan
rencana yaitu dengan menghidangkan makanan selagi hangat dan akan
mempertahankan rencana tersebut.

Diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan


fisik kriteria hasil yang penulis harapkan yaitu pasien dapat memenuhi
kebutuhannya secara optimal. Pasien bisa berganti posisi tidur dengan cara
miring ekstremitas atas dan bawah sudah bisa digerakkan. Sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian, maka penulis masih akan mempertahankan
rencana keperawatan yaitu dengan mendekatkan semua barang yang
dibutuhkan didekat pasien agar pasien tidak tergantung dengan orang lain.
33

BAB IV
PENUTUP
2.2 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Hipertensi A. Simpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan selama tiga hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus
didapatkan simpulan sebagai berikut:
1. Pada pengkajian yang dilakukan terhadap Tn.H didapatkan hasil pasien
mengatakan pusing, tangan terasa kaku ( jimpe – jimpe ) serta perut terasa
mual dan ingin muntah, pasien juga tampak lemah dan menahan rasa
sakit.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus yaitu: Gangguan perfusi jaringan
serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial. Gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
3. Intervensi yang muncul dalam teori, tidak sepenuhnya dijadikan
intervensi oleh penulis, untuk diagnosa gangguan perfusi jaringan serebral
intervensi yang penulis utamakan yaitu: pantau tekanan darah, ajari teknik
relaksasi, kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi analgetik.
Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intervensi yang
diutamakan yaitu: beri makanan sedikit tapi sering. untuk diagnosa
intoleransi aktivitas intervensinya yaitu : bantu pasien dalam melakukan
aktivitas, anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan
pasien. Ada beberapa intervensi yang tidak penulis cantumkan karena
memang Implementasikan yang penulis lakukan untuk diagnosa
gangguan perfusi jaringan serebral yaitu: menanyakan keluhan pasien,
mengukur tanda – tanda vital, memberikan tindakan nonfarmakologis
(melakukan pijitan pada pundak ). Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh implementasi yang dilakukan: memberikan makanan
pada pasien, memotivasi pasien, memberikan snack tambahan. Untuk
diagnosa intoleransi aktivitas implementasi yang dilakukan adalah
34

membantu memenuhi kebutuhan pasien, menganjurkan keluarga untuk


membantu dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tidak semua intervensi
mampu dilaksanakan penulis karena keterbatasan waktu yang dimiliki
oleh penulis untuk melakukan tindakan keperawatan.
4. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga
hari mendapatkan hasil yang cukup mengurangi keluhan pasien. Diagnosa
gangguan perfusi jaringan serebral masalah teratasi sebagian, diagnosa
gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah sudah teratasi,
diagnosa intoleransi aktivitas masalah sudah teratasi sebagian.
4.2 Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa
hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak
penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada:
1. Pasien agar lebih koperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan
hal-hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila dirumah
harus dapat bias menjaga diri agar tidak terjadi komplikasi.
2. Untuk perawatan pasien dengan hipertensi, harus ada kerjasama antara
perawat ruangan dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memberi pendidikan kesehatan pada
keluarga yang paling sederhana dan senantiasa memotivasi pasien dan
keluarga untuk selalu menjaga pola makan, jangan terlalu banyak pikiran,
dan jangan lupa untuk berolah.

Anda mungkin juga menyukai