Anda di halaman 1dari 37

45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan arteri akibat peninggian tekanan

arteri akibat peninggian kardiak ouput dan peningkatan resistensi perifer.

Hipertensi dapat berbentuk primer bila penyebabnya tidak jelas atau

sekunder bila penyebabnya adalah suatu penyakit primer (Tamher &

Heryanti, 2018).

2. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan

sekunder. Lebih dari 90% kasus adalah hipertensi primer sedangkan

hipertensi primer hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.

Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor

keturunan dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga

yang berupa sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stres,

peningkatan reaktifitas vaskuler (terhadap vasokontriktor) dan resistensi

insulin. Konsumsi garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan obesitas

diyakini sebagai penyebab hipertensi yang berasal dari lingkungan

(Pudiastuti, 2011).

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadi tekana darah

tinggi sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor

lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan


mengakibatkan kelebihan berat badan atau obesitas, merupakan

pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula

seseorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi.

Orang-orang yang merokok dan kurang olahraga pun bisa mengalami

tekanan darah tinggi.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana terjadinya

peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang

mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal

atau kerusakan system hormone tubuh.

Gambar 2.1 Anatomi Jantung


(Sumber: Buku Nanda NIC NOC, Jilid 2, hal.103, 2015)

42
45

3. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi yaitu dengan

penyebab yang tidak diketahui (Hipertensi esensial/primer/idiopatik) atau

diketahui (sekunder). Sebagian besar kasus hipertensi diklasifikasikan sebagai

esensial, tetapi kemungkinan penyebab yang melatar belakanginya harus

selalu ditentukan (Syamsudin, 2011).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Pada Orang Dewasa


Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg)

Optimal < 120 < 180

Normal < 130-139 85-89

Hipertensi
140-159 90-99
Stadium I
Hipertensi
160-179 100-109
Stadium II
Hipertensi
> 180 > 110
Stadium III
Sumber : Syamsudin, 2011.

4. Patofisiologi

Etiologi hipertensi masih belum jelas. Beberapa faktor diduga

memegang peranan dalam genesis hipertensi, faktor psikis, system syaraf,

ginjal, jantung pembuluh darah, kortikosteroid, katekolamin, angiotensin,

sodium dan air. Hipertensi tidak disebabkan oleh suatu faktor, tetapi sejumlah

faktor turut memegang peranan dan saling berkaitan dalam genesis hipertensi.

Tekanan emosi akan meningkatkan aktivasi saraf otonom dan

menyebabkan kenaikan tekanan darah akibat vasokontriksi arteriol post

glomerulus. Vasokontriksi dari pembuluh darah ginjal arteriol post


glomerulus menimbulkan retensi sodium dengan akibat kenaikan

volume plasma (VP) dan volume cairan ekstraseluler (VCES) dan kenaikan

tekanan pengisian atrium, akhirnya volume sekuncup meningkat. Kenaikan

volume sekuncup menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah tepi (tahanan

perifer) dan kemudia menyebabkan kenaikan tekanan darah. Proses ini akan

berlangsung terus walaupun tekanan emosi telah hilang.

Menurut beberapa peneliti, tekanan emosi dapat mempertahankan

kenaikan tekanan darah terutama pada pasien-pasien yang peka. Pada stadium

menetap telah terdapat perubahan-perubahan struktur dinding pembuluh

darah yang tidak reversibel, berupa hyperplasia, hialinisasi dan fibronoid

(misalnya pada arteriol post glomerulus). Perubahan-perubahan dinding ini

menyebabkan penyempitan lumen, diikuti dengan kenaikan friksi dan

vaskulatur renal resistan yang persisten. Pada stadium menetap menjadi tipe

renal karena telah terdapat perubahan-perubahan pada pembuluh darah ginjal.

Tekanan darah dipertahankan tinggi akibat kenaikan TPR walaupun volume

sekuncup dan volume cairan telah normal kembali (Syamsudin, 2011).

5. Tanda dan Gejala Hipertensi

a. Penglihatan kabur karena kerusakan retina

b. Nyeri pada kepala

c. Mual dan muntah akibat meningkatnya tekanan intracranial

d. Edema dependent

e. Adanya pembengkakkan karena meningkatnya tekanan kapiler

(Pudiastuti, 2011).

42
45

Peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya

gejala, bila demikian gejala muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal,

mata, otak dan jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit

kepala, epistaksis, marah, telinga, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata

berkunang-kunang dan pusing (Mansjoer, 2001).

6. Pemeriksaan penunjang

a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

b. Pemeriksaa retina

c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti

ginjal dan jantung

d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

f. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal

pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin

g. Foto dada dan CT Scan (Padila, 2013).

7. Komplikasi

Faktor resiko penyakit tekanan darah tinggi menurut (Pudiastuti, 2015) :

a. Stroke

Penderita stroke dapat juga disebakan oleh tekanan darah tinggi

(hypertensi) yang sering mengakibatkan munculnya perdarahan otak

yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Kemudia dapat juga

diakibatkan oleh thrombosis pembekuan darah pada pembuluh darah

serta emboli yaitu adanya benda asing yang terbawa aliran darah
dalam pembuluh darah serta bisa menyumbat bagian distal

pembuluh (Abib, 2019).

b. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah kondisi patofisiologi dimana kelainan

fungsi jantung menyebabkan jantung tidak dapat memompa dengan

kecepatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

atau dimana jantung hanya bisa melakukannya dengan volume diastolik

yang sangat tinggi. Gagal jantung bisa terjadi pada penyakit jantung

bawaan atau valvular dimana otot jantung rusak akibat beban

hemodinamik jangka panjang yang berlebihan karena kelainan valvular

atau cacat jantung (Syamsudin, 2015).

c. Gagal Ginjal

Gagal ginjal merupakan suatu kondisi medis dimana ginjal tidak bisa

menyaring toksin dan produk-produk limbah secara adekuat dari dalam

darah. Ada dua bentuk gagal ginjal yaitu cidera akut dan penyakit ginjal

kronis. Sejumlah penyakit atau masalah kesehatan lainnya dapat

menyebabkan salah satu bentuk gagal ginjal diatas. Masalah-masalah

yang sering ditemukan karena malfungsi ginjal adalah gangguan

keseimbangan cairan, asam basa, kadar potasim, kalsium dan fosfat serta

dapat menyebabkan anemia bila terjadi dalam jangka panjang. Hematuria

dan proteinuria bisa terjadi sesuai penyebab gagal ginjal (Syamsudin,

2015).

42
45

Penyakit ginjal biasanya akibat tekanan darah tinggi yang tidak

dirawat, penyakit ginjal terjadi saat kerusakan pembuluh darah dalam

ginjal menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengeluarkan

garam dan air, yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya kadar

rennin plasma (protein yang dihasilkan oleh ginjal yang mengatur cairan

tubuh) dan cairan tertahan. Cairan yang tertahan itu meningkatkan

tekanan darah yang menyebabkan efek bola salju kerusakan lain pada

ginjal (Divine, 2012).

d. Kebutaan

Hipertensi dapat merusak pembuluh darah ke otak, retinopati

juga dapat merusak pembuluh darah ke retina mengakibatkan perubahan

pengalihatan atau kebutaan. Sering kerusakan ini tidak diketahui

sehingga menjadi permanen (Divine, 2012).

8. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan\ dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip

pengolaan penyakit hipertensi meliputi : (Padila, 2013).

a. Terapi tanpa obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan

dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi

tanpa obat meliputi :


1) Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr

b) Diet rendah kolestrol dan rendah asam lemak jenuh

c) Penurunan berat badan

d) Menghentikan merokok

2) Diet tinggi kalium

3) Latihan fisik

Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang

mempunyai empat prinsip yaitu :

a) Macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, joging,

bersepeda, berenang dan lain-lain.

b) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic

atau 72-87% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

c) Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona

latihan.

d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali perminggu dan paling baik 5 kali

perminggu.

a. Edukasi psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:

42
45

1) Teknik biofeedback

Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan

pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar

oleh subyek dianggap normal. Penerapan biofeedback terutama di

pakai untuk mengatasi gangguan somatic seperti nyeri kepala dan

migraine. Juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan

ketergantungan.

2) Teknik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih

penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh

menjadi rileks.

c. Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien

dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

1) Terapi dengan obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan

darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat

hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi

umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Dokter ahli

hipertensi (Joint National Commitle on Detection Evaluasion and

Treatment of High Blood Pressure, USA, 2018 ) menyimpulkan bahwa


obat diuretika, penyengat beta, antagonis kalsium, atau penghambat

ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan

memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada

penderita.

Tabel 2.2 Modifikasi Gaya Hidup Untuk Mengontrol Hipertensi


Kira-kira penurunan
Modifikasi Rekomendasi
tekanan darah, range
Penurunan berat Pelihara berat badan normal 5-20 mmHg/10-kg penurunan
badan (BB) (BMI 18.5 - 24.9) BB¹³
Adopsi pola makan Diet kaya dengan buah, sayur,
8-14 mm Hg¹⁶
DASH dan produk susu rendah lemak
Mengurangi diet sodium, tidak
lebih dari 100meq/L (2,4 g
Diet rendah sodium 2-8 mm Hg
sodium atau 6 g sodium
klorida)
Regular aktifitas fisik aerobik
seperti jalan kaki 30
Aktifitas fisik 2-4 mm Hg¹⁸
menit/hari, beberapa
hari/minggu
Limit minum alkohol tidak
lebih dari 2/hari (30 ml etanol
Minum alkohol
[mis.720 ml beer, 300ml wine) 4-9 mm Hg
sedikit saja
untuk laki-laki dan 1/hari
untuk perempuan
Sumber: JNC, 2013

9. Perawatan Hipertensi

Perawatan dalam hipertensi diantaranya adalah ketaatan dalam

pengobatan meliputi perlakukan khusus mengenai gaya hidup seperti diet,

istirahat dan olahraga serta konsumsi obat termasuk didalamnya jenis obat

yang dikonsumsi, berapa lama obat harus dikonsumsi, kapan waktu dan

jadwal minum, kapan harus dihentikan dan kapan harus berkunjung untuk

melakukan kontrol tekanan darah ( Lany, 2012 dalam Padila, 2013).

42
45

a. Mengurangi kelebihan berat badan

Penderita hipertensi yang kelebihan berat badan dianjurkan untuk

menurunkan bobotnya sampai batas ideal dengan cara membata si makan

dan mengurangi makanan berlemak (Margareth, 2012).

b. Tidak minum alkohol

Alkohol bisa memberikan kontribusi terhadap kejadian hipertensi.

Alkohol bisa mengurangi kemampuan pompa jantung dan kadang-

kadang membuat pengobatan hipertensi kurang efektif (Padila, 2013).

c. Olahraga secara teratur

Latihan aerobik secara teratur tiga sampai empat kali seminggu

dengan lama 30-45 menit bisa membantu mengurangi resiko hipertensi dan

penyakit kardiovaskuler (Khodijah, 2018)

d. Membatasi asupan natrium yang tinggi

Membatasi asupan garam, kalsium dan magnesium. Natrium dapat

meningkatkan tekanan darah (Pudiastuti, 2011).

e. Berhenti merokok

Merokok merupakan salah satu kebisaan hidup yang dapat

mempengaruhi tekanan darah. Rokok yang dihisap dapat mengkibatkan

peningkatan tekana darah. Hal tersebut dikarenakan, rokok akan

mengakibatakan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di

ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah (Lasio, 2014).


f. Mengurangi lemak

Seorang penderita tekanan darah tinggi dengan kadar lemak yang

banyak mungkin memerlukan modifikasi diet atau terapi obat untuk

menormalkannya (Soegih, 2019). Salah satu upaya yang dapat dilakukan

pasien beserta keluarga adalah dengan melakukan upaya serta penanganan

non farmakoogi seperti pemberian therapeutic touch.

42
45

10. Pathway Hipertensi

Faktor predisposisi: usia, kelamin,


merokok, stress, kurang olahraga, Aliran darah
genetic, alcohol, konsentrasi makin cepat
garam, obesitas. keseluruh tubuh
Beban Kerja Jantung ↑ sedangkan nutrisi
dalam sel sudah
mencukupi
Kerusakan vaskuler Tekanan sistemik
HIPERTENSI kebutuhan
pembuluh darah darah ↑

Perubahan Metode koping


Perubahan struktur Krisis situasional
situasi tidak efektif

Defisiensi
Informasi yang Ketidakefektifan
Penyumbatan pengetahuan
minim koping
pembuluh darah ansietas

Resistensi
Vasokontriksi
pembuluh darah Nyeri kepala
otak ↑
Resiko
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak ↓ ketidakefektifan
perfusi jaringan otak

Ginjal Retina Pembuluh darah

Vasokontriksi pemb Spasme arteriol


darah ginjal Sistemik Koroner
Resiko cedera
Blood flow darah ↓ Vasokontriksi Iskemia mikard

Penurunan
curah jantung Afterload ↑ Nyeri
Respon RAA

Kelebihan Fatigue
Merangsang
volume cairan
aldosteron
Intoleransi aktifitas
Retensi Na Edema

Gambar 2.2 Bagan Perjalan Penyakit Terjadinya Hipertensi


(Sumber: Buku Nanda NIC NOC, Jilid 2, hal.103, 2015)
B. Konsep Therapeutic Touch

1. Definisi

Therapeutic Touch didefinisikan sebagai proses yang diarahkan secara

sengaja di mana praktisi menggunakan tangan sebagai fokus untuk

memfasilitasi proses penyembuhan (Fei-Fei Cai & Hong Zhang, 2016).

Therapeutic Touch adalah metode perawatan yang memadukan

kedokteran kuno dan teknologi modern, dan melibatkan pertukaran energi

antara pelaksana dan objek layanan. Penekanannya adalah pada meneiptakan

keseimbangan di seluruh tubuh alih-alih hanya berfokus pada situs fungsional

yang abnormal, dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan penerima

dengan mengembalikan harmoni dan keseimbangan ke sistem energi mereka

(Fei-Fei Cai & Hong Zhang, 2016)

Therapeutic Touch adalah praktik holistik , berbasis bukti yang

menggabungkan penggunaan energi universal secara disengaja dan welas asih

untuk meningkatkan keseimbangan dan kesejahteraan dalam semua aspek

individu: tubuh, pikiran, dan jiwa (TTIA, 2019).

Sentuhan Terapeutik memfasilitasi relaksasi dan perasaan nyaman.

Penelitian telah menunjukkan bahwa sentuhan terapi efektif dalam

mengurangi kecemasan, mengubah persepsi nyeri dan memobilisasi energi

penyembuhan individu untuk memulihkan keseimbangan dan keteraturan. Ini

dapat membantu memfasilitasi proses penyembuhan alami tubuh seperti

penyembuhan luka, melawan infeksi, dan gejala yang berhubungan dengan

stres sangat responsif terhadap sentuhan terapi. Sudah lazim untuk melihat

42
45

tanda-tanda pelepasan ketegangan selama perawatan, seperti keringat,

tangisan atau pernafasan yang melambat dan dalam, relaksasi atau penurunan

detak jantung Therapeutic Touch telah terbukti merangsang sistem kekebalan

tubuh, dan dapat mengurangi efek samping kemoterapi dan radiasi (Fei-Fei

Cai & Hong Zhang, 2016).

Respons terhadap pengobatan bersifat individual. Anda mungkin

melihat perubahan langsung, atau mungkin terjadi berjam-jam atau buhkan

berhari-hari kemudian. Satu perawatan bisa mencukupi. Namun, biasanya

bermanfaat untuk melakukan perawatan rutin, terutama untuk masalah kronis,

karena responsnya dapat hersifat kumulatif, karena Therapeutic Touch

memfasilitasi relaksasi, itu dapat berguna dalam pemeliharaan kesehatan dan

karenanya tidak terbatas pada perawatan penyakit (TTIA, 2019).

2. Manfaat

Sebagian besar informasi tentang efek Therapeutic Touch didasarkan

pada laporan individu dan studi kecil. Satu tinjauan ilmiah dari studi yang

tersedia yang tersedia dari tahun 1997 menunjukkan bahwa Therapeutic

Touch mungkin membantu mengurangi kecemasan dan beberapa jenis rasa

sakit. Ulasan lain dari studi menyimpulkan manfaat potensial penyembuhan

luka. Selain itu, ada penelitian pada pasien yang telah menjalani operasi untuk

kanker payudara yang menerima 10 menit Therapeutic Touch dan 20 menit

berbicara menurunkan kecemasan sebelum operasi. Ini dibandingkan dengan

10 menit waktu tenang dan 20 menit berbicara (Monroe, C.M, 2009).


Bukti menunjukkan bahwa Therapeutic Touch dapat membantu

mengurangi stres, kecemasan dan rasa sakit di antara pasien dengan kanker.

Ini juga dapat digunakan untuk pasien dengan proses penyakit lain untuk

meningkatkan relaksasi. Praktik Sentuhan Terapi didasarkan pada keyakinan

bahwa masalah di bidang energi pasien yang menyebabkan penyakit dan rasa

sakit dapat diidentifikasi dan diseimbangkan kembali oleh tabib. Sebagian

besar penelitian untuk Therapeutic Touch mengungkapkan bukti dari

kelompok-kelompok kecil bahwa Therapeutic Touch bermanfaat di antara

pasien dengan kanker. Selain itu. tidak ada efek samping negatif yang terbukti

dari Therapeutic Touch (Rodri’guez-Mansilla J, 2013)

Dolores Krieger, PhD, RN dan Dora Kunz mengembangkan Touch

terapi pada 1970-an. Krieger adalah Profesor Keperawatan di Divisi

Keperawatan Universitas New York. Praktik TT berputar di sekitar konsep

medan energi manusia. Dalam sebuah wawancara, Krieger dikutip

mengatakan, "Energi manusia anda terus-menerus dan dinamis berinteraksi

dengan bidang energi vital orang lain (Varela-Donoso E, 2013).

Selain merangsang kemampuan penyembuhan tubuh sendiri, TT

mempromosikan relaksasi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi

kecemasan. Telah terbukti memiliki efek positif pada sistem kekebalan tubuh,

dan mempercepat penyembuhan luka. Perawat sering menggunakannya

sebelum dan sesudah operasi sebagai cara mengidentifikasi dan mengurangi

kecemasan, stres dan rasa sakit yang terkait dengan proses pembedahan. Ini

juga telah digunakan dengan bayi prematur, saat melahirkan, serta dengan

42
45

sekarat untuk menenangkan dan mengurangi rasa sakit. TT dapat efektif bila

digunakan sendiri atau sebagai tambahan untuk perawatan dan pengobatan

tradisional (Monroe, C.M, 2009).

Awalnya Therapeutic Touch memang melibatkan sentuhan nyata

tetapi penelitian tämbahan meyakinkan Krieger bahwa sentuhan itu tidak

perlu untuk sembuh, dan sejak saat itu, biasanya tidak menjadi bagian dari

perawatan.

Sentuhan terapeutik dapat membantu dengan cara-cara berikut:

a) Perasaan tenang

b) Relaksasi

c) Rasa kesadaran

d) Peningkatan sensasi kesejahteraan

e) Mengurangi stres

f) Mengurangi depresi

g) Mengurangi rasa sakit dan ketidaknyamanan

h) Tingkatkan penyembuhan luka

i) Kurangi demam / bengkak

j) Mengurangi sakit kepala

3. Cara Memilih Penyedla / Kelas Terapi

Tidak ada sertifikasi yang diperlukan untuk praktisi sentuhan terapi.

Lebih dari seratus perguruan tinggi dan universitas di AS dan Kanada

mengajarkan Therapeutic Touch. Ini dipromosikan oleh banyak organisasi

keperawatan profesional dan dipraktekkan oleh sebagian besar perawat.


Menurut survei Rumah Sakit Amerika yang dilakukan pada tahun 2005.

sekitar 30% dari 1.400 rumah sakit dalam penelitian ini menawarkan

sentuhan terapi. Banyak nonprofesional juga mempelajari teknik ini untuk

penggunaan pribadi di rumah.

Memilih penyedia akan membutuhkan beberapa riset dan

pengambilan keputusan yang cermat di pihak Anda, Karena setiap individu

berbeda, Anda perlu menemukan apa yang cocok untuk Anda, dan apa yang

tidak. Temukan program yang menggunakan teknik yang membantu anda

misalnya, beberapa orang suka terapi berdiri, berbaring, atau duduk di kursi.

4. Cara Kerja Therapeutic Touch

Ada dua teori yang mendukung cara kerja terapi ini:

Teori pertama menyatakan kalau rasa sakit yang sebenarnya berkaitan

dengan pengalaman menyakitkan baik secara fisik maupun mental (seperti

infeksi, cidera, atau hubungan yang tidak harmonis) yang tertinggal dalam

sel- sel tubuh. Rasa sakit yang tersimpan dalam dalam sel-sel ini bersifat

merusak serta mengganggu cara kerja sel-sel lain di dalam tubuh. Hasilnya

adalah penyakit, dan terapi ini diyakini bisa mengembalikan kesehatan

dengan cara memulihkan komunikasi antara sel-sel.

Teori kedua berdasarkan pada prinsip-prinsip fisika kuantum. darah,

yang mengandung besi, menghasilkan bidang elektromagnetik saat

bersirkulasi di dalam tubuh. Berdasarkan teori ini, kadang-kadang kita bisa

melihat bidang ini yang disebut dengan medan elektromagnetik tubuh. Secara

umum, Therapeutic Touch didasarkan pada ide bahwa keseimbangan aliran

42
45

gelombang energi yang menghasilkan kesehatan optimal. Saat menerima

Therapeutic Touch, pasien biasanya akan merasa hangat, relaks, nyaman serta

hilangnya rasa sakit, pada kasus-kasus tertentu akan mengeluarkan emosi

negatif dan semua penyakit (yang berhubungan dengan racun, kuman

penyakit) keluar dari tubuh baik melalui keringat maupun muntahan.

Praktik Sentuhan Terapi didasarkan pada keyakinan bahwa masalah di

bidang energi pasien (ada energi positif yang mengalir dari perawat ke pasien,

dan terapi di mulai dari kepala, karena kepala adalah pusat syaraf) yang

menyebabkan penyakit dan rasa sakit dapat diidentifikasi dan diseimbangkan

kembali oleh tabib. Energi berbahaya diyakini menyebabkan penyumbastan

dan masalah lain dalam aliran energi normal pasien, dan para pendukung

Therapeutic Touch mengklaim pengobatan menghilangkan penyumbatan

tersebut.

Pasien yang berpakaian biasanya berbaring., tetapi mungkin juga

duduk atau berdiri. Ada empat langkah yang terlibat dalam sesi Therapeutic

Touch, yang membutuhkan waktu antara 10 dan 30 menit untuk selesai.


Prosedur Kerja Therapeutic Touch

Langkah pertama, disebut pemusatan. Selama pemusatan, terapis

berusaha menjernihkan pikirannya untuk berkomunikasi dengan medan

energi pasien dan menemukan area penyumbatan energi yang diyakini

menyebabkan rasa sakit atau sakit.

Gambar 2.3 Tindakan Therapeutic Touch

Langkah kedua, dari Therapeutic Touch melibatkan penilaian di

mana tangan terapis diadakan sekitar 2 hingga 6 inci di atas tubuh pasien.

Terapis kemudian melewati kedua tangan, telapak tangan menghadap ke

bawah, kepala hingga kaki di sepanjang tubuh pasien. Proses ini dimaksudkan

untuk membantu menemukan penyimpangan atau penyumbatan di bidang

energi pasien yang menandakan masalah kesehatan.

Gambar 2.4 Tindakan Therapeutic Touch

42
45

Langkah ketiga, terapis melakukan beberapa gerakan melewati tubuh

dengan tangannya. Pada akhir setiap perjalanan, terapis melepaskan energi

berbahaya dengan menjentikkan tangannya ke udara melewati jari kaki

pasien. Akhirnya, terapis mentransfer kelebihan energi sehatnya sendiri

kepada pasien.

Gambar 2.5 Tindakan Therapeutic Touch


Sentuhan Terapi didasarkan pada gagasan bahwa manusia adalah

energi dalam bentuk suatu bidang. Ketika anda sehat, energi dari perawat ke

pasien mengalir bebas dan seimbang. Sebaliknya, penyakit adalah kondisi

ketidakseimbangan atau kelainan energi. Medan energi manusia melampaui

tingkat kulit, dan praktisi Sentuhan Terapi menyesuaikan dirinya dengan

energi itu menggunakan tangan sebagai sensor.

Jumlah sesi yang dibutuhkan pasien tergantung pada apakah efeknya

bermanfaat baik melalui penurunan kecemasan atau rasa sakit, meningkatkan

kemampuan untuk mengatasi. meningkatkan perasaan kesejahteraan, atau

kemajuan dan peningkatan dalam kondisi kesehatan tertentu.

Perawatan Sentuhan Terapeutik adalah proses yang selalu bersifat

individual dan biasanya tidak melebihi 20 menit. Praktisi Anda mungkin


meminta Anda duduk di kursi atau berbaring - mana yang lebih nyaman bagi

Anda. Tidak perlu lepas jubah.

Metode yang tepat hervariasi di antara para praktisi, tetapi umumnya,

mereka akan menyerahkan tangan Anda ke tubuh Anda dari kepala hingga

kaki, depan dan belakang, memegangnya antara 2-6 inci dari kulit Ini

dilakukan untuk menilai kondisi medan energi manusia. Mereka mungkin

menggunakan gerakan yang berirama dan menyapu dengan tangan, seolah-

olah mereka menghaluskan kerutan di bidang energi Anda. Praktisi mungkin

atau mungkin tidak menyentuh Anda secara fisik.

Respons Anda dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti berapa lama

Anda sakit, berapa gejala Anda mengganggu gaya hidup Anda, dan status

kesehatan Anda secara umum. Proses Sentuhan Terapi antara lain fase

dinamis dan interaktif dari proses Sentuhan Terapi:

a) Centering - membawa tubuh, pikiran, emosi ke keadaan kesadaran yang

tenang dan fokus. Pemusatan adalah menggunakan nafas, pencitraan,

meditasi dan / atau visualisasi untuk membuka diri seseorang untuk

menemukan rasa keseimbangan batin untuk terhubung dengan inti batin

keutuhan dan keheningan.

b) Menilai - memegang tangan antara 2 hingga 6 inci dari tubuh individu

sambil menggerakkan tangan dari kepala ke kaki dengan cara simetris

dan simetris. Isyarat sensorik seperti kehangatan, kesejukan, statis,

penyumbatan, menarik, kesemutan dijelaskan oleh beberapa praktisi.

42
45

c) Intervensi - Kliring juga disebut unruffling - memfasilitasi aliran energi

simetris melalui lapangan. Unruffling dicapai dengan menggunakan

gerakan tangan dari garis tengah sambil terus bergerak secara ritmis dan

simetris dari kepala ke kaki.

d) Menyeimbangkan - memproyeksikan, mengarahkan dan memodulasi

energi berdasarkan sifat dari bidang kehidupan: membantu membangun

kembali tatanan dalam sistem. Perawatan dilakukan dengan

menggerakkan tangan ke area yang tampaknya membutuhkan perhatian -

energi dapat ditransfer jika ada defisit atau energi dapat dimobilisasi atau

dipecah dari area kemacetan.

e) Evaluasi / Penutupan - menyelesaikan perawatan - menggunakan

penilaian profesional, informasi dan intuitif untuk menentukan kapan

harus mengakhiri sesi. Menilai kembali bidang secara terus menerus

selama perawatan untuk menentukan keseimbangan dan mendapatkan

umpan balik dari individu adalah petunjuk kapan harus mengakhiri

pengobatan Therapeutic Touch.

5. Dampak Terapi Therapeutic Touch

a. Dampak Positif

1) Mengurangi rasa nyeri contohnya pada osteoarthritis

2) Meningkatkan daya tahan tubuh

3) Peningkatan produksi hormone yang mampu dikendalikan

4) Membuat kulit menjadi lebih peka terhadap rangsang

5) Melancarkan sirkulasi darah


6) Merelaksasikan otot dan mengurangi stress

b. Dampak Negative

1) Cenderung memerlukan waktu yang lama

2) Beberapa terapi terkadang menimbulkan efek samping

3) Mengganggu proses metabolisme tubuh

42
45

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a Aktivitas / istirahat

Gejala :

1) Kelemahan

2) Letih

3) Napas pendek

4) Gaya hidup monoton

Tanda :

1) Frekuensi jantung meningkat

2) Perubahan irama jantung

3) Takipnea

b Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner /


katup, penyakit serebrovaskuler

Tanda :

1) Kenaikan TD

2) Nadi : denyutan jelas

3) Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

4) Bunyi jantung : murmur

5) Distensi vena jugularis

6) Ekstermitas
7) Perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokontriksi perifer), pengisian
kapiler mungkin lambat.
c Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,


marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )

Tanda :

1) Letupan suasana hati

2) Gelisah

3) Penyempitan kontinue perhatian

4) Tangisan yang meledak

5) otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )

6) Peningkatan pola bicara

d Eliminasi

Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi,
riwayat penyakit ginjal )

e Makanan / Cairan

Gejala :

1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam,


lemak dan kolesterol

2) Mual

3) Muntah

4) Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :

1) BB normal atau obesitas

2) Edema

3) Kongesti vena

42
45

4) Peningkatan JVP

5) glikosuria

f Neurosensori

Gejala :

1) Keluhan pusing / pening, sakit kepala

2) Episode kebas

3) Kelemahan pada satu sisi tubuh

4) Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia)

5) Episode epistaksis

Tanda :

1) Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau
memori ( ingatan)

2) Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

3) Perubahan retinal optik

g Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala :

1) nyeri hilang timbul pada tungkai

2) sakit kepala oksipital berat

3) nyeri abdomen

h Pernapasan

Gejala :

1) Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

2) Takipnea
3) Ortopnea

4) Dispnea nocturnal proksimal

5) Batuk dengan atau tanpa sputum

6) Riwayat merokok

Tanda:

1) Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

2) Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi)

3) Sianosis

i Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : Episode parestesia unilateral transien

j Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala :

1) Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung,


DM, penyakit serebrovaskuler, ginjal

2) Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

3) Penggunaan obat / alkohol

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan

peningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,

iskemia miokard

42
45

b Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen.

c Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

d Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi

yang diderita klien

e Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang

proses penyakit.
45

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.3
Nursing Care Planing

RENCANA KEPERAWATAN PASIEN HIPERTENSI


No. Diagnosa Keperawatan dan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
Dx Kolaborasi
1. Resko tinggi terhadap NOC: NIC:
penurunan curah jantung Cardiac Pump effectiveness Cardlac Care
berhubungan Circulation Statlus Vital Sign 1) Evaluasi adanya nyeri dada (Intensitas Jokasi, durasi)
a. Peningkatan aterkoad. Status 2) Catat adanya dioritmia jantung
b. Vasokonstriksi, 3) Catat tanda dan gejala penurunan cardiac putput
c. Hipertrofv rigkditas Kriteria Hasil: 4) Pantau status kardiovaskuler
ventrikuler a. Tanda Vital dalam rentang 5) Pantau status pernafasan yang menandakan gagal
d. Iskemia miokard normal (Tekanan darah, jantung
Nadi. respirasi) 6) Pantau balance cairan
b. Dapat mentoleransi 7) Pantau perubahan tekanan darah
aktivitas tidak ada 8) Pantau respon pasien terhadap efek pengobatan
kelelahan 9) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
c. Tidak ada edema paru, kelelahan
perifer dan tidak ada asites 10) Pantau toleransi aktivitas pasien
d. Tidak ada penurunan 11) Pantau adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
kesadaran ortopneu
12) Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1) Pantau TD nadi, suhu dan RR
2) Pantau kualitas dan nadi
3) Pantau jumlah dan irama jantung
4) Pantau bunyi jantung
5) Pantau frekuensi dan irama pemapasan
6) Pantau Suara paru
7) Pantau pola pernafasan abnormal
8) Panatu suhu warna, dan kelembababn kulit
9) Observasi adanya sanosis perifer Pantau adanya
cushing triad (tekanan nadi yang lebar bradkard
peningkatan sistolk)
10) Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.
2. Intoleransi berhubungan NOC: NIC:
kelemahan. Energy conservation Self Energy Management
ketidakseimbangan suplai dan Care:ADLS 1) Kaji adanya keterbatasan aktivitas
kebutuhan oksigen 2) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
Kriterla Hasll: lerhadap keterbatasan
a. Berpartisipasi dalam 3) Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
aktivitas fisik tanpa disertai 4) Kaji nutrisi dan sumber energi yang adekuat
peningkatan tekanan darah, 5) Kaji kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
nadi dan RR 6) Kaji respon kardivaskuler terhadap aktivitas
b. Mampu melakukan 7) Kaji pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien.
aktivitas seha hari (ADLS) Activity Therapy
secara mandiri 1) Bila diperlukan, kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabiitası Medik untuk progran terapi yang tepat
2) Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang
mampu dilakukan
3) Bantu untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan
kemampuan fisik. psikologi dan social
4) Bantu untuk mengidentifkasi aktivitas yang disukai
5) Bantu pasien untuk membuat jadwal latinan dan
olahraga

42
45

6) Bantu pasien keluarga untuk mengidentifikasi


Kekurangan dalam beraktivitas
7) Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
8) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi dn dan
penguatan
9) Pantau respon fisik, emosi, social dan spiritual
3. Nyeri akut berhubungan NOC: NIC:
peningkatan tekanan vaskuler Pain Level Paln Management
serebral Pain control 1) Kaji nyeri secara komprehensit termasuk lokasi
Comfort level karaktenstk. durasi, frekuensii, kualtas dan faktor
presipitasi
Kriteria Hasl : 2) Gunakan mengetahui kedalaman nyen pasien
a. Mampu mengontrol nyeri 3) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
b. tahu penyebab dari nyeri 4) Bandingkan dengan nyen sebelumnya
c. mampu menggunakan 5) Anjurkan untuk menciptakan lingkungan yang dapat
tehknik nonfarmakologi menngankan nyeri seperti suhu ruangan. pencahayaan
untuk mengurang nyeri, dan kebisingan
d. dapat mengatasi nyeri 6) Kurangi faktor presipitasi nyen
dengn menggunakan 7) Piih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi non
manajemen nyeri famakologi dan nter personal)
e. Mampu mengenali tingkat 8) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
nyeri (skala intensitas dan 9) Berikan analgetik untuk mengurang nyeri
tanda nyeri) 10) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
f. Menyatakan rasa nyaman 11) Tingkatkan istrahat
setelah nyeri 12) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
g. Tanda vtal dalam rentang tindakan nyen tidak berhasil.
normal Analgesic Administration
1) Tentukan lokasi. karaktenstik kualtas, dan derajat
nyeri sebelum pemberian obat
2) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan
frekuensi
3) Cek riwayat alergi
4) Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketka pemberian lebih dari satu
5) Tentukan plihan anaigesik tergartung tipe dan beratnya
nyeri
6) Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
optimal
7) Pantau vital sign sebelum dan sesudah pembenan
analgesik pertama kali
8) Berikan analgesk tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
9) Evaluasi efektivitas analgesik tanda dan gejala (efek
samping).

42
45

4. Cemas berhubungan dengan Setelah diakukan tindakan Anxlety Reduction


kriss situasional sekunder keperawatan cemas berkurang 1) Gunakan pendekatan yang menenangkan
hipertensi yang diderita pasien dengan 2) Jelaskan semua prosedur tindakan dan apa yang
drasakan selama prosedur
Krteria hasil: 3) Sarankan keluarga tercekat untuk menemani pasien
a. Pasien dapat mengntrol untuk memberikan keamanan dan mengurang takut
perasaan cemas 4) Berikan informasi faktuat mengenai diagnosIs.
b. Kooping adekuat tncakan prognoss
c. TTV dalam batas normal 5) Dengarkan keluhan pasken dengan penun perhaban
d. Postur tubuh pasien rileks 6) Identifikasi tingkat kecemasan
dan ekspresi wajah tidak 7) Bantu pasen mengenal situasi yang menimbulkan
tegang kecemasan
8) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan
ketakutan perseps
9) Instruksikan pasien menggunakan teknik retaksasi
10) Bila perlu koliborasi dalam penber an obal untuk
mengurang kecemasan
5 Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan kurangnya a. Kowlwdge: disease Teaching: disease Process
tentang proses penyakit process 1) kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses
b. Kowlwdge: health penyakit yang spesifik
Behavior 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
Kriteria Hasll: ini berhubungan dengan anatomi dan fisidogl dengan
a. Pasien dan keluarga cara yang tepat.
menyatakan pemahaman 3) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
tentang penyakit, penyakit dengan cara yang tepat
prognosis program 4) Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
pengobatan identifikasi kemungkinan penyebab. dengna cara yang
b. Pasen dan keluarga tepat
mampu melaksanakan 5) Sedakan informasi pada pasien tentang konds dengan
prosedur dijelaskan secara cara yang tepat
benar 6) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
c. Pasien dan Keluarga diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang
mampu menjeaskan akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
kembali apa yang 7) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
djjelaskan perawat/tim 8) Dukung pasien mendapatkan second opinion dengan
kesehatan lainnya cara yang tepat atau diindikasikan
9) Insrukskan pasien mengena tanda dan gejala untuk
meaporkan paca pemben per avatan kesenatan dengan
cara yang tepat.
Sumber: Doengoes, Marilynn E. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasia
Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

42
45

4. Implementasi
Implementasi adalah suatu tindakan pelaksanaan dari rencana tindakan

harus sudah dibuat untuk proses penyembuhan pasien selama dirawat di

rumah sakit. Setiap tindakan yang diberikan dari rencana tindakan harus

diberi tanggal, waktu dan paraf (Doenges, 2019).

Pada diagnosa keperawatan nyeri angkut berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral dan iskemia selama 1x24 jam

dilakukan tindakan keperawatan seperti : melakuakan pengkajian nyeri

secara komprehensif, berikana tindakan non farmakologis, kehilangan/

minimalkan aktivitas vasokontraksi, bantu pasien dan keluarga dalam

ambulansi kebutuhan, berikan cairan, makana lunak dan perawatan mulut

yang teratur, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

analgesic.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan

perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil

meningkatkan kondisi pasien (Potter dan Perry, 2019).


44

D. Kerangka Konsep

Asuhan
Keperawatan
dalam Pasien dengan Tekanan
Memberikan Hipertensi
Terapi dengan Darah
Therapeutic Terkontrol
Touch

Gambar 2.6 Kerangka Konsep


Sumber : Data Primer

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hasil Yang Diharapkan

42

Anda mungkin juga menyukai