Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Disusun untuk memenuhi tugas praktik klinik Stase Keperawatan Keluarga

Disusun Oleh :
Tangkis Putra Ramadhan
NIM.P1337420217029

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020
A. Konsep Dasar Hipertensi
1. Definisi
Pada era saat ini dunia mengalami globalisasi yang sangat
menuntut manusia untuk beraktivitas ekstra cepat serta mengubah
manusia menjadi cenderung lebih konsumtif, kemajuan teknologi
kemudahan penggunaan prasarana umum makanan cepat saji sangat
diperlukan untuk memenuhi tuntutan kerja yang sangat tinggi, yang
pada akhirnya mengeliminasi waktu seseorang untuk melakukan
aktivitas penunjang lainnya seperti olahraga, lalu gaya hidup kurang
sehat seperti merokok juga sangat mempengaruhi derajat kesehatan
manusia yang dapat menimbulkan Penyakit Tidak Menular (PTM),
seperti halnya hipertensi (Wanarya, 2017).

Hipertensi sering disebut oleh masyarakat dengan darah


tinggi. Hipertensi adalah kondisi dikala tekanan sistolik darah ≥ 140
mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Hipertensi sering tidak
menunjukkan gejala pada penderita. Seseorang yang menderita
penyakit jantung, stroke, atau ginjal terkadang tidak mengetahui
bahwa dirinya menderita hipertensi sebelum dilakukan pemeriksaan.
Hal tersebut sebagai pencetus istilah bahwa hipertensi adalah the
silent killer atau pembunuh secara diam-diam (Udjianti, 2010).
2. Klasifikasi
Berdasarkan tingkat tekanan darah, JNC VII
mengklasifikasikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi
Kategori Diagnostik Sistolik Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 dan/atau <80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
High Normal 130-139 dan/atau 85-89
Grade 1 140-159 dan/atau 90-99
Grade 2 160-179 dan/atau 100-109
Grade 3 >180 dan/atau >110
Hipertensi Sistolik >140 dan <90
Terisolasi

3. Etiologi
Asikin, Nurlamsya, dan Susaldi (2016) mengemukakan

sejumlah etiologi yang dapat menyebabkan hipertensi yaitu usia, jenis

kelamin, ras, dan pola hidup.

a. Usia : Pengidap hipertensi yang berusia lebih dari 35 tahun

meningkatkan insiden penyakit arteri dan kematian prematur.

b. Jenis Kelamin : Insidensi terjadinya hipertensi pada umumnya lebih

banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan wanita.

c. Ras : Hipertensi pada orang yang berkulit hitam lebih sedikit dua

kalinya dibandingkan dengan orang yang berkulit putih,

d. Pola hidup : Penghasilan rendah, tingkat Pendidikan rendah, dan

kehidupan atau pekerjaan yang penuh stress berhubungan dengan

kejadian hipertensi yang lebih tinggi. Obesitas juga dipandang

sebagai faktor resiko utama. Merokok dipandang sebagai resiko

tinggi bagi pengidap hipertensi dan penyakit arteri koroner.

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan

yaitu:

a. Hipertensi Primer/esensial

1) Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui.

2) Biasanya berhubungan dengan faktor keturunan dan lingkungan.


b. Hipertensi Sekunder

1) Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara

pasti, misalnya gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

Meskipun hipertensi belum diketahui penyebabnya secara pasti,

namun data penelitian telah menemukan sejumlah faktor yang

seringkali menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut antara

lain :

a. Faktor keturunan

b. Ciri perseorangan

c. Kebiasaan hidup

4. Manifestasi Klinis
Pengidap hipertensi menunjukkan adanya sejumlah tanda dan

gejala, namun ada juga yang tanpa gejala. Pada pemeriksaan fisik

terkadang jarang sekali ditemukan gejala klinis terjadinya hipertensi.

Setiap individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan

gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya

kerusakan vaskuler dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ

yang divaskulerisasi oleh pembuluh darah. Perubahan patologis pada

ginjal dapat bermanifestasikan sebagai nocturia (meningkatnya urinasi

pada malam hari) dan azetoma (meningkatnya nitrogen urea darah

(BUN) dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat

menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang

bermanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi.

Manifestasi klinis menurut Asikin, dkk (2016) dibagi menjadi 2 yaitu :


a. Tidak ada gejala

Hipertensi biasanya tidak akan menimbulkan gejala. Namun, akan

menimbulkan gejala setelah terjadi kerusakan organ, misalnya

jantung, ginjal, otak, dan mata.

b. Gejala yang seringkali terjadi

Nyeri kepala, pusing/migran, rasa berat di tengkuk, sulit untuk

tidur, lemah, lelah, telinga berdengung dan mata berkunang-

kunang.

5. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan
perifer. Tubuh mempunyai sitem yang berfungsi mencegah perubahan
tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah dan ada juga yang bereaksi ketika
terjadi perubahan tekanan darah secara akut. Sistem tersebut ada yang
bereaksi ketika terjadi perubahan tekanan darah dan ada yang bereaksi
lebih lama. Sistem yang cepat tersebut antara lain reflek
kardiovaskular melalui baroreseptor, reflek kemorereptor, respon
iskemia susunan saraf pusat, dan reflek yang berasal dari atrium, arteri
pulmonalis, dan otot polos. Sistem lain yang kurang cepat merespon
perubahan tekanan darah melibatkan respon ginjal dengan pengaturan
hormon angiotensin dan vasopresor (Yusuf, 2008; dalam Saputri,
2016).
Kejadian hipertensi dimulai dengan adanya aterosklerosis yang
merupakan bentuk dari arteriosklerosis (pengerasan arteri).
Aterosklerosis ditandai oleh penimbunan lemak yang progresif pada
dinding arteri sehingga mengurangi volume aliran darah ke jantung,
karena sel-sel otot arteri tertimbun lemak kemudian membentuk plak,
maka terjadi penyempitan pada arteri dan penurunan elastisitas arteri
sehingga tidak dapat mengatur tekanan darah kemudian
mengakibatkan hipertensi. Kekakuan arteri dan kelambanan aliran
darah menyebabkan beban jantung bertambah berat yang
dimanisfestasikan dalam bentuk hipertrofi ventrikel kiri (HVK) dan
gangguan fungsi diastolik karena gangguan relaksasi ventrikel kiri
sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah dalam sistem
sirkulasi (Bustan, 2007; dalam Saputri, 2016).
Berdasarkan uraian pathofisiologi hipertensi diatas dapat
disimpulkan bahwa penyebab utama hipertensi ialah genetik, usia,
jenis kelamin, tingkat stres, gaya hidup (merokok, kurang olahraga,
konsumsi alkohol). Dengan penyebab tersebut mengakibatkan pusat
vasomotor dirangsang yang membuat neuron preganglion melepaskan
asektikolin lalu merangsang serabut pasca ganglion ke pembuluh darah
menjadikan norephineprin dilepaskan ke pembuluh darah kontriksi
menjadikan suplai darah ke otak menurun serta suplai oksigen ke otak
juga menurun sehingga hal tersebut mengakibatkan iskemia atau
biasanya pasien mengeluh pusing dan lemah, hal itulah menjadikan
intoleran aktivitas pada pasien hipertensi.

6. Komplikasi
Menurut Aspiani (2014 dalam Rahayu 2018) komplikasi pada
hipertensi yaitu :
a. Stroke
Stroke dapat terjadi akibat tekanan darah tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang
terpajan tekanan tinggi.
b. Penyakit Jantung
Apabila hipertensi berlangsung secara terus-menerus, maka
sebagai kompensasi pada jantung akan mengalami hipertrofi
ventrikel kiri akibat dari beban kerja yang berat, akhirnya ruang
ventrikel kiri dapat berdilatasi dan terjadi gagal jantung kiri
ataupun gagal jantung kongestif.
c. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
arterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke
miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat
aliran darah melewati pembuluh darah.
d. Gagal ginjal
Gagal ginjal terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal.
e. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron
disekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Leung, et al (2016) pemeriksaan penunjang diantaranya :
a. Pengukuran tekanan darah, baik mandiri maupun oleh klinik.
Pengukuran tekanan darah secara pribadi dapat menggunakan sistem
24-hour Ambulatory Blood Pressure Measuring (ABPM 24 jam) atau
Home Blood Pressure Measuring (HBPM) (National Heart Foundation
of Australia, 2016).
b. Uji laboratorium rutin, yang terdiri atas :
1) Urinalisis, berupa blood urea nitrogen (BUN) dan tingkat serum
kreatinin untuk memindai kegagalan ginjal
2) Gula darah puasa dan/atau glycated hemoglobin
3) Kimia darah (kalium, natrium, dan kreatinin)
4) Kolesterol total serum, LDL, HDL, non-HDL, dan trigliserida
5) EKG standar 12 lead
8. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi

1) Diuretik (Hidroklorotiazid)

Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi

lebih ringan.

2) Penghambat Simpatetik (Metildopa, Klonidin, Reserpin)

Menghambat aktivitas saraf simpatis.

3) Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Menurunkan daya pompa jantung dan tidak dianjurkan pada

penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan

seperti asma bronkial.

4) Vasodilator

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot

polos pembuluh darah.

5) ACE inhibitor (Captropril)

Menghambat pembentukan zat angiotensin II, berefek samping

yaitu, batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

6) Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor

sehingga memperingan daya pompa jantung.

7) Antagonis kalsium

Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

b. Terapi Non Farmakologi


1) Terapi Aktivitas

Terapi aktivitas yang dapat dilakukan antara lain :

a) Berjalan

Lakukan berjalan selama 5 menit dalam sehari. Setelah

waktu 5 menit terasa mudah tingkatkan menjadi 10 menit.

Olahraga yang dilakukan sedikit-sedikit misalnya tiga kali sesi

berjalan kaki selama 10 menit lebih baik daripada satu kali

berjalan selama 30 menit.

b) Aerobik

Bentuk latihan ini memberi pengaruh besar pada

tingkat tekanan darah. Aerobik merupakan jenis latihan yang

melibatkan otot tubuh secara berulang dan dengan ritme yang

teratur. Latihan ini meningkatkan kesehatan jantung, paru-

paru, fungsi otot dan memberi pengaruh besar pada tingkat

tekanan darah. Jenis latihan ini juga bermanfaat untuk

mengontrol berat badan, dan tidur. Lakukan latihan minimal 30

menit dengan frekuensi 4-5 kali seminggu (Wahyuni,

Khomarun, & Maharso, 2014).

2) Terapi Relaksasi Napas Dalam

Relaksasi napas dalam adalah pernafasan pada abdomen

dengan frekuensi lambat serta perlahan, berirama, dan nyaman

dengan cara memejamkan mata saat menarik nafas. Efek dari

terapi ini ialah distraksi atau pengalihan perhatian. Terapi


relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tekanan darah baik itu

tekanan sistolik maupun diastolik. Kerja dari terapi ini dapat

memberikan pereganggan kardiopulmonari (Fajar, Rita, &

Desnanda, 2016).

3) Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan

perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan

otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan

melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks,

dilakukan selama 15 menit. Relaksasi dapat merangsang

munculnya zat kimia yang mirip dengan beta blocker di saraf

tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis yang

berguna untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan

darah (Yesi, Endar, & Wasisto, 2015)

4) Terapi Tawa

Terapi tawa adalah salah satu cara untuk mencapai

kondisi rileks. Tertawa merupakan paduan dari peningkatan

sistem saraf simpatetik dan juga penurunan kerja sistem saraf

simpatetik. Peningkatannya berfungsi untuk memberikan tenaga

bagi gerakan pada tubuh, namun hal ini kemudian juga diikuti

oleh penurunan sistem saraf simpatetik yang salah satunya

disebabkan oleh adanya perubahan kondisi otot yang menjadi

lebih rileks, dan pengurangan pemecahan terhadap nitric oxide


yang membawa pada pelebaran pembuluh darah, sehingga rata-

rata tertawa menyebabkan aliran darah sebesar 20%, sementara

stres menyebabkan penurunan aliran darah sekitar 30%

(Desinta, 2013).

5) Latihan ROM

Penelitian yang dilakukan oleh (Rahayu, 2015)

menginformasikan bahwa dari hasil penelitian didapatkan

bahwa adanya pengaruh pemberian latihan Range Of Motion

(ROM) terhadap kemampuan motorik pasien post stroke. Maka

hal yang lebih penting daripada mengobati stroke adalah dengan

melakukan pencegahan dengan pengurangan berbagai faktor

risiko, yang salah satunya adalah dari hipertensi, faktor

penyebab lain yaitu penyakit jantung, diabetes melitus,

hiperlipidemia, merokok, dan obesitas.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


Asuhan keperawatan keluarga dilaksanakan dengan pendekatan
proses keperawatan. Proses keperawatan terdiri atas lima langkah, yaitu:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah atau tahapan penting dalam proses
keperawatan, mengingat pengkajian sebagai awal interaksi dengan
keluarga untuk mengidentifikasi data kesehatan seluruh anggota
keluarga. Pengkajian keperawatan merupakan proses pengumpulan
data. Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang pasien
yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah,
serta kebutuhan-kebutuhan keperawatan, dan kesehatan pasien
Pada pengkajian ini terdiri atas data pengenalan keluarga,
riwayat dan tahap perkembangan keluarga, data lingkungan, struktur
keluarga (struktur peran, nilai, komunikasi, dan kekuatan), fungsi
keluarga (fungsi afektif, sosialisasi, pelayanan kesehatan, ekonomi,
dan reproduksi), serta koping keluarga (Kholifah & Widagdo, 2016).
Menurut Kholifah & Widagdo (2016) keluarga mempunyai
lima tugas dalam bidang pemeliharaan kesehatan, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga
b. Mengambil keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatan.
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah.
Format pengkajian keluarga model friedman (2010) yang
diaplikasikan dalam kasus hipertensi meliputi :
a. Data umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada,
pekerjaan dan Pendidikan kepala keluarga, komposisi
keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin,
tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga,
status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan
genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi)
2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala
atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut,
serta mengidentifikas budaya suku bangsa terkait dengan
kesehatan
4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta
kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan.
5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan,
baik kepala keluarga maupun anggota keluarga maupun
anggota keluarga lainnya.
6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga
tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk
mengunjung tempat rekreasi, namun menonton TV dan
mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada
keluarga inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber pelayanan
yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan
keluarga yang hilang.
4) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang
tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa
silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan

1) Karakteristik rumah

Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar


mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah,
pengaturan privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan
pengaturan atau penataan rumah mereka
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe
tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi
jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.

3) Mobilitas geografis keluarga

Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah


sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul


serta perkumpulan keluarga yang ada.

5) Sistem pendukung keluarga

Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari


anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang
dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga

1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara


berkomunikasi antar anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk


mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku

3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota


keluarga baik formal/informal

4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai


dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan
kesehatan

e. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang
dimiliki

2) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh


mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan
perilaku

3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam


mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.

4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga


merencanakan jumlah anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi


kebutuhan sandang, pangan dan papan.

f. Stress dan koping keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang


a) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6
bulan
b) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6
bulan
2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji
sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi
3) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping
yang digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan
4) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi
adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga dalam
menghadapi masalah.
g. Harapan keluarga
h. Pemeriksaan fisik (head to toe)
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan interpretasi ilmiah
atas data hasil pengkajian yang interpretasinya digunakan perawat
untuk membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi
(Kholifah & Widagdo, 2016). Asuhan keperawatan keluarga pada
pasien hipertensi memiliki beberapa masalah keperawatan, salah
satunya kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan dan Hambatan
Rasa Nyaman. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan yaitu
pola pengaturan dan pengintegrasian ke dalam kehidupan sehari-hari
suatu regimen terapeutik untuk pengobatan penyakit dan sekuelanya
yang dapat ditingkatkan. Batasan karakteristik pada kesiapan
meningkatkan manajemen kesehatan terdiri dari data subjektif yaitu
mengungkapkan rasa ingin meningkatkan manajemen kesehatan. Data
objektif yaitu pasien mengekspresikan keinginan untuk menangani
penyakitnya. (Herdman dan Kamitsuru, 2015:163).
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan dengan
melibatkan anggota keluarga (Kholifah & Widagdo, 2016).
Perencanaan Keperawatan dari Kesiapan Meningkatkan
Manajemen Kesehatan meliputi Nursing Outcome Classification
(NOC) menurut Moohead, Johnson, L Maas, dan Swanson (2016) serta
Nursing Intervention Classification (NIC) menurut Bulechek, Butcher,
Dochterman, dan Wagner (2016) yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan yang dihadapi anggota keluarga
NOC : Pengetahuan : Manajemen Hipertensi (1837)
Definisi : Tingkat pemahaman yang disampaikan tentang
tekanan darah tinggi, pengobatan dan pencegahan komplikasinya.
Skala Outcome :
Tabel 2.3
Indikator Pengetahuan: Manajemen Skala
Hipertensi pada tugas keluarga ke satu No.
Indikator Awal Tujuan
1. Target tekanan darah 2 2
2. Komplikasi potensial hipertensi 2 2
3. Tanda dan gejala eksaserbasi hipertensi 2 2
4. Pentingnya mematuhi pengobatan 2 2
5. Manfaat manajemen penyakit 2 2

NIC : Pendidikan Kesehatan (5510)


Definisi : mengembangkan dan menyediakan instruksi dan
pengalaman belajar untuk memfasilitasi perilaku adaptasi yang
disengaja yang kondusif bagi kesehatan pada individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas.
1) Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat
ini pada individu, keluarga, atau kelompok sasaran
2) Bantu individu, keluarga, dan masyarakat untuk memperjelas
keyakinan dan nilai-nilai kesehatan
3) Rumuskan tujuan dalam program pendidikan kesehatan
(tersebut)
4) Tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur,
berolahraga, dan lain-lain bagi individu, keluarga, dan
kelompok yang meneladani nilai dan perilaku ini dari orang
lain, terutama pada anak-anak.
b. Mengambil keputusan secara tepat dalam mengatasi masalah
kesehatan anggota keluarga
NOC : Partisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan (1606)
Definisi : keterlibatan pribadi dalam memilih dan mengevaluasi
pilihan perawatan kesehatan untuk mencapai outcome yang
diinginkan.
Kriteria hasil dari partisipasi dalam keputusan perawatan kesehatan
pada tugas keluarga ke dua yaitu menunjukkan pengarahan diri
dalam membuat keputusan dengan skala awal 2 dan skala tujuan 4.
Keterangan Skala :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang-kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = secara konsisten menunjukkan
NIC : dukungan pengambilan keputusan (5250)
Definisi : menyediakan informasi dan dukungan bagi pasien terkait
dengan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan
perawatan kesehatan
1) Tentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan pasien
dan pandangan penyedia perawatan kesehatan mengenai
kondisi pasien.
2) Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan harapan yang
mungkin akan membantu dalam membuat pilihan yang penting
dalam hidupnya.
3) Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari
setiap alternatif pilihan.
4) Fasilitasi pengambilan keputusan kolaboratif
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang mempunyai
masalah kesehatan.
NOC : Manajemen Diri: Hipertensi (3107)
Definisi : Tindakan seseorang untuk mengelola hipertensi,
pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan
komplikasinya
Skala Outcome :
Tabel 2.4
Indikator Manajemen diri : Hipertensi pada tugas keluarga ke tiga
No indikator Awal Tujuan
1. Memantau tekanan darah 2 4
2. Mengikuti diit yang 2 4
direkomendasikan
3. Membatasi asupan garam 2 4
NIC : pengajaran : prosedur/perawatan (5618)
Definisi : menyiapkan pasien agar dapat memahami dan siap secara
mental terkait dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan
1) Kaji pengalaman pasien sebelumnya dan tingkat pengetahuan
pasien terkait tindakan yang akan dilakukan
2) Jelaskan tujuan tindakan yang akan dilakukan
3) Jelaskan pengkajian atau aktivitas paska tindakan beserta
rasionalisasinya
4) Informasikan pasien agar pasien ikut terlibat dalam proses
penyembuhan
5) Kaji harapan pasien mengenai tindakan yang dilakukan
d. Memodifikasi lingkungan yang kondusif
NOC : Manajemen Diri: Hipertensi (3107)
Definisi : Tindakan seseorang untuk mengelola hipertensi,
pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan
komplikasinya
Kriteria hasil dari indikator manajemen diri: hipertensi pada tugas
keluarga ke empat yaitu menggunakan buku harian untuk
memantau tekanan darah dari waktu ke waktu dengan skala awal 2
dan skala tujuan 4.
Keterangan Skala :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang-kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = secara konsisten menunjukkan
NIC : peningkatan keterlibatan keluarga (7110)
Definisi : memfasilitasi partisipasi anggota keluarga dalam
perawatan fisik dan emosional pasien
1) Bangun hubungan pribadi dengan pasien dan anggota
keluarga yang akan terlibat dalam perawatan
2) Identifikasi kemampuan anggota keluarga untuk terlibat
dalam perawatan pasien
3) Dorong anggota keluarga dan pasien untuk membantu dalam
mengembangkan rencana perawatan, termasuk hasil yang
diharapkan dan pelaksanaan rencana perawatan
4) Monitor keterlibatan anggota keluarga dalam perawatan
pasien
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk pemeliharaan
dan perawatan anggota keluarga yang mempunyai masalah
NOC : Manajemen Diri: Hipertensi (3107)
Definisi : Tindakan seseorang untuk mengelola hipertensi,
pengobatan, pencegahan perkembangan penyakit dan
komplikasinya.
Kriteria hasil dari indikator manajemen diri: hipertensi pada tugas
keluarga ke lima yaitu Hubungi pelayanan kesehatan bila tidak
dalam rentang target dengan skala awal 2 dan skala tujuan 4.
Keterangan Skala :
1 = tidak pernah menunjukkan
2 = jarang menunjukkan
3 = kadang-kadang menunjukkan
4 = sering menunjukkan
5 = secara konsisten menunjukkan
NIC : panduan sistem pelayanan kesehatan (7400)
Definisi : memfasilitasi pasien mengenai lokasi dan penggunaan
layanan kesehatan yang tepat
1) Bantu pasien atau keluarga untuk berkoordinasikan dan
mengkomunikasikan perawatan kesehatan.
2) Bantu pasien atau keluarga memilih professional perawatan
kesehatan yang tepat.
3) Dorong konsultasi dengan professional perawatan kesehatan
lainnya, dengan tepat.
Dx : Hambatan Rasa Nyaman
Mengenal masalah kesehatan
Setelah dilakukan tindakan 5x45 menit, keluarga Tn. L mampu
mengenal masalah kesehatan dalam Hambatan Rasa Nyaman,
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
NOC : Pengetahuan: Sumber-Sumber Kesehatan (1806)
Indikator Awal Tujuan
Pentingnya perawatan tindak
2 4
lanjut
Rencana perawatan tindak
2 4
lanjut
Strategi untuk mengakses
2 4
layanan kesehatan
Keterangan skala:
1. Tidak ada pengetahuan
2. Pengetahuan terbatas
3. Pengetahuan sedang
4. Pengetahuan banyak
5. Pengetahuan sangat banyak
NIC : Pendidikan Kesehatan (5510)
- Tentukan pengetahuan keehatan dan gaya hidup perilaku saat
ini pada individu, keluarga, atau kelompok sasaran.
- Bantu keluarga untuk memperjelas keyakinan dan nilai-nilai
kesehatan
- Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk menolak
perilaku yang tidak sehat atau beresiko daripada memberikan
saran untuk menghindari atau mengubah perilaku
- Lakukan demonstrasi ketika mengajarkan kemampuan
psikomotorik
- Libatkan keluargga dalam perencanaan dan rencana
implementasi gaya hidup atau modifikasi perilaku kesehatan
- Tekankan pentingnya pola makan yang sehat, tidur dan
berolahraga
Mengambil keputusan
Setelah dilakukan tindakan 5x45 menit, diharapkan keluarga Tn. L
mampu mengambil keputusan dalam Hambatan Rasa Nyaman,
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
NOC : Partisipasi dalam Keputusan Perawatan Kesehatan
(1606)
Indikator Awal Tujuan
Menentukan pilihan
yang diharapkan terkait
3 5
dengan outcome
kesehatan
Menggunakan teknik
penyelesaian masalah
untuk mencapai 3 5
outcome yang
diinginkan
Menyampaikan niat
untuk bertindak terkait 3 5
dengan keputusan
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukan
2. Jarang menunjukan
3. Kadang-kadang menunjukan
4. Sering menunjukan
5. Secara konsisten menunjukan
NIC : Dukungan Pengambilan Keputusan ( 5250)
- Tentukan apakah terdapat perbedaan antara pandangan pasien
dan pandangan penyedia perawatan kesehatan mengenai kondisi
pasien

- Informasikan pada pasien mengenai pandangan-pandangan atau


solusi alternative dengan cara yang jelas dan mendukung
- Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari
setiap alternative pilihan

- Hormati hak-hak pasien untuk menerima atau menolak informasi

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat
sebelumnya..
Menurut Kholifah & Widagdo (2016) tindakan implementasi
keperawatan keluarga mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara:
1) Memberikan informasi
2) Memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
b. Menstimulus keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat, dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi jika tidak melakukan tindakan
2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
3) Mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara:
1) Mendemonstrasikan cara perawatan
2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah
3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan
d. Membantu keluarga untuk menemkan cara bagaimana membuat
lingkungan menjadi sehat dengan cara:
1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga
2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara:
1) Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga
2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan
yaitu dengan menggunakan pendekatan SOAP (Subjektif, Objektif,
Analisa, dan Planning). Evaluasi keperawatan keluarga adalah
tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (Kholifah & Widagdo, 2016).

Anda mungkin juga menyukai