Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT FEBRIS
DI RUANG ARGOPURO

RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

OLEH :

Eva Agustin Yuni Lestari


22101062

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN FEBRIS

1.1 Pengertian
Demam/Fever/Febris, merupakan keadaan apabila suhu tubuh > 37,7°C.
Ada yang menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal
(38°C - 40°C). Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,1°C, ada juga yang
menyebutkan > 40°C. Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih
rendah dari 37,7°C (Zein, 2012).
Demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>
37,5°C). Demam terjadi pada suhu > 37,2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur atau parasite), penyakit autoimun, keganasan, ataupun
obat-obatan (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat
peningkatan pusat pengatur suhur di hipotalamus. Sebagian besar demam pada
anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di
hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat
menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin berperan dalam
meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam
membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).
1.2 Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul
kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan Pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau
dua hari dengan pemeriksaan media yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya
perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis
penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan riwayat
penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observas perjalanan penyakit
dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara tepat dan
holistic (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam
dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit
metabolic maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam Thobroni,
2015).
Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam
Thobroni (2015) bahwa etiologi febris, diantaranya:
1) Suhu lingkungan
2) Adanya infeksi
3) Pneumonia
4) Malaria
5) Otitis media
6) Imunisasi
1.3 Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:
1) Demam Septik
Suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun Kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun
ketingkat yang normal dinamakan demam hektik.
2) Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3) Demam Intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4) Demam Kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5) Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti
oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang
dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten
untuk malaria.
1.4 Manifestasi Klinis
Menurutr Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:
1) Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,5°C-39°C)
2) Kulit kemerahan
3) Hangat pad1a sentuhan
4) Peningkatan frekuensi pernapasan
5) Menggigil
6) Dehidrasi
7) Kehilangan nafsu makan
1.5 Patofisiologi
Terlampir

1.6 Pathway
Terlampir

1.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Radiologis:
Thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT-Scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
2. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah dan urine rutin
2) Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung
3) Pemeriksaan feses
4) Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan
pada pasien demam yang dicurigai malaria
5) Rapid Diagnostic Test (RDT)
6) Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau secret yang diduga
sebagai akibat dari infeksi
7) Tes Antigen
8) Tes Serologik
9) Kultur darah dan sensitivity test yang harus dimintakan sesuai dengan
temuan dan dugaan klinis
10) Kimia Darah, seperti elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien
1.8 Diagnosa Banding
1) Hipertermi
2) Defisit Nutrisi
3) Diare
1.9 Komplikasi
1) Dehidrasi : demam meningkatkan penguapan cairan tubuh
2) Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam
ini juga tidak membahayakan otak.
1.10 Penatalaksanaan
1) Tindakan Farmakologis
a. Paracetamol
Merupakan obat pilihan pertama untuk menurunkan suhu tubuh.
Dosis yang diberikan antara 10-15 mg/kg BB akan menurunkan
demam dalam waktu 30 menit dengan puncak pada 2 jam setelah
pemberian. Demam dapat muncul Kembali dalam waktu 3-4 jam.
b. Ibuprofen
Merupakan obat penurun demam yang juga memiliki efek anti
peradangan. Ibuproffen merupakan pilihan kedua pada demam,
bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen dapat diberikan ulang
dengan jarak antara 6-8 jam dari dosis sebelumnya. Untuk
penurunan panas dapat dicapai dengan dosis 5 mg/kg BB.
2) Tindakan Non Farmakologis
a. Memberikan minuman yang banyak
b. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
c. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
d. Memberikan kompres
1.11 Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien : nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
nama orang tua, pekerjaan rang tua, alamat, suku, bangsa, agama.
b. Keluhan utama klien yang biasanya menderita ferbris mengeluh
suhu tubuh panas >37,5°C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat Kesehatan sekarang. Pada umumnya didapatkan
peningkatan suhu tubuh diatas 37,5°C. Gejala febris yang biasanya
muncul yaitu menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan
berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat Kesehatan dulu
e. Riwayat Kesehatan keluarga
f. Genogram
g. Kebutuhan dasar
1) Makanan dan minumam. Biasanya klien dengan febris
mengalami nafsu makan berkurang, dan susah untuk makan
hingga kekurangan asupan nutrisi.
2) Pola tidur. Biasanya klien dengan febris mengalami susah
untuk tidur karena merasa gelisah dan berkeringat.
3) Mandi
4) Eliminasi
2. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran
2) Tanda-tanda vital
3. Data penunjang. Biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium urine,
feses, dara, dan biasanya leukosit nya > 10.000 (meningkat),
sedangkan Hb, Ht menurun.
4. Diagnosis Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
(D.0130)
2) Defisit Nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme (D.0019)
3) Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
4) Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
(D.0055)
5) Ansietas berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga (D.0080)
6) Diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan (D.0020)
5. Intervensi

No. Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

1. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen hipertermi


berhubungan Tindakan (I.15506)
dengan keperawatan Observasi
peningkatan selama 3x24 jam, - Identifikasi
laju diharapkan: penyebab
metabolism Termoregulasi hipertermi
(D.0130) (L.14134) - Monitor suhu tubuh
1. Pucat - Monitor kadar
menurun elektrolit
2. Menggigil - Monitor komplikasi
menurun
3. Takikardi
menurun Terapeutik
4. Suhu - Longgarkan atau
lepakan pakaian
membaik - Berikan cairan oral
5. Suhu kulit
Edukasi
membaik
- Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit

2. Defisit Setelah dilakukan Pemantauan Nutrisi


Nutrisi Tindakan (I.03123)
berhubungan keperawatan Observasi
dengan selama 3x24 jam, - Identifikasi faktor
peningkatan diharapkan: yang
kebutuhan Status Nutrisi mempengaruhi
metabolism (L.03030) asupan gizi
(D.0019) 1. Pola makan - Identifikasi pola
yang makan
dihabiskan - Monitor mual
2. Sariawan muntah
berkurang - Monitor asupan oral
3. Perasaan cepat - Monitor warna
kenyang konjungtiva
menurun - Monitor hasil
4. Nafsu makan laboratorium
meningkat
Terapeutik
5. Membran
mukosa - Atur interval waktu
membaik pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien

Edukasi

- Jelaskan tujuan dan


prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil
pemantauan

3. Diare Setelah dilakukan Pemberian Obat (I.02062)


berhubungan Tindakan Observasi
dengan keperawatan - Identifikasi
perubahan selama 3x24 jam, kemungkinan
air dan diharapkan: alergi, interaksi dan
makanan Eliminasi Fekal kontra indikasi obat
(D.0020) (L.04033) - Identifikasi tanda
1. Nyeri vital dan nilai
abdomen laboratorium
menurun sebelum pemberian
2. Konsistensi obat
feses
Terapeutik
membaik
3. Frekuensi - Perhatika prosedur
defekasi pemberian obat
membaik - Lakukan prinsip 6
benar
- Buang obat yang
tidak
terpakai/kadaluarsa
- Dokumentasikan
pemberian obat dan
respon terhadap
obat

Edukasi

- Jelaskan jenis obat,


alas an pemberian
- Tindakan yang
diharapkan dan efek
samping
- Jelaskan faktor
yang dapat
meningkatkan dan
menurunkan
efektifitas obat
DAFTAR PUSTAKA

Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penurunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS Telogorejo
Semarang. Httpas://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M. Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta:
Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.) Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.) Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai