Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

Di Puskesmas Arjowinangun Kota Malang

“SCABIES”

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners

Departemen Pediatri

Oleh :
Naily Hidayah
NIM: 2233014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Departemen Pediatri dengan Scabies Di Ruang Rawat Jalan


Puskesmas Arjowinangun Kota Malang, yang dilakukan Oleh:

Nama : Naily Hidayah


NIM : 2233014
Prodi : PENDIDIKAN PROFESI NERS

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Program Pendidikan Profesi
NERS Departemen Pediatri, yang dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2022 - 29
Oktober 2022, yang telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 29 Oktober 2022

Malang, 29 Oktober 2022

Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(Masita Widiyani,S.Kep.Ns,M.Kep)
( Ernik Ekarnawati,S.Kep.Ns )
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mengetahui dan memahami definisi penyakit scabies


2. Mengetahui dan memahami faktor resiko scabies
3. Mengetahui dan memahami etiologi scabies
4. Mengetahui dan memahami patofisiologi scabies
5. Mengatahui dan memahami manifestasi klinis scabies
6. Mengetahui dan memahami komplikasi
7. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang scabies
8. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan scabies
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan scabies
SCABIES

A. Definisi

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan


sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda.
2007). Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005). Scabies adalah penyakit zoonosis yang
menyerang kulit, mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke
manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh
dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart,
1997).

Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan


oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia
ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras
dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang
disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian
hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig,
budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular
oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit
stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

B. Faktor Resiko
1. Usia
Skabies sering menginfestasi orang usia lanjut yang tinggal di fasilitas
perawatan jangka panjang misalnya di panti jompo karena kepadatan
penghuni serta perawatan dan kebersihan yang kurang memadai.
2. Jenis Kelamin
Skabies dapat menginfestasi laki-laki maupun perempuan, tetapi laki-laki
lebih sering menderita skabies. Hal tersebut disebabkan lakilaki kurang
memerhatikan kebersihan diri dibandingkan perempuan.
3. Tingkat Kebersihan
Memelihara kebersihan diri pada seseorang harus menyeluruh, mulai dari
kulit, tangan, kaki, kuku, sampai ke alat kelamin. Cuci tangan sangat penting
untuk mencegah infeksi bakteri, virus, dan parasit.
4. Penggunaan Alat Pribadi Bersama
5. Kepadatan Penghuni
Faktor utama risiko skabies adalah kepadatan penghuni rumah dan kontak
yang erat. Prevalensi skabies dua kali lebih tinggi di pemukiman kumuh
perkotaan yang padat penduduk dibandingkan di kampung nelayan yang tidak
padat
6. Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan tentang Skabies
7. Budaya
8. Sosial ekonomi
( Sungkar, Saleha, Prof.dr. DAP&E, MS, Sp.ParK, 2016 )

C. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung
dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata.
Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum
membuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur tersebut menetas
menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat terowongan yang digali Sarcoptes
betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita
mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002). Sarcoptes scabiei
termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili Sarcoptes. Pada
manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. Scabiei
yang lain, misalnya kambing dan babi.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,
punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen,
berwarna puith kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara
330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni
200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2
pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua pada
betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki ketiga
berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup
tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi diatas
kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari
dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 mm sehari
dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40
atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan
menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3
pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar.
Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Keperawatan Medikal
Bedah, 2002 )

D. Patofisiologi
Sarcoptes scabiei yang diawali oleh masuknya tungau dewasa ke dalam
kulit manusia dan membuat terowongan di stratum korneum sampai akhirnya
tungau betina bertelur.Sarcoptes scabiei tidak dapat menembus lebih dalam dari
lapisan stratum korneum.6,10,11 Telur menetas menjadi larva dalam waktu 2-3
hari dan larva menjadi nimfa dalam waktu 3-4 hari. Nimfa berubah menjadi
tungau dewasa dalam 4-7 hari. Sarcoptes scabiei jantan akan mati setelah
melakukan kopulasi, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup dalam beberapa
hari.1,9 Pada sebagian besar infeksi, diperkirakan jumlah tungau betina hanya
terbatas 10 sampai 15 ekor dan kadang terowongan sulit untuk diidentifikasi (
Firza Syailindra dan Hanna Mutiara l )
E. Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardial berikut ini :

1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam
sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang
berdekatan akan diserang tungau tersebut.
3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat
predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian
depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang
dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4. Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,
merupakan hal yang paling diagnostik.

Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama,
dapat timbul likenifikasi, impetigo, da furunkulosi.

F. Komplikasi
Komplikasi scabies dapat terjadi akibat menggaruk dengan kuat karena dapat
menembus kulit dan memungkinkan terjadinya infeksi bakteri sekunder seperti
impetigo. Impetigo adalah infeksi superfisial kulit yang disebabkan oleh bakteri
staph (sthapylocouccus)/kadang-kadang oleh bakteri strep (streptokokus).
G. Pemeriksaan penunjang
Tungau biasanya dapat ditemukan pada ujung terowongan, namun
pemeriksaan ini memerlukan keterampilan dan latihan. Kerokan kulit dari lesi
berupa papul atau terowongan, bermanfaat untuk menegakkan diagnosis skabies.
Pada skabies klasik, sering tidak dijumpai tungau karena ssedikitnya jumlah
tungau.
Pemeriksaan lain yaitu burrow in test, dengan cara mengoleskan tinta atau
gentian violet ke permukaan kulit yang terdapat lesi tinta akan terabsorbsi dan
kemudian akan terlihat terowongan. Selain itu, dapat digunakan tetraskin topikal
dan dengan bantuan lampu wood terowongan akan tampak sebagai garis lurus
berwarna kuning kehijauan.

H. Penatalaksanaan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
1. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,
handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya
hingga kering.
2. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
3. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.
4. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit yang
mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
5. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk dan
pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas kalau
perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.
6. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap bersih
dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta
menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat dilakukan
penatalakasanaan medis.Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua
stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara
pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita
yang hiposesitisasi).
Jenis obat topikal:
a.    Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep atau krim.
Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat
aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari
karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan
dapat menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium, diberikan
setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam bentuk krim
atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat pilihan karena
efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi
seminggu kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek
pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika digunakan berlebihan ,
dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu
menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau losio
mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60 % pasien.
Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini
disapukan ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat
menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus di
tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal. Pengguanaanya
selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih. Merupakan obat yang
paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan
memiliki toksisitas rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa
sama dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik.
Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder perlu
diberikan antibiotik sistemik.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian Keperawatan

1. Warna Kulit

Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi penilaian tentang keadaan kulit,
misalnya warna kulit untuk mengetahui adanya pigmentasi kulit. Warna kulit yang tidak
normal dapat disebabkan oleh melanin pada kulit: warna coklat dapat menunjukkan
adanya penyakit Addison atau tumor hipofisis, warna biru kemerahan dapat
menunjukkan adanya polisitemia, warna merah menunjukkan adanya alergi dingin,
hipertermia, psikologis, alcohol atau inflamasi local, warna biru (sianosis) perifer akibat
kecemasan/kedinginan atau sentral karena penurunan kapasitas darah dalam membawa
oksigen yang meliputi bibir, mulut, dan badan. Selanjutnya, warna kuning menunjukkan
icterus yang menyertai penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran
empedu/infeksi berat yang dapat dilihat pada sclera, membrane mukosa dan abdomen;
apabila terdapat pada telapak tangan, kai, dan muka menunjukkan dampak atas
konsumsi wortel/kentang; apabila pada area kulit terbuka (bukan pda sklera dan
membran mukosa) menunjukkan adanya penyakit ginjal kronis. Warna pucat (kurang
merah muda pada orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit hitam menunjukkan
adanya sinkop, demam, syok atau anemia. Kekurangan warna secara umum dapat
menunjukkan albinisme.

1. Kelembapan kulit

Dalam keadaan normal, kulit agak kering dan dalam keadaan patologis dapat dijumpai
kekeringan pada daerah bibir. Kekeringan pada tangan dan genital dapat menunjukkan
adanya dermatitis kontak. Keadaan normal pada membrab mukosa adalah lembab, dan
bila terjadi kekeringan menunjukkan adanya dehidrasi
2. Tekstur kulit

Penilaian tekstur kulit dapar dilakukan melalui pengamatan dan palpasi, contoh tekstur
abnormal adalah pengelupasan atau sisik pada jari tangan dan kaki. Perhatikan juga
turgor, yaitu kembalinya kulit secara semula tanpa meninggalkan tanda ketika cubit
dalam keadaan normal. Selain itu, perhatikan juga ada apa tidaknyaedema/lesi ( mapula,
kapula, nodul, tumor, lesikula, bula, pustula).

B.     Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak


2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan  edema

C.    Rencana Keperawatan

No Dp Hari / tgl Tujuan Rencana rasionalisasi TTD


1.   Setelah dilakukan 1. Monitor    
tindakan keperawatan kerentanan
1×24 jam diharapkan terhadap infeksi
klien tidak terjadi 2. Inspeksi kulit
resiko infeksi dengan dan membrane
kriteria hasil: kalien mukosa terhadap
bebas dari tanda dan kemerahan,
gejala infeksi,menun panas
jukkan kemampuan 3. Inspeksi kondisi
untuk mencegah luika
timbulnya infeksi, 4. Ajarkan cara
menunjukkan perilaku menghindari
hidup sehat  infeksi
5. Berikan terapi
antibiotik

2.   Setelah dilakukan 1. Kaji tidur pasien


tindakan keperawatan 2. Berikan
1×24 jam diharapkan kenyamanan
tidur klien tidak pada klien
terganggu dengan (kebersihan
kriteria hasil mata tempat tidur
klien tidak bengkak klien)
lagi, klien tidak sering 3. Catat banyaknya
terbangun di malam klien terbangun
hari, klien tidak pucat di malam hari
lagi 4. Berikan music
klasik sebagai
pengantar tidur
5. Kolaborasi
dengan dokter
pemberi
analgetik

3.   Setelah dilakukan 1. Monitor


tindakan asuhan kerentanan
keperawatan selama terhadap infeksi
…. X24jam 2. Batasi
diharapkan klien tidak pengunjung bila
terjadi resiko infeksi perlu
dengan KH : 3. Instruksikan
pada pengunjung
1. Klien bebas dari
untk mencuci
tanda dan gejala
tangan
infeksi
saatberkunjung
2. Menunjukan
dan setelah
kemampuan untuk
meninggalkan
mencegah
pasien
timbulnya infeksi
4. Berikan
3. Menunjukkan
perilaku hidup perawatan kulit
sehat pada area
epidema
 
5. Inspeksi kulit
dan membrane
mukosa terhadap
kemerahan,panas
6. Inspeksi kondisi
luka
7. Berikan terapi
anibiotik bila
perlu
8. Ajarkan cara
menghindari
infeksi

 
    Setelah dilakukan 1. Mampu
tindakan asuhan melindungi kulit
keperawatan elama …. dan
X24jam diharapkan mempertahankan
lapisan kulit klien kelembapan kulit
terlihat normal, dengan serta perawatan
KH : alami
2. Perfusi jaringan
1. Integritas kulit yang
baik – Anjurkan
bak dapat
pasien
dipetahankan
menggunakan
(sensasi, elastisitas,
pakaian yang
temperatur)
longgar
2. Tidak ada luka atau
3. Jaga kebersihan
lesi pada kulit
kulit agar tetap
bersih dan kering
 
4. Monitor kulit
akan adanya
kemerahan
5. Mandikan pasien
dengan air
hangat dan sabun

D.    Evaluasi Keperawatan

Masalan gangguan rasa nyaman nyeri dikatakan teratasi apabila :

1. nyeri terkontrol
2. gatal mulai hilang
3. puss hilang
4. kulit tidak memerah – kaji TTV

DAFTAR PUSTAKA
Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3
jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

Hanna Mutiara1 , Firza Syailindra2 1 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran,


Universitas Lampung 2Mahasiswa,Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Sungkar, Saleha, Prof.dr. DAP&E, MS, Sp.ParK, Skabies, Etiologi, Patogenesis,


Pengobatan, Pemberantasan, dan Pencegahan : Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2016

Riyana Husna a , Tri Joko b , Nurjazuli c Jurnal Magister Kesehatan Lingkungan ,


Universitas Diponegoro, Semarang ,Indonesia)

Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.

Anda mungkin juga menyukai