Anda di halaman 1dari 20

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM INTEGUMEN

”URTIKARIA”

Dosen Pengampu:

Julianto, Ns.,M.Kep

Linda,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh:
Narita Trimar
1614201110096

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2018/2019
1. Konsep Penyakit : Urtikaria

1.2 Definisi :

Urtikaria merupakan reaksi vaskular dari kulit berwarna merah atau keputihan
akibat edema interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau mukosa (price,1995).

Urtikaria merupakan istilah-istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang


ditandai dengan adanya pembentukan bilur-bilur pembengkakan kulit yang dapat
hilang tanpa meninggalkan bekasyng terlihat (Brown robin graham hal:2205).

Urtikaria(biduran) merupakan suatu reaksi pada kulit yang timbul mendadak


akut karena pengeluaran histamine yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah
dan kebocoran dari pembuluh darah. Secara imunologik , dari data yang ada ejak
tahun 1987,urtikaria merupakan slah satu manifetasi keluhan alergi pada kulit yang
paling serin dikemukakan oleh penderita , keadaan ini juga di dukung oleh penelitian
ahli yang lain (Hodijah,2009).

1.3 Etiologi :
Pada penyelidikan ternyata hamper 80% tidak diketahui penyebabnya. Diduga
penyebab urtikaria bermacam-macam, di antaranya : obat, makanan,
gigitan/sengatan serangga, bahkan fotosensitizer, inhalan.
a. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtika,baik secara imunologik
maupun nonimunologik. Hampir semua obat sistemik menimbulkan urtikaria
secara imunologik tipe 1 atau 2 contohnya ialah obat-obat glongan penisilin,
hormone, dan diuretik.
b. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut, umumnya
akibat reaksi imunologik. Makanan berupa protein atau bahan lain yang
dicampurkan ke dalamnya seperti zat warna, penyedap rasa, atau bahan pengawet,
serin menimbulkan urtikaria alergika. Contoh makanan yang sering menimbulkan
urtikaria ialah telur,ikan, kacang, udang, coklat, tomat, keju, bawang, dan
semangka.
c. Gigitan/sengatan serangga
Dapat menimbulkan urtika setempat, agaknya hal ini lebih banyak diperantarai
oleh igE(tipe 1) dan tipe seluler (tipe IV). Tetapi venom dan toksin bakteri,
biasanya dapat pula mengaktifkan koplemen. nyamuk,kepinding, dan serangga
lainnya, menimbulkan urtika bentuk popular di sekitar tempat gigitan, biasanya
sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari,minggu, atau bulan.
d. Bahan fotosensitizer
Bahan semacam ini, misalnya griseofulvin,fenoyiazin, sulfonamide, bahan
kosmetik, dan sabun germisid sering menimbulkan urtikaria.
e. Inhalan
Inhalan berupa serbuk sari bunga (polen), spora jamur, debu, bulu binatang, dan
aerosol, umumnya lebih mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe1). Reaksi ini
sering dijumpai pada penderita atopi dan disertai gangguan nafas.

1.4 Tanda gejala:


a. Klinis tampak bentol, berwarna merah dan gatal . Bentol dapat pula berwana putih
ditengah yang dikelilingi warna merah.Warna merah bila ditekan akan memutih.
Ukuran tiap lesi bervariasi dari diameter beberapa millimeter sampai beberapa
sentimeter, berbentuk sirkular atau merambat. Ketika kulit muncul kemerahan dan
terjadi penonjolan pada kulit maka akan terasa nyeri.
b. Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul lesi baru.
c. Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar lesi terdapat
pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas lesi akan terlihat
pada daerah yang terkena dingin atau panas.

1.5 Patofisiologi :
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan
menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang
dilepaskan setempat akan menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan
timbulnya red flare (kemerahan) dan (2) peningkatan permeabilitas kapiler
setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan
setempat yang berbatas jelas (Guyton,2008).

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang


meningkat,sehingga terjadi transudasi cairan yang mengakibatkan pengumpulan
lokal. Sehingga secara klinis tampakedema lokal disertai eritem. Vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan meditor misalnya
histamine, kinin, serotonim, slow reacting substance of anafilacsis dan
prostaglandin oleh sel mast dan atau basofil (Asta Qauliyah,2007).

Sel mast merupakan sel yang berperan dalam pelepasan mediator vasoaktif seperti
histamine yaitu agen utama dalam urtikaria. Mediator lain eperti leukotrin dan
prostaglandin juga mempunyai kontribusi baik dalam respon cepat maupun lambat
dengan adanya kebocoran cairan dalam jaringan (Hodijah,2009)..

Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertaipermeabilitas kapiler yang meningkat,


sehingga terjadi transudasi cairan yang mengkibatkan pengumpulan cairan
setempat. Sehingga secara klinis tampak edema setempat disertai kemerahan.
Vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler dapat terjadi akibat pelepasan
mediator-mediator, misalnya histamine,kini, serotonin, dan prostaglandin oleh sel
mast dan atau basofil. Selain itu terjadi inhibisiprotenase oleh enzim proeolotik,
misalnya kalikrin, tripsin, plasmin, dan hemotripsin di dalam sel mast. Baik faktor
imunologik, maupun nonimunologik mampu merangsang sel mast atau basofil
untuk melepaskan mediator tesebut. Pada yang nonimunologik mungkin sekali
siklikAMP (adenosine mono phosphate) memegang peranan pentng pada
pelepasan mediator. Beberapa bahan kimia seperti golongan amindn derivate
amidin,obat-obatan sepertimorfin, kodein, polimiksin, dan beberapa antibiotic
berperan pada keadaan ini. Bahan kolinergik, misalnya asetilkolin, dilepaskan
oleh saraf kolinergik kulit yang yang mekanisme nya belum diketahui, langsung
dapat mempengaruhi el mast untuk melepaskan mediator. Faktor fisik, misalnya
panas, dingin, trauma tumpul, sinar X, dan pemijatan, apat langsung merangang
sel mast. Beberapa keadaan,misalnya demam,pans,emosi, dan alcohol dapat
merangsang langsung pada pembuluh darah kapiler sehingga terjadi vasodilatasi
danpeningktan permeabilitas.Faktor imunologik lebih berperan pada urtikaria
yangakut daripada yang kronik dimana biasanya Ig. E
terikat pada permukaan sel mast dan atau sel basofil Karen adanaya resepto
Fc,bila ada antigen yang sesuai berikatan dengan Ig.E, maka terjadi degranulasi
sel, sehingga mampu melepaskan mediator. Keadaan ini jelas tampakpada
reaksitipe 1 (anafilaksis), misalnya alergi obat dan makanan.komplemen juga ikut
berperan, aktivasi komplemen secara klasik maupun secara alternative
menyebabkan pelepasan anafilatoksin(C3Ac5A) yang mampu meragsang sel mast
dan basofil, misalnya tampak akibat venom atau toksin bakteri. Ikatan dengan
komplemen juga terjadi pada urtikaria akibat reaksi sitotoksik dan kompleks
imun, pada keadaan ini juga dilepaskan zat anafilatoksin. Urtikaria akibat kontak
dapat juga teradinya misalnya setelah pemakaian bahan penangkis serangga,
bahan kosmetik, dan sefalosporin. Kekurangan C1esterase inhibitor secara genetic
menyebabkan edema angioneurotik yang herediter (Irga,2009).

1.6 Pemeriksaan Penunjang :


a. Pemeriksaan darah,urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam . Cryoglobulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa pada dugaa urtikari dingin.
b. Pemeriksaan gigi, telnga, hidung , tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk
menyngkirkan adanya infeksi fokal.
c. Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil, dan komplemen.
d. Tes kulit, meskipun terbatas kegunaan nya dapat dipergunakan untuk membantu
diagnosis. Uji gores dan uji tusuk, serta tes intradermal dapat dipergunakan untuk
mencari alergen inhalan, makanandermatofit dan kandida.
e. Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicuigai
untuk beberapa waktu, lalu mencoba nya kembali satu demi satu.
f. Pada urtikaria fisik akba sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
g. Tes dengan es.
h. Tes dengan air hangat.

1.7 Komplikasi :
a. Urtikaria dan angiodema dapat menyebabkan rasa gatal yang menimbulkan
ketidaknyamanan. Urtikaria kronik juga menyebabkan stress psikologis dan
sebaliknya sehingga mempengaruhi kualitas hidup penderita seperti pada
penderita jantung.
b. Lesi-lesi urtikaria bisa sembuh tanpa komplikasi. Namun pasien dengan gatal
yang hebat bisa menyebabkan purpura dan excoriasi yang bisa menjadi infeksi
sekunder.Penggunaan antihistamin bisa menyebabkan somnolens dan bibir
kering. Pasien dengan keadaan penyakit yang berat bisa mempengaruhi kualitas
hidup.

1.8 Penatalaksanaan :
Pengobatan yang paling ideal tentu saja mengobati penyebab atau bila
mungkin menghindari penyebab yang dicurigai. Bila tidak mungkin paling tidak
mencoba mengurangi penyebab tersebut, sedikit-sedikit tidak menggunakan dan
tidak berkontak dengan penyebabnya.
Pengobatan dengan anthihistamin pada urtikaria sangat bermnfaat. Cara kerja
anthihitamin telah diketahui dengan jelas, yaitu menghambat histamine pada
resepto-reseptornya. Berdasarkan reseptor yang dihambat, anthihstamin dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu antagonis reseptor H1(anthihistamin 1, AH1)
dan reseptor H2 (AH2).

Pada umumnya efek anthihistamin telah terlihat dalam waktu15-30 menit setelah
pemakaian oral, dan mencapai puncaknya pada 1-2jam, sedangkan lama kerjanya
bervariasi dari 3-6jam. Tetapi ada juga anthihistamin yang waktu kerjanya lebih
lama yaitu meklizindan klemastin.
Bila pengobatan dengan satu jenis anthihistamin gagal hendaknya diprgunakan
anthihistamin grup yang lain. Hidroksizin ternyata lebih efektif daripada
anthihistamin lain untuk mencegah urtikaria, dermografisme dan urtikaria
kolinergik. Pada urtikaria karena dingin ternyata siproheptadin lebih efekt.
Kadang-kadang golongan beta adrenergic seperti epinefrin atau efedrin,
kortikosteroid, serta tranquilizer, baik pula untuk mengatasi urtikaria. Penyelidik
lain mengemukakan pengobatan dengan obat beta adrenergik ternyata efektif
untuk urtikaria yang kronik.Pemberian kortikosteroid sistemik diperlukan pada
urtikaria yang akut dan berat, tetapi tidak banyak manfaatnya pada urtikaria
kronik.

Pengobatan dengan anti-enzim, misalnya anti plasmin dimaksudkan untuk


menekan aktivitas plasmn yang timbul pada perubahan reaksi antigen antibody.
preparat yang digunakan adalah ipsilon. Obat lain ialah trasilo, hasilnya 44%
memuaskan.Pengobatan dengan cara desensitasi, misalnya dilakukan pada
urtikaria dingin dengan melakukan sensitisasi air pada suhu 10oC (1-2 menit) 2
kali sehari selama 2-3 minggu. Pada alergi debu, serbuk sari bunga dan jamur,
desensitasi mula-mula dengan alergen dosis kecil 1 minggu 2x, dosis dinaikkan
dan dijarangkan perlahan-lahan sampai batas yang dapat ditoleransi oleh
penderita. Eliminasi diet dicobakan pada yang sensitive terhadap makanan.

Pengobatan lokal di kulit dapat diberikan secara simtomatik,misalnya anti-pruritus


yang senitif atau bedak kocok.
1.9 Pathway
1.10 Evidence based Practice
1.11 Terapi Komplementer :
a. Daun sirih merupakan salah satu daun yang memiliki banyak manfaat termasuk
utuk mengatasi biduranpada kulit. Untuk membantu menyembuhkan biduran
dengan daun sirih caranya cukup sederhaa, pertama sediakan daun sirih beberapa
lembar atau secukupnya.Lalu rebuslah menggunakan airhingga mendidih.
Kemudian saring air rebusan tersebut dan minumlah ramuan tersebut untuk
membantu mengobati biduran dari dalam.
b. Air kelapa hijau memiliki banyak khasiat. Salah satuna yaitu untuk membantu
menetralisir racun yang ada pada tubuh kita. Sehingga air kelapa bisa kita
manfaatkan untuk membantu menyembuhkan biduran pada kulit. Anda bisa
mengkonsumsi air kelapahijau yang masih segar.
c. Kompres dingin
Cara sederhana yang bisa anda lakukan untuk membantu mengatasi biduran
adalah degan mengkompres denganair dingin. Mengkompres dengan air dingin
bertujuan untuk mengurangi rasa gatal akibat biduran.Cara cukup mudah, anda
bisamenyediakan waslap kemudian dibasahi dengan menggunakan air dingin atau
air es. Lalu tempelkan waslap tesebut pada permukaan kulit yang terkena biduran.
d. Minyak kayu putih dan Minyak zaitun
Untuk membantu menyembuhkan biduran pada kulit, anda bisa memanfaatkan
minyak seperti minyak kayu putih dan minyak zaitun sebagai obat luar atau obat
oles. Anda bisa menyediakan satu sendok makan minyak zaitun dan minyak kayu
putih lalu campurkan kedua minyak tersebut hingga tercampur merata. Lalu
gunakan campuran kedua minyak tersebut dengan mengoleskannya pada
permukaan kulit yang terkena biduran.
e. Bawang merah dan Daun kelor
Anda bia memanfaatkan daun kelor an bawang merah sebagai bahan alternative
untuk menghilangkan biduran. Caranya anda siapkan tiga lembar daun kelordan
satu suing bawang merah. Dan sebagai tambahan juga sediakan pulosari sebanyak
dua gram. Rebuslah semua bahan-bahan yang telah disebutkan tersebut dengan
tiga gelas air putih. Rebushingga mendidih dan hanya menyisakan dua gelas air
rebusan. Setelah itu, saring ramuan tersebut dan minumlah 1 sampai 2 kali dalam
sehari.

1.12 Kajian Islam :

Allah swt juga berfirman, ‘Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka
adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri , dan Allah memaafkan
sebagian dari kesalahan-kesalahanmu. Dan kamu tidak dapat melepaskan diri
(dari azab ALLAH) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh perlindungan dan
tidak pula enolong selain Allah. (Q.S Asy-syura 42:30-31).

Dengan demikian dapat diketahui bahwa penyakit merupakan perbuatan manusia


itu sendiri melalui tingkah laku sehari-hari yang tidak terpuji (dosa) di hadapan
Allah swt. Perilaku yang tidak terpuji terebut berupa akhlak yang kurang baik
tersebut sudah berjalan bertahun-tahun, sehingga akhirnya Allah swt menurunkan
suatu musibah berupa penyakit sebagai pengingat bagi umat nya agar segera
kembali ke jalan-Nya. Untuk mendapatkan kesembuhan , maka manusia harus
kembali kepada satu-satunya pelindung dan penolong yakni Allah swt.

2. Konsep asuhan klien dengan gangguan

2.1 Pengkajian

2.1.1. Riwayat Keperawatan


a. Riwayat penyakit sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
b. Riwayat penyakit dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ni atau penyakit
kulit lainnya.
c. Riwayat psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
d. Riwayat pemakaian obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada
kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.

2.1.2. Pemeriksaan fisik : Data fokus


a. Pemeriksaan kepala dan leher
- Bentuk wajah
- Tanda kesakitan, tanda ketegangan dan kelelahan
- Bentuk hidung, sekret, elastisitas septum
- Kaji adanya pernafasan cuping hidung
- Kaji adanya cyanosis
- Sklera normal
b. Pemeriksaan thorax dan abdomen
- Inspeksi
Perhatikan manifestasi distress pernafasan seperti : sinkronisasi
gerakan dinding dada abdomen, dyspnea, orthopnea, tanda-tanda
retraksi ototintercostae dan suprasternal.
- Palpasi
Menilai getaran suara pada dinding dada (tactile fermitus), denyut
apex (normal : ICS V MCL sinistra, lebar denyutan 1 cm),
getaran/thrill(menunjukkan bising jantung), dan denyut arteri.
- Perkusi
Menilai batas-batas paru dan jantung, serta kondisi paru.
- Auskultasi
Perhatikan suara napas dan suara napas tambahan (ronchi, rales,
wheezing, pleural friction rub), bunti jantung, bising jantung atau
murmur.
c. Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi
Meliputi bentuk, ketegangan dinding perut,gerakan dinding perut,
pelebaran vena abdominal, denyutan di dinding perut.
- Auskultasi
Menilai peristaltic usus dan bising sistolik.
- Palpasi
Meliputi ada tidaknya hepatomegali, splenomegali, splenomegali,
asites.
- Perkusi
Shifting dullness menunjukkan adanya accites.
d. Eksrimitas dan Integumen
- Inspeksi
a) Warna kulit : kaji adanya eritema.
b) Kaji adanya edema.
c) Kaji adanya lesi.
d) Inspeksi kesimetrisan eksremitas kanan dan kiri.

- Palpasi
a) Kaji adanya edema.
b) Kaji perubahan warna saat ditekan.
c) Nyeri tekan.
d) Kaji akral angat atau dingin.

Data fokus :
DS :
- Klien mengeluh bentol kemerahan dan gatal pada pada bagian tertentu

DO :

- Kemerah-merahan,tampak gelisah
2.1.3. Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan darah,urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya
infeksi yang tersembunyi atau kelainan pada alat dalam . Cryoglobulin
dan cold hemolysin perlu diperiksa pada dugaa urtikari dingin.
- Pemeriksaan gigi, telnga, hidung , tenggorok, serta usapan vagina
perlu untuk menyngkirkan adanya infeksi fokal.
- Pemeriksaan kadar IgE, eosinofil, dan komplemen.
- Tes kulit, meskipun terbatas kegunaan nya dapat dipergunakan untuk
membantu diagnosis. Uji gores dan uji tusuk, serta tes intradermal
dapat dipergunakan untuk mencari alergen inhalan,
makanandermatofit dan kandida.
- Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan
yang dicuigai untuk beberapa waktu, lalu mencoba nya kembali satu
demi satu.
- Pada urtikaria fisik akba sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
- Tes dengan es.
- Tes dengan air hangat.

2.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan edema ditandai dengan klien mengatakan
merasa nyeri pada kulit yang bengkak dan berwarna kemerahan.

2.2.1. Definisi :
Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul
akibat kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa (international association for the study of pain ):
awitan yang tba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan.
2.2.2. Batasan karakteristik :
- Mengekspresikan perilaku gelisah
- Sikap melindungi area nyeri
- Indikasi nyeri yang dapat diamati
- Dilatasi pupil
2.2.3. Faktor yang berhubungan :
- Agen cedera biologis

Diagnosa 2 : Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya iritan dan


bahan kimia ditandai dengan adanya lesi, edema, dan pembengkakan.

2.2.4. Definisi :
Kerusakan jaringan membrane mukosa, kornea,integumen, atau subkutan
2.2.5. Batasan karakteristik :
- Kerusakan jaringan integumen

2.2.6. Faktor yang berhubungan :


- Hambatan mobilitas fisik
- Suhu ekstrem

Diagnosa 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan dan peningkatan


paparan lingkungan ditandai dengan adanya lesi.

2.2.7. Faktor-faktor resiko :


 Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
- Kerusakan integritas kulit
- Trauma jaringan detruksi
2.3 Perencanaan

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan edema ditandai dengan klien mengatakan
merasa nyeri pada kulit yang bengkak dan berwarna kemerahan.

2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (NOC)


Tujuannya:
- Pain level/tingkat rasa sakit
- Pain control/control rasa sakit
- Comfort level/tingkat kenyamanan

Kriteria hasil :

- Mampu mengontrol rasa nyeri


- Melaporkan rasa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
- Mampu mengenali rasa nyeri
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

2.3.2 Intervensi Keperawatan dan Rasiona (NIC)


No Intervensi Rasional
1. Lakukan pengkajian nyeri Untuk mengetahui lokasi,
secara komprehensif karakteristik, duai, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi nyeri
2. Kurangi faktor presipitasi nyeri Untuk meminimalkan munculnya
rasa nyeri

3. Berikan analgetik untuk Untuk meredakan rasa nyeri


mengurangi rasa nyeri

4. Evaluasi keefektifan control Untuk melihat keberhasilan klien


nyeri dalam mengontrol rasa nyeri dari
tindakan
Diagnosa 2 :Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya iritan dan bahan
kimia ditandai dengan adanya lesi, edema, dan pembengkakan.
2.3.3 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)
Tujuannya :
- Tissue integrity :skin and mucous
- Wound healing : primary and secondary intention

Kriteria Hasil :

- Perfusi jaringan
- Tidak ada tanda-tanda infeksi
- Ketebalan dan tekstur jaringan normal
- Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera berulang
- Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka

2.3.4 Intervensi Keperawatan dan Rasional (NIC)


No Intervensi Rasional

1. Anjurkan pasien untuk Untuk memudahkan pasien pasien


menggunakan pakaian yang dalam bergerak
longgar
2. Anjurkan pasien untuk tidak Untuk menghindari kerusakan
menggaruk kulit
3. Kompres atau mandi air hangat Untuk mengurangi gatal yang
timbul
4. Oleskan lotion atau minyak Untuk mencegah kerusakan
baby oil pada daerah yang integritas kulit meningkat
tertekan
Diagnosa 3 : Resiko infeksi

2.3.5 Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)


Tujuannya :
- Immune Status
- Knowledge : Infection control
- Risk control
Kriteria Hasil :
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang
mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

2.3.6 Intervensi Keperawatan dan Rasional


No I Intervensi Rasional
1. Ajarkan pada keluarga dan Untuk mencegah infeksi silang
pasien tentang cara cuci dengan mencuci tangan dengan
tangan dengn benar benar
2. Gunakan baju, sarung Untuk melindungi tangan dari
tangan sebagai alat cairan dan hal lain yang dapat
pelindung menjadi media penularan penyakit
3. Inspeksi kondisi luka Untuk menghindari infeksi

4. Berikan penjelasan kepada Untuk mengetahui tanda dan gejala


klien dan keluarga dari infeksi
mengenai tanda dan gejala
ari infeksi
Daftar Pustaka

Muttaqin,Arif,dkk.2011.Asuhan Keperawatan gangguan sistem integumen,Banjarmasin:Salemba


Medika.

Muttaqin,Arif.2009.Buku Saku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Integumen,Banjarmasin:Seri Keperawatan Medikal Bedah.

Dr.Hamzah,Mochtar,dkk.2002.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Edisi Ketiga.Jakarta:Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Padila,S.kep.Ns.2012. Buku Ajar:Keperawatan Medikal Bedah.Yogyakarta.Nusa Medika

Amin Huda Nurarif DKK.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda NIC-NOC Jilid 1.Yogyakarta.Mediaction

Anda mungkin juga menyukai