Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

RUANGAN PERISTI

RUSD UNDATA

RAHMATTULLAH RAUF
PO71420242121

PRECEPTOR RUANGAN PRECEPTOR INSTITUSI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

2022/2023
KONSEP MEDIS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

A. DEFINISI

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD
terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.
Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok
(Nurarif & Kusuma 2015).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang
menyerang anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus
dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus)
yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
DBD atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. merupakan penyakit berbasis vektor
yang menjadi penyebab kematian utama di banyak negara tropis
(Harmawan 2018).

B. ETIOLOGI

Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.


Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang
terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
(Nurarif & Kusuma 2015).

C. MANIFESTASI KLINIK

1. Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan


2. Uji turniquet positif
3. Lemah
4. Nafsu makan berkurang
5. Anoreksia
6. Muntah
7. Neri sendi dan otot
8. Pusing
9. Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah, melena,
hematuria masif (Renira, 2019).

D. PATOFISIOLOGI

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan


menimbulkan viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh
pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga menyebabkan
(pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan
plasma dari intravascular ke intersisiel yang menyebabkan
hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani
2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan
baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini
mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk
melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-
8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah
pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali
(Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah
kompleks virus antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding
kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran
plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta
seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau
syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20%
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan
pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan
dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritonium, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi
edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik (Murwani 2018).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah lengkap

a. Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa


kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit.
Peningkatan nilai hematokrit di jumpai pada DHF
merupakan indikator terjadinya prembesan plasma.
b. Pada demam dengue terdapat leukopenia pada hari kedua atau hari
ketiga
c. Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan
hemokonsentrasi
2. Uji serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji
serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang
terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau
antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody.
3. = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi
didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen
didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody
4. Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur
campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan
antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi
darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi
inhibitor (HI).
5. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji
serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue.
Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel
dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak
terkena infeksi.
6. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama
dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan bahkan lebih
sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah
mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum
penderita.
7. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan
sebagian besar grade II) di dapatkan efusi pleura.

F. PENATALAKSANAAN
Pada pasien DBD terdapat beberapa masalah keperawatan yang
muncul. Masalah yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian.
Pada umumnya masalah yang ada pada pasien DHF yakni demam tinggi
disertai menggigil. Pada pasien demam dapat dilakukan pemberian
kompres hangat untuk menurunkan demam. Selain itu pasien DBD juga
mengalami kekurangan volume cairan dikarenakan demam karena
pindahnya cairan interavaskuler ke ekstravaskuler. Pada pasien DBD yang
mengalami kekurangan volume cairan, tindakan keperawatan yang dapat
dilakukan yaitu :

1. Mengganti cairan yang hilang dengan meningkatkan asupan secara


oral misalnya makan dan minum air yang cukup
2. Pemberian oralit serta pemberian cairan secara parenteral (Jannah,
2019).
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Menurut Rohmah & Walid (2019) Pengkajian adalah proses


melakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh seorang perawat
untuk mempelajari kondisi pasien sebagai langkah awal yang akan
dijadikan pengambilan keputusan klinik keperawatan. Oleh karena itu
pengakjian harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga seluruh
kebutuhan keperawatan dapat teridentifikasi. Pada pasien DBD
pengkajian meliputi :
1. Biodata / Identitas
DBD dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur
< 15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
2. Keluhan Utama : Panas / demam.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan
tanda- tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba
dingin dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut,
nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa
berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga
ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah
lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak
genangan air, vas and ban bekas.
7. Riwayat Tumbuh Kembang Anak : Sesuai dengan tumbuh kembang
klien.

8. ADL

Nutrisi : Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.

Aktifitas : Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan


dapat terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh,
menurunnya aktifitas bermain.

Istirahat tidur : Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
Eliminasi alvi : Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.

Personal hygien : Pegal-pegal di seluruh badan serta tidak dapat


meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.

Pemeriksaan
9. Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum :
a. Keadaan umum
Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,10C), menggigit hipotensi, nadi cepat
dan lemah
b. Kulit
Tampak bintik merah (pretekil), hematom, ekimosit
c. Kepala
Mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang)
d. Dada
Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat
e. Abdomen
Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan
dehidrasi turgor kulit menurun.
f. Anus dan genetalia
Dapat terganggu karena diare/konstipasi
g. Ekstrimitas atas dan bawah
Ekstrimitas dingin dan sianosis.

B. DIAGNOSIS KEPERAWTAN
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (D.0130)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan
(D.0019)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (D.0077)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
5. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023)

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosis keperawtan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan

1. Hipertermia berhubungan Setelah di lakukan intervensi Menajemen Hepertermia


dengan proses penyakit keperawatan selama … maka (I.15506)
(D.0130) termoregulasi membaik dengan Observasi
kriteria hasil : - Identifikasi penyebab
(L.14134) hipertermia (mis,
- Menggigil menurun dehidrasi, terpapar
- Kejang mrnurun lingkungan panas,
- Pucat menurun penggunaan
- Takipnea menurun incubator)
- Takikardi menurun - Monitor suhu tubuh
- Suhu tubuh membaik - Monitor kadar
(36,5 C-37,5 C) elektrolit
- Suhu kulit membaik
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Defisit nutrisi Setelah di lakukan intervensi Menajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama … maka (I.03119)
penurunan intake status nutrisi membaik dengan Observasi
makanan (D.0019) kriteria hasil : - Identifikasi status
(L.03030) nutrisi
- Porsi makanan yang di - Monitor asupan
habiskan meningkat makanan
- Kekuatan otot - Monitor berat badan
mengunya meningkat
Terapeutik
- Kekuatan otot menelan
- Lakukan oral hygiene
meningkat
sebelum makan, jika
- Berat badan membaik
perlu
- Nafsu makan membaik
- Berikan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
Edukasi
- Anjurkan posisi
duduk jika,mampu
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrien yang di
butuhkan, jika perlu
3. Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan intervensi Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera keperawatan selama … maka Observasi
fsiologis (D.0077) tingkat nyeri menurun dengan - Identifikasi lokasi,
kriteria hasil : karakteristik, durasi,
(L.08066) frekuensi, kualitas,
- Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri

- Meringis menurun - Identifikasi skala


nyeri
- Kesulitan tidur
menurun - Identifikasi faktor
yang memperberat
- Frekuensi nadi
dan memperingan
membaik
nyeri
- Skala nyeri menurun
Terapeutik
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma
terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
- Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur-
- Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Intoleransi aktivitas Setelah di lakukan intervensi Manajemen energi (I.05178)
berhubungan dengan keperawatan selama … maka Observasi
kelemahan (D.0056) toleransi aktivitas meningkat - Identifkasi gangguan
dengan kriteria hasil : fungsi tubuh yang
(L.05047) mengakibatkan

- Kemudahan melakukan kelelahan

aktivitas sehari-hari - Monitor kelelahan

meningkat fisik dan emosional

- kecepatan jalan - Monitor lokasi dan

meningkat ketidaknyamanan

- jarak berjalan selama melakukan


aktivitas
meningkat
Terapeutik
- frekuensi nadi membaik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika
tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring

- Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
- Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

5. Hipovolemi berhubungan Setelah di lakukan intervensi Manajemen hipovolemia


dengan kehilangan cairan keperawatan selama … maka (I.03116)
aktif (D.0023) status cairan mambaik dengan Observasi
kriteria hasil : - Periksa tanda dan
(L.03028) gejala hipovolemia
- Output urine meningkat (mis, frekuensi nadi

- Membran mukosa meningkat, nadi


teraba lemah, tekanan
lembap
darah menurun,
- Tutgor kulit membaik
tekanan nadi
- Intake cairan membaik menyempit, turgor
kulit menurun,
membran mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus,
lemah)
- Monitor intake dan
output cairan

Terapeutik
- Hitung kebutuhan
cairan
- Berikan posisi
modifiet
trendelenburg
- Berikan asupan cairan
oral
Edukasi
- Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis
(mis. Glukosa2,5%,
NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate)
DAFTAR PUSTAKA

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Feνer. Jakarta.

Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Feνer. Jakarta

Warsidi E, ddk. (2016). Demam Berdarah Dengue dalam buku Ilmu Penyakit

Dalam. Badan Penerbit FKUI. Jakarta

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI


(Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ
Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia.Jakarta Selatan.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta Selatan WHO. 2016. Preνention and Control of Dengue
and Dengue Haemorrhagic Feνer
PATHWAY

Gigitan nyamuk

Aedes Aegypti

Masuknya virus

Dengue ke tubuh

Kontak dengan

antibodi

Virus bereaksi

Dengan antibody

Menstimulasi Aktivasi C3 Pelepasan Perpindahan

Makrofag dan Dan C5 histamine dan cairan

neutrofil prostglandin ekstravaskuler

Meningkatkan Peningkatan Hepatomslemegali Berikatan Kelemahan

Prostaglandin dan permeabilitas dengan

neurotransmiter dinding Mendesaak rspirator nyeri Metabolisme

pembuluh darah lambung menurun

Peningkatan suhu Implus nyeri

tubuh kebocoran HCL meningkat masuk ke Tirah Baring

plasma ke hipotalamus

Hipertermia ekstravaskuler Mual Muntah Intoleransi

Nyeri Akut Aktivitas

Hipovolemia Anoreksia
Defisit Nutrisi

Anda mungkin juga menyukai