1
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Serambi Mekkah. E-mail: masyudi@serambimekkah.ac.id
2
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Serambi Mekkah. E-mail: muly.yana@yahoo.co.id
3
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Serambi Mekkah. E-mail: tmrafsanjani@serambimekkah.ac.id
*
Penulis untuk korespondensi: masyudi@serambimekkah.ac.id
hanya setengah dari angka target penurunan. 1 karena penyapihan yang terlalu dini sering
Indonesia sebagai negara berkembang masih dilakukan oleh orang tua. Masa penyapihan
menghadapi berbagai masalah kesehatan. adalah masa yang sangat kritis karena masa ini
Prevalensi gizi kurang di dunia 14,9% dan terjadi perpindahan dari ASI menuju ke
regional dengan prevalensi tertinggi adalah makanan dewasa. Pada masa transisi ini bayi
Asia Tenggara sebesar 27,3%, dengan jumlah umumnya mudah terkena gangguan gizi.
penderita mencapai 104 juta anak diseluruh Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya
dunia.2 makanan pendamping ASI menyebabkan
Salah satu masalah kesehatan yang turunnya status kesehatan dan status gizi bayi. 3
dihadapi adalah masalah kurang gizi. Anak Kurang baiknya perilaku masyarakat dalam
yang kurang gizi daya tahan tubuhnya rendah memberikan pengasuhan kepada balita
sehingga anak mudah terkena penyakit berdampak terhadap pertumbuhan dan
infeksi.Salah satu faktor yang dapat mengatasi perkembangan mereka. Perilaku tersebut
masalah kurang gizi pada anak adalah seperti kedekatan dengan anak, memberi
pemberian ASI. ASI dapat mencegah makan, merawat, menjaga kebersihan dan
terjadinya malnutrisi karena mengandung memberikan kasih saying belum tertangani
nutrien yang dibutuhkan bayi dengan jumlah secara baik.7 Semua permasalahan tersebut
yang tepat, dapat digunakan dengan efisien berhubungan dengan pola asuh dan masalah
oleh tubuh, serta melindungi bayi dari infeksi. 3 status gizi balita yang baik bagi anak.
Menurut Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat Kemenkes RI pada tahun 2017,
PSG telah dilaksanakan di 34 Provinsi dan 514 METODE
Kabupaten/Kota dengan sampel sebanyak Penelitian survei ini menggunakan
162.922 Balita. Hasil PSG 2017 menunjukkan adalah pendekatan deskriptif analitik dengan
prevalensi kurus pada balita juga cukup tinggi, desain crossectional study yaitu mengukur
yaitu sebesar 12,8% hampir dua kali dari hubungan pola asuh dan umur penyapihan
prevalensi Nasional (6,9%), untuk masalah dengan status gizi balita. Sampel dalam
underweight BB/U (buruk dan kurang) terjadi penelitian ini adalah balita berusia 2 – 5 tahun
peningkatan kasus yang cukup signifikan yang diambil secara acak menggunakan
(8,1%). Sedangkan masalah obesitas hampir rumus Slovin. Jumlah sampel yaitu sebanyak
semua kabupaten kota berada dalam kategori 65 balita. Pengumpulan data pola asuh dan
tidak bermasalah masalah dan masalah ringan. 4 penyapihan dilakukan secara wawancara
Beberapa hasil penelitian menujukkan kepada ibu balita (responden) menggunakan
pengaruh signifikan antara pola asuh orang tua pertanyaan-pertanyaan terstruktur, sedangkan
dengan status gizi pada balita. Penelitian Anas 5 data status gizi balita dikumpulkan secara
tahun 2013, menunjukkan hasil bahwa terdapat antropometri (melalui penimbangan dengan
pengaruh pola asuh makan terhadap status gizi dacin dan dihitung umur balita dalam bulan).
anak balita usia 0-59 bulan. Balita yang pola Pengolahan data pola asuh yaitu
asuhnya tidak baik memiliki kemungkinan berdasarkan skoring dari hasil wawancara,
lebih besar mengalami status gizi kurang dan dikelompokkan menjadi dua yaitu pola
dibanding balita yang pola asuh makannya asuh baik jika skoring diatas 70%, dan pola
baik. Selain itu hasil dari penelitian Yulia et asuh kurang baik jika skoring dibawah 70%.
al.6 terkait model pola asuh konsumsi balita Data usia penyapihan juga dikelompokkan
dan kesehatan anak juga menyimpulkan menjadi dua kelompok yaitu usia penyapihan
bahwasanya pola asuh konsumsi terdapat dibawah 20 bulan dan diatas 20 bulan. 8
pengaruh positif dan signifikan dengan status Selanjutnya data status gizi dilakukan
gizi anak balita berdasarkan indeks BB/U. pengolahan datanya menggunakan rumus z-
Selain itu, permasalahan kekurangan score mengacu ke indeks BB/U,
energi dan protein pada bayi juga sering dikelompokkan menjadi dua yaitu gizi baik (-
disebabkan oleh faktor penyapihan, yaitu 2 SD sampai +2 SD), dan gizi kurang
(dibawah -2 SD). 9 Selanjutnya data dilakukan kurang sebesar 45,5% dan ibu dengan pola asuh
analisis secara univariat dan bivariat dengan yang baik sebesar 81,3% mempunyai balita
uji statistik yang digunakan yaitu Chi-Square dengan gizi baik. Hasil uji statistik diperoleh
pada CI:95%. nilai p= 0,021 dengan OR= 3,6 sehingga
menunjukkan terdapat hubungan signifikan (p <
0,05) antara pola asuh ibu dengan status gizi
HASIL DAN PEMBAHASAN balita di Kecamatan Muara Batu Kabupaten
1. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Aceh Utara. Diketahui juga bahwa ibu dengan
Balita pola asuh yang kurang baik sebesar 3,6 kali
berdampak terhadap kurangnya status gizi balita
Hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan dibandingkan ibu yang mempunyai pola asuh
bahwa ibu-ibu yang mempunyai pola asuh secara baik.
kurang baik mempunyai balita dengan status gizi
Tabel 1. Hubungan pola asuh dengan status gizi balita di Kecamatan Muara Batu
Kabupaten Aceh Utara
Pola asuh ibu yang kurang baik berdampak Menurut Junaidi, faktor lain yang
terhadap kurangnya status gizi balita menurut berdampak terhadap status gizi kurang pada
indeks BB/U. Hasil penelitian didukung olah balita yaitu kurangnya stimulasi pola asuh pada
Vicka et al, bahwa pola asuh ibu berkaitan balita. Pertumbuhan dan perkembangan balita
dengan status gizi balita Kecamatan Wanea Kota pada sebuah keluarga menjelaskan bahwa
Manado. Ibu yang mempunyai pola asuh kurang perkembangan anak balita dalam aspek motorik
baik relatif kondisi gizi dan kesehatan anak juga 10,0%, kognitif 28,3% dan sosial-emosional
kurang optimal.10 Selain itu, balita yang pola 15,0%. Terdapat beberapa faktor yang
asuhnya tidak baik memiliki kemungkinan 6,3 mempengaruhi seseorang dalam memberikan
kali lebih besar mengalami status gizi kurang pola stimulasi terhadap perkembangan kepada
dibanding balita yang pola asuh makannya baik. anaknya, diantaranya yaitu adalah pekerjaan,
Pemberian ASI dan makanan pendamping pada pendidikan, waktu, status ekonomi, dan
anak serta persiapan dan penyimpanan makanan lingkungan.13 Faktor tersebut berkaitan dan
tercakup dalam praktek pemberian makan. saling berpengaruh satu sama lain, sehingga bila
Semua orang tua harus memberikan hak anak salah satu faktor diatas tidak terlaksana dan
untuk tumbuh. Semua anak harus memperoleh terencana dengan baik maka bias mengganggu
yang terbaik sesuai dengan kemampuan aspek pemberian stimulasi. Sedangkan faktor
tubuhnya sehingga pertumbuhan yang optimal yang menyebabkan kurangnya gizi dan stimulasi
dapat tercapai. Untuk itu perlu adalah kurangnya waktu yang berkualitas dalam
perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh stimulasi dan intensitas stimulasi yang kurang
dengan baik tidak cukup dengan memberinya kepada anak.14
makan, asal memilih menu makanan dan asal Pola asuh merupakan sikap dan perilaku
menyuapi anak nasi.11,12 orang tua dalam berinteraksi dengan anak, sikap
dan perilaku orang tua tersebut dapat di lihat dari
cara orang tua menanamkan disiplin pada anak, dan kecerdasan anak. Pola asuh makan yang
mempengaruhi emosi dan cara orang tua dalam baik harusnya dibarengi dengan pola gizi
mengontrol anak.15 Peranan ibu sangat seimbang, yaitu pemenuhan zat-zat gizi yang
berpengaruh dalam keadaan gizi anak. Pola asuh telah disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan
memegang peranan penting dalam terjadinya diperoleh melalui makanan sehari-hari.
gangguan pertumbuhan pada anak.Terdapat tiga Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi
komponen penting (makanan, kesehatan- dan seimbang secara teratur, diharapkan
rangsangan psikososial) merupakan faktor yang pertumbuhan anak akan berjalan optimal dan
berperan dalam petumbuhan anak yang optimal. terhindar dari masalah gizi. Orang tua sebagai
Pemberian makan yang baik sangat penting pengasuh anak memainkan peranan yang
untuk asupan nutrisi, tidak hanya dari segi apa sangat menentukan dalam perkembangan
yang dimakan anak, tapi sikap ibu juga berperan. remaja. Bila orang tua berhasil mendidik dan
Misalnya saja adanya kehadiran ibu untuk membimbing anaknya di rumah, tentu saja
mengawasi anak makan. Dengan pemberian akan menghasilkan generasi yang baik. Namun
makan yang baik maka akan menunjang status sebaliknya, apabila orang tua gagal mendidik
gizi anak.10 anaknya di rumah, tentu saja akan lahir
Kebiasaan pemberian makanan balita generasi yang rusak, seperti anak yang
dan pola asuh makan yang tidak tepat dan tidak berperilaku agresif, bahkan perilaku-perilaku
diperhatikan seperti kurangnya pemberian yang bermasalah lainnya. 12,17
makanan bergizi dan pemberian makanan
terlalu dini pada balita. Hal ini dikarenakan 2. Hubungan Usia Penyapihan dengan Status
dari kurangnya pengetahuan dari ibu balita. Gizi Balita
Pemberian makanan terlalu dini dapat
Penyapihan yang dilakukan oleh ibu-
menimbulkan gangguan pada pencernaan ibu di Kecamatan Muara Batu sebesar 58,5%
seperti diare, muntah, dan sulit buang air besar adalah pada usia balita 20 bulan keatas.
yang dapat mempengaruhi status gizi bayi. 16 Sedangkan status giza (indeks BB/U) lebih
Makanan yang memiliki asupan gizi seimbang banyak gizi baik (67,7%)
sangat penting dalam proses tumbuh kembang
Tabel 2. Hubungan usia penyapihan dengan status gizi balita di Kecamatan Muara Batu
Kabupaten Aceh Utara
Secara tabulasi silang menunjukkan (Tabel dini (dibawah 20 bulan) sebesar 3,5 kali
2) balita yang disaping pada usia dibawah 20 berpeluang terhadap kejadian gizi kurang bila
bulan sebesar 48,1% mempunyai status gizi dibandingkan dengan penyapihan pada usia 20
kurang, dan balita yang disamping pada usia 20 bulan keatas.
bulan keatas sebesar 78,9% mempunyai status Hal ini sejalan dengan penelitian yang
gizi yang baik. Hasil uji statistik menunjukkan dilakukan oleh Susanti18 pada tahun 2017
hubungan signifikan (p < 0,05) antara usia tentang penyapihan dini dengan status gizi anak
penyapihan terhadap status gizi balita dengan bawah dua tahun, yang diketahui menunjukkan
nilai OR sebesar 3,5. Dampak dari penyapihan hubungan penyapihan dini terhadap status gizi
anak bawah dua tahun. Begitu juga dengan dengan tingginya keaktifan kader Posyandu
penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et al. 3, setempat dalam mensosialisasikan umur
juga menunjukkan hubungan signifikan antara penyapihan yang tepat kepada masyarakat yang
umur penyapihan terhadap status gizi anak dilakukan melalui penyuluhan di Posyandu.3
balita usia 25-36 bulan di Desa Purwosari Upaya pemeliharaan kesehatan balita
Kabupaten Wonogiri. Kekurangan energi dan dapat dipengaruhi pola asuh ibu dalam merawat
protein pada bayi sering disebabkan bayinya terutama tetap memberikan ASI kepada
karena penyapihan yang terlalu dini. Masa bayinya sampai umur 2 tahun. Ibu yang bekerja
penyapihan adalah masa yang sangat kritis biasanya sulit merawat bayi karena adanya
karena masa ini terjadi perpindahan dari ASI kesibukan bekerja sehingga pola asuh dalam
menuju ke makanan dewasa. Pada masa transisi menyusui ASI menjadi tertunda karena tidak ada
ini bayi umumnya mudah terkena gangguan gizi. waktu untuk menyusui anaknya, sehingga ibu
Pengaruh penyakit infeksi dan kurangnya tersebut tidak memberikan ASI.21
makanan pendamping ASI menyebabkan
turunnya status kesehatan dan status gizi bayi.
Menurut Susilowati19 selama masa penyapihan KESIMPULAN
makanan bayi berubah dari ASI saja ke makanan Pola asuh balita dan usia penyapihan
yang lazim dihidangkan oleh keluarga, mempunyai dampak signifikan terhadap status
sementara air susu diberikan hanya sebagai gizi balita berdasarkan indeks BB/U di
makanan tambahan. memasuki usia 4-6 bulan, Kecamatan Muara Batu Kabupaten Aceh Utara.
bayi telah siap menerima makanan bukan cair, Dampak pola asuh yang kurang baik sebesar 3,6
karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi kali terhadap status gizi kurang dibandingkan
menolak makanan setengah padat. Di samping
pola asuh yang baik, dan usia penyapihan
itu, lambung juga telah lebih baik mencema zat dibawah 20 bulan berdampak sebesar 3,5 kali
tepung. terhadap status gizi kurang pada balita
Menyapih terlalu dini atau bahkan dibandingkan penyapihan pada usia 20 bulan
terlambat memiliki risiko, bila terlalu dini keatas.
(sebelum usia 1 tahun) dapat meningkatkan Kurang baiknya pola asuh dan masih
risiko obesitas, menyebabkan hubungan anak tingginya ibu-ibu yang melakukan penyapihan
dan ibu berkurang keeratannya karena proses dibawah 20 bulan, maka perlu dilakukan upaya-
bounding attachman terganggu, insiden penyakit upaya promotif seperti sosialisasi pentingnya
infeksi terutama diare meningkat, pengaruh gizi gizi dan asupan cairan yang cukup bagi ibu
yang menyebabkan malnutrisi pada anak, menyusui serta menyarankan kepada ibu balita
mengalami reaksi alergi yang menyebabkan
agar memberikan makan kepada anak tepat
diare, muntah, ruam dan gatal-gatal karena waktu. Selain itu, diharapkan tindak lanjut
reaksi dari sistem imun. Anak yang disapih positif oleh masing-masing stakeholder terkait
terlambat (usia lebih dari 2 tahun) maka dia
dalam meningkatkan status gizi balita.
berisiko mendapatkan gizi dengan komposisi
yang tidak optimal, karena unsur-unsur gizi yang
terkandung dalam ASI sudah banyak DAFTAR PUSTAKA
berkurang.20
Tingginya persentase umur penyapihan 1. WHO. Infant Nutrition, . Genewa, Swiss.
yang tepat dapat disebabkan karena sebagian Switzerland, Geneva: Department of
besar ibu balita merupakan ibu rumah tangga Nutrition for Health and Development;
sehingga ibu balita dapat menyusui anak 2015.
balitanya sampai umur penyapihan yang tepat 2. Unicef. Ringkasan Kajian Gizi Ibu &
tanpa mengalami kendala kesibukan bekerja di Anak. Jakarta, Indonesia: Unicef
luar rumah.Tingginya angka umur penyapihan Indonesia; 2012.
yang tepat ini juga dapat disebabkan 3. Dwi Hastuti R, Muwakhidah SKM, Dyah
keberhasilan tenaga kesehatan yang didukung