Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

”URTIKARIA”

DISUSUN OLEH :

- FURNAMASARI
- NELFRIDA DATU
- DELVI
- JENIATI TANDI UPA
- MERLIN MANGOPO
- RENSI SALO
- SUKAESI JENDRI
- YULIANTI PALALLO

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN LAKIOADADA

TANA TORAJA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur mari kita panjtkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat-
Nyalah kami dpat menyelesaikan makalah yang berjudul “URTIKARIA” ini.

Semoa makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi pembaca
yang membacanya, dan makalah ini tidak akan bisa selesai tanpa bimbingan dosen dan
bantuan teman-teman selama proses pembuatan makalah ini, kami mengucapkan banyak
terima kasih.

Makale, 15 Maret 2019

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di
kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak)
setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat
atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau
kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di
temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak member hasil
seperti yang di harapkan.
Berdasarkan waktunya, urtikaria dapat berlangsung singkat (akut,kurang dari 6
minggu), lama (kronis, lebih 6 minggu) dan berulang (kambuhan). Berdasarkan angka
kejadiannya, disebutkan bahwa sekitar 15-20% populasi mengalami urtikaria dalam
masa hidupnya.
Kemungkinan mengalami urtikaria, tidak ada perbedaan ras dan umur
(terbanyak pada kelompok umur 40-50 an) . Hanya saja, pada urtikaria kronis
(berulang dan lama), lebih sering dialami pada wanita (60%).

Singkatnya, urtikaria terjadi sebagai akibat pelebaran pembuluh darah (istilah kerenn
ya: vasodilatasi) dan peningkatan kepekaan pembuluh darah kecil (kapiler)
sehingga menyebabkan pengeluaran cairan (transudasi) dari membran pembuluh
darah, akibatnya terjadi bentol pada kulit. Kondisi ini dikarenakan adanya pelepasan
histamin yang dipicu oleh paparan alergen (bahan atau apapun pencetus timbulnya
reaksi alergi).
2. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah tinjauan teoritis dari urtikaria ?


2. Apa saja bentuk-bentuk dari urtikaria ?
3. Bagaimanakah etiologi dari urtikaria ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari urtikaria ?
5. Apakah penyebab gejala urtikaria ?
6. System pengobatan apa saja yang dapat dilakukan unutk urtikaria ?
7. Apa saja asuhan keperawatan yang dapat diberikan kepada penderita urtikaria ?

3. TUJUAN

1. Agar dapat mengerti pengertian urtikaria dan bentuk-bentuk dari urtikaria.


2. Agar dapat mengetahui etiologi dan patofisiologi dari urtikaria.
3. Agar dapat mengetahui penyebab gejala urtikaria dan system pengobatan yang dapat
dilakukan kepada penderita urtikaria.
4. Agar dapat mengetahui pemberian asuhan keperawatan kepada penderita urtikaria
mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. DEFENISI

Urtikaria merupakan istilah klinis untuk suatu kelompok kelainan yang


ditandai dengan adanya pembentukan “bilur-bilur” – pembekakan kulit yang dapat
hilang tanpa meninggalkan bekas yang terlihat. Pada umumnya kita semua pernah
merasakan salah satu bentuk urtikaria akibat jath (atau didorong) hingga gatal-gatal.
Gambaran patologis yang utama adalah didapatkannya edema dermal akibat
terjadinya dilatasi vascular, seringkali sebagai respons terhadap histamine (dan
mungkin juga mediator-mediator yang lain) yang dilepas oleh sel mast.(Tony, 2010)
Urtikaria adalah lesi sementara yang terdiri dari bentol sentral yang dikelilingi
oleh haloeritematosa. Lesi tersendiri adalah bulat, lonjong, atau berfigurata, dan
seringkali menimbulkan rasa gatal. (Harrison, 2011)

2. ETIOLOGI
Berdasarkan kasus-kasus yang ada, paling banyak urtikaria di sebabkan oleh
alergi, baik alergi makanan, obat-obatan, dll.
1. Obat
Bermacam-macam obat dapat menimbulkan urtikaria,baik secara imulogik maupun
imunologik,hampit semua obat dapat menimbulkan urtikaria secara imunologik tipe I
dan II.contohnya adalahobat-obat tipe penicilin
2. Makanan
Peranan makanan ternyata lebih penting pada urtikaria yang akut,umumnya akibat
reaksi imunolgik,makanan berupa protein atau bahan lain yang di campurkan ke
dalam nya seperti zat warna,penyedap rasa,atau bahan pengawet.sering menimbulkan
urtikaria.
3. Gigitan/sengatan serangga
Gigitan serangga dapat menimbulkan urtikaria setempat,agaknya hal ini di perantarai
oleh IgE(tipe I) dan tipe seluler(tipe IV).nyamuk,lebah dan serangga lainnya
menimbulkan urtikaria bentuk papul di sekitar tempat gigitan,biasanya sembuh
sendiri.

4. Inhalan
Berupa serbuk sari bunga,spora jamur,debu,bulu binatang,dan aerosol,umumnya lebih
mudah menimbulkan urtikaria alergik (tipe I).
5. Kontraktan
Yang sering menimbulkan urtikaria adalah bulu binatang,serbuk tekstil,air liur
binatang ,tumbuh-tumbuhan buah-buahan ,bahan kimia dan bahan kosmetik.
6. Trauma fisik
Dapat di akibatkan oleh faktor dingin,yakni berenang atau memegang benda
dingin,Faktor panas misalnya sinar matahari,radiasi dan pana pembakaran.Faktor
tekanan yaitu,goresan,pakaian ketat,ikat pinggang,dan tekanan berulang-ulang
yakni,pijatan,keringan,pekerjaan berat dan demam.
7. Infeksi dan infestasi
Bermacam-macam infeksi misalnya infeksi bakteri,virus,jamur,maupun infestasi
parasit.infeksi oleh bakteri contohnya infeksi pada tonsil,infeksi gigi,dan sinusitis,dan
infestasi cacing pita,cacing tambang,dapat menyababkan urtikaria.

3. PATOFISIOLOGI
Sebenarnya patofisiologi dari urtikaria ini sendiri mirip dengan reaksi
hipersensifitas.Pada awalnya alergen yang menempel pada kulit merangsang sel mast
untuk membentuk antibodi IgE, setelah terbentuk, maka IgE berikatan dengan sel
mast. Setelah itu, pada saat terpajan untuk yang kedua kalinya, maka alergen akan
berikatan dengan igE yang sudah berikatan dengan sel mast sebelumnya. Akibat dari
ikatan tersebut, maka akan mengubah kestabilan dari isi sel mast yang mengakibatkan
sel mast akan mengalami degranulasi dan pada akhirnya sel mast akan mengekuarkan
histamin yang ada di dalamnya. Perlu diketahui bahwa sanya sel mast adalah mediator
kimia yang dapat menyebabkan gejala yang terjadi pada seseorang yang mengalami
urtikaria.

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejalanya di sebabkan oleh reaksi dan serangan imunologi terhadap serum dan
obat,Keluhan utama biasanya gatal, rasa terbakar atau tertusuk. Tampak eritema
(kemerahan) dan edema (bengkak) setempat berbatas tegas, kadang-kadang bagian
tengah tampak lebih pucat. Urtika biasa terjadi dalam berkelompok. Satu urtika
sendiri dapat bertahan dari empat sampai 36 jam. Bila satu urtika menghilang, urtika
lain dapat muncul kembali.Bila mengenai organ dalam, misalnya saluran cerna dan
napas, disebut angioedema. Pada keadaan ini jaringan yang lebih sering terkena ialah
muka, disertai sesak napas dan serak. Sekitar 40% penderita urtikaria kronis akan
menderita angioedema.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium. Hitung darah lengkap dengan diferensial, profil
kimia, laju endap darah (LED),
2. pemeriksaan kadar IgE
3. Biopsi Kulit

6. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan
menghindari alergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria, tetapi pada
umumnya hal ini sulit dilaksanakan
2. Farmakologi
Pada kebanyakan keadaan, urtikaria merupakan penyakit yang sembuh sendiri
yang memerlukan sedikit pengobatan lainnya, selain dari antihistamin. Hidroksizin
(Atarax) 0,5 ml, merupakan salah satu antihistamin yang paling efektif untuk
mengendalikan urtikaria

7. KOMPLIKASI
1. Purpura
2. Infeksi sekunder
3. Bibir kering
BAB III
DIAGNOSA KEPERAWATAN

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

B. INTERVENSI

Dx 1 : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC) INTERVENSI (NIC)

1. Integritas jaringan: kulit dan 1. Asuhan tira baring: Meningkatkan

membran mukosa: keutuhan struktur kenyamanan dan keamanan serta

dan fungsi fisiologis normal kulit mencegah komplikasi pada pasien

dan membran mukosa yang tidak dapat turun dari tempat

2. Dampak imobilitas: Psikologis: tidur.

keparahan gangguan fungsi 2. Manajemen Nutrisi: Membantu atau

fisiologis akibat hambatan mobilitas menyediakan asupan diet makanan

fisik dan cairan yang seimbang.

3. Perfusi jaringan: perifer: AKTIVITAS KEPERAWATAN

keadekuatan aliran darah melalui 1. Identifikasi sumber tekanan dan

pembuluh darah kecil ekstremitas friksi mis, linen tempat tidur, dan

untuk mempertahankan fungsi pakaian


jaringan 2. Inspeksi kulit di atas penonjolan

(NANDA NIC NOC JILID 10 HAL tulang dan titk penekanan lain saat

397-399) mengubah posisi atau minimal setiap

hari

3. Pantau kulit dan membran mukosa

terhadap kelembapan dan

kekeringan yang berlebihan.

KOLABORASI

1. Rujuk keperawat ahli terapi

enterostoma untuk mendapatkan

bantuan dalam pencegahan,

pengkajian, dan penangan luka atau

kerusakan kulit

Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL


INTERVENSI (NIC)
(NOC)

1. Tidur: pemutusan kesadaran periodik 1. Manajemen Energi: Mengatur

yang alami ketika tubuh dipulihkan. penggunaan energi untuk mengatasi

2. Menunjukkan tidur, yang di buktikan atau mencegah keletihan dan

dengan indikator berikut (sebutkan 1-5: mengoptimalkan fungsi.

gangguan ekstrim, berat, sedang, 2. Terapi Relaksasi: Memanfaatkan

ringan atau tidak mengalami gangguan) teknik untuk meningkatkan dan


(NANDA NIC NOC JILID 10 HAL memperoleh relaksasi untuk tujuan

404-405) mengurangi tanda dan gejala yang

tidak diinginkan, seperti nyeri,

keteganggan otot, atau ansietas.

3. Peningkatan Tidur: Memfasilitasi

siklus tidur-bagun yang teratur.

AKTIVITAS PERAWAT

1. Tangani gejala gangguan pola tidur,

sesuai dengan kebutuhan (mis:

mengantuk, gelisah,

ketidakmampuan untuk konsentrasi)

2. Bantu pasien mengidentifikasi

kemungkinan penyebab yang

mendasari kurang tidur.

3. Jelaskan pentingnya tidur yang cukup

selama kehamilan, sakit, stress

psikologis, dan sebagainya.

KOLABORASI

1. Diskusikan dengan dokter tentang

penggunaan obat tidur yang tidak

menekan tidur REM.

Dx 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit


TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI NIC

(NOC)

1. Peningkatan Citra Tubuh:

Meningkatkan persepsi sadar dan tak

sadar pasien serta sikap terhadap tubuh

pasien

AKTIVITAS KEPERAWATAN
1. Citra Tubuh: Persepsi terhadap
1. Kaji dan dokumentasikan respon
penampilan dan fungsi tubuh
verbal dan non verbal pasien terhadap
sendiri
tubuh pasien
2. Mengidentifikasi kekuatan
2. Identifikasi mekanisme koping yang
personal
biasa digunakan pasien
3. Mengenali peribahan aktual pada
3. Tentukan harapan pasien tentang citra
penampilan tubuh
tubuh berdasarkan tahap
4. Menggambarkan perubahan
perkembangan
aktual pada fungsi tubuh
4. Tentukan apakah perubahan fisik saat
(NANDA NIC NOC JILID 10 HAL
ini telah di kaitkan ke dalam citra
43-46)
tubuh pasien

KOLABORASI

1. Rujuk pasien untuk mendapatkan

terapi fisik untuk latihan kekutan dan

fleksibilitas, membantu dalam

berpindah tempat tidur dan ambulasi


C. Implementasi

Dx 1 : Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar alergen

 AKTIVITAS KEPERAWATAN

1. Mengidentifikasi sumber tekanan dan friksi mis, linen tempat tidur, dan pakaian

2. Menginspeksi kulit di atas penonjolan tulang dan titk penekanan lain saat

mengubah posisi atau minimal setiap hari

3. Memantau kulit dan membran mukosa terhadap kelembapan dan kekeringan yang

berlebihan.

 KOLABORASI

1. Merujuk keperawat ahli terapi enterostoma untuk mendapatkan bantuan dalam

pencegahan, pengkajian, dan penangan luka atau kerusakan kulit.

Dx 2 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus

 AKTIVITAS PERAWAT

1. Menangani gejala gangguan pola tidur, sesuai dengan kebutuhan (mis: mengantuk,

gelisah, ketidakmampuan untuk konsentrasi)

2. Membantu pasien mengidentifikasi kemungkinan penyebab yang mendasari

kurang tidur.

3. Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama kehamilan, sakit, stress

psikologis, dan sebagainya.


 KOLABORASI

1. Mendiskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat tidur yang tidak


menekan tidur REM.

Dx 3 : Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit

 AKTIVITAS KEPERAWATAN

1. Mengkaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien terhadap
tubuh pasien

2. Mengidentifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan pasien


3. Meentukan harapan pasien tentang citra tubuh berdasarkan tahap
perkembangan

4. Menentukan apakah perubahan fisik saat ini telah di kaitkan ke dalam citra
tubuh pasien

 KOLABORASI

1. Merujuk pasien untuk mendapatkan terapi fisik untuk latihan kekutan dan
fleksibilitas, membantu dalam berpindah tempat tidur dan ambulasi.

D. Evaluasi

1. Tidak terjadinya kerusakan kulit klien

2. klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal karena berkurangnya pruritus dan

ditandai dengan berkurangnya lecet akibat garukan.

3. Tercapainya pola tidur/istirahat yang memuaskan

4. Menerima keadaan diri


BAB IV
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Urtikaria adalah penyakit kulit yang sering di jumpai. Urtikaria ialah reaksi di
kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema (bengkak)
setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat dan
kemerahan, meninggi di permukaan kulit serta disertai keluhan gatal, rasa tersengat
atau tertusuk. Di Indonesia, urtikaria dikenal dengan nama lain biduran atau
kaligata. Walaupun pathogenesis dan penyebab yang di curigai telah di
temukan,ternyata pengobatan yang di berikan kadang-kadang tidak memberi hasil
seperti yang di harapkan.

2. SARAN
1. Sebaiknya kita dapat mengetahui pengertian urtikaria.
2. Sebaiknya kita dapat mengetahui gejala penyebab urtikaria.
3. Sebaiknya sebagai tenaga kesehatan, kita dapat memberikan tindakan keperawatan
urtikaria dengan baik dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA

REFERENSI BUKU
 Buku Ilmu Penyakit kulit dan kelamin. Edisi V, cetakan keempat, 2009
dengan perbaikan
Hamzah,mochtar,2007,Ilmu penyakit kulit dan kelamin,Jakarta,fakultas kedokteran
universitas Indonesia.
Suddarth&brunner,2002,buku ajar keperawatan medical bedah,jkarta,buku
kedokteran.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai