PENDAHULUAN
A. Pengertian Profesi
Kata profesi dalam bahasa Inggris adalah “profession”, dalam bahasa Belanda “professie” yang
merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “professio” yang bermakna pengakuan atau
pernyataan. Kata profesi juga terkait secara generik dengan kata “okupasi” (Indonesia),
accupation (Inggris), accupatio (Latin) yang bermakna kesibukan atau kegiatan atau pekerjaan
atau mata pencaharian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan profesi adalah bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan dan sebagainya) tertentu.Dari kata profesi
maka terdapat bentukan kata lainnya,seperti profesional, profesionalisme, profesionalitas dan
profesionalisasi.
B. Karakteristik Profesi
Flexner sebagaimana dikutip Prayitno (2009:466) memaparkan ciri-ciri profesi dalam 6 (enam)
karakteristik sebagai berikut:
1. Keintelektualan.
Kegiatan professional merupakan pelayanan yang lebih berorientasi mental daripada
manusia (kegiatan yang memerlukan ketrampilan fisik), lebih memerlukan proses intelektual
atau berpikir daripada kegiatan rutin.
2. Kompetensi professional yang dipelajari.
Pelayan professional didasarkan pada kompetensi yang tidak diperoleh begitu saja,
melainkan kompetensi tersebut diperoleh melalui proses pembelajaran secara intensif.
3. Objek praktek spesifik.
Pelayanan suatu profesi tertentu terarah kepada objek praktek spesifik yang tidak ditangani
oleh profesi lain. Tiap-tiap profesi menangani objek praktek spesifiknya sendiri. 1
4. Komunikasi.
Segenap aspek pelayanan professional meliputi objek praktek spesifik profesinya, keilmuan
dan teknologinya, kompetensi dari dinamika operasionalnya, aspek hukum dan sosialnya,
termasuk kode etik dan atiran kredensialisasi, serta imbalan yang terkait dengan
pelaksanaan pelayanannya, semuan dapat dikomunikasikan kepada siapapun yang
berkepentingan, kecuali satu hal, yaitu materi berkenaan dengan asas kerahasiaan yang
menurut kode etik profesi harus dijaga kerahasiaannya itu.
5. Motivasi altruistik.
Motivasi kerja seorang professional bukanlah berorientasi kepada kepentingan dan
keuntungan pribadi, melainkan untuk kepentingan, keberhasilan dan kebahagiaan sasaran
pelayanan, serta kemaslahatan kehidupan masyarakat pada umumnya.
6. Organisasi profesi.
Tenaga professional dalam profesi yang sama membentuk suatu organisasi profesi untuk
mengawasi pelaksanaan tugas-tugas professional.
Lieberman sebagaimana dikutip Mudlofir (2014:10-13) menyatakan jika dicermati karakteristik
seluruh profesi secara seksama maka ditemukan hal-hal sebagai berikut:
1. A unique, definite and essential service.
Profesi itu merupakan suatu jenis pelayanan atau pekerjaan yang unik (khas) dalam arti
berbeda dari jenispekerjaan atau pelayanan apapun dari yang lainnya.
2. An emphasis upon intellectual technique in performing its service.
Pelayanan itu amat menuntut kemampuan kinerja intelektual, yang berlainan dengan
ketrampilan atau pekerjaan manual semata-mata.
3. A long period of specialized training.
Untuk memperoleh penguasaan dan kemampuan intelektual (wawasan atau visi dan
kemampuan atau kompetensi serta kemahiran atau skill) serta sikap profesional.
4. A broad range of autonomy for both the individual practitioners and the occupational group
as a whole.
Kinerja pelayanan itu demikian cermat secara teknis sehingga kelompok (asosiasi) profesi
yang bersangkutan sudah memberikan jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu
untuk melakukannya sendiri tugas pelayanan tersebut, apa yang seyogianya dilakukan dan
bagaimana menjalankannya, siapa yang seyogianya memberikan izin dan lisensi untuk
melaksanakan kinerja itu.
5. An acceptance by the practitioners of broad personal responsibility for judgement made and
acts performed within the scope of professional autonomy.
Konsekuensi dari otonomi yang dilimpahkan kepada seorang tenaga praktisi profesional itu,
maka berarti pula ia memikul tanggung jawab pribadinya harus secara penuh. Apapun yang
terjadi maka kesemuanya itu harus dipertanggungjawabkan serta tidak selayaknya
menudingkan atau melemparkan kekeliruannya kepada pihak lain.
6. An emphasis upon the service to be rendered, rather than the economic gain to the
practitioners, as the basis for the organization and performance of the social service
delegated to the occupational group.
Mengingat pelayanan profesional itu merupakan hal yang amat esensial (dipandang dari
pihak masyarakat yang memerlukannya) maka hendaknya kinerja pelayanan tersebut lebih
mengutamakan kepentingan pelayanan pemenuhan kebutuhan tersebut, ketimbang untuk
kepentingan perolehan imbalan ekonomis yang akan diterimanya.
7. A comprehensive self gouverning organization of practitioners.
Mengin all look plop poopsi) para praktisi itu sendiri satu-satunya, institusi yang seyogianya
menjalankan peranan yang ekstra, dalam arti menjadi polisi atau dirinya sendiri ialah
mengadakan pengendalian atas anggotanya mulai saat penerimaannya dan memberikan
sanksinya bilamana diperlukan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran terhadap
kode etikanya.
8. A code of ethics which has been clarified and interpreted at ambiguous and doubtful points
by concrete cases.
Otonomi yang dinikmati dan dimiliki oleh organisasi profesi dengan para anggotanya
seyogianya disertai kesadaran dan maksud yang tulus baik pada organisasi maupun
individual anggotanya untuk memonitor prilakunya sendiri. Mengingat organisasi dan
sekaligus juga anggotanya harus menjadi polisi atas dirinya sendiri maka hendaknya mereka
bertindak sesuai dengan3kewajiban dan tuntutan moralnya baik terhadap klien maupun
masyarakatnya.
C. Tenaga Kependidikan.
Kata pendidikan berarti sama dengan menunjuk kata “keguruan dan ilmu pendidikan” sehingga
apabila dikaitkan dengan tenaga kependidikan berarti orang-orang yang terlibat dalam proses
kegiatan pendidikan (Yahya, 2013:17).
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bab I pasal 1 disebutkan bahwa tenaga kerja kependidikan adalah anggota masyarakat
yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Tugas pokok tenaga kependidikan sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI pasal 39 ayat 1
disebutkan bahwa tugas pokok tenaga kependidikan adalah melaksanaka administrasi,
pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
D. Hak Dan Kewajiban Tenaga Kependidikan
Hak yang melekat pada diri tenaga kependidikan sebagaimana dipaparkan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai.
2. Memperoleh penghasilan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh pembinaan karir sesuai dengan tuntunan pengembangan kualitas.
4. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan
intelektual.
5. Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Sedangkan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh tenaga kependidikan adalah:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan
dialogis.
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.
3. Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi da kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya.
Bab 2
GURU
A. Pengertian
Kata “GURU” terkadang ditengah-tengah masyarakat merupakan akronim dari orang yang di
“gugu” dan di “tiru” yaitu orang yang selalu dapat ditaati dan diikuti (Yamin dan Maisah,
2010:88). Dalam hal ini guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada orang
lain yang melaksanakan pendidikan dan pembelajaran ditempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di rumah dan sebagainya.
Wiyani (2015:27-28) mengumpulkan pendapat para ahli terkait dengan pengertian guru sebagai
berikut: 1.
1. Ahmad Tafsir; guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses
pertumbuhan dan perkembangan potensi peserta didik, baik potensi kognitif maupun
pptensi psikomotorik.2.
2. Imam Barnadib; guru adalah setiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain
untuk mencapai kedewasaan.3.
3. Ahmad D, Marimba; guru adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik, yaitu
manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab terhadap
pendidikan si terdidik.4.
4. Hadari Nawawi; guru adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di
kelas atau di sekolah.5.
5. Ahmad Janan Asifuddin; guru adalah orang yang mengajar dan mentransformasikan ilmu
serta menanamkan nilainilai terhadap peserta didik.6.
6. Sutari Imam Barnadib; guru adalah setiap orang yang senagaj mempengaruhi orang lain
untuk mencapai kedewasaannya.7.
7. Zakiah Daradjat; guru secara implisit telah merelakan dirinya menerima dan memiku
tanggung jawab pendidikan yang dipikulkan di pundak para orang tua.4
Sebutan guru dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mencakup:
(1)
1. Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan
konseling atau guru bimbingan karir,(2)
2. Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah, dan (3)
3. Guru dalam jabatan pengawas.
Dari pemaparan di atas maka dapatlah dimaknai bahwa guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik
secara individual maupun secara klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah. Dalam
penjelasan tersebut terkandung makna bahwa guru merupakan tenaga professional yang
memiliki tugas-tugas professional dalam pendidikan dan pembelajaran.