Anda di halaman 1dari 18

BAB III

PERAN ORGANISASI DAN PENYIKAPAN PROFESI PENDIDIKAN


KOMPENTENSI DASAR
1. Untuk mengetahui konsep dasar, pengertian, tujuan, dan fungsi organisasi professional.

2. Untuk mengetahui kode etik guru.

3. Untuk mengetahui pengertian sikap profesi kependidikan.

4. Untuk mengetahui sasaran sikap profesi kependidikan.

A. ORGANISASI PROFESI KEGURUAN


Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak mengalami
diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan dengan terjadinya diferensiasi dan diversifikasi
profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6)
bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan,”

Beberapa organisasi profesi kependidikan di indonesia, disamping PGRI, yang sudah rilatif
berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi ini
beranggotakan para sarjana pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya
mempunyai sejumlah himpunan sejenis seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi, Himpunan
Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya. Organisasi lain yang sudah lebih berkembang ialah
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama Ikatan Petugas
Bimbingan Indonesia (IPBI).

Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda intenasionalisasi profesi, ada yang


disebutindonesian society for special needs education (ISSE) dan Indonesian society for adapted
Physical Education (ISAPE). Kedua organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan kebutuhan
khusus, terutama bagi kelompok yang mengalami gangguan dalam perkembangan baik secara
fisik, mental, maupun sosial.

Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi manfaat
kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional,
melindungi anggota dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari
kemungkinan melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam’an, 6.22: 2009)
B. Pengertian

W.J.S. Poerwadarminta (dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia) organisasi yaitu susunan
dan aturan dari berbagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur.
Selanjutnya menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama. Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas
kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari berbagai pengertian di atas dapat kita
simpulkan bahwa organisasi merupakan suatu perserikatan manusia antara dua orang atau lebih
yang didalamnya terdapat susunan dan aturan serta sistem aktivitas kerja untuk mencapai
tujuan bersama.

Selanjutnya yaitu mengenai profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. Adapun karakteristik dari profesi antara lain adalah mengandalkan suatu keterampilan
atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu),
dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi
yang mendalam.

Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi profesi merupakan
suatu organisasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang memiliki profesi yang sama untuk
mencapai tujuan bersama. Sedangkan Merton mendefinisikan bahwa organisasi profesi adalah
organisasi dari praktisi yang menilai/mempertimbangkan seseorang atau yang lain mempunyai
kompetensi professional dan mempunyai ikatan bersama untuk menyelenggarakan fungsi sosial
yang mana tidak dapat dilaksanakan secara terpisah sebagai individu.

Organisasi profesi mempunyai 2 perhatian utama yaitu, kebutuhan hukum untuk melindungi
masyarakat dari anggota profesi yang tidak dipersiapkan dengan baik dan kurangnya standar
dalam bidang profesi yang dijalani.

Organisasi profesi menyediakan kendaraan untuk anggotanya dalam menghadapi tantangan


yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah positif terhadap perubahan-perubahan
profesi sesuai dengan perubahan sosial.

Seorang guru dapat dikatakan memiliki hak profesional jika memiliki lima aspek pokok yang perlu di
wujudkan yakni:

1. Mendapatkan pengakuan dan perlakuan hukum. Terhadap batas wewenang keguruan yang
menjadi tanggung jawabnya
2. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi edukatif dalam batas
tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan pendidikan setempat.
3. Menikmati kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien dalam
rangka menjalankan tugasnya sehari-hari
4. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan prestasi
yang inovatif dalam bidang pengabdianya.
5. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual
maupun secara institusional
Ciri-Ciri Organisasi Profesi
Secara umum, ciri-ciri organisasi profesi adalah:

1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi

2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggan dan kehormatan

3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.

4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan

5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif

6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan

Organisasi profesional berfungsi sebagai pengendali keseluruhan profesi baik secara sendiri,
maupun secara bersam-sama dengan pihak lain yang relevan. Fungsi pengendalian tersebut
diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang meliputi:

1. Penataan standar perilaku profesional guru. Fungsi ini berkaitan dengan landasan filsafat ,
etika , dan kode etik guru
2. Penataan , standar kualifikasi dan wewenang guru. Fungsi ini berkaitan dengan pendidikan
dan pelatihan guru , baik dalam hal pendidikan prajabataan maupun dalam jabatan. Dengan
demikian , fungsi ini berkaitan pula dengan sertifikasi dan perizinan kerja bagi para
anggotanya
3. Memberikan perlindungan kepada anggotanya. Fungsi ini berkaitan dengan perlindungan
profesional, perlindungan hukum, dan perlindungan kesejahteraan anggotanya
4. Pengembangan profesi beserta ilmu yang melandasinya, sefta pengembangan kemampuan
profesional dan akademik dari para anggotanya. Fungsi ini berkaitan dengan upaya
sinambung dari organisasi profesi itu untuk mengembangkan profesi dan ilmu tersebut
selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, dan keluwesan kiat
dalam segala bidang
5. Menata alur kerja sama dengan profesi lainnya. Fungsi ini berkaitan dengan upaya organisasi
profesi itu untuk menjalin hubungan dengan organisasi profesi lainnya dalam rangka
kelancaran kerjanya maupun dalam rangka peningkatan kemampuan para anggotanya
sendiri.
Fungsi peningkatan kemampuan professional tertuang dalam PP No. 18 pasal 61 yang
berbunyi, “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan mengembangkan karir, kemampuan, kewenagan professional, martabat dan
kesejahteraan tenaga kependidikan”.

a. Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia


Guru mempunyai organisasi profesi yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yanng lahir
pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal
organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912,
kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat
didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi
politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.

Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan pelaksana
pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun
1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi
kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.

Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen terhadap
pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman nilai-nilai
luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaitu pancasila.

Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorgaisasian ,


terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur
organisasi.

b. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan


Profesi sebagai guru pada dasarnya adalah pelayanan terhadap warga masyarakat yang
menginginkan pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga-lembaga pendidikan. Mutu
pendidikan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan sangat tergantung pada layak tidaknya
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan. Kelayakan penyelenggaraan ini dapat ditinjau dari
dua sisi. Pertama kualifikasi pelayananyang diberikan kepada masyarakat terdiri dari kualifikasi
para tenaga guru dan tenaga kependidikan (administrasi), dan kedua kelayakan sarana dan
prasarana pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan hendaknya selalu dapat memberi kesan yang baik terhadap
masyarakat sehingga masyarakat selalu memberikan kepercayaan yang penuh, karena
kepercayaan ini mutlak diperlukan oleh suatu profesi. Pengakuan masyarakat terhadap profesi
guru itu tidak hanya terbatas pada pengekuan guru sebagai guru, melainkan pengakuan
terhadap segala perangkat yang berkaitan dengan profesi guru, termasuk perangkat untuk kerja,
lembaga pendidikan, organisasi profesi, etika dank ode etik guru, dan system imbalannya.

Penyelenggaraan pendidikan diluar ketentuan diatas hendaknya dapat dipantau oleh organisasi
profesi keguruan sehingga penyelenggaraan yang tidak layak dioperasikan dapat ditutup atau
diberi alternative lain sehingga dapat berjalan sesuai ketentuan.
2. Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini
a. Keadaan yang ditemui
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya UU Rep. Indonesia
No. 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional Dalam UU tersebut, tenaga kependidikan
mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada 6 pasal (pasal 39/44) terdiri
atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan.

Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting, karena dalam UU
ini profesi kependidikan telah kjelas dasar hukumnya.

Gagasan mendasar yang dikandung UU tentang SPN dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan
ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga
kependidikan umumnya. Perlindungan ini secara eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang
menyatakn bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar.
Proteksi terhadap jabatan tenaga kependidikan menyangkut juga lembaga penghasil, yaitu LPTK.

b. Permasalahan yang ada


Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru masa
sekarang ini iyalah:

Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam peraturan yang
berlaku yang berkenan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN
No. 26 tahun 1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih terarah, yang
memelihara keterpaduan antara pengembangan professional dengan pembentukan kemampuan
akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk kerjanya
sebagai calon guru yang professional.

Proses profesionalisasi guru melalui system pengadaan guru terpadu sejak pendidikan prajabatan,
pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.

Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk pelaksanaan proses
profesionalisasi guru.

Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu prilaku
professional yang tegas, jelas, operasional.

Permasyarakatan kode etik guru diterapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh masyarakat
rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap profe guru itu.
3. Kode Etik Guru
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma
tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak
boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, kode etik juga menyangkut tingkah laku anggota
profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi
guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode
Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga
PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah
serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia
merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi
keguruan.

Menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 28, dan
Kongres Guru ke XVI tahun 1989 di Jakarta, kode etik profesi guruadalah sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu
dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan Sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dengan adanya kode etik tersebut, maka guru di Indonesia harus menyadari bahwa pendidikan
adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan
pada umumnya. Selanjutnya guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-Undang
Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia 17 Agustus 1945.
4. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan
PGRI telah mengeluarkan sebuah kode etik guru yang pada dasarnya mengatur perilaku etis
guru, melindungi profesi dan individu guru, mengatur batas kewenangan guru, dan
mempertahankan kesejahteraan guru. Kode etik guru terdiri dari dua bagian yakni: (1) Kode Etik
Guru Indonesia dan (2) Kode Etik Jabatan Guru. Kedua kode etik guru tersebut berkenaan dengan
karakteristik perilaku yang baik secara umum, perilaku yang standar yang seharusnya ditampilan
oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya. Ke arah kode etik inilah seharusnya profesionalisasi
diarahkan, meliputi dimensi-dimensi: pengetahuan (know-what), keterampilan (know-how), dan
sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan keterampilan, pengalaman dan
kemauan.

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang organisasi profesi dan kede etik, pasal 42
dengan jelas menyatakan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman
sikap, tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.”

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basumi sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa
kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat
ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kode etik guru Indonesia terdapat dua
unsur pokok yakni: sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.

Dari uraian diatas terlihat bahwa landasan pelaksanaan kode etik profesi adalah norma-norma yang
harus diindahkan oleh anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat.

Oleh karena itu penyimpangan terhadap kode etik yang dikeluarkan oleh PGRI seharusnya pula
dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut hhendaknya menjadi patokan perilaku anggotanya, agar
setiap anggota terhindar dari pelanggaran larangan dan terhindar pula dari sanksi yang mungkin
diberikan oleh organisasi profesi.

Sehingga organisasi profesi dapat dikatakan berperan ganda, yaitu sebagai penjaga bagi praktisi
untuk tidak keluar dari kode etik professional, dan sebagai penggerak bagi pengembangan profesi itu
sendiri. Sebagai penjaga, organisasi profesi mempunyai fungsi control terhadap para anggotanya.
Sebagai penggerak bagi pengembangan profesi, organisasi profesi berkewajiban berperan aktif
dalam pengembangan ilmu dan keterampilan professional.
B. SIKAP PROFESIONAL KEPENDIDIKAN
1. Rasional Sikap Professional Kependidikan
Tenaga professional pada dasarnya menuntut standar dalam sejumlah dimensi, baik standar
pendidikan prajabatan, maupun standar mutu kinerjanya atau sering disebut dengan Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Standar pendidikan ditetapkan dalam bentuk Undang-Undang seperti
yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 35 ayat (1), sedangkan standar
mutu kinerja umumnya ditentukan oleh stakeholders atau pengguna lulusan, bisa nasyarakat lugas
atau bisa juga instansi pemakai lulusan, seperti instansi pemerintah maupun swasta.

Profesi kependidikan merupakan pemberian pelayanan kepada peserta didik untuk membantu dan
membimbinh, serta, membelajarkan peserta didik agar ttumbuh kembang secara optimal. Oleh
sebab iitu, hubungan guru dengan peserta didiknya adalah hubungan kepribadian, maka kepribadian
seorang pendidik adalah kepribadian yang matang dan terus berkembang. Undang-Undang RI
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat (2) menyebutkan “pendidik
merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta
melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik di perguruan
tinggi”. Tidak semua pendidik atau calon pendidik memiliki bakat mendjadi guru, tetapi setidaknya
pendidik itu harus memiliki kepribadian yang kuat dan prima. Menurut Tilaar (1999) yang termasuk
dalam kepribadian adalah sifat-sifat psikis yang memungkinkan ia dapat mmbimbing peserta didik
yang sedang dalam perkembangan, memiliki ciri-ciri kepribadian yang kuat dan seimbang, dan
memiliki visi tentang etik tingkah laku manusia sebagai individu dan anggota masyarakat.
Selanjutnya pada penjelasan UU RI Nomor 12 Tahun 2005 menyebutkan bahwa “yang dimaksud
dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agen) adalah peran guru antara lain sebagai
fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta
didik.

Sebagai pendidik atau calon prndidik harus mempunyai komitmen untuk dapat menyikapi berbagai
hal yang berkenaan dengan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Seperti yang tertuang dalam
Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bab III Pasal 7 disebutkan bahwa
prinsip profesionalitas Guru dan profesi dosen merrupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip antara lain (a)memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism;
9b0 memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak
mulia; (c) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dngan bidang tugas.
Untuk memenuhi persyaratan seperti tuntutan profesi di atas, para tenaga pendidik atau calon
tenaga pendidikan harus menyadari sepenuh hati bahwa mendidik bukanlah sekedar mengajarkan
sesuatu, melainkan mengembangkan peserta didik agar aktif mengembangkan dirinya secara
antusias dan penuh dengan semangat, justru itu kepadacalon pendidik harus menuangkan secara
mendalam tugas dan fungsi guru sehingga tidak akan terjadi penyesalan kelak dan tidak menjadikan
profesi guru sebagai batu loncatan daripada tidak memilki pekerjaan tetap.
2. Pengertian Sikap Profesional
Sikap (attitude) merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek yang
dimilki seseorang terhadap sesuatu pekerjaan. Oleh sebab itu sikap bisa dipakai sebagai alat untuk
memprediksi perilaku orang tersebut dalam bekerja. Sikap memiliki komponen yaitu : 1. Kognisi
berkenaan dengan keyakinan, ide dan konsep; 2. Afeksi berkenaan dengan emosionali perasaan; 3.
Konasi berkenaan dengan kecenderungan bertingkah laku.

Guru sebagai pendidik akan diakui oleh masyarakat apabila dalam melaksanakan pekerjaannya
mampu menunjukkan Citra da reputasi sebagai seorang guru yang professional. Guru selain tugas
utamanya sebagai pengajar, guru juga adalah seorang yang dapat menunjukkan kepada masyarakat
bahwa ia layak dijadikan panutan atau yang memberikan contoh teeladan pada masyarakat
sekitarnya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Guru
sebagaimana asal kata dari “gugu” dan “tiru” adalah orang yang dalam kesehariannya menjadi
panutan yang harus digugu dan ditiru oleh masyarakat sekitarnya. Yang gugu adalah ucapan dan
perkataannya, dan yang harus ditiru adalah prilakunya sehari-hari.

Oleh karena itu, guru dalam kesehariannya harus mampu berkata benar, memiliki pengetahuan luas,
dapat membangkitkan semangat dan dorongan kepada anak didiknya, memberi arahan yang benar,
serta membawa anak didik kea rah kebaikan masa depan anak didik. Berdasarkan pada harapan ini
maka guru wajib meningkatkan pengetahuan akademiknya, mengikuti perkembangan bidang
keahliannya, mengikuti perkembangan masyarakat terutama di kalangan remaja dan mampu
mengaplikasikannya dalam pekerjaannya sehari-hari, sehingga kinerja guru di sekolah dan di
masyarakat tidak ketinggalan. Tilaar (1999), mengungkapkan ‘apabila guru itu sendiri tidak
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka tidak mungkin dia mmembawa peserta didiknya
mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

Dalam keseharian perilaku guru akan menjadi perhatian yaitu dalam berpakaian, cara berjalan, cara
makan dan minum serta semua cara yang melekat dengan pribadi guru, demikian pula dengan
bagaimana bergaul dengan siswa, sesama teman sejawat serta anggota masyarakat luas.

Di lingkungan birokrasi Kementrian Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan Nasional ada dua Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jendral Pengembangan Mutu Tenaga Pendidik dan
kependidikan, yang ttelah sepakat menyatakan bahwa profesi guru akan bersifat terbuka, artinya
untuk menjadi guru dapat dimasuki oleh lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
maupun oleh lulusan Non LPTK sepanjang memenuhi persyaratan yakni lulus dalam uji kompetensi.
3. Sasaran Sikap Profesional Kependidikan
Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya
yang mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana
pola tingkah laku guru dalam memehami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan dan
sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang dijadikan sasaran dengan profesinya yaitu meliputi
sikap profesional keguruaan terhadap (1) Peraturan Perundang-undangan, (2) Organisasi Profesi, (3)
Teman sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat kerja, (6) pemimpin, dan (7) Pekerjaan.

1) Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan


Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-
ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan ialah segala peraturan peratuan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan di Pusat maupun di daerah, maupun departemen lain dalam rangka pembinaan
pendidikan di negara kita.

Ketentuannya :
Kode etik Guru Indonesia pada butir kesembilan bahwasannya: “Guru melaksanakan segala
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973). UU no.14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen pasal 20 ayat d dan e “menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa”.

Tujuan:
Untuk menjaga citra dan reputasi guru Mencegah guru Indonesia dari pengaruh negative dari pihak
luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan.

2) Sikap Terhadap Organisasi Profesi


Organisasi profesi merupakan suatu system untuk menyepakati suatu komitmen bersama, dibentuk
berdasarkan unsure-unsur anggota. Oleh karena itu seluruh anggotanya harus bertindak sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan bersama.

Setiap anggota profesi, baik sebagai pengurus atau anggota biasa, wajib berpartisipasi memelihara,
membina, dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.

Upaya peningkatan dan pengembangan mutu organisasi profesi guru dapat dilakukan dengan
berbagai cara, baik perseorangan ataupun secara bersama-sama, formal maupun informal. Secara
formal dapat dilakukan di lembaga resmi baik dalam berbagai kursus, lembaga perguruan tinggi,
oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang terkait dengan mengikuti inservice training seperti
penataran, lokakarya, studi banding, dan berbagai kegiatan akademik lainnya. Secara informal dapat
dilakukan dengan mendapatkan informasi dari mass media.
Ketentuannya:

Dalam dasar ke enam dari kode etik guru Indonesia dituliskan, bahwa Guru secara pribadi
dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. UU nomor
14 tahun 2005 pasal 41 ayat (3) menyebutkan Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi ; ayat
(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan
pengabdian kepada masyarakat.

Dalam dasar ke enam dari kode etik guru Indonesia dituliskan, bahwa Guru secara pribadi dan
bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

Tujuan:
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi guru sebagai sarana perjuangan, pembinaan
diri dan pengabdian.

Sebagai wadah pembinaan guru


mewajibkan kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat
profesi guru itu sendiri.

3) Sikap Terhadap Teman Sejawat


Kebiasan atau sikap guru pada umumnya bersikap kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana,
sehingga hal ini menimbulkan keretakan diantara sesama. Hal ini tidak boleh terjadi, karena jika
diketahui oleh murid atau orang tua murid, bahkan masyarakat luas, meraka akan resah dan tidak
percaya kepada sekolah. Hal ini akan dapat mendatangkan pengaruh yang bersifat negatif kepada
anak didik. Oleh sebab itu, perlu adanya sikap saling memaafkan dan memupuk suasana
kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur sekolah

Hubungan sesama anggota profesi dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan
kekeluargaan. Hubungan formal yaitu hubungan dalam tugas atau dalam tugas kedinasan. Hubungan
kekeluargaan adalah suatu hubungan dalam lingkungan kerja maupun keseluruhan sebagai
penunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan.

Ketentuannya:
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat
kekeluargaan, kesetiakawanan sosial."

Tujuan:
Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya,
dan Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
sosial di dalam di luar lingkungan kerjanya.
4) Sikap Terhadap Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. Prinsip lain adalah
membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian membimbing seperti
yang dikemukakan oleh ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat padat yang
terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus
memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung
maksud membiarkan peserta menuruti bakat dan kodratnya sementara guru memperhatikannya.
Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik, arti membimbing atau mengajarnya.

Ketentuannya:
Dalam ayat 1 Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas ditulis bahwa: Guru berbakti membimbing
peserta didik untuk membina manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

Tujuan:
Guru secara langsung perhatiannya dicurahkan untuk membimbing peserta didik, yaitu
mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan terciptanya proses
pembelajaran yang edukatif.

5) Sikap Terhadap Tempat Kerja


Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan
produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban
menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya.

Ketentuannya:
Hubungan terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam ayat 4 dari Kode Etik yang
berbunyi “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar”

Tujuan:
membangun antara lain iklim komunikasi yang demokratis hangat, dan penuh dengan rasa
kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi dan nepotisme

6) Sikap Terhadap Pimpinan


Sebagai salah seorang anggota organiasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih besar
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan dan
pengawasan pihak atasan.

Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan
dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja
sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.Dapat saja kerja sama yang dituntut pemimpin
tersebut berupa tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan
mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun
demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu,
dapat disimpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian
harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun di
luar sekolah
7) Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan
perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan
yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak
semua orang dikaruniai sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki
profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.

Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia mencitai dengan
sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, ia komitmen dengan
pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu melayani dengan baik
pemakai jasa yang membutuhkannya.

Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat
menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat,
dalam hal ini peserta didik dan para orang tuannya. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang
sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan
teknologi.

Ketentuannya:
Ayat 6 dari Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-sama,
mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”

Tujuan:
Untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu

4. Pengembangan Sikap Professional


Seperti telah disebutkan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional,
maupun mutu layanan, guru harus juga meningkatkan sikap profesionalnya. Ini berarti bahwa
ketujuh sasaran penyikapan yang telah dibicarakan harus selalu dipupuk, dikembangkan.
Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik selama dalam pendidikan prajabatan
maupun setelah bertugas (dalam jabatan).

1) Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan


Dalam pendidikan prajabatan, calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru
selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu,
bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan
masyarakat.

Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru
memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-contoh dan
penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan selama
calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi
sebagai hasil sampingan (by-product) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru. Sikap teliti dan
disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingna dari hasil belajar matematika yang benar,
karena belajar metematika selalu menuntut ketelitian dan kedisplinan penggunaan aturan dan
prosedur yang telah ditentukan. Sementara itu pembentukan sikap seorang guru dapat diberikan
dengan memberikan pengetahuan, pemahaman dan penghayatan khusus yang direncanakan.
2) Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan

Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan
pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap
profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan
ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan, mengikuti penataran, lokakarya, seminar,
atau kegiatan ilmiah lainnya ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan
majalah maupun publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan, sekaligus dapat meningkatkan sikap profesional keguruan.
PILIHAN BERGANDA
1. Hal-hal berikut merupakan kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki seorang guru,
kecuali
a. Guru harus beragama dan berkewajiban untuk meningkatkan iman dan taqwa
b. Percaya pada diri sendiri
c. Mempunyai sifat apriori
d. Toleransi dan tenggang rasa
2. Kompetensi sosial mencakup kemampuan guru untuk menyesuaikan diri terhadap
tuntutan kerja dan lingkungannyA. Pendapat ini dikemukakan oleh. . ..
a. Cece Wijaya
b. D.T Amijaya
c. Achmad Sanusi
d. K.H. Dewantara
3. Guru hendaknya berperan sebagai motivator dan inovator dalam pembangunan
pendidikan dengan memahami dunia sekitar dan lingkungannya. Tugas ini merupakan
kaitan kompetensi sosial guru antara fungsi kompetensi dengan…
a. Sosial guru dengan sifat kompetensi guru
b. Sosial guru dengan ruang lingkup kompetensi guru
c. Kepribadian guru dengan ruang lingkup kepribadian guru
d. Sosial guru dengan kepribadian guru
4. Salah satu kompetensi sosial guru menurut Cece Wijaya adalah bersikap...
a. Ramah tamah dan murah senyum
b. Pemarah dan pendendam
c. Bersikap simpatik
d. Masa bodoh dan arogan
5. Menurut Udi Turmudi (1987;8) faktor-faktor penentu aktualisasi peristiwa belajar
mengajar adalah
1). Tujuan, siswa, pengajar
2). Materi pelajaran, alat-alat
3). Faktor ekonomi, administrasi, besar kelas, ruangan, jumlah jam pelajaran
a. 1 dan 2
b. 1 dan 3
c. 2 dan 3
d. 1, 2 dan 3
6. Kemampuan mengetahui, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
menyintesiskan dan mengevaluasi sejumlah pengetahuan yang diajarkan merupakan
aspek-aspek dari kompetensi ...
a. Penguasaan bahan bidang studi
b. Pengelolaan program belajar mengajar
c. Pengelolaan kelas
d. Penggunaan media
7. Penguasaan materi dan kemampuan mengajar yang tepat dapat ditentukan oleh guru
apabila ia mengetahui cara-cara dalam . . .
a. Memilih metode yang tepat
b. Menyampaikan bahan bidang studi
c. Analisis bidang studi
d. Membuat rincian materi
8. Pengetahuan tentang perkembangan anak sangat diperlukan oleh guru untuk....
a. Menentukan posisi anak di dalam keluarga
b. Mengidentifikasi bahan ajar yang sesuai bagi kelompok
c. Menentukan pengelompokan kelas
d. Menyesuaikan metode pembelajaran
9. Interaksi yang baik yang terjadi antara guru dan siswa di sekolah seharusnya
bersifat....
a. Guru memberikan kemajuan kepada para siswa
b. Guru menjaga jarak dengan siswa agar mereka tidak terlalu dekat dengannya
c. Mempermudah segala urusan, bukan sebaliknya
d. Selalu memberikan pujian kepada semua siswa dan dalam segala hal
10. Jika pendidikan dipandang dari sudut kata kerja, maka pendidikan merupakan...
a. Sesuatu yang telah diperoleh
b. Proses inkuiri yang berkelanjutan
c. Kegiatan yang berlangsung antara guru dan siswa
d. Kegiatan yang terjadi karena adanya kurikulum, materi ajar, metode, dan media
11. Ciri-ciri konsep diri yang berorientasi pada diri sendiri adalah . . .
a. Menghargai orang lain
b. Bisa bekerja sama
c. Menonjolkan diri
d. Bertanggung jawab
12. Mengapa seorang guru perlu melakukan analisis kurikulum? Agar kurikulum yang
digunakan....
a. Dipahami betul oleh para guru
b. Disesuaikan dengan metode yang digunakan
c. Tidak menyimpang dari kurikulum yang ideal
d. Disesuaikan dengan lingkungan peserta didik
13. Manakah kegiatan guru di bawah ini yang tidak termasuk pada kegiatan awal
pembelajaran?
a. Menghubungkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang belum dipelajari
b. Selalu menumbuhkan hasrat belajar siswa
c. Mengantarkan siswa kepada informasi baru
d. Menginformasikan tujuan pembelajaran hari ini
14. Bila suatu tujuan pembelajaran berbunyi: siswa dapat menyatakan bagaimana
perasaannya ketika mengalami suatu musibah, maka tujuan tersebut termasuk tipe
tujuan..
a. Keperilakuan
b. Afektif
c. Psikomotorik
d. Ekspresif
15. Kegiatan penutup pembelajaran bertujuan untuk..
a. Mengakhiri kegiatan pembelajaran
b. Membuktikan adanya kegiatan awal dan kegiatan inti
c. Siswa dapat merefleksikan materi pelajaran
d. Siswa memiliki ingatan terhadap pelajaran yang baru diterimanya
DAFTAR PUSTAKA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN

Dr. Yasaratodo Wau.2013. Profesi Kependidikan.UNIMED PRESS: Medan.

Anwar,Q dan Sagala,S., (2004). Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya Manajemen
Kualitas Pembelajaran: Uhanika Press.

Anda mungkin juga menyukai