Penjumlahan Vektor
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Fisika SMA
Dosen Pengampu :
Dra. Ida Wahyuni, M.Pd
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Nurul Azmi (4183121047)
Tasya Pasaribu (4182121013)
Sri Nadila Br. Tarigan (4183321022)
Tujuan Pembelajaran :
Peserta didik dapat :
Membedakan pengertian besaran vektor dan besaran skalar.
Menyebutkan contoh besaran vektor dan besaran skalar.
Menuliskan simbol vektor.
Melakukan operasi vektor dengan metode jajargenjang dan metode poligon.
Menganalisis komponen-komponen vektor.
Menyelesaikan masalah vektor dengan menggunakan metode analitik.
Survey Miskonsepsi Materi Penjumlahan Vektor
Terhadap Mahsiswa/i
3. Ada dua buah vektor gaya yang masing – masingnya mempunyai 8 N dan 4 N dan saling mengapit sudut
120°. Maka tentukanlah berapa besar resultan dari kedua buah vektor tersebut ?
4. Dua buah vektor dengan gaya F1 dan F2 masing – masing besar nya ialah 5 N dan 12 N.Bertitik tangkap
sama dan saling mengapit sudut 60°, maka nilai resultan dari kedua vektor tersebut ialah ?
5. Dua buah vektor yang saling membentuk sudut 67o. Jika resultan nya membentuk sudut 37oterhadap
vektor kedua nya yang besar nya ialah 15 N.Maka besar vektor yang pertama nya ialah ?
6. Ada dua buah vektor gaya yang masing – masingnya mempunyai nilai 8 N dan 4 N dan saling mengapit
sudut 120°. Maka tentukanlah berapa besar resultan dari kedua buah vektor tersebut ?
7. Sebuah perahu menyebrangi sungai yang lebarnya 100m dengan kelajuan 4m/s tegak lurus terhadap arus
sungai. Jika air sungau mengalir dengan kecepatan 3m/s, maka jarak tempuh perahu tersebut sampai di
seberang sungai adalah...
8. Dua buah vektor dengan gaya F1 dan F2 masing – masing besarnya ialah 5 N dan 12 N.
Bertitik tangkap sama dan saling mengapit sudut 60°, maka nilai resultan dari kedua vektor tersebut ialah ?
b = 4i + 5j satuan.
c = 6i + 7j satuan.
Maka tentukanlah besar resultan dari ketiga vektor tersebut, dan kemiringan dari sudut antara resultan dan
sumbu X.
Tabel Penilaian
Keterangan :
Salah ( S ) : 0 Poin
Hasil Penilaian Tes Uji Miskonsepsi
12
10 10 10 10
9 9 9.5 9 9 9.5
8 8.5 8.5 8.5 8 8.5
6 6.5 6
5
4
3
2 Nilai
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didik. Penilaian belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik yang meliputi aspek: sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi
deskriptif mengenai perilaku peserta didik. Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan
pengetahuan peserta didik, sedangkan penilaian keterampilan dilakukan untuk mengukur kemampuan
peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu. Penilaian hasil belajar oleh
pendidik ini bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan. Penilaian hasil
belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
(Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk
berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran. Soal-soal HOTS merupakan instrumen
pengukuran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir
yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan
pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep
ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai informasi
yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan
informasi secara kritis.
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengorganisasikan
gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
Pada taksonomi Bloom yang telah disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl, dapat dilihat
pembagian dari masing-masing level soal dalam hal kemampuan metakognitif yang ditunjukan yaitu:
Setelah dilakukan test ataupun survey, ternyata didapatkan bahwa rata-rata nilai yang didapatkan
oleh 18 Responden yang dipilih secara acak dari 33 Mahasiswa/i kelas Fisika Dik B 2018, Jurusan Fisika
Fakultas MIPA Universitas Negeri Medan terbilang cukup tinggi, yaitu : 8,19. Dari nilai ini, dapat ditarik
kesimpulan ataupun hipotesis mendasar, dimana mayoritas dari mahasiswa/i kelas Fisika dik B 2018 sudah
tidak mengalami miskonsepsi. Hal ini ditunjukan dengan keberhasilan mereka menganalisis soal-soal yang
telah disajikan kepada mereka. Meskipun beberapa responden memiliki jenjang nilai yang di bawah rata-
rata, hal ini tetap menunjukan taraf pemahaman mengenai Vektor, khususnya penjumlahan vektor sudah
tinggi pada kelas ini.
Adapun terdapat beberapa soal yang berdasarkan hasil survey responden kebanyakan memiliki
kendala pada soal nomor 7, dimana soal ini merupakan soal dengan tingkat kesukaran C4 yang mana sudah
memerlukan penganalisian dalam menerjemahkan apa yang diminta pada soal tersebut. Sedangkan, soal
dengan hasil survey memiliki persentase keberhasilan menjawab paling tinggi terletak pada soal nomor 1.
Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena soal nomor 1 merupakan soal yang memiliki level C1 ataupun yang
ditonjolkan pada tingkat ini adalah bagaimana kita mengingat konsep dasar dari suatu pembelajaran. Namun
bagaimanapun, tiap-tiap soal memiliki andil dalam penilaian dari miskonsepsi pada materi penjumlahan
vektor itu sendiri.
Kesimpulan
Untuk mendeteksi adanya miskonsepsi pada peserta didik, diperlukan suatu acuan penilaian. Acuan
ini dapat bervariasi, salah satunya yang paling sering umum digunakan adalah penggunaan soal ataupun
ulangan untuk melihat seberapa jauh peserta didik “sudah mengerti” mengenai pembahasan suatu materi.
Dalam hal ini penganekaragaman tingkat kesukaran soal sangat dibutuhkan. Peserta didik tidak harus
disodorkan soal-soal HOTS yang pada dasarnya memerlukan tingkat pemikiran yang lebih kompleks,
namun juga tidak dapat mengesampingkan LOTS dimana LOTS ini ikut ambil peran dalam membangun
konsep dasar dari suatu pembahasan. Hal ini dapat efektif jika pemporsian jumlah soal tiap-tiap tingkatan
sesuai dengan kondisi peserta didik pada saat tertentu.
Melalui survey miskonsepsi dalam hal ini menggunakan test dengan variasi tingkat kognitif, dapat
disimpulkan bahwa, Metakognitif tidak akan terbentuk secara sempurna apabila konsep dasar dari suatu
pembahasan masih belum dimiliki oleh peserta didik itu sendiri, dikarenakan konsep dasar itu adalah
sebagai penghantar peserta didik dapat menganalisa lebih lanjut tiap-tiap aspek dalam HOTS yang disajikan.